Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PENYUSUNAN

ADMINISTRASI PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI


AKADEMIK KEPALA MADRASAH DI MI MUHAMMADIYAH
PASIR LOR KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN
BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Lily Setyowati
MI Muhammadiyah Pasir Lor

Abstrak: Menjadi guru profesional bukan merupakan jalan yang mulus,


namun banyak hambatan. Sebagai contoh, hubungan antar sesama guru dan
kepala madrasah lebih banyak bersifat birokratis dan administratif daripada
kesejawatan, sehingga tidak mendorong terbangunnya suasana dan budaya
profesional akademik di kalangan guru. Para gurupun semakin terjebak jauh
dari prinsip-prinsip profesionalitas. Mereka jauh dari buku, kebiasaan diskusi,
menulis, apalagi melakukan penelitian. Oleh karena itu, menurut Suparman
(2006) pembenahan dan peningkatan mutu guru berkaitan dengan kompetensi
profesional harus berlaku sepanjang kariernya. Tujuan dari penelitian tindakan
ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pembinaan kepala madrasah melalui
supervisi akademik kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru
penyusunan administrasi pembelajaran. Dalam penelitian tindakan sekolah (
PTS ) ini dilakukan dalam 3 siklus, dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti
dapat meningkatkan kinerja guru dengan mencapai standar ideal. Dari 69,28
% pada siklus I, dapat meningkat menjadi 75 % pada siklus II, dan siklus ke III
87, 14 %. Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui
supervisi akademik kepala madrasah dapat meningkatkan kinerja guru dalam
penyusunan administrasi pembelajaran dengan ketuntasan mencapai 100 %.
Kata Kunci: Kinerja Guru Indikatornya, Administrasi Pembelajaran, Supervisi
Akademik Kepala Madrasah.

Abstract: Becoming a professional teacher is not a smooth path, but there are
many obstacles. For example, the relationship between fellow teachers and
madrasah principals is more of a bureaucratic and administrative nature than
in the ministry, so that it does not encourage the building of an atmosphere and
a professional academic culture among teachers. The teachers are increasingly

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 199


trapped away from professional principles. They are far from books, the
habit of discussing, writing, let alone doing research. Therefore, according to
Suparman (2006) improvement and improvement of teacher quality related to
professional competence must apply throughout his career. The purpose of this
action research is to determine the extent to which madrasah head coaching
through the academic supervision of madrasah principals in improving teacher
performance in the preparation of learning administration. In this school action
research (PTS) is carried out in 3 cycles, from the results of the action taken
is proven to improve teacher performance by achieving ideal standards. From
69.28% in cycle I, it can increase to 75% in cycle II, and cycle III to 87, 14%.
The results of this action research indicate that coaching through the academic
supervision of madrasah principals can improve teacher performance in the
preparation of learning administration with completeness reaching 100%.
Keywords: Indicator Teacher Performance, Learning Administration, Academic
Supervision of Madrasah Heads.

A. Latar Belakang Masalah


Mendidik guru yang profesional membutuhkan waktu lama dan dana yang
besar. Suparman (2006) menegaskan dalam diskusi panel, bahwa guru profesional
bukanlah barang sekali jadi. Jika guru profesional bukan barang sekali jadi, maka
berarti guru profesional itu membutuhkan proses yang lama dan berkesinambungan.
Menjadi guru profesional bukan merupakan jalan yang mulus, namun banyak
hambatan. Sebagai contoh, hubungan antar sesama guru dan kepala madrasah lebih
banyak bersifat birokratis dan administratif daripada kesejawatan, sehingga tidak
mendorong terbangunnya suasana dan budaya profesional akademik di kalangan
guru. Para gurupun semakin terjebak jauh dari prinsip-prinsip profesionalitas.
Mereka jauh dari buku, kebiasaan diskusi, menulis, apalagi melakukan penelitian.
Oleh karena itu, menurut Suparman (2006) pembenahan dan peningkatan mutu guru
berkaitan dengan kompetensi profesional harus berlaku sepanjang kariernya.
Secara konseptual, mengubah paradigma guru MI Muhammadiyah Pasir Lor
menjadi guru yang professional dan efektif adalah relatif mudah, bahkan tidak
terdapat hambatan.
Konsekuensi dari paradigma baru guru MI Muhammadiyah Pasir Lor
membutuhkan perencanaan yang komprehensif. Penyiapan pendidikan guru MI
Muhammadiyah Pasir Lor yang profesional membutuhkan jangka waktu lama
dan menghabiskan dana yang besar. Meskipun membutuhkan jangka waktu
lama dan biaya mahal, kebijakan itupun harus diambil, jika pemerintah secara
sungguh-sungguh ingin meningkatkan kualitas guru MI Muhammadiyah Pasir

