Anda di halaman 1dari 15

Tetanus

1102021059-Bobby Prakoso Witjaksono


Definisi
● Penyakit infeksi akut disebabkan eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri
toksin anaerob obligat gram positif Clostridium tetani, ditandai dengan
peningkatan kekakuan umum dan kejang-kejang otot rangka.
● Masa inkubasi bervariasi antara 3 hingga 21 hari, dengan rata-rata onset
gejala pada hari ke-7.
● Tetanus dapat berkembang hingga 178 hari setelah infeksi.

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Labrie, C. (2017, October 2).
Perjalanan Penyakit

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Anamnesis
1. Gejala awal
○ (kekakuan pada otot wajah dan leher, kesulitan menelan, rahang sulit dibuka (trismus), kaku otot wajah (risus sardonicus))
2. Gejala lanjut tetanus
○ (kaku pada punggung, perut dan ekstremitas, sesak napas dan sulit bergerak)
3. Munculnya gejala otonom pada pasien
○ (hipersalivasi, palpitasi, sesak napas)
4. Riwayat adanya luka yang terkontaminasi
○ (luka trauma akibat benda tajam yang kotor, luka akibat infeksi bakteri, jaringan nekrosis, infeksi gigi, otitis media, suntikan intravena
dan intramuskular, akupuntur, luka bakar, ulkus, gangren dan gigitan hewan)
5. Munculnya gejala
○ untuk menentukan kriteria dan prognosis tetanus.
6. Riwayat imunisasi dasar
○ pasien berupa vaksin DPT, dan imunisasi tambahan berupa vaksin TT
7. Riwayat alergi terhadap vaksin

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan keadaan umum
Pasien tampak sakit disertai gelisah jika ada rangsangan sinar, suara dan sentuhan, seluruh
badan tampak kaku
Pemeriksaan tanda vital
1. Tekanan darah: Mengetahui adanya gangguan saraf otonom pada pasien seperti hipertensi
dan hipotensi.
2. Nadi: Mengetahui adanya gangguan saraf otonom seperti takikardi yang diselingi bradikardi
3. Respirasi : Adanya sesak napas menyebabkan tachypnea
4. Suhu
5. Tes menggunakan spatula (spatula test) dengan cara menyentukan instrumen berbahan
lunak pada dinding faring posterior didapatkan spasme pada otot mandibula. Pemeriksaan
ini memiliki spesifisitas 100% dan sensitivitas 94%

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Kriteria Diagnosis
Kriteria Pattel Joag Grading

a) Kriteria 1 a) Derajat 1 (kasus ringan),


○ terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak ada
○ rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia
kematian).
dan kekakuan otot tulang belakang.
b) Derajat 2 (kasus sedang),
b) Kriteria 2 ○ terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2. Biasanya masa
○ Spasme, tanpa mempertimbangkan inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam (kematian
frekuensi maupun derajat keparahan. 10%).

c) Kriteria 3 c) Derajat 3 (kasus berat),


○ terdapat 3 kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7 hari
○ Masa inkubasi ≤ 7 hari.
atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%).
d) Kriteria 4 d) Derajat 4 (kasus sangat berat),
○ waktu onset ≤48 jam. ○ terdapat minimal 4 Kriteria (kematian 60%).

e) Kriteria 5 e) Derajat 5,
○ Peningkatan temperatur; rektal 100oF ( > ○ bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerperium dan tetanus
neonatorum (kematian 84%)
400 C), atau aksila 99o F ( 37,6 C ).

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2016).


Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosis tetanus ditentukan berdasarkan gejala klinis pasien dan tidak ada
pemeriksaan penunjang yang spesifik.
2. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan darah lengkap, GDS, SGOT,SGPT, Albumin, elektrolit, ureum dan kreatinin serta faal
hemostasis untuk menentukan tatalaksana suportif.

3. Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mengetahui adanya efek gangguan saraf otonom
yang menyebabkan aritmia hingga asistole, ataupun miokarditis dengan gambaran
seperti infark miokard dengan ST elevasi.

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Tatalaksana
Tujuan tatalaksana tetanus meliputi

1. Netralisasi toksin tetanus, dengan Tetanus immunoglobulin (TIG), Tetanus toksoid (TT), Anti tetanus serum
(ATS)
2. Eradikasi bakteri kausatif dengan menggunakan antibiotik
3. Manajemen luka
4. Perawatan suportif
a. Kontrol spasme otot dan rigiditas
b. Kontrol disfungsi otonom (Gangguan kardiovaskuler)
c. Oksigenasi dan mencegah gagal napas
d. Gangguan gastrointestinal,
e. Gangguan renal dan elektrolit,
f. Miscellaneous seperti mengatasi malnutri, dehidrasi, serta komplikasi dan infeksi lain akibat tirah baring lama
g. Pemberian obat simtomatik
5. Pengawasan ruang isolasi
6. Rehabilitasi

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Kasus Tetanus

Hastuti, Murni Sri, &

Oktarina, O. (2021)
Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Kasus Tetanus

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Kasus Tetanus

Hastuti, Murni Sri, &

Oktarina, O. (2021)
Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Kasus Tetanus

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Pemberian Imunisasi Tetanus pada Pencegahan Sekunder

Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021)


Daftar Pustaka
Hastuti, Murni Sri, & Oktarina, O. (2021). Penguatan Dokter di Layanan Primer - Tetanus - Repository UMJ. Umj.ac.id.

http://repository.umj.ac.id/3349/1/Modul%20Tetanus.pdf

Labrie, C. (2017, October 2). Tetanus | Calgary Guide. The Calgary Guide to Understanding Disease.

https://calgaryguide.ucalgary.ca/tetanus/

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2016). Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi

Anda mungkin juga menyukai