Anda di halaman 1dari 4

Nama : Herawati

Kelas : 1A-D4
Nim : 45223012
Matkul : Komunikasi Bisnis

 Komunikasi dalam Organisasi


Secara umum komunikasi diartikan sebagai proses kegiatan pengoperan/
penyampaian berita/ informasi dari komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan media dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua bela
pihak, serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolik.
Katz dan kahn berpendapat bahwa komunikasi dalam organisasi adalah sebuah
pertukaran informasi dalam suatu organisasi, sehingga dapat membentuk arus
informasi.
 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Secara garis besar, fungsi komunikasi dalam organisasi terdiri dari empat poin,
yaitu:
1. Informatif
Komunikasi bersifat menerangkan atau memberi informasi (informatif).
Organisasi sendiri dipandang sebagai sistem pemrosesan informasi yang
memungkinkan setiap anggotanya melaksanakan tugas secara tepat sehingga tujuan
dapat tercapai sesuai target.
2. Regulatif
Selain informatif, komunikasi juga berkaitan dengan peraturan (regulatif).
Artinya, komunikasi diharapkan mampu melancarkan aturan dan pedoman yang
ditetapkan oleh organisasi untuk kelangsungan organisasi itu sendiri.
Terdapat dua hal yang memengaruhi fungsi regulatif, yakni berhubungan dengan
orang di dalam manajemen yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan
penyebaran informasi atau pemberian perintah dan berhubungan dengan pesan yang
berorientasi kerja, seperti aturan mengenai yang boleh dan tidak boleh dilakukan
anggota organisasi. Adanya komunikasi membuat pemimpin maupun anggota lebih
leluasa menjalankan tugasnya sesuai aturan yang ada.
3. Persuasif
Sesuai namanya, fungsi persuasif bersifat membujuk atau menyakinkan secara
halus. Alih-alih memerintah secara langsung, pemimpin organisasi lebih memilih
memanfaatkan komunikasi persuasif untuk membujuk anggotanya melakukan sesuatu.
Fungsi persuasif dinilai memudahkan pemimpin untuk mengatur bawahannya.
Pasalnya, pekerjaan yang dilakukan sukarela akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar. Lantaran bersifat memerintah secara halus, pemimpin akan lebih dihargai
para anggotanya.
4. Integratif
Fungsi integratif berhubungan dengan penyediaan saluran atau hal maupun alat
yang bisa mempermudah anggota melakukan tugas dan melaksanakan perintah dengan
baik. Umumnya, setiap organisasi akan berusaha menyediakan saluran sehingga setiap
anggota dapat berkomunikasi serta melakukan pekerjaan sesuai tugasnya. Terdapat
dua saluran komunikasi untuk mewujudkan hal tersebut, yakni formal dan informal.
 Proses komunikasi

Berikut ini penjelasan tentang unsur komunikasi sekaligus gambaran proses


komunikasi.

1. Pengirim (Sender)
Pengirim adalah individu, kelompok, atau organisasi yang memulai komunikasi yang
dikenal dengan sebutan komunikator (communicator).

2. Pesan (Message)
Semua komunikasi dimulai dengan pengirim pesan. Tentu saja, sebuah proses
komunikasi dimulai dengan adanya pesan (message) yang akan disampaikan. Pesan
dalam komunikasi bisa berupa ide, pemikiran, informasi, atau instruksi. Pesan adalah
setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang
dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses
komunikasi yang terjalin. (Wikipedia)

Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur, yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud
pesan.

1. Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga
bermakna bagi orang lain. Contoh: bahasa Indonesia adalah kode yang mencakup
unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa sehingga
mempunyai arti.
2. Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh
komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.
3. Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri,
komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan
didalamnya. (Siahaan,1991).

3. Pengkodean (Encoding)
Langkah pertama yang dihadapi pengirim melibatkan proses pengkodean (encoding)
pesan. Untuk menyampaikan makna, pengirim harus memulai encoding, yaitu
menerjemahkan informasi menjadi pesan dalam bentuk simbol yang
merepresentasikan ide atau konsep. Proses ini menerjemahkan ide atau konsep ke
dalam pesan berkode yang akan dikomunikasikan. Simbol dapat mengambil berbagai
bentuk seperti, bahasa, kata, atau gerak tubuh. Simbol-simbol ini digunakan untuk
menyandikan ide menjadi pesan yang dapat dipahami orang lain. Saat menyandikan
pesan, pengirim harus memulai dengan memutuskan apa yang ingin dia kirim.
Keputusan pengirim ini didasarkan pada apa yang dia yakini tentang pengetahuan dan
asumsi penerima, bersama dengan informasi tambahan apa yang dia ingin penerima
miliki. Penting bagi pengirim untuk menggunakan simbol yang familiar bagi
penerima yang dituju. Cara yang baik bagi pengirim untuk meningkatkan pengkodean
pesan mereka, adalah dengan memvisualisasikan komunikasi secara mental dari sudut
pandang penerima.

4. Saluran (Channel)
Untuk mulai mengirimkan pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (juga
disebut media). Saluran adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
Sebagian besar saluran berupa lisan atau tulisan, tetapi saat ini saluran visual menjadi
lebih umum seiring berkembangnya teknologi.

Pengirim harus mengajukan pertanyaan yang berbeda kepada dirinya sendiri, sehingga
mereka dapat memilih saluran yang sesuai.

 Apakah pesannya mendesak?


 Apakah umpan balik segera diperlukan?
 Apakah dokumentasi atau catatan permanen diperlukan?
 Apakah kontennya rumit, kontroversial, atau pribadi?
 Apakah pesan tersebut dikirim ke seseorang di dalam atau di luar organisasi?
 Apa keterampilan komunikasi lisan dan tertulis yang dimiliki penerima?

Setelah pengirim menjawab semua pertanyaan ini, mereka dapat memilih saluran
yang efektif.

5. Penafsiran (Decoding)
Setelah saluran atau saluran yang sesuai dipilih, pesan memasuki tahap decoding dari
proses komunikasi. Decoding dilakukan oleh penerima. Setelah pesan diterima dan
diperiksa, stimulus dikirim ke otak untuk diinterpretasikan, untuk memberikan
beberapa jenis makna padanya. Tahap pemrosesan inilah yang merupakan decoding.
Penerima mulai menafsirkan simbol yang dikirim oleh pengirim, menerjemahkan
pesan ke rangkaian pengalaman mereka sendiri untuk membuat simbol itu bermakna.
Komunikasi yang berhasil terjadi ketika penerima menafsirkan pesan pengirim
dengan benar.

6. Penerima (Receiver)
Penerima adalah individu atau individu yang menjadi tujuan pesan tersebut. Sejauh
mana orang ini memahami pesan akan bergantung pada sejumlah faktor, yang
meliputi:

 seberapa banyak individu atau individu mengetahui tentang topik,


 penerimaan mereka terhadap pesan, dan
 hubungan serta kepercayaan yang ada antara pengirim dan penerima .
Semua interpretasi oleh penerima dipengaruhi oleh pengalaman, sikap, pengetahuan,
keterampilan, persepsi, dan budaya mereka. Ini mirip dengan hubungan pengirim
dengan pengkodean.

7. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik adalah mata rantai terakhir dalam rantai proses komunikasi. Setelah
menerima pesan, penerima menanggapi dengan cara tertentu dan memberi sinyal
tanggapan itu kepada pengirim. Sinyal tersebut dapat berupa komentar lisan, desahan
panjang, pesan tertulis, senyuman, atau tindakan lainnya. Tanpa umpan balik,
pengirim tidak dapat memastikan bahwa penerima telah menafsirkan pesan dengan
benar. Umpan balik adalah komponen kunci dalam proses komunikasi karena
memungkinkan pengirim untuk mengevaluasi keefektifan pesan.

8. Gangguan (Noise)
Meskipun proses komunikasinya tampak sederhana, pada dasarnya tidak. Hambatan
atau gangguan tertentu muncul dengan sendirinya selama proses berlangsung.
Hambatan tersebut merupakan faktor yang berdampak negatif pada proses
komunikasi.

Beberapa hambatan umum termasuk:

 penggunaan media (saluran) yang tidak tepat,


 tata bahasa yang salah,
 kata-kata yang menghasut,
 kata-kata yang bertentangan dengan bahasa tubuh, dan
 jargon teknis.

Kebisingan juga merupakan penghalang umum lainnya. Kebisingan dapat terjadi


selama tahap proses apa pun.

 Gaya komunikasi

Anda mungkin juga menyukai