200 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


Lor. Meningkatnya kualitas guru MI Muhammadiyah Pasir Lor diasumsikan secara
linier akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Akhir muara dari kualitas guru
MI Muhammadiyah Pasir Lor diharapkan akan meningkatnya kualitas pendidikan,
khususnya output dan outcome madrasah.
Guru MI Muhammadiyah Pasir Lor yang sudah diangkat menjadi guru tetap ada
yang berlatar belakang pendidikan yang tidak linier dengan bidangnya, menjadi beban
bagi kepala madrasah untuk membina para guru tersebut mulai dari perecanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,membuka dan menutup pelajaran,
perlu bimbingan secara berkelanjutan oleh kepala madrasah agar para guru yang
menjadi binaannya dapat melaksanakan tugas secara professional, sehingga mampu
meningkatkan mutu pendidikan terutama di pendidikan tingkat dasar.
Pembinaan yang dilakukan oleh kepala madrasah terutama yang berkaitan
dengan adminsitrasi guru yang meliputi ; program tahunan, program semester,
pengembangan silabus dan RPP.
Banyak guru di madrasah yang tidak bisa membuat adminsitrasi, dia hanya
mengajar berdasarkan buku paket yang ada, tanpa ada persiapan sama sekali,
kondisi ini sangat memprihatinkan, jika hal ini dibiarkan secara terus menerus maka
pendidikan di negara kita tetap akan ketinggalan dengan bangsa lain. Oleh karena
itu peran kepala madrasah dalam membina guru melalui supervisi sangat penting
terutama dalam proses belajar mengajar yang efektif, sehingga pendidikan kita tidak
ketinggalan dan mutu pendidikan dapat ditingkatkan secara terus menerus.
Pembinan yang dilakukan oleh kepala madrasah adalah pembinaan guru,
terutama yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di madrasah. Pembinaan
guru oleh kepala madrasah dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan. Kepala
madrasah dapat berbagi pengalaman-pengalaman berhasil kepada semua staf
guru yang dipimpinnya. Suparman (2006) mengetengahkan faktor-faktor yang
menghambat pembinaan guru MI Muhammadiyah Pasir Lor, adalah hubungan antara
guru dan kepala madrasah bersifat birokratis dan administratif. Sifat hubungan
kepala madrasah dan guru yang demikian akan menghalangi budaya professional
akademik (Kompas, 2006). Sebagai gantinya, kepala madrasah sudah seharusnya
memberikan contoh-contoh unjuk kerja yang berhasil di kelas. Selanjutnya kepala
madrasah seharusnya bertindak sebagai teman sejawat untuk berbagi pengalaman.
Kesejawatan ini akan memberikan peluang keterbukaan para guru yang dipimpinnya,
sehingga mereka berani mengemukakan kelemahan-kelemahan dirinya.
Kepala madrasah secara periodik dapat mengajar satu atau dua mata pelajaran
di kelas kelas madrasah yang dipimpinnya. Kepala madrasah secara bijaksana dapat
meminta kepada guru, kapan diberikan kesempatan mengajar di kelasnya. Kepala
madrasah harus mendemonstrasikan cara mengajar terbaiknya kepada guru. Sebagai

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 201


kepala madrasah yang demokratis, kepala madrasah juga mengajak diskusi kepada
gurunya atas pekerjaan yang telah dilaksanakan. Guru diberi kesempatan untuk
menunjukkan di mana letak kelemahan mengajar kepala madrasah dan di mana letak
kelebihannya. Sebagai tindak lanjut, kepala madrasah meminta kepada setiap guru,
kapan diberi kesempatan untuk mengamati kebolehan guru dalam pembelajaran.
Dengan demikian kepala madrasah dan guru mempunyai kedudukan yang sama
ketika mereka melaksanakan pembelajaran. Secara psikologis, guru tidak merasa
dirinya selalu “diawasi” oleh kepala madrasah.
Perbuatan kepala madrasah yang demikian akan menumbuhkan jiwa kesejawatan
dan kebersamaan antara kepala madrasah dengan guru. Syamsudin (2000)
menambahkan bahwa cara pembinaan oleh kepala madrasah akan berhasil jika: (a)
hubungan antara guru dan kepala madrasah terjalin akrab dan hangat, (b) kepala
madrasah tidak bermaksud untuk memeriksa gurunya, (c) guru tidak selalu merasa
diawasi oleh kepala madrasah pada waktu mengajar, (d) hasil diskusi dengan kepala
madrasah menjadi masukan bagi guru untuk perbaikan pembelajaran berikutnya,
dan (e) hasil kinerja pembelajaran guru hanya menjadi milik guru dan kepala
madrasah, kecuali jika guru menginjinkan penampilan terbaiknya diinformasikan
kepada teman sejawatnya.
Kaitannya dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, kepala madrasah selaku pembina di madrasah yang menjadi binaannya
berupaya melakukan pembinaan melalui supervisi secara berkelanjutan, terutama
dalam perencanaan pembelajaran, dan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
akan berjalan dengan efektif bila semua guru dapat melaksanakan semua tugasnya
secara baik dan profesional. Oleh karena itu kepala madrasah selaku pembina dalam
peningkatan kinerja guru perlu melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul
Peningkatan Kinerja Guru dalam Penyusunan Administrasi Pembelajaran melalui
Supervisi Akademik Kepala Madrasah di MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018 / 2019.
Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan administrasi
pembelajaran?
2. Bagaimana kemampuan kepala madrasah dalam melakukan pembinaan kepada
guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran ?
3. Bagaimana model pembinaan yang diberikan kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja guru?
4. Bagaimana model pembinaan superisi akademik yang diberikan kepala madrasah
kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru?

202 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


5. Bagaimana respon guru terhadap pembinaan yang diberikan kepala madrasah?
6. Bagaimana efektivitas pembinaan yang diberikan kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja guru?

Dari identifikasi masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini dibatasi pada
masalah yang dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan administrasi
pembelajaran melalui supervisi akademik kepala madrasah di MI Muhammadiyah
Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2018/2019?
2. Bagaimana efektivitas peningkatan kinerja guru dalam penyusunan administrasi
pembelajaran melalui supervisi akademik kepala madrasah di MI Muhammadiyah
Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2018/2019?

