e) Kriteria 5 e) Derajat 5,
○ Peningkatan temperatur; rektal 100oF ( > ○ bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerperium dan tetanus
neonatorum (kematian 84%)
400 C), atau aksila 99o F ( 37,6 C ).
3. Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mengetahui adanya efek gangguan saraf otonom
yang menyebabkan aritmia hingga asistole, ataupun miokarditis dengan gambaran
seperti infark miokard dengan ST elevasi.
1. Netralisasi toksin tetanus, dengan Tetanus immunoglobulin (TIG), Tetanus toksoid (TT), Anti tetanus serum
(ATS)
2. Eradikasi bakteri kausatif dengan menggunakan antibiotik
3. Manajemen luka
4. Perawatan suportif
a. Kontrol spasme otot dan rigiditas
b. Kontrol disfungsi otonom (Gangguan kardiovaskuler)
c. Oksigenasi dan mencegah gagal napas
d. Gangguan gastrointestinal,
e. Gangguan renal dan elektrolit,
f. Miscellaneous seperti mengatasi malnutri, dehidrasi, serta komplikasi dan infeksi lain akibat tirah baring lama
g. Pemberian obat simtomatik
5. Pengawasan ruang isolasi
6. Rehabilitasi
Oktarina, O. (2021)
Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Kasus Tetanus
Oktarina, O. (2021)
Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Kasus Tetanus
http://repository.umj.ac.id/3349/1/Modul%20Tetanus.pdf
Labrie, C. (2017, October 2). Tetanus | Calgary Guide. The Calgary Guide to Understanding Disease.
https://calgaryguide.ucalgary.ca/tetanus/
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2016). Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi