Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS VERTIGO SENTRAL

Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan tugas mata kuliah praktik
klinik keperawatan

Disusun Oleh:
Samantha Cristina
NIM. 202306062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
BEKASI
2023
A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Vertigo adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan
keseimbangan pada sistem vestibular ataupun gangguan pada sistem saraf pusat.
Selain itu, vertigo dapat pula terjadi akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh
yang terdiri dari reseptor pada visual (retina), vestibulum (kanalis semisirkularis)
dan proprioseptif (tendon, sendi dan sensibilitas dalam) (Setiawati et al., 2016).
Vertigo adalah kondisi di mana seseorang akan merasakan bahwa lingkungan atau
benda-benda yang ada di sekitarnya bergerak, melayang, dan seolah-olah berputar.
Dalam kondisi ini biasanya penderita akan mengalami hilangnya keseimbangan
sehingga untuk sekadar berdiri atau berjalan saja sangat sulit dilakukan. Selain itu,
penderita juga akan merasakan bahwa bagian kepalanya akan terasa sakit, pusing,
dan bahkan disertai dengan rasa mual dan ingin muntah. Terdapat dua jenis vertigo,
yaitu vertigo sentral dan perifer. Perbedaan vertigo sentral dan perifer terletak pada
sumber lokasi gangguan. (Promkes RSST, 2022)

2. Etiologi
a. Vertigo sentral
Vertigo ini disebabkan oleh penvakit yang berasal dari sistem saraf pu-sat,
Secara, klinis adanya kerusakan akibat penyumbatan (infark) atau perdarahan
otak kecil (cerebellum) atau batang otak, atau penvebab lain seperti tumor,
infeksi atau, trauma kepala. Selain itu vertigo dapat, timbul akibat kelainan
psikis dan gangguan penglihatan. Bila ditiniau dari penvebabnya. terdapat
banyak penyakit yang dapat, menyebabkan vertigo antara, lain penyakit
meniere, infeksi labirin, infeksi telinga, trauma kepala, tumor otak, efek
samping obat. gangguan fungsi mata, gangguan psikis, dan lain-lain.
b. Vertigo perifer
Teriadi karena gangguan pada telinga bagian dalam yang mengontrol
keseimbangan (organ Jabirin vestibuler atau kanalis semisirkularis) atau, pada
saraf vestibularis yang menghubungkan telinga dalam dengan batang otak.
(Iskandar, 2021)
3. Manifestasi Klinis
Vertigo sentral dapat teriadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam periode waktu
yang lama. Keluhan vertigo dapat bertahan selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Durasi tersebut berbeda dengan vertigo perifer yang mungkin
diawali dengan beberapa gejala tertentu dan berlangsung dengan durasi lebih
singkat. Gejala pusing dan sensasi berputar pada vertigo sentral dinilai Jebih berat.
Penderita bisa sampai tidak mampu berdiri atau berialan tanpa bantuan orang lain.
Keluhan lain akibat, vertigo sentral pun dapat muncul.
Misalnya, penurunan kemampuan pendengaran, sakit kepala, tubuh lemas atau
lelah. (Promkes RSST, 2022)

4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat teriadi pada penderita vertigo baik sentral dan perifer vaitu
penderita dapat mengalami cedera fisik akibat kehilangan keseimban gan sehingga
penderita tidak dapat meniaga keseimbangan sat berdiri maupun berialan, dan dapat
mengakibatkan risiko teriadinya jatuh. (Prameswari & Vioneerv, 2020)

5. Patofisiologi
Saat teriadi kerusakan atau gangguan pada otak yang berfungsi mempersepsikan
impuls terkait keseimbangan, maka respon yang terbentuk tentu tidak akan normal.
Perubahan posis dan gerak kepala yang diinformasikan melalui sistem vestibular
normalnva akan membuat mata tetap stabil, ketika, memandang. Hal tersebut telah
disebutkan sebelumnya vaitu dengan mekanisme VOR, yaitu apabila terdapat
gangguan pada salah satu komponen VOR misalnva batang otak maka impuls yang
diteruskan akan salah dipersepsikan. Akibatnya pasien akan mengalami vertigo
yang disertai dengan nistagmus dan ketidakseimbangan postur tubuh. (Pricilia &
Kurniawan, 2020)