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ;


1. Peningkatkan kinerja guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran
melalui supervisi akademik kepala madrasah di MI Muhammadiyah Pasir Lor
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Efektivitas peningkatan kinerja guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran
melalui supervisi akademik kepala madrasah di MI Muhammadiyah Pasir Lor
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019.

B. Kinerja Guru dan Indikatornya


Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja, artinya
kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada tempat ia
bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap keberhasilan suatu
pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perli diciptakan
sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang
didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam menghasilkan
suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil
kerja seseorang yang mencerminkan prestasi kerja sebagai ungkapan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila seorang guru
memiliki lima hal yakni:
1. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan serta cara
mengajarnya kepada siswa

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 203


3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi
dan
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar serta
pengalamannya.

Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga kinerja
dari seorang guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2)
kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3) kemampuan menglola kelas
(4) kemampuan menggunakan media/sumber belajar, (5) kemampuan menglola
interaksi belajar mengajar, (6) mampu melaksanakan evaluasi belajar siswa.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam melaksanakan fungsinya
oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektifitas guru yaitu: (1)
memiliki pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar, pertimbangan dan
kepemimpinan, (2) menguasai metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku
yang baik saat mengajar, dan (4) menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak
kinerja guru yang kurang memadai, disamping itu guru dituntut dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula
dengan pesat. Istilah kinerja berasal dari bahasa Inggris yaitu performance, berarti
hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang/organisasi
tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam unjuk kerja, artinya kemampuan
yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di tempat ia bekerja. Kinerja
merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjan.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan tertentu.
Kebuituhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedanghkan
tujuannya berfungsi untuk menggerakkan perilaku. Karena itu suatu kinerja yang
efektif bagi setiap individu, perlu disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai
secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat kaitannya
dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2) melaksanakan
KBM, (3) melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4) mengadakan penilaian.
Sedangkan Suyud (2005) mengembangkan kinerja guru profesional meliputi:
(1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik siswa, (3) penguasaan
pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan
evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam
penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik, (3)

204 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


penguasaan pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5)
penguasaan evaluasi pembelajaran, dan (6) kepribadian.

C. Administrasi Pembelajaran
1. Administrasi
Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti
yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke“ atau kepada.
Ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti melayani,
membantu, atau mengarahkan. Dalam bahasa Inggris to administer berati pula ‘
mengatur “ , memelihara “ ( to look after), dan mengarahkan. Jadi kata administrasi
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan.

2. Adminitrasi Pembelajaran
Adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik
personil, spiritual maupun material yang bersangkut-paut dengan pencapaian
tujuan pembelajaran. Jadi di dalam proses administrasi pembelajaran adalah segenap
usaha guru yang terlibat di dalam pencapaian tujuan pembelajaran di madrasah itu,
diintegrasikan, dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang akan diperlukan
dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien.

3. Fungsi Pokok Administrasi Pembelajaran


Fungsi administrasi pembelajaran meliputi fungsi ; perencanaan, organisasi,
koordinasi, komunikasi, supervisi kepengawasan, pembiayaan, dan evaluasi.
Kesemua fungsi-fungsi itu satu sama lain bertalian erat sangat erat.

a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap administrasi. Tanpa
perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan
bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan merupakan
kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan administrasi itu
berlangsung. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan,
yaitu faktor tujuan dan faktor sarana, baik saran personal maupun material.
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
3) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.
4) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 205


5) Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana
pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.

Syarat-syarat perencanaan meliputi:


1) Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
2) Bersifat sederhana, realistis, dan praktis.
3) Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan
sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
4) Memiliki flesibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi
dan situasi sewaktu-waktu.
5) Terdapat perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap
dalam perencanaan itu, menurut urgensinya masing-masing.
6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta kemungkinan
penggunaan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
7) Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksanaan.

Merencanakan berarti pula memikirkan tentang penghematan tenaga,


penghematan biaya dan waktu, juga membatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi dan menghindari adanya duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas/ pekerjaan
rangkap yang dapat menghambat jalannya penyelesaian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan (planning) sebagai suatu fungsi
administrasi pendidikan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian
tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan
pendidikan.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapat
adanya pembagian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab secara rinci menurut
bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan
kerja sama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang yang telah
ditetapkan.
Fungsi organisasi dapat diartikan bermacam-macam:
1) Organisasi dapat diartikan sebagai memberi struktur, terutama dalam penyusunan/
penempatan personel, pekerjaan-pekerjaan, material, dan pikiran-pikiran didalan
struktur itu. Umpamanya dalam pembentukan suatu panitia: bagaimana susunan
atau organisasinya, siapa yang menjadi pelindung, penasehat, ketua, panitera,
bendahara, komisaris, dan sebagainya.

