Toktoktok
Toktoktok
MODUL 1
ADMINISTRASI PELATIHAN
2. Pelatihan klasikal offline dan online. Sebelum melakukan kegiatan teknis Administrasi
pelatihan, maka Penyelenggara Pelatihan harus berupaya mempersiapkan hal-hal
yang berkaitan dengan rencana penyelenggaraan berupa kebijakan-kebijakan yang
nantinya dapat dilakukan sebagai rujukan atau dasar penyelenggaraan.
MODUL 2
ETIKA DAN INTEGRITAS
A. Konsepsi Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar. Etika tidak tergantung
pada ada atau tidaknya orang lain. Pengertian etika penyelenggara pelatihan dalam
modul ini merupakan refleksi standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan Keputusan.
Etika yang dimaksud dalam pengertian ini adalah etika yang merupakan panduan kerja
bagi pelaksana pelatihan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
MODUL 3
ETOS KERJA PELAYANAN
C. ETOS KERJA
1. Pengertian. Etos kerja maksudnya adalah bagaimana kita mampu menginternalisasi
etos kerja di dalam penyelenggaraan pelatihan. Beberapa cara untuk
menginternalisasikan etos kerja, yaitu:
a. Membangun kebiasaan yang efektif;
b. Belajar dan berlatih;
c. Melalui penciptaan kondisi yang tertib, disiplin dan terkendali dalam lingkungan
kerja;
d. Membangun kesadaran pribadi;
e. Meningkatkan nilai-nilai iman.
Internalisasi etos kerja dapat dilakukan dengan memahami tugas dan fungsinya dalam
penyelenggaraan pelatihan. Efektivitas proses belajar sangat tergantung dari faktor-
faktor antara lain:
a. Tujuan Pelatihan
b. Susunan Kurikulum
c. Tenaga Kepelatihanan (antara lain Widyaiswara dan Penyelenggaraan Pelatihan)
d. Peserta
e. Metode
f. Bahan Ajar/Materi Pelatihan
g. Sarana dan Prasarana Pelatihan e-learning
h. Waktu dan Penjadwalan
i. Administrasi dan Anggaran
j. Lingkungan dan Suasana Pelatihan
A. KEPROTOKOLAN
1. Konsep Keprotokolan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan pada pasal 1 ayat 1
mendefinisikan keprotokolan sebagai berikut: “Keprotokolan adalah serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang
meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk
penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya
dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat”. Aturan-aturan protokoler ini menjadi
acuan institusi pemerintahan dan berlaku secara universal.
2. Prinsip Umum Keprotokolan
Tujuan dari pelaksanaan pengaturan keprotokolan sesuai dengan pasal 3 UU No. 9
Tahun 2010 adalah:
a. untuk memberikan penghormatan kepada pejabat Negara, pejabat pemerintah,
perwakilan Negara asing, dan/atau organisasi internasional, serta tokoh masyarakat
tertentu dan/atau tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam Negara pemerintah
dan masyarakat.
b. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar
dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional maupun internasional; dan
c. Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa.
3. Etika Keprotokolan
Keprotokolan memiliki peranan penting terhadap sukses dan lancarnya suatu acara.
Oleh karena itu disamping memahami aturan keprotokolan, petugas protokol juga
dituntut mempunyai kesadaran tinggi tentang dirinya. Sikap percaya diri diperlukan
dalam mewujudkan etika keprotokolan. Etika keprotokolan adalah sikap sopan santun,
selalu menjaga perasaan orang lain, sehingga dapat memberikan rasa kepuasan dan
kenyamanan bagi setiap orang. Untuk mewujudkan etika keprotokolan ini perlu
diperhatikan beberapa unsur:
a. Penguasaan materi;
b. Penampilan pribadi;
c. Pengendalian sikap tubuh;
d. Pengendalian/intonasi suara;
e. Penggunaan bahasa yang sopan;
f. Menepati/disiplin waktu;
g. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
4. Tata Tempat
Tata tempat adalah tata urutan sesuai dengan tingkat kedudukan dan/atau jabatanya
dalam negara, pemerintah dan masyarakat. Dalam penentuan hak kehormatan
seseorang dalam sebuah acara maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain:
a. Seseorang atau lambang dengan Preseance paling tinggi memperoleh urutan
pertama atau mendahului Preseance yang berada di bawahnya, pengaturannya
FADEL KHALIF MUHAMMAD
19920507 201210 1 001
BPKP
berdasarkan tingkat dari kedudukan dan/atau jabatanya dalam negara, pemerintah
atau masyarakat;
b. Jika mereka dalam posisi berjajar, maka tempat yang berada di sebelah kanan dari
orang yang berpreseance paling utama, dianggap lebih tinggi daripada yang berada
di sebelah kirinya;
c. Dalam pengaturan tempat satu deretan (dari ujung ke ujung) yaitu bila orang itu
berderet pada garis yang sama, maka tempat sebelah kanan luar atau tempat paling
tengah adalah yang pertama tergantung keadaannya;
d. Pengaturan urutan tempat duduk diatur sebagai berikut: Yang harus ditetapkan
terlebih dahulu adalah tempat bagi seseorang yang tertinggi (pertama), kemudian
tempat berikutnya diatur secara urutan berdasarkan ketentuan bahwa tempat
sebelah kanan dari tempat orang yang tertinggi/pertama dianggap lebih tinggi
daripada tempat sebelah kirinya.
5. Tata Penghormatan
Tata Penghormatan mencakup aturan mengenai penghormatan kepada pejabat
negara/pejabat pemerintah, tokoh masyarakat tertentu, dan lambang-lambang
kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Tata Busana
Berikut klasifikasi dan jenis pakaian dalam acara kenegaraan dan resmi:
B. KEHUMASAN
1. Konsep Kehumasan
Menurut Effendy (1990) hubungan masyarakat (humas) dapat dibedakan ke dalam dua
pengertian, yakni sebagai teknik komunikasi dan sebagai metode komunikasi. Ketika
humas sebagai teknik komunikasi dimaksudkan bahwa humas dilakukan sendiri oleh
pimpinan organisasi termasuk didalamnya dalam bentuk negosiasi, lobbying, diplomasi
personal kepada para pemangku kepentingan (stakeholder). Sedangkan ketika humas
FADEL KHALIF MUHAMMAD
19920507 201210 1 001
BPKP
sebagai metode komunikasi artinya humas dilakukan secara melembaga (Public relation
of being), yang direpresentasikan dalam bentuk biro, bagian, seksi urusan bidang dan
lain sebagainya.
2. Tujuan Kehumasan
Humas bertugas untuk memberikan informasi mengenai penyelenggaraan agar para
stakeholders memahami informasi tersebut untuk memperoleh pemahaman
dan dukungan publik terhadap program dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
3. Manfaat Kehumasan
Adapun manfaat kehumasan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah
membentuk brand image serta membentuk citra positif bagi lembaga penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan.
4. Fungsi Humas dalam Pemerintah
Sam Black dalam bukunya “Pratical Public Relations”, yaitu Fungsi Humas Pemerintah
Pusat:
a. Menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijaksanaan, perencanaan, dan
hasil yang telah dicapai;
b. Menerangkan dan mendidik publik mengenai perundangundangan, peraturan, dan
hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat sehari-hari;
c. Memelihara penduduk agar tahu jelas mengenai kebijaksanaan lembaga beserta
kegiatannya sehari-hari;
d. Memberi kesempatan kepada mereka untuk menyatakan pandangannya mengenai
proyek baru yang penting sebelum lembaga mengambil Keputusan;
e. Memberikan informasi kepada penduduk mengenai cara pelaksanaan sistem
pemerintahan daerah dan mengenai hak-hak dan tanggung jawab mereka;
f. Mengembangkan rasa bangga sebagai warga Negara.
5. Kehumasan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Pelatihan
Kehumasan merupakan ujung tombak dari sebuah instansi atau lembaga, dalam hal ini
lembaga pendidikan dan pelatihan, terutama dalam bidang komunikasi dan informasi.
Dalam melaksanakan fungsinya, melalui komunikasi dan informasi, humas harus selalu
mengacu pada visi dan misi organisasi. Sehingga dalam kerangka kerjanya, humas
membentuk citra/branding dari lembaga pendidikan dan pelatihan tersebut.
C. PENYELENGGARAAN KEPROTOKOLAN DAN KEHUMASAN DALAM PELATIHAN
1. Penyelenggaraan Keprotokolan dan Kehumasan
Kehumasan merupakan ujung tombak dari sebuah instansi atau
lembaga, terutama dalam bidang komunikasi dan informasi. Dalam kerangka kerjanya,
humas membentuk citra/branding dari lembaga pendidikan dan pelatihan tersebut.
2. Kelengkapan dan Perlengkapan Acara
Untuk melaksanakan pembukaan/penutupan penyelenggaraan pelatihan perlu
disiapkan kelengkapan acara dan perlengkapan acara. Kelengkapan acara yaitu segala
hal yang berhubungan dengan “human” atau manusia. Sedangkan yang disebut sebagai
perlengkapan upacara yaitu segala hal yang berhubungan dengan “thing” atau
peralatan/benda, antara lain undangan acara, naskah yang akan dibacakan, backdrop,
Lambang kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia/ NKRI, yaitu terdiri atas
FADEL KHALIF MUHAMMAD
19920507 201210 1 001
BPKP
lambang negara “Garuda Pancasila”, bendera kebangsaan “Sang merah putih”, gambar
resmi presiden RI dan Wapres RI serta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
FADEL KHALIF MUHAMMAD
19920507 201210 1 001
BPKP
MODUL 5
SISTEM INFORMASI PELATIHAN
MODUL 6
KOORDINASI DAN TEAM BUILDING DALAM PELATIHAN
MODUL 7
PENGELOLAAN PELAYANAN PENDUKUNG PELATIHAN
MODUL 9
PELAYANAN PRIMA
A. KONSEP PELAYANAN PRIMA DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Pelayanan prima dapat definisikan sebagai pelayanan yang sangat baik dan melampaui
harapan pelanggan, pelayanan yang memiliki ciri khas kualitas (nice quality), pelayanan
dengan standar kualitas yang tinggi dan selalu mengikuti perkembangan kebutuhan
pelanggan setiap saat, secara konsisten dan akurat (handal), pelayanan yang memenuhi
FADEL KHALIF MUHAMMAD
19920507 201210 1 001
BPKP
kebutuhan praktis (practical needs) dan kebutuhan emosional (emotional needs)
pelanggan.
B. RAGAM KEBUTUHAN PESERTA PELATIHAN
Untuk memastikan pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada stakeholder maka sangat
penting bagi penyelenggara pelatihan untuk mengenali karakteristik stakeholder yang
dilayani mampu mengidentifikasi kebutuhan pelayanan selama penyelenggaraan
pelatihan. Kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan kebutuhan utama dan kebutuhan
penunjang.
C. PENERAPAN PELAYANAN PRIMA DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Pemberian suatu pelayanan dalam penyelenggaraan pelatihan dimulai dari tahapan
pra-pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan pasca pelatihan dapat dikategorikan ke dalam
tiga dimensi kualitas, yaitu:
1. Pelayanan sesuai Standar yang ditetapkan, yaitu pemenuhan pelayanan sesuai dengan
komitmen atau janji pelayanan kepada stakeholder.
2. Pelayanan Prima, yaitu pelayanan yang diberikan melebihi standar atau melampui
harapan dari stakeholder.
3. Pelayanan tidak Memuaskan, yaitu pelayanan diberikan dibawah standar pelayanan
yang telah ditetapkan.
MODUL 10
MONITORING DAN EVALUASI
MODUL 11
PENYUSUNAN LAPORAN PELATIHAN DAN PENGELOLAAN HASIL
PEMBELAJARAN