Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI


Campak (Morbili)

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Salah satu penyakit menular yaitu penyakit campak yang disebabkan oleh virus
yang ditandai dengan gejala kulit kemerahan dan dapat menular dari droplet orang ke
orang melalui udara. Penyakit campak adalah suatu penyakit virus akut yang sangat
menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-
bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan
dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Penyebab infeksi adalah
virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae (Riastini &
Sutarga, 2021).
2. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan
darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara
penularannya melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Penyebab
penyakit ini karena virus yang tergolong family paramyxovirus yaitu genus virus
morbili. Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin, dan dapat diaktifkan
pada suhu 20-30 C. paramyxovirus dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya
mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tida kselama
periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit (Yonanda,
2022).
3. Patofisiologi
Virus menyebar lewat udara dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas.
Virus bereplikasi pada saluran nafas kemudian menyebarke jaringan limfe di
sekitarnya. Semakin bertambahnya virus di dalam kelenjar limfe mengakibatkan
terjadinya viremia primer, kemudian menyebar ke berbagai jaringan dan organ limpoid
termasuk kulit, ginjal, saluran cerna, dan hati. Virus campak pada stadium prodromal
terdapat hiperplasi jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe, lien dan
apendiks. Sebagai reaksi terhadap virus, terjadi eksudat serous dan proliferasi sel
mononukleus serta beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini
terjadi pada kulit, selaput lendir nasofaring,bronkus dan konjungtiva (Oktaviasari,
2018). Penyebaaran virus terjadi secara percikan ludah (droplet) pada saat stadium
prodromal. Lesi didapatkan di kulit terutama di sekitar kelenjar sebasea, folikel
rambut, mukosa nasofaring, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva (Widagdo, 2011).
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Penyakit campak hanya menyerang manusia, secara bertahap dapat direduksi,
eliminasi, dan akhirnya dapat dieradiksi. Daya tular sangat tinggi, sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,
infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal
berlangsung selama 1 tahun. Orang-orang yang rentan terhadap campak antara lain,
bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, remaja dan
dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua (Kandou, 2013)
Viremia primer menyebarkan virus, terjadi viremia sekunder 5-7 hari sesudah
infeksi awal karena monosit terinfeksi virus dan leukosit lain menyebarkan virus ke
saluran pernapasan, kulit dan organ lain. Tempat-tempat terinfeksi ini dimanifestasikan
sebagai ruam dan gejala klasik batuk, konjungtivitis dan pilek. Virus ditemukan pada
sekresi pernapasan, darah, dan urine individu yang terinfeksi (Arianto et al.,2018).

4. Klasifikasi Penyakit
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium
yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala :
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat
bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam
waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut "Black Measles" yaitu morbili yang disertai pendarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).

5. Manifestasi Klinik
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10-20 hari yang dibagi
dalam 3 stadium, yaitu (Dipta Nugraha, 2015):
1. Stadium Prodromal (Catarrhal)
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam, malaise, batuk,
konjungtivitis, koriza, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar
ujung jarum dikelilingi oleh eritema, terletak di mukosa bukalis berhadapan
dengan molor bawah, timbul dua hari sebelum munculnya rash.
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk – batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
papula disertai meningkatnya suhu badan. Mula mula eritema muncul
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang – kadang terdapat perdarahan ringan di bawah kulit,
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang
leher.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya.Selanjutnya diikuti
gejala anorexia, malise, limfaden

6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis campak (morbili) ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
khas pemeriksaan laboratorium, pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan
leukopeni, dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas. Pada pemeriksaan serologi dengan cara
hemaglutination inhibition test dancomplement fiksatior test akan ditemukan
adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 - 4 minggu kemudian (Afdila & Sari, 2022).
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