206 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


2) Organisasi dapat pula ditafsirkan sebagai menetapkan hubungan antar orang-
orang. Kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan tanggung jawab masing-masing
anggota disusun menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan-
tujuan atau maksud-maksud kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran.
3) Organisasi dapat juga diartikan semata-mata mengingat maksudnya, yakni
sebagai alat untuk untuk mempersatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan. Dengan demikian, organisasi sebagai salah satu fungsi
administrasi pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut:

c. Pengkoordinasian (cordinating)
Kita mengetahui bahwa rencana atau program-program pendidikan yang harus
dilaksanakan di sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan mengandung banyak
segi yang saling bersangkut paut satu sama lain. Sifat kompleks yang dipunyai oleh
program pendidikan di madrasah menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan
yang koordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi batas-batas perencanaan
maupun batas-batas personel seperti untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi
dalam tugas, perbuatan, hak dan tanggung jawab, ketidakseimbangan dalam berat
ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan
sebagainya.
Jika kita simpulkan, maka, koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang,
material, pikiran-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.

d. Komunikasi dan Motivasi


Komunikasi dalam setiap bentuknya adalah suatu proses yang hendak
mempengauhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi. Di dalam
kegiatan komunikasi diperlukan adanya motivasi, terutama motivasi intrinsik. Oleh
karena itu, pemberian motivasi dalam rangka komunikasi hendaknya memperhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:
1) Adanya keinginan untuk berhasil (achievement, succes);
2) Kejelasan tentang tindakan yang harus diambil/dianjurkan;
3) Keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif;
4) Keyakinan akan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota;
5) Keinginan akan adanya kebebasan untuk menentukan, menolak, ataupun
menerima apa yang dianjurkan;
6) Adanya tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika yang dianutnya)
apa yang dianjurkan sebelum melaksanakan. Dalam hubungan ini, maka di dalam
kegiatan administrasi pendidikan yang biasa dilakukan oleh para pimpinan

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 207


pendidikan, terutama oleh kepala sekolah, masalah komunikasi, seperti telah
diuraikan di atas, sangat perlu diperhatikan. Mengadakan komunikasi tanpa
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil komunikasi, seperti
faktor situasi (objektif dan subjektif), kebutuhan pribadi, tuntutan masyarakat
terhadap seseorang, dan harapan pribadi dari masyarakat, sukar diharapkan
komunikasi itu akan berhasil dengan baik. Setiap guru ataupun pegawai sebagai
pribadi dan anggota masyarakat tidak luput dari pengarauh faktor-faktor
tersebut. Di samping itu, faktor motivasi perlu mendapat perhatian pula. Dapat
diterima atau tidaknya suatu pengaruh ataupun instruksi dari pimpinan, akan
bergantung pada motif-motif yang ada pada diri seseorang, baik ia sebagai guru
ataupun sebagai pegawai pendidikan lainnya.

e. Supervisi
Setiap pelakasanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh
karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi, fungsi supervisi yang terpenting adalah menentukan kondisi-kondisi/
syarat-syarat apakah yang diperlukan dan memenuhi/mengusahakan syarat-syarat
yang diperlukan itu. Jadi jika disimpulkan, supervisi sebagai fungsi administrasi
pendidikan berarti aktivitas-aktiviatas untuk menentukan kondisi-kondisi /syarat-
syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

f. Kepegawaian ( Staffing )
Sebenarnya fungsi kepegawaian ini sudah dijalankan sejak penyusunan
perencanaan dan pengorganisasian. Di dalam pengorganisasian telah dipikirkan dan
diusahakan agar untuk personal-personal yang menduduki jabatan-jabatan tertentu
di dalam struktur organisasi itu dipilih dan diangkat orang-orang yang memiliki
kecakapan dan kesanggupan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Dalam
hal ini prinsip the right man in right place selalu diperhatikan.
Masalah selanjutnya yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan –kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegewai agar selalu giat bekerja,
kesejahteraan pegawai ( jasmani maupun rohani ), insentif dan penghargaan atas jasa-
jasa mereka, konduite dan bimbingan untuk dapat lebih maju, adanya kesempatan
untuk meng-up-grade diri, masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.

g. Pembiayaan ( budgeting )
Demikian pula organisasi seperti halnya dengan lembaga pendidikan atau
sekolah. Setiap kebutuhan organisasi, baik personal maupun material, semua

208 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


memerlukan adanya biaya. Itulah sebabnya maka masalah pembiayaan ini harus
sudah mulai dipikirkan sejak pembuatan planning sampai dengan pelaksanaannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan itu ialah:
(1) Perencanaan tentang berapa biaya yang diperlukan.
(2) Dari mana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh/ diusahakan.
(3) Bagaimana penggunaannya.
(4) Siapa yang akan melaksanakannya.
(5) Bagaimana pembukuan dan pertanggung jawaban.
(6) Bagaimana pengawasannya, dll.

h. Penilaian ( evaluating )
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti
dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses
keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan pencapainan tujuan pendidikan.
Setiap kegiatan, baik yang dilakukan oleh bawahan, memerlukan adanya evaluasi.

4. Administrasi Guru dalam Pembelajaran


Yang termasuk administrasi guru dalam pembelajaran di madrasah meliputi
silabus mata pelajaran dan RPP.
a. Pengembangan Silabus
1) Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
2) Perinsip Pengembangan Silabus
a) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 209


c) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
d) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
e) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di madrasah dan
tuntutan masyarakat.
h) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
3) Langkah Langkah Pengembangan Silabus
a) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
c) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
d) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
e) Penentuan Jenis Penilaian
f) Menentukan Alokasi Waktu
g) Menentukan sumber belajar
b. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup
Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang
terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan
atau lebih.
Langkah Menyusun RPP
1) Mengisi kolom identitas

210 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan
3) Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada
silabus yang telah disusun
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang
telah ditentukan
5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/
pembelajaran
6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,
inti, dan akhir.
8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran,
dll.

D. Supervisi Akademik Kepala Madrasah


1. Pengertian Supervisi Akademik
Ketrampilan utama dari seorang kepala madrasah adalah melakukan penilaian
dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil
belajar siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas diharapkan
dapat melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik
supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru.
Supervisi akademik kepala madrasah adalah kemampuan kepala madrasah
dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru
dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya,
agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.
Supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Oleh karena itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam
proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran,
penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses
dan hasil pembelajaran serta Penelitian Tindakan Kepengawasan. Oleh karena
itu tujuan umum pembinaan kepala madrasah melalui supervisi akademik ini
adalah (1) menerapkan teknik dan metode supervisi akademik di madrasah,
dan (2) mengembangkan kemampuan dalam menilai dan membina guru untuk

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 211


mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak
terhadap kualitas hasil belajar siswa.

2. Sifat-Sifat Pengawas Akademik


Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembinaan supervisi
akademik maka sifat sebagai seorang kepala madrasah dalam melaksanakan
supervisi akademik harus memiliki kualitas sebagai berikut:
a) Mendengarkan dengan sabar
b) Menunjukkan ketrampilan dengan jelas
c) Menawarkan insentif atau dorongan dengan tepat.
d) Mempertimbangkan reaksi dan pemahaman dengan tepat
e) Menjelaskan, merangsang (stimulating) dan memuji secara simpatik dan penuh
perhatian
f) Meningkatkan pengetahuan sendiri secara berkelanjutan.

3. Tujuan Supervisi Akademik


Supervisi instruksional bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan,
pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas kesalahan, dan sebuah
komitmen untuk membangun kapasitas guru. Cogan (1973) dan Goldhammer (1969),
penyusun kerangka supervisi klinis, meramalkan praktek yang akan memposisikan
guru sebagai pebelajar aktif. Lebih lanjut, Cogan menegaskan bahwa guru memiliki
kemampuan menjadi penanggungjawab profesional dan lebih daripada itu ia
mampu menjadi “penganalisis kinerjanya sendiri, terbuka untuk membantu orang
lain, dan mengarahkan diri sendiri”. Unruh dan Turner (1970) menyatakan bahwa
supervisi sebagai “sebuah proses sosial dari stimulasi, pengasuhan, dan memprediksi
pengembangan professional guru” dan Kepala madrasah sebagai “penggerak
utama dalam pengembangan secara optimum kondisi pembelajaran”. Apabila guru
belajar dari memeriksa praktiknya sendiri dengan bantuan sejawat atau pengawas,
pembelajarannya menjadi lebih personal dan oleh karena itu lebih kuat.
Maksud dari supervisi akademik/instruksional adalah formatif, sesuai dengan
proses yang sedang berjalan, proses pengembangan, dengan pendekatan yang berbeda
yang memungkinkan guru untuk belajar dari cara penganalisisan dan perefleksian
praktik di kelas mereka dengan pendampingan pengawas atau profesional lainnya
(Glatthorn, 1984, 1990, Glickman, 1990).
Sebaliknya, maksud dari evaluasi adalah sumatif; pengamatan kelas dan
penilaian kinerja profesional lainnya mengarah pada pertimbangan final atau rating
keseluruhan (mis., M=memuaskan, B= baik, PP = perlu peningkatan). McGreal (1983)
memperjelas bahwa seluruh supervisi mengarah ke evaluasi dan kepala madrasah

212 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


tidak dapat mengevaluasi guru sebelum mereka melakukan pengamatan terhadap
guru di dalam kelasnya.
Penelitian pada kebiasaan supervisi menyatakan bahwa, kebanyakan
madrasah mengurangi tujuan awal dari supervisi akademik/instruksional dengan
menggantikannya dengan evaluasi (Sullivan & Glanz, 2000).
Maksud dari evaluasi adalah untuk melihat ketercapaiannya dengan ketentuan
standar pendidikan nasional dan kebijakan Pemda. Menguji/menentukan nilai guru
pada akhir tahun, dan dapat pula digunakan untuk menentukanm apakah seorang
guru layak untuk mengajar atau tidak.
Tujuan dari supervisi adalah untuk meningkatkan :
a) Interaksi tatap muka dan membangun hubungan antara guru dengan kepala
madrasah (Acheson & Gall, 1997; Bellon & Bellon, 1982; Goldhammer, 1969;
McGreal, 1983);
b) Pembelajaran bagi guru dan kepala madrasah (Mosher & Purpel, 1972)
c) Meningkatkan belajar siswa melalui peningkatan pembelajaran guru (Blumberg,
1980; Cogan, 1973; Harris, 1975)
d) Basis data untuk pengambilan keputusan (Bellon & Bellon, 1982)
e) Pengembangan kapasitas individual dan organisasi (Pajak, 1993)
f) Membangun kepercayaan pada proses, satu sama lain, dan lingkungan(Costa &
Garmston, 1994), dan
g) Mengubah hasil dengan pengembangan kehidupan yang lebih baikuntuk guru
dan siswa dan pembelajaran mereka (Sergiovanni & Starratt,1998).
Secara umum tujuan supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran
yang berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik.

E. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Guru MI Muhammadiyah Pasir Lor
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang merupakan madrasah tempat
peneliti menjadi kepala madrasah tahun pelajaran 2018/2019.

F. Setting Penelitian
Peneitian Tindakan Sekolah (PTS) dilakukan pada guru MI Muhammadiyah Pasir
Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019. Guru
MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang
menjadi penelitian berjumlah 7 orang guru. PTS yang dilakukan di MI Muhamadiyah
Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas adalah pembinaan melalui
penerapan supervisi akademik kepala madrasah dalam upaya peningkatan kinerja
guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran.

