Interpretasi Video Musik This Is America Karya Childish Gambino Dalam Analisis Semiotika Roland Barthes
Interpretasi Video Musik This Is America Karya Childish Gambino Dalam Analisis Semiotika Roland Barthes
https://www.youtube.com/watch?v=VYOjWnS4cMY
Pendahuluan
“Even if everything is now digital, who doesn’t want to have more than just the track… I
would say the track is the burger and the music video is the full meal deal with fries and coke”
– Simon Cahn.
Video musik pada era kontemporer ini telah menjadi suatu komponen yang penting
dari industri serta seni musik, hal ini terjadi karena perkembangan musik selalu bergerak
sangat dinamis mengikuti laju pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi secara masif
pada beberapa paruh abad ke belakang. Keinginan manusia untuk selalu menikmati musik
serta kesenian, juga bagaimana industri musik selalu mencari cara yang inovatif untuk
menjual komoditas musik, selalu menemukan caranya yang paling ampuh walau mesti
berhadapan dengan berbagai rintangan. Salah satu cara inovatif itu adalah melalui video
musik.
Kita mungkin pernah mendengar ungkapan seperti video killed the radio star,
ungakapan itu diambil dari judul lagu dari band The Buggles yang menariknya lagu tersebut
menjadi lagu dengan video musik yang pertama diputar oleh MTV 1. The Buggles mungkin
tidaklah keliru, karena pada medio berikutnya video telah menjadi suatu sindrome baru yang
menjangkiti industri serta seni musik.. Hal tersebut dibuktikan dengan meledaknya MTV
(Music Television) sebagai suatu raksasa besar yang hadir di tengah para muda-mudi,
menjadi bagian yang paling vokal dan cukup menentukan dalam arus pop culture di dunia
begitu juga di Indonesia.
Salah satu fungsi dari video musik yang kita bisa nikmati hari ini adalah sebagai suatu
representasi visual dari pesan yang ingin disampaikan musikus melalui lagu-lagunya. Contoh
yang paling menarik untuk kita bedah bersama adalah musik video yang dirilis oleh Childish
Gambino dengan lagu yang bertajuk, “This is America.” Video musik yang dirilis oleh pria
dengan nama asli Donald Glover ini sempat melejit karena kontroversi-nya pada medio 2018-
an, sekarang saja bisa kita lihat views dari video musik tersebut sudah mencapai 858 juta kali
ditonton.
1
Musik Video dan Perjalanan Panjangnya | GilaNada.com
Dilansir dari Times, seorang akademisi sejarah musik dari Universitas Pennsylvania,
Guhtrie Ramsey mengatakan bahwa This Is America mengandung suatu pesan yang menarik
mengenai pengalaman seorang kulit hitam yang berusaha dealing dengan kekerasan serta
penyalah-gunaan senjata di Amerika Serikat. Lebih lanjutnya lagi, ia mengatakan bahwa
masyarakat Amerika tidak saja mengkonsumsi hal tersebut sebagai suatu bentuk hiburan
namun di sisi lain hal itu juga menjadi suatu narasi yang memang menjadi bagian penting
dari isu-isu yang tengah dihapadi warga Amerika Serikat.
Dengan begitu, pria kelahiran 25 September 1983 dengan nama panggung Childish
Gambino tersebut telah membuktikan pada kita semua fungsi video musik sebagai
representasi visual tidak saja berhenti untuk memanjakan mata dan memenuhi rasa haus
manusia atas keindahan semata, namun jauh lebih dari itu: ia bisa saja menggambarkan suatu
kengerian yang indah, suatu mimpi buruk yang dikemas dengan mewah dan tragis, lalu
dengan begitu bisa membangkitkan kesadaran bersama atas kehidupan manusia yang penuh
dengan tragedi. Namun benarkah demikian?
Kontroversi dan keindahan visual serta audio yang disajikan oleh Childish Gambino
dalam karyanya This Is America tersebut mendorong keinginan saya untuk menganalisis
lebih dalam berbagai tanda yang hadir di dalam video musiknya. Melalui kacamata semiotika
Roland Barthes, usaha-usaha untuk menemukan hubungan petanda dan penanda melalui dua
tahap signifikasi dalam video musik ini pun ditempuh.
Analisis yang dilakukan penulis tidak saja memfokuskan diri terhadap tanda yang
berupa rangkuman visual sejauh apa yang ditangkap penglihatan tetapi juga memfokuskan
diri pada bagaimana musiknya dibangun, liriknya dialirkan, serta bagaimana teknik
pengambilan angle yang ditempuh dari awal sampai akhir video musik itu berjalan. Mungkin
hasilnya tidaklah sesempurna yang bisa saya harapkan, tetapi setidaknya ada suatu kejelasan
bahwa: di balik setiap tanda yang hadir dalam video musik tersebut, hadir berbagai makna
yang padat bersuara menunggu untuk menguap lalu meledak. Duar.
Roland Barthes merupakan seorang tokoh yang sangat penting dalam tradisi filsafat
bahasa, khususnya semiotika atau semiologi—suatu ilmu yang membahas menegnai tanda.
Pria kelahiran 12 November 1915 ini tidak saja memberikan sumbangsih yang sangat besar
terhadap tradisi filsafat bahasa melainkan juga pada tradisi humanioria seperti ilmu
komunikasi, antropologi, dan teori-teori sosial lainnya. Aktivitas intelektualnya tersebut telah
membuatnya banyak sekali memberikan pandangan-pandangan baru dalam memandang
tanda, hal itu terangkum dalam berbagai karyanya seperti The Death of Author, Mitologi, The
Element of Semiology, dan bukunya yang lain.
Teori Roland Barthes mengenai semiotika adalah teori lanjutan dari semiotika
Ferdinand Sausurre. Dalam pemikiran Barthes, terdapat dua proses signifikasi dalam
menganalisis tanda. Ia tidak hanya berhenti pada signifier dan juga signified, namun juga
menganalis mengenai mitos atau metabahasa.
Seperti terlihat pada tabel di atas, tanda di bagi menjadi dua bagian yakni tanda
denotatif dan juga tanda konotatif. Tanda denotatif pada bagian pertama memiliki signifier
dan juga signified, sementara tanda denotatif itu sendiri adalah suatu bagian dari conotative
signsig yakni sebagai signifier. Pada layer kedua inilah dibahas mengenai mitos atau suatu
bentuk sususnan semiotika yang rumit dan bertahap.
Secara sederhana hal tanda denotatif adalah suatu makna kata yang didasarkan atas
perujukan yang lugas dan keras, semisal kita melihat A dan muncul pada konsepsi mental
kita A bisa jadi hal tersebutlah yang dikatakan sebagai tanda denotatif. Sementara itu, tanda
konotatif adalah suatu tanda yang ditambahan, suatu tanda hasil konversi lingkungan yang
menimbulkan suatu referensi tertentu pada seseorang ketika berhadapan dengan tanda.
nhj
Hasil dan Pembahasan
Adegan Pertama
Pada pembukaan musik video tersebut para penonton akan disuguhkan dengan
tipografi sederhana dengan tulisan This Is America yang ditulis miring dengan metode hands-
lettering. Tulisan tersebut menghadirkan nuansa hangat, fun, serta tegas karena di-tempatkan
pada posisi center dalam proses layouting-nya. Nuansa hangat dan fun itu akan tergantikan
menjadi clumsy (canggung) karena ternyata nuansa yang dihadirkan ber-kontradiksi dengan
keselurahan isi video musik yang mengerikan daripada hangat dan fun.
Scene selanjutnya mulai memasuki intro dari lagu This is America dengan suara
paduan suara yang menembangkan “ye-ye-ye-ye yo go get out” dengan diiringi suara
maracas. Terlihat pada layar suatu tempat logistik (warehouse) dengan kursi kosong di
tengah beserta gitar akustik di atasnya. Setelah itu, seorang pria kulit hitam datang dari sisi
kanan lalu mengambil gitar tersebut dan memainkannya sehingga suara maracas kini beradu-
padu dengan suara gitar tersebut
Lambat laun, kamera maju terus ke depan sehingga menampilkan Gambino berdiri
tanpa baju dengan dua untai kalung emas di lehernya. Kamera pun terus menyorotnya hingga
lelaki dengan gitarnya hilang dari kamera. Setelah fokus sepenuhnya pada Gambino, ia pun
mulai berbalik dan menari dengan aneh ke arah datangnya kamera sebelumnya. Lalu kamera
mengambil gambar dengan teknik zoom-out sehingga kini terlihat jelas Gambino dengan pria
tadi yang kini kepalanya sudah terbungkus kain penutup dengan lengan yang tersandera. Lalu
boom, Gambino pun menembak pria itu tepat di kepalanya.
“This is America..” Begitu ucap Gambino setelah melakukan tindakannya itu, lagu
pun berganti dari musik folk yang ceria menjadi hip-hop dengan suara bass seperti
soundtrack-soundtrack tanda bahaya di film-film. Serentetan kejadian itu seolah-olah
menggambarkan bagaimana dengan mudahnya kekerasan terjadi di Amerika, dari seorang
pria yang memainkan gitarnya dengan santai hingga seorang pria misterius muncul lalu
menembaknya. Begitu mudahnya keadaan menjadi chaotic dan tidak beraturan.
Jauh lebih dari itu, ada beberapa poin menarik yang mesti dikaji secara lebih
mendalam menggunakan second system of signication-nya Barthes dalam menganalisis
tanda-tanda yang dihadirkan Gambino dalam adegan pertama tersebut. Mari kita coba men-
demitologisasi hal itu dengan memperhatikan beberapa poin di bawah ini:
Efek Juxtaposisition ini tidak hanya terjadi dalam segi visual yang ada di
dalam video musik This Is America, namun juga terjadi dalam hal penyajian
musik. Efek musik yang hadir pada intro lagu dengan isi lagu jauh berbeda
kepada para pendengarnya yang jeli. Pada intro kita bisa merasakan bahwa
nyanyian paduan suara begitu menggambarkan kegembiaraan, suatu perasaan
ceria, dan hangat. Namun, seketika musik berubah menjadi paduan suara bass
berat dan hip-hop yang lebih terdengar sebagai suara sirine marabahaya yang
menggambarkan detak jatung manusia yang berdegup kencang.
3
Juxtaposition Definition & Meaning - Merriam-Webster
Seluruh gambaran juxtaposition yang dijelaskan setidaknya menyiratkan
bahwa keadaan yang terjadi di Amerika Serikat begitulah kacau, kekerasan bisa
terjadi dalam hitunagan detik. Kita tak pernah bisa memprediksi apa hal yang
terjadi dari satu waktu ke waktu; bisa jadi kebahagiaan datang menjemput, bisa
jadi kengerian yang tiba lebih dahulu. Siapa saja bisa menjadi pelaku, siapa saja
bisa menjadi korban. Di sana Gambino mencoba memberitahu setiap orang
dengan lirik yang digumamkan setelah scene tersebut, “This Is America!”
Adegan 2
Pada detik ke 0:55 – 1:41, adegan terus berlanjut dengan menampilkan Gambino yang
tengah menyusuri warehouse dengan tarian anehnya. Dengan sedikit blur, latar belakang
menampilkan kerumunan massa yang kacau dan tak terkendali. Lalu tidak lama setelah itu,
enam orang siswa sekolahan ikut bejalan di belakang Gambino dan menari-nari bersama.
Sementara latar belakang masih terus menampilkan kekacauan yang semakin menjadi-jadi.
Setelah sekitar satu menit lebih berlalu dengan tarian dan kekacauan yang aneh,
adegan selanjutnya berganti menampilkan satu kelompok paduan suara yang bernyanyi
dengan ceria. Mereka bernyanyi dengan nada lagu yang muncul seperti di intro dengan lirik
yang berbeda, sementara musik hip-hop dengan bass berat tak lagi terdengar.
Selang beberapa detik kemudian, Gambino datang melalui pintu yang terlihat di
kamera. Ia menuju ke kamera dengan tarian anehnya, lalu tiba-tiba seseorang dari luar
kamera melemparkan AK-47 kepadanya. Sekelompok paduan suara yang tengah bernyanyi
ceria tadi pun ditembakinya tanpa ampun, lalu lagi-lagi senjata yang dipakai Gambino
diamankan dengan sangat hati-hati bak barang yang sangat berharga.
Setelah kejadian tersebut, Gambino berjalan kembali dengan tarian anehnya. Musik
kembali ke hip-hop dengan bass mengerikannya, anak-anak sekolah tadi pun masih
mengikutinya di belakang. Hal itu terjadi dari menit 1:58 hingga 3:40, adegan yang
digambarkan hanyalah dari satu kekacauan ke kekacauan yang lainnya.
Analisis:
Kesimpulan
Melalui analisa Roland Barthes mengenai tanda, kita bisa sedikit simpulkan bahwa
video musik Childish Gambino ini tidak hanya memperlihatkan kekerasaan dan kekacauan
yang absurd dan tak beraturan, jauh dari itu ada ideologi yang menyertainya yakni sejarah
panjang rasisme di Amerika Serikat. Gambino tidak saja ingin menyajikan suatu video aneh
nan absrud dan mengerikan, tapi ia ingin menyampaikan suatu pesan yang
melatarbelakanginya. Suatu pengalaman pedih sebagai seorang kulit hitam di Amerika
Serikat dan bagaimana cara ia berdamai dengan semua itu.
Namun dalam perspektif lain, dikuti dari Djbooth, Joshua Adams menuliskan bahwa
This Is America tidaklah memberikan suatu soslusi penting bagi permasalah yang tengah
dihadapi oleh kalangan kulit hitam di Amerika. Baginya, apa yang dilakukan Childish
Gambino adalah suatu bentuk komodifikasi dari kematian orang kulit hitam. Hal ini
dikarenakan apa yang disajikan dari video tersebut tak lebih dari bagamana gambaran orang
kulit hitam mati terbunuh, tidak lebih.
“In a way, “This Is America” is a troll. Gambino, as a talented and highly-respected
Black artist, has been given a pass for falling into the same trap of commercializing and
devaluing Black bodies.” Begitu ungkap Joshua Adams dalam Djbooth.