7. Penatalaksanaan Medis
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai
setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat
berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap
virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi
seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu kal per hari selama 2 hari
dengan dosis sebagai berikut (Amourisva Anggraini, 2018) : 1) 200.000 IU pada
anak umur 12 bulan atau lebih , 2) 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan, 3)
50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan. Pemberian vitamin A tambahan satu kali
dosis tunggal dengan dosis sesuai umur penderita diberikan antara minggu ke-2
sampai ke-4 pada anak dengan gejala defisiensi vitamin A. Pada campak dengan
komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bacterial dapat diberi antibiotik.
Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasi
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
B. Proses keperawatan secara teoritis
1. 9. Prognosis
diagnosa keperawatan , perencanaan
Pasien dengan ulkus dekubitus bervariasi tergantung pada lokasi anatomi,
Diagnosa Tujuan Intervensi
stadium cedera, dan regimen pengobatan. Sebagian besar hasil penelitian
keperawatan
membandingkan kemanjuran pengobatan dengan mengukur pengurangan kejadian
Gangguan integritas Integritas kulit dan Perawatan integritas kulit
ulkus dekubitus di fasilitas yang ditentukan sebagai pengukuran pencegahan,
kulit berhubungan jaringan (L.14125) (I.11353)
denganbukan mengukur
perubahan tingkat
Setelah penyembuhan
dilakukan asuhan setelah memulai pengobatan. namun
Observasi:
setelah 6 bulankeperawatan
status nutrisi pengobatan,3x cedera
24 jamakibat tekanan tahap 2 tercatat
1. Identifikasi sembuh
gangguan lebih
integritas
dari 70%, tahapdiharapkan,
3 sekitar 50%, dan tahap
integritas kulit 4 sekitar
kulit30%. Dalam penelitian lain di
dan jaringan
mana tahapan tidak meningkat
memisahkan Terapeutik:
angka, 41,7% pasien mengalami luka tekan yang
dengan kriteria hasil: 2.
teratasi dalam rata-rata tindak lanjut selama 1,8 tahun. Ubah posisi 2 jam
Dalam tirah baring
penelitian yang
1. Elasitas meningkat 3. Lakukan pemijatan
sama, mereka juga mengevaluasi tingkat kekambuhan berdasarkan lokasi anatomi: pada area
2. Nyeri menurun penonjolan tulang
ulkus sakral (57%), iskia (14%), trokanterika (7%), kalkaneus (7%), dan lain-lain
3. Kemerahan menurun Edukasi:
(14%) Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis 4. termasuk
Anjurkanbertambahnya
menggunakan usia,
ukuran dan stadium PI, status gizi, dan penyakitpelembabpenyerta kronis. Individu dengan
rata-rata indeks massa tubuh yang lebih tinggi,5.rata-rataAnjurkanhemoglobin
meningkatanyangasuran
lebih
sayur dan buah
tinggi, dan tingkat menjalani prosedur bedah plastik rekonstruktif yang lebih tinggi
juga menunjukkan tingkat penyembuhan ulkus dekubitus yang lebih baik.
Bersihan jalan napas
Meskipun Setelah
hasilnya sulit dilakukan tindakan
untuk dipelajari, 1. Memantau
terdapat TTV(suhu,
kesepakatan umum RR,bahwa
HR)
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Memantau status
seringkali, pengobatan dan tindakan pencegahan seumur hidup diperlukan untuk pernafasan:
berhubungan dengan bersihan jalan napas meningkat. irama, frekuensi, suara, dan
pasienjalan
hipersekresi ini Kriteria hasil retraksi dada
napas - Batuk efektif meningkat 3. Mengatur posisi yang nyaman,
- Produksi sputum menurun posisi pronasi untuk bayi dan
- Frekuensi napas membaik semifowler untuk anak
- Pola napas membaik 4. Melakukan suction sesuai
indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian inhalasi ventolin +
NaCl 0.9% per 6 jam
6. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen nasal kanul
sesuai indikasi dokter
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Defisit nutrisi, Setelah dilakukan tindakan Managemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan keperawatn selamat Observasi
kehilangan cairan dan 3x24jam, diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi
masukan yag tidak adekuat
kebutuhan nutrisi 2. Monitor asupan makanan
terpenuhi dengan kriteria Terapeutik
hasil: 1. Berikan makanan tinggi
1. Frekuensi makan serat untuk mencegak
membaik konstipasi
2. Nafsu makan membaik 2. Berikan suplemen
3. Perasaan cepat kenyang makanan, jika perlu
menurun Edukasi
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

Gangguan rasa nyamanSetelah dilakukan tindakan 1. Memposisikan pasien pada


berhubungan dengan gejalakeperawatan selama 3 x 24 matras/tempat tidur
penyakit jam, status kenyamanan terapeutik yang tepat
meningkat Kriteria hasil:
2. Mengatur posisi pasien
- Keluhan tidak nyaman,
menurun tidur yang disukai, jika tidak
- Keluhan sulit tidur kontraindikasi
menurun 3. Mengatur posisi pasien
- Gatal menurun untuk mengurangi sesak
(mis: semi-fowler)
4. Menghindari posisi pasien
yang dapat menimbulkan
ketegangan pada luka
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan (L.05047) Setelah Observasi:
kelemahan otot dilakukan asuhan 1. Monitor kelelahan fisik
keperawatan 3x24 jam dan mental
diharapkan, toleransi 2. Monitor pola tidur dan jam
aktivitas meningkat tidur
dengan kriteria hasil: Terapeutik:
1. Frekuensi nadi 3. Lakukan latihan gerak
meningkat pasif/aktif
2. Keluhan lelah menurunEdukasi:
4. Anjurkan tirah baring
5. Anjurkan melakukan
aktivitas bertahap Kolaborasi:
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensiManajemen Hipertermia
dengan infeksi dibuktikan keperawatan selama 3 x 24(I.15506)
dengan suhu tubuh 38°C jam, maka termoregulasiObservasi
membaik, dengan kriteria 1. Monitor suhu tubuh
hasil: 2. Monitor kadar elektrolit
1. Suhu tubuh membaik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Lakukan pendinginan
eksternal
6. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
DAFTAR PUSTAKA

D. Kandou Manado periode tahun (2013–2015). Bagian Ilmu Bedah Fakultas


Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakata: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Riasmini, N. M. et al. (2017) ‘Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok, Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC Dan NIC
Di Puskesmas Dan Masyarakat’, IPKKI: Jakarta. Halaman, pp. 33–52.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai