Petunjuk:
1. Kerjakan Tugas Tutorial di bawah ini dengan benar!
2. Perhatikan ejaan dalam menjawab soal!
3. Silakan pelajari modul 9, 10, 11, dan 12 untuk mengerjakan tugas berikut!
4. Jawaban diketik dan tidak diperkenankan bekerja sama!
5. Gunakan template ini untuk menjawab soal!
6. Tugas dikumpulkan dalam bentuk file pdf atau word!
7. Tugas Tutorial ini dikerjakan/diselesaikan di rumah, dan dikumpulkan 15 November 2023 ke
ketua kelas dan dikirim dalam bentuk zip.
8. Contoh pemberian nama file pdf atau word yaitu :
Nomor absen.nama. diri_nama pokjar Conoh : 12. Anggun Asmara_Pokjar SAQA
1. Jelaskan perbedaan dan persamaan teknik menulis Syafii dan Henry Guntur Tarigan!
2. Pilihlah salah satu kompetensi dasar menulis lalu tulislah perangkat pengajarannya!
3. Jelaskan perbedaan dan persamaan menyimak di kelas rendah dan di kelas tinggi!
4. Jika kompetensi dasarnya mendengarkan pesan pendek tentukan teknik peningkatan
daya simaknya! Jelaskan dengan pilihan Anda!
5. Jika kompetensi dasarnya menceritakan pengalaman pribadi teknik apa yang
digunakan dalam aktifitas penbelajarannya? Jelaskan pilihan Anda sertakan langkah-
langkahnya!
6. Carilah karya sastra anak dari media elektronik atau media cetak bukan dari modul
lalu analisislah dari segi ciri sastra anak menurut Sarumpaet (dalam Santoso,
2003:8,4)!
LEMBAR TUGAS TUTORIAL
UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER
1. Syafi'ie (dalam Nurchasanah, 2004) membagi menulis permulaan menjadi dua tahap yaitu
tahap pra penulisan dan tahap penulisan. Teknik dalam penulisan menurut Syafi'ie yaitu:
1) Menjiplak
2) Menyalin
3) Menatap
4) Menyusun
5) Melengkapi
6) Menulis halus
7) Dikte
8) Mengarang
Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan, ada beberapa teknik dalam pembelajaran
menulis, seperti:
1) Menyusun kalimat
2) Memperkenalkan karangan
3) Meniru model
4) Karangan bersama
5) Mengisi
6) Menyusun kembali
7) Menyelesaikan cerita
8) Menjawab pertanyaan
9) Meringkas bacaan
10) Parafrase
11) Reka cerita gambar
12) Memerikan
13) Mengembangkan kata kunci
14) Mengembangkan kalimat topik
15) Mengembangkan judul
16) Mengembangkan peribahasa
17) Menulis surat
18) Menyusun dialog
19) Menyusun wacana
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik menulis Syafi’ie dan Henry Guntur
Tarigan memiliki persamaan dan perbedaan, yaitu:
Persamaan:
Menyusun. Baik Syafi'ie maupun Henry Guntur Tarigan mencantumkan
kegiatan menyusun sebagai teknik dalam menulis. Ini menunjukkan
pentingnya kemampuan untuk menyusun gagasan atau informasi secara
terstruktur dalam sebuah tulisan.
Meniru. Keduanya menyebutkan teknik yang melibatkan meniru atau
memodelkan sebagai bagian dari proses pembelajaran menulis. Ini dapat
berkontribusi pada pengembangan keterampilan menulis melalui
pencontohan.
Perbedaan:
Menjiplak, menyalin, melengkapi. Syafi'ie menekankan pada teknik seperti
menjiplak, menyalin, dan melengkapi, yang mungkin lebih bersifat replikatif.
Sementara itu, Henry Guntur Tarigan lebih menyoroti teknik yang
melibatkan pengembangan keterampilan menulis secara lebih kreatif, seperti
menulis surat, menyusun dialog, atau mengembangkan reka cerita gambar.
Teknik khusus Henry Guntur Tarigan. Henry Guntur Tarigan mencantumkan
beberapa teknik yang lebih spesifik, seperti menyelesaikan cerita, menjawab
pertanyaan, meringkas bacaan, paraphrasing, dan lainnya, yang mungkin
lebih terfokus pada pengembangan kemampuan menulis yang lebih
kompleks.
LEMBAR TUGAS TUTORIAL
UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER
2. 1) Kompetensi Dasar: Menulis karangan sederhana berbentuk narasi pendek dengan
menggunakan kalimat utuh dan jelas.
2) Perangkat Pengajaran: "Menulis Cerita Pendek"
3) Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menulis karangan sederhana berbentuk narasi pendek
dengan menggunakan kalimat utuh dan jelas.
4) Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Pendahuluan (15 menit):
a. Guru memulai dengan membahas definisi dan ciri-ciri cerita pendek.
b. Mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa, seperti "Apa yang
membuat cerita menarik?"
2. Analisis cerita pendek (20 menit):
a. Menganalisis bersama dengan siswa sebuah contoh cerita pendek.
b. Membahas struktur cerita, karakter, dan konflik dalam cerita tersebut.
3. Penjelasan komponen cerita (25 menit):
a. Guru menjelaskan komponen-komponen cerita, seperti pengenalan,
pengembangan karakter, konflik, puncak, dan penyelesaian.
b. Memberikan contoh-contoh yang relevan.
4. Brainstorming (20 menit):
a. Siswa melakukan brainstorming mengenai ide cerita pendek yang ingin
mereka tulis.
b. Guru memberikan panduan untuk memastikan cerita memiliki elemen-
elemen yang diperlukan.
5. Kegiatan menulis (40 menit):
a. Siswa menulis cerita pendek mereka berdasarkan ide yang telah mereka
pilih.
b. Guru memberikan bimbingan individual dan memberikan umpan balik
positif.
6. Pertukaran dan revisi (20 menit):
a. Siswa bertukar cerita dengan teman mereka untuk mendapatkan umpan
balik.
b. Mereka merevisi cerita mereka berdasarkan umpan balik yang diterima.
7. Presentasi dan refleksi (15 menit):
a. Beberapa siswa mempresentasikan cerita pendek mereka.
b. Kelas memberikan umpan balik positif dan konstruktif.
c. Guru dan siswa merefleksikan proses menulis dan perbaikan yang telah
dilakukan.
5) Penilaian dan penguatan (10 menit):
a. Guru memberikan penilaian formatif.
b. Siswa diberi penguatan positif dan panduan untuk peningkatan di masa
depan.
LEMBAR TUGAS TUTORIAL
UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER
Rubrik penilaian:
Penilaian Sikap
2 ...................
3 ……………..
4 ……………..
5 ……………..
Dst ……………..
Perbedaan:
1) Konteks dan tema. Materi yang didengarkan di kelas rendah cenderung lebih
sederhana dan sesuai dengan pemahaman anak-anak. Di kelas tinggi, siswa akan
terlibat dengan materi yang lebih kompleks dan kontekstual.
2) Teknik instruksional. Di kelas rendah, guru mungkin menggunakan teknik
pembelajaran yang lebih visual, interaktif, dan melibatkan permainan untuk
membangun keterampilan menyimak. Di kelas tinggi, fokus mungkin lebih pada
pengembangan pemahaman konten melalui presentasi, diskusi, dan analisis.
3) Pemahaman konten. Di kelas rendah, penyimakan lebih berfokus pada
pemahaman narasi dan informasi dasar. Di kelas tinggi, siswa diharapkan dapat
memahami konten yang lebih kompleks dan abstrak.
4. Ada beberapa teknik yang dapat meningkatkan daya simak dalam kompetensi
mendengarkan, seperti teknik aktif mendengarkan, pemanfaatan alat bantu, dan lain
sebagainya. Namun yang saya pilih adalah teknik aktif mendengarkan atau biasa disebut
teknik active listening. Teknik ini memiliki beberapa komponen, yaitu:
1) Fokus penuh pada pembicara dengan menghindari gangguan eksternal.
2) Memberikan perhatian penuh pada pesan yang disampaikan dengan menghindari
distraksi.
3) Mengonfirmasi pemahaman dengan mengulang ringkasan pesan atau bertanya jika
ada yang kurang jelas.
Penduduk desa yang kesal, kembali ke desa dan melanjutkan aktivitas mereka, meninggalkan si penggembala yang
masih tertawa terpingkal-pingkal.
Karena berpikir bahwa penduduk desa sangat bodoh, untuk kedua kalinya si penggembala berbohong lagi dan berteriak.
“Serigala! Serigala! Tolong! Ada serigala yang mendekat dan mencoba memakan domba-dombaku.”
Penduduk desa yang baik hati lagi-lagi berhamburan keluar menuju padang rumput dengan membawa tongkat, berusaha
ingin membantu si penggembala. Namun, lagi-lagi yang penduduk desa temukan hanyalah domba yang sedang makan
dan penggembala yang sedang tertawa. Dengan wajah muram sambil menggerutu penduduk desa kembali.
Namun, sesaat setelah penduduk pergi meninggalkan padang rumput, seekor serigala yang tinggal di hutan muncul
memburu domba-domba yang sedang makan di padang rumput tersebut. Si penggembala dengan panik berteriak.
“Serigala! Serigala! Tolonglah aku! Ada serigala yang memburu domba-dombaku.”
Namun tak ada satupun penduduk desa yang muncul untuk membantu. Kemudian si penggembala berteriak untuk kedua
kalinya dengan lebih keras.
Dongeng "Anak Gembala dan Serigala" dapat dianalisis dari segi ciri sastra anak menurut
Sarumpaet (dalam Santoso, 2003:8,4) yaitu sebagai berikut:
1) Unsur pantangan: berbohong
Cerita ini menyoroti pantangan terhadap kebohongan. Si penggembala mengalami
konsekuensi buruk karena berulang kali berbohong kepada penduduk desa. Pantangan
ini mengajarkan bahwa kejujuran dan integritas adalah nilai-nilai yang penting.
2) Penyajian dengan gaya secara langsung
Cerita ini disajikan dengan gaya langsung, di mana peristiwa-peristiwa cerita dijelaskan
secara rinci dan kronologis. Penulis menceritakan cerita dengan jelas, menggambarkan
adegan-adegan dan dialog secara terperinci, sehingga pembaca dapat dengan mudah
memahami alur cerita dan karakter-karakter yang terlibat.
3) Fungsi terapan dari dongeng ini
a. Moralitas dan etika
Cerita ini memiliki fungsi terapan dalam mengajarkan nilai-nilai moral, terutama
tentang konsekuensi dari berbohong. Melalui pengalaman si penggembala,
pembaca diajarkan pentingnya kejujuran dan dampak negatif dari tindakan curang.
b. Kepercayaan dan kepercayaan diri
Dongeng ini juga dapat diartikan sebagai peringatan tentang pentingnya
kepercayaan dan kepercayaan diri. Penduduk desa kehilangan kepercayaan pada si
penggembala setelah dua kali tertipu, sehingga saat si penggembala benar-benar
membutuhkan bantuan, mereka tidak lagi percaya padanya.
c. Kritik terhadap keputusan cepat tanpa pertimbangan
Cerita ini juga bisa diartikan sebagai kritik terhadap keputusan cepat tanpa
pertimbangan. Penduduk desa segera merespons teriakan si penggembala tanpa
memeriksa kebenaran informasinya. Ini mencerminkan bahaya mengambil
keputusan tanpa pertimbangan yang matang.