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 213


G. Rancangan Penelitian
Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus. Kegiatan dilaksanakana dalam semester
ganjil tahun pelajaran 2018/ 2019. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan
mulai tanggal 22 Agustus – 26 September 2018. Dalam pelaksanaan tindakan,
rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan,(2) tindakan,(3)
pengamatan, (4) refleksi.
1. Perencanaan
Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada
pelaksanaan PTS, peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap
menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus
dilakukan bersama antara guru yang melakukan tindakan dengan peneliti yang
akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatih
pada pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai
dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan
tampak wajar.
3. Pengamatan atau observasi
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan pada saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan
data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi / penilaian yang
telah tersusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTS mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat
teratasi.

214 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


H. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian tindakan ini menggunakan model pembinaan kepala madrasah
melalui supervisi akademik kepala madrasah.
Tujuan yang diharapkan pada pembinaan pertama kepala madrasah melalui
supervisi akademik kepala madrasah ini adalah menjelaskan kepada guru dalam
rangka peningkatan kinerja guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran.
Agar dapat tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai kepala
madrasah melakukan pembinaan dengan langkah - langkah sebagai berikut:
a) Menyusun instrumen penilaian sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan. (
8 standar isi pendidikan ).
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada guru
d) Melaksanakan tindakan kepala madrasah melalui supervisi akademik kepala
madrasah.
e) Melakukan refleksi pada siklus pertama
f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasarkan refleksi siklus
pertama
g) Melaksanakan pembinaan melalui supervisi akademik kepala madrasah pada
siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembinaan melalui supervisi akademik kepala madrasah
k) Kepala madrasah pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua
l) Melaksanakan pembinaan melalui supervisi akademik kepala madrasah pada
siklus ketiga
m) Melakukan observasi
n) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
o) Menyusun laporan

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan


Pelaksanaan tindakan sekolah dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri
dari enam kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah
2 x 35 menit. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 22-29 Agustus 2018 dan
siklus kedua pada tanggal 05 - 12 September 2018, siklus ketiga pada tanggal 19 - 26
September 2018. Penelitian tindakan kepala madrasah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur jadwal pembelajaran dan skenario pembelajaran.

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 215


3. Pelaksanaan Kegiatan Persiklus
SIKLUS 1

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan berupa perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang sudah distandarisasi dan alat-alat
pengajaran lain yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 22-29
Agustus 2018 di MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten
Banyumas tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah guru 7 orang. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai kepala madrasah. Adapun proses pembinaan mengacu
pada jadwal pembinaan melalui supervisi akademik kepala madrasah yang telah
dipersiapkan, dan dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar
mengajar. Pada akhir pembinaan diberi tes penilaian I dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan kinerja guru dalam menyusun indikator pencapaian
standar kompetensi yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus
I. adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam menyusunan Administrasi
Pembelajaran Pada Siklus I
Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Tartiti, S.Pd.I 65 √
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 60 √
3 Salam, S.Pd.I 70 √
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 75 √
5 Siyah, S.Pd.I 75 √
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 75 √
7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 65 √
Jumlah Total 485
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 700

Ketrangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 3 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 4 Orang
Madrasah : belum tuntas.

216 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan dengan penerapan
supervisi akademik kepala madrasah diperoleh nilai rata-rata nilai adalah 69,28 %
atau ada 3 orang dari 7 guru sudah tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara keseluruhan belum tuntas, karena guru yang memperoleh nilai
≥ 75 hanya sebesar 43% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena guru masih merasa baru dan belum mengerti
apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembinaan melalui
penerapan supervisi akademik kepala madrasah.

c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Kepala madrasah kurang baik dalam memotivasi guru dan dalam menyampaikan
tujuan pembinaan
2) Kepala madrasah kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Guru kurang begitu antusias selama pembinaan berlangsung.

d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
(1) Kepala madrasah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
(2) Kepala madrasah perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
(3) Kepala madrasah harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi guru
sehingga guru bisa lebih antusias.

SIKLUS II

a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri
dari jadwal pembinaan 2, soal tes formatif II dan alat-alat pembinaan lain yang
mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 5-12
September 2018 di MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan Karanglewas Kabupaten
Banyumas tahun Pelajaran 2018/2019. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai kepala

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 217


madrasah. Adapun proses pembinaan mengacu pada jadwal pembinaan dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus
I tidak terulang lagi pada siklus II. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan sesuai
dengan prosedur jadwal pembinaan dan pelaksanaan pembinaan dilaksanakan pada
saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dalam melakukan pembinaan. Instrumen yang
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah
sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam Penyusunan Administrasi
Pembelajaran Pada Siklus II
Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Tartiti, S.Pd.I 75 √
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 65 √
3 Salam, S.Pd.I 75 √
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 80 √
5 Siyah, S.Pd.I 80 √
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 85 √
7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 65 √
Jumlah Total 525
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 700

Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 5 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 2 Orang
Madrasah : belum tuntas

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh guru adalah 75 % dan
peningkatan kinerja guru atau dari 7 orang guru sudah 5 orang yang sudah tuntas
(71,42 %) . Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini hasil pembinaan melalui
supervisi akademik kepala madrasah telah mengalami peningkatan lebih baik
dari siklus I. Adanya peningkatan kinerja guru ini karena kepala madrasah telah
menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan diadakan penilaian sehingga pada
pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Selain
itu para guru juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan
oleh kepala madrasah dalam melakukan pembinaan dengan penerapan supervisi
akademik kepala madrasah.

218 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


c. Refleksi
Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
1) Memotivasi kepala madrasah
2) Membimbing guru dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan program
sekolah, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara
lain:
(1) Kepala madrasah dalam memberikan pembinaan kepada guru hendaknya
dapat membuat para guru termotivasi dalam membuat program dan jadwal
pembelajaran.
(2) Kepala madrasah harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada perasaan
takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya tentang masalah yang
dihadapi oleh sekolah.
(3) Kepala madrasah harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada guru
terutama dalam merumuskan kesimpulan / menemukan konsep.
(4) Kepala madrasah harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Kepala madrasah sebaiknya menambah lebih banyak contoh-contoh model
penilaian hasil pembelajaran dengan format-format yang sudah distandardisasi
oleh Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal ini Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan ( LPMP ) baik di Tingkat Provinsi maupun tingkat Pusat.

SIKLUS III

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang berkaitan
dengan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-
alat pembinaan lainnya yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan


Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal
19-26 September 2018 di MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah 7 orang guru. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai kepala madrasah. Adapun proses pembinaaan

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 219


mengacu pada jadwal pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar mengajar di
madrasah.
Pada akhir proses pembinaan diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan guru meningkatkan kinerjanya dalam penyusunan
administrasi pembelajaran yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 3 Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam Penyusunan Administrasi
Pembelajaran Pada Siklus III
Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Tartiti, S.Pd.I 85 √
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 80 √
3 Salam, S.Pd.I 85 √
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 90 √
5 Siyah, S.Pd.I 90 √
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 95 √
7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 85 √
Jumlah Total 610
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 700

Ketrangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 7 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang
Madrasah : Sudah tuntas

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 87,14 %
dan dari 7 orang guru semuanya yang telah mencapai ketuntasan meningkatkan
kinerjanya dalam penyusunan administrasi pembelajaran. Maka secara kelompok
ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus
III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
kepala madrasah dalam menerapkan pembinaan melalui supervisi akademik
kepala madrasah sehingga guru menjadi lebih memahami tugasnya masing masing
dan dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar di kelas. Di samping itu
ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari kepala madrasah, dan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

220 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


c. Refleksi
Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses pembinaan melalui supervisi akademik kepala madrasah.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut :
1) Selama proses pembinaan kepala madrasah telah melaksanakan semua
pembinaan dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna,
tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama proses
pembinaan berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil pembinaan kepala madrasah melalui pelatiha berkelanjutan pada siklus III
mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III kepala madrasah telah melaksanakan pembinaan dengan baik dan
dilihat dari peningkatan kinerja guru pelaksanaan pembinaan sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui
penerapan supervisi akademik kepala madrasah dapat meningkatkan kinerja guru
sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan secara
umum dapat tercapai.

I. Analisis Hasil Kegiatan


Setelah dilakukan tindakan kepala madrasah pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.

Tabel : 4.4 Analisis Hasil Tes Tentang Pembinaan Kepala madrasah melalui Supervisi
akademik kepala madrasah dalam meningkatkan Kinerja Guru dalam Penyusunan
Administrasi Pembelajaran.
Skor sebelum Skor setelah Skor setelah
No Nama Tindakan Tindakan 1 Tindakan 2
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Tartiti, S.Pd.I 65 75 85
2 Yeni Lestari, S.Pd.I 60 65 80
3 Salam, S.Pd.I 70 75 85
4 Fahrudin Juhri, S.Ag 75 80 90
5 Siyah, S.Pd.I 75 80 90
6 Sofiana Mantiq, S.Pd 75 85 95

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 221


7 Yuni Nur Hidayati, S.Pd.I 65 65 85
Jumlah Total 485 525 610
Skor Maksimum Individu 100 100 100
Skor Maksimum Kelompok 700 700 700

1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


a. Pencapaian Peningkatan kinerja guru sebelum diberi tindakan
= 485 x 100% = 69,28%
= 700
b. Peningkatan kinerja guru dalam mengajar setelah diberi tindakan melalui dalam
penyusunan administrasi pembelajaran.
= 525 x 100% = 75 %
= 700
c. Peningkatan kinerja guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran setelah
diberi tindakan.
= 610 x 100% = 87,14 %
= 700

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa:


a. Terjadi peningkatan kinerja guru setelah diberi pembinaan melalui supervisi
akademik kepala madrasah yaitu peningkatan kinerja guru dalam mengajar ;
69,28% menjadi 75 % ada kenaikan sebesar = 5,71%
b. Dari sebelum pembinaan ( siklus 1 ) dan setelah pembinaan oleh kepala madrasah
sampai dengan ( siklus 2 ) menjadi 75 %, dan siklus ke 3 juga mengalami kenaikan
menjadi 87,14 %
c. Ketuntasan peningkatan kinerja guru dalam penyusunan administrasi
pembelajaran 43 % naik menjadi 100 %.

2. Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan kepala madrasah
kepada guru melalui supervisi akademik kepala madrasah, maka hasil observasi
nilai, dapat dikatakan sebagai berikut :
a. Pertemuan pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam pembinaan
kepala madrasah masih terlihat guru belum begitu antusias karena mereka masih
menganggap pembinaan kepala madrasah tersebut merupakan tugas baru yang
diembannya ;

222 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


b. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi akademik kepala madrasah, dalam
hal peningkatan kinerja guru dalam pengembangan indikator belum tampak,
sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
c. Mungkin karena proses pembinaan melalui supervisi akademik kepala madrasah
baru mereka laksanakan sehingga guru merasa kaku dalam menerapkannya.
d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
pertemuan kedua proses pembinaan kepala madrasah berjalan baik, semua guru
aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, semua guru antusias
untuk mengikutinya dan telah mencapai ketuntasan.

J. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengajar
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui supervisi
akademik kepala madrasah memiliki dampak positif dalam meningkatkan kinerja
guru, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru terhadap
pembinaan yang disampaikan kepala madrasah ( kemampuan mengajar guru
meningkat dari siklus I, II, dan III.
2. Kemampuan kepala madrasah meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan
administrasi pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam meningkatkan kinerja
guru dalam dalam melaksanakan pengajaran di kelas setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap capaian mutu sekolah yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas kepala madrasah dan guru dalam pembinaan melalui supervisi
akademik kepala madrasah
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas kepala madrasah dan guru yang
paling dominan dalam kegiatan pembinaan adalah bekerja dengan menggunakan
alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan kepala madrasah, dan
diskusi antar guru dan kepala madrasah. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
guru dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas kepala madrasah selama pembinaan telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi akademik
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membuat dan merencanakan program pembelajaran, melaksanakan,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana persentase untuk aktivitas
di atas cukup besar.

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 223


Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kinerja guru dalam penyusunan
administrasi pembelajaran, hasilnya cukup baik. Hal itu tampak pada pertemuan dari
7 orang guru yang ada pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai
; 69,28 % meningkat menjadi 75 % pada siklus 2 siklus ke 3 meningkatan menjadi
87,14 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan kepala madrasah melalui supervisi
akademik kepala madrasah efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan kinerjai
guru, yang berarti proses pembinaan kepala madrasah lebih berhasil dan dapat
meningkatkan kinerja guru khususnya di MI Muhammadiyah Pasir Lor Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2018/2019, oleh karena itu
diharapkan kepada para kepala madrasah dapat melaksanakan pembinaan melalui
pelatihan secara berkelanjutan.
Berdasarkan Permen No 12 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala madrasah,
dapat meningkatkan kinerja guru, serta dapat mengorganisasikan sekolah ke arah
perubahan yang diinginkan telah mencapai 85 %, maka kinerja guru dalam dalam
mengajar di kelas dengan menerapkan pelatihan berkelanjutan tersebut dikatakan
efektif. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas dapat diterima.

K. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pembinaan kepala madrasah dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam
penyusunan administrasi pembelajaran melalui penerapan supervisi akademik
kepala madrasah menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putaran ( siklus ).
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa seluruh guru dapat
meningkatkan kinerjanya dengan baik dalam setiap aspek.
3. Peningkatan mutu sekolah oleh kepala madrasah melalui melalui supervisi
akademik kepala madrasah ini menunjukan peningkatan pada tiap-tiap
putarannya.
4. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui penerapan
supervisi akademik kepala madrasah bermanfaat dan dapat membantu guru
untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga peningkatan
kinerja guru dalam penyusunan administrasi pembelajaran di madrasah dapat
berjalan baik, dan dengan demikian kinerja guru dapat ditingkatkan.

L. Saran - Saran
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang mengembang­
kan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat menggambarkan

224 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359


peningkatan motivasi guru dalam mengajar di kelas dengan baik sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan.
2. Pembinaan kepala madrasah melalui penerapan supervisi akademik kepala
madrasah diperlukan perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap langkah
pembinaan, dan perencanaan yang matang misalnya dalam pengalokasian waktu
dan pemilihan konsep yang sesuai.
3. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan jaman, terutama
dengan membaca hasil karya para akhli sehingga tidak ketinggalan dengan
daerah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan, sebagai tanggung jawab
bersama memajukan pendidikan.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________.2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Cogan , M. 1937. Clinical supervision. Boston: Houghton-Mifflin.

Depdiknas RI 2007, Peraturan No 12 Tentang Kompetensi Kepala madrasah. Jakarta :


Depdiknas

____________2007, Peraturan Menteri No 13 Tentang Kompetensi Kepala madrasah.


Jakarta: Depdiknas.

____________2007, Peraturan Menteri No 19 Tentang Standar Pengelolaan Sekolah/


Madrasah. Jakarta: Depdiknas

Dirjen PMPTK. 2009. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah kerja kepala madrasah Dimensi
Supervisi. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Herry Widyastono. Kinerja Guru Sekolah Dasar: Studi Korelasional antara Bakat Skolastik,
Kreativitas, dan Motivasi Berprestasi, dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar dalam
Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Ke-5, No. 020, Desember 1999.

Nanang Fattah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung:PT.RosdaKarya

Dwija Inspira ISSN: 2614-5359 225


Pajak, E. F. 1993. Approaches to clinical supervision: Alternatives for improving instruction.
Norwood, MA: Christopher-Gordon.

Pidarta,Made.1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan.Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa

Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision thast Improving Teaching Strategies and
Techniques.

Sergiovani, Cs. 1987. “Beyond Human Relations” Profesional Supervision for Profesional
Teachers. Washington DC: Association for supervision and Curiculum
Development. 1979. Supercision: Human Prepectives. New York: MeGraw-Hill
Book Company.

Unruh, A., & Turner, H. E. 1970. Supervision for change and innovation. Boston:
Houghton-Mifflin.

226 Dwija Inspira ISSN: 2614-5359

Anda mungkin juga menyukai