Lily Setyowati
MI Muhammadiyah Pasir Lor
Abstract: Becoming a professional teacher is not a smooth path, but there are
many obstacles. For example, the relationship between fellow teachers and
madrasah principals is more of a bureaucratic and administrative nature than
in the ministry, so that it does not encourage the building of an atmosphere and
a professional academic culture among teachers. The teachers are increasingly
Dari identifikasi masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini dibatasi pada
masalah yang dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan administrasi
pembelajaran melalui supervisi akademik kepala madrasah di MI Muhammadiyah
Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2018/2019?
2. Bagaimana efektivitas peningkatan kinerja guru dalam penyusunan administrasi
pembelajaran melalui supervisi akademik kepala madrasah di MI Muhammadiyah
Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2018/2019?
Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga kinerja
dari seorang guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2)
kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3) kemampuan menglola kelas
(4) kemampuan menggunakan media/sumber belajar, (5) kemampuan menglola
interaksi belajar mengajar, (6) mampu melaksanakan evaluasi belajar siswa.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam melaksanakan fungsinya
oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektifitas guru yaitu: (1)
memiliki pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar, pertimbangan dan
kepemimpinan, (2) menguasai metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku
yang baik saat mengajar, dan (4) menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak
kinerja guru yang kurang memadai, disamping itu guru dituntut dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula
dengan pesat. Istilah kinerja berasal dari bahasa Inggris yaitu performance, berarti
hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang/organisasi
tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam unjuk kerja, artinya kemampuan
yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di tempat ia bekerja. Kinerja
merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjan.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan tertentu.
Kebuituhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedanghkan
tujuannya berfungsi untuk menggerakkan perilaku. Karena itu suatu kinerja yang
efektif bagi setiap individu, perlu disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai
secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat kaitannya
dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2) melaksanakan
KBM, (3) melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4) mengadakan penilaian.
Sedangkan Suyud (2005) mengembangkan kinerja guru profesional meliputi:
(1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik siswa, (3) penguasaan
pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan
evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam
penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik, (3)
C. Administrasi Pembelajaran
1. Administrasi
Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti
yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke“ atau kepada.
Ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti melayani,
membantu, atau mengarahkan. Dalam bahasa Inggris to administer berati pula ‘
mengatur “ , memelihara “ ( to look after), dan mengarahkan. Jadi kata administrasi
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Adminitrasi Pembelajaran
Adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik
personil, spiritual maupun material yang bersangkut-paut dengan pencapaian
tujuan pembelajaran. Jadi di dalam proses administrasi pembelajaran adalah segenap
usaha guru yang terlibat di dalam pencapaian tujuan pembelajaran di madrasah itu,
diintegrasikan, dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang akan diperlukan
dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien.
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap administrasi. Tanpa
perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan
bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan merupakan
kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan administrasi itu
berlangsung. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan,
yaitu faktor tujuan dan faktor sarana, baik saran personal maupun material.
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
3) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.
4) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapat
adanya pembagian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab secara rinci menurut
bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan
kerja sama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang yang telah
ditetapkan.
Fungsi organisasi dapat diartikan bermacam-macam:
1) Organisasi dapat diartikan sebagai memberi struktur, terutama dalam penyusunan/
penempatan personel, pekerjaan-pekerjaan, material, dan pikiran-pikiran didalan
struktur itu. Umpamanya dalam pembentukan suatu panitia: bagaimana susunan
atau organisasinya, siapa yang menjadi pelindung, penasehat, ketua, panitera,
bendahara, komisaris, dan sebagainya.
c. Pengkoordinasian (cordinating)
Kita mengetahui bahwa rencana atau program-program pendidikan yang harus
dilaksanakan di sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan mengandung banyak
segi yang saling bersangkut paut satu sama lain. Sifat kompleks yang dipunyai oleh
program pendidikan di madrasah menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan
yang koordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi batas-batas perencanaan
maupun batas-batas personel seperti untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi
dalam tugas, perbuatan, hak dan tanggung jawab, ketidakseimbangan dalam berat
ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan
sebagainya.
Jika kita simpulkan, maka, koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang,
material, pikiran-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
e. Supervisi
Setiap pelakasanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh
karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi, fungsi supervisi yang terpenting adalah menentukan kondisi-kondisi/
syarat-syarat apakah yang diperlukan dan memenuhi/mengusahakan syarat-syarat
yang diperlukan itu. Jadi jika disimpulkan, supervisi sebagai fungsi administrasi
pendidikan berarti aktivitas-aktiviatas untuk menentukan kondisi-kondisi /syarat-
syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
f. Kepegawaian ( Staffing )
Sebenarnya fungsi kepegawaian ini sudah dijalankan sejak penyusunan
perencanaan dan pengorganisasian. Di dalam pengorganisasian telah dipikirkan dan
diusahakan agar untuk personal-personal yang menduduki jabatan-jabatan tertentu
di dalam struktur organisasi itu dipilih dan diangkat orang-orang yang memiliki
kecakapan dan kesanggupan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Dalam
hal ini prinsip the right man in right place selalu diperhatikan.
Masalah selanjutnya yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan –kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegewai agar selalu giat bekerja,
kesejahteraan pegawai ( jasmani maupun rohani ), insentif dan penghargaan atas jasa-
jasa mereka, konduite dan bimbingan untuk dapat lebih maju, adanya kesempatan
untuk meng-up-grade diri, masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.
g. Pembiayaan ( budgeting )
Demikian pula organisasi seperti halnya dengan lembaga pendidikan atau
sekolah. Setiap kebutuhan organisasi, baik personal maupun material, semua
h. Penilaian ( evaluating )
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti
dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses
keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan pencapainan tujuan pendidikan.
Setiap kegiatan, baik yang dilakukan oleh bawahan, memerlukan adanya evaluasi.
E. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Guru MI Muhammadiyah Pasir Lor
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang merupakan madrasah tempat
peneliti menjadi kepala madrasah tahun pelajaran 2018/2019.
F. Setting Penelitian
Peneitian Tindakan Sekolah (PTS) dilakukan pada guru MI Muhammadiyah Pasir
Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019. Guru
MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang
menjadi penelitian berjumlah 7 orang guru. PTS yang dilakukan di MI Muhamadiyah
Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas adalah pembinaan melalui
penerapan supervisi akademik kepala madrasah dalam upaya peningkatan kinerja
guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan berupa perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang sudah distandarisasi dan alat-alat
pengajaran lain yang mendukung.
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam menyusunan Administrasi
Pembelajaran Pada Siklus I
Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Tartiti, S.Pd.I 65 √
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 60 √
3 Salam, S.Pd.I 70 √
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 75 √
5 Siyah, S.Pd.I 75 √
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 75 √
7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 65 √
Jumlah Total 485
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 700
Ketrangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 3 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 4 Orang
Madrasah : belum tuntas.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Kepala madrasah kurang baik dalam memotivasi guru dan dalam menyampaikan
tujuan pembinaan
2) Kepala madrasah kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Guru kurang begitu antusias selama pembinaan berlangsung.
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
(1) Kepala madrasah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
(2) Kepala madrasah perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
(3) Kepala madrasah harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi guru
sehingga guru bisa lebih antusias.
SIKLUS II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri
dari jadwal pembinaan 2, soal tes formatif II dan alat-alat pembinaan lain yang
mendukung.
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam Penyusunan Administrasi
Pembelajaran Pada Siklus II
Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Tartiti, S.Pd.I 75 √
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 65 √
3 Salam, S.Pd.I 75 √
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 80 √
5 Siyah, S.Pd.I 80 √
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 85 √
7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 65 √
Jumlah Total 525
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 700
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 5 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 2 Orang
Madrasah : belum tuntas
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh guru adalah 75 % dan
peningkatan kinerja guru atau dari 7 orang guru sudah 5 orang yang sudah tuntas
(71,42 %) . Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini hasil pembinaan melalui
supervisi akademik kepala madrasah telah mengalami peningkatan lebih baik
dari siklus I. Adanya peningkatan kinerja guru ini karena kepala madrasah telah
menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan diadakan penilaian sehingga pada
pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Selain
itu para guru juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan
oleh kepala madrasah dalam melakukan pembinaan dengan penerapan supervisi
akademik kepala madrasah.
d. Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara
lain:
(1) Kepala madrasah dalam memberikan pembinaan kepada guru hendaknya
dapat membuat para guru termotivasi dalam membuat program dan jadwal
pembelajaran.
(2) Kepala madrasah harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada perasaan
takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya tentang masalah yang
dihadapi oleh sekolah.
(3) Kepala madrasah harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada guru
terutama dalam merumuskan kesimpulan / menemukan konsep.
(4) Kepala madrasah harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Kepala madrasah sebaiknya menambah lebih banyak contoh-contoh model
penilaian hasil pembelajaran dengan format-format yang sudah distandardisasi
oleh Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal ini Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan ( LPMP ) baik di Tingkat Provinsi maupun tingkat Pusat.
SIKLUS III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang berkaitan
dengan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-
alat pembinaan lainnya yang mendukung.
Tabel 4. 3 Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam Penyusunan Administrasi
Pembelajaran Pada Siklus III
Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Tartiti, S.Pd.I 85 √
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 80 √
3 Salam, S.Pd.I 85 √
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 90 √
5 Siyah, S.Pd.I 90 √
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 95 √
7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 85 √
Jumlah Total 610
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 700
Ketrangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 7 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang
Madrasah : Sudah tuntas
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 87,14 %
dan dari 7 orang guru semuanya yang telah mencapai ketuntasan meningkatkan
kinerjanya dalam penyusunan administrasi pembelajaran. Maka secara kelompok
ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus
III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
kepala madrasah dalam menerapkan pembinaan melalui supervisi akademik
kepala madrasah sehingga guru menjadi lebih memahami tugasnya masing masing
dan dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar di kelas. Di samping itu
ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari kepala madrasah, dan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III kepala madrasah telah melaksanakan pembinaan dengan baik dan
dilihat dari peningkatan kinerja guru pelaksanaan pembinaan sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui
penerapan supervisi akademik kepala madrasah dapat meningkatkan kinerja guru
sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan secara
umum dapat tercapai.
Tabel : 4.4 Analisis Hasil Tes Tentang Pembinaan Kepala madrasah melalui Supervisi
akademik kepala madrasah dalam meningkatkan Kinerja Guru dalam Penyusunan
Administrasi Pembelajaran.
Skor sebelum Skor setelah Skor setelah
No Nama Tindakan Tindakan 1 Tindakan 2
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Tartiti, S.Pd.I 65 75 85
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 60 65 80
3 Salam, S.Pd.I 70 75 85
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 75 80 90
5 Siyah, S.Pd.I 75 80 90
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 75 85 95
K. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pembinaan kepala madrasah dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam
penyusunan administrasi pembelajaran melalui penerapan supervisi akademik
kepala madrasah menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putaran ( siklus ).
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa seluruh guru dapat
meningkatkan kinerjanya dengan baik dalam setiap aspek.
3. Peningkatan mutu sekolah oleh kepala madrasah melalui melalui supervisi
akademik kepala madrasah ini menunjukan peningkatan pada tiap-tiap
putarannya.
4. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui penerapan
supervisi akademik kepala madrasah bermanfaat dan dapat membantu guru
untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga peningkatan
kinerja guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran di madrasah dapat
berjalan baik, dan dengan demikian kinerja guru dapat ditingkatkan.
L. Saran - Saran
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang mengembang
kan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat menggambarkan
Daftar Pustaka
Dirjen PMPTK. 2009. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah kerja kepala madrasah Dimensi
Supervisi. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Herry Widyastono. Kinerja Guru Sekolah Dasar: Studi Korelasional antara Bakat Skolastik,
Kreativitas, dan Motivasi Berprestasi, dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar dalam
Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Ke-5, No. 020, Desember 1999.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa
Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision thast Improving Teaching Strategies and
Techniques.
Sergiovani, Cs. 1987. “Beyond Human Relations” Profesional Supervision for Profesional
Teachers. Washington DC: Association for supervision and Curiculum
Development. 1979. Supercision: Human Prepectives. New York: MeGraw-Hill
Book Company.
Unruh, A., & Turner, H. E. 1970. Supervision for change and innovation. Boston:
Houghton-Mifflin.