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan audiometri dan pencitraan sistem saraf pusat berupa
computerized tomography (CT) san kepala atau magnetic resonance imaging
(MRI) otak.
b. Audiometri dilakukan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran
pada pasien. Pemeriksaan pencitraan hanva disarankan jika terdapat
abnormalitas neurologis.
c. Untuk melihat adanya kecurigaan ke arah stroke, MRI lebih meniadi pilihan
karena, dapat memvisualisasi serebelum dengan lebih baik dibandingkan CT-
scan. Bone window CT Scan dapat membantu menegakkan diagnosis superior
semicircular canal dehiscence syndrome. (Pricilia & Kurniawan, 2020)

7. Penatalaksanaan
a. Jika vertigo sentral teriadi akibat migrain, pemberian obat-obatan serta
pengelolaan stres mungkin dapat membantu.
b. Jika vertigo muncul akibat TIA, terapi trombolitik mungkin diperlukan.
Langkah penanganan ini berupa, pemberian obat untuk mengencerkan
gumpalan darah yang menvumbat pembuluh darah arteri.
d. Jika vertigo sentral disebabkan oleh demielinasi atau, multiple sclerosis, dokter
bisa memberikan obat kortikosteroid lewat infus. (Promkes RSST, 2022)

B. Konsep Kebutuhan Dasar


1. Definisi
Kenvamanan atau, rasa nyaman, merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri). Kenvamanan juga merupakan kondisi seseorang merasa sejahtera baik
secara mental, fisik, psikologis, dan sosialnya. Pada penderita vertigo dapat
mengalami perubahan atau gangguan kenvamanan akibat gejala-gejala yang
timbul yang diakibatkan oleb vertigo. Gangguan kenyamanan adalah dimana
individu mengalami sensasi yang tidak menvenangkan dan berespon terhadan
rangsangan yang berbahaya. (Ruminem. 2021)
2. Etiologi
Penvebab gangguan rasa nyaman yaitu:
a. Gejala penyakit yang timbul
b. Efek samping terapi
c. Gangguan adaptasi
d. Timbulnya penvakit
e. Dan efek samping terapi
Pada penderita yang mengalami vertigo seringkali mengalami gangguan
kenvamanan akibat gejala yang timbul dari vertigo seperti merasa berputar-putar,
nvert pada kepala, gangguan keseimbangan, dan lain-lain (Ruminem, 2021)

3. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan pasien,
kemampuan pasien untuk mengelola kesehatan dan perawatannya juga hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
1) Data biografi

a) Identitas pasien

Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, suku atau bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no
medrek, diagnosa medis, alamat klien.
b) Identitas Penanggung jawab

Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan


dengan klien dan alamat,

2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama

Merupakan keluhan pasien pada saat masuk RS, Selain itu


mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien membutuhkan
pertolongan sehingga pasien dibawa ke RS dan menceritakan kapan
pasien mengalami gangguan.
b) Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien saat


pengkajian dengan menggunakan metode PQRST.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera atau operasi yang dialami
individu sebelumnya.
d) Alergi
Asma, atau eksema, reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang,
tanaman atau produk rumah tangga.
e) Obat-obatan
Nama, dosis, jadwal, durasi dan alasan pemberian.

f) Kebiasaan

Pola perilaku seperti menggigit kuku, menghisap ibu jari, pika, ritual,
seperti “selimut pengaman“, gerakan tidak umum (membenturkan
kepala, memanjat), tempat tantram.
g) Aktivasi kehidupan sehari-hari

Jam tidur dan bangun, durasi tidur malam/siang, usia toilet training, pola
defekasi dan berkemih, tipe latihan
h) Penggunaan/penyalahgunaan obat, alkohol, kopi (kafein) atau
tembakau. Disposisi umum, respon terhadap frustasi

4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

b. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit

c. Risiko jatuh d.d gangguan keseimbangan

5. Rencana keperawatan
No Dx Tujuan & KH Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan skala nyeri menurun (0) 1.Identifikasi factor pencetus dan pereda
dengan kriteria hasil: nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (skala 0) 2.Monitor kualitas nyeri
2. Ekspresi meringis menurun 3.Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
3. Gelisah menurun 4.Monitor intensitas nyeri dengan
menggunakan skala
5.Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Teraupetik
1.Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat analgetik

2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


nyaman nyeri selama 2x24 jam diharapkan rasa Observasi
nyaman meningkat dengan kriteria hasil: 1.Identifikasi factor pencetus dan pereda
1. Keluhan tidak nyaman menurun nyeri
2.Gelisah menurun 2.Monitor kualitas nyeri
3. Keluhan sulit tidur menurun 3.Monitor lokasi dan penyebaran nyeri.
4.Lelah menurun 4.Monitor intensitas nyeri dengan
menggunakan skala
5.Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Teraupetik
1.Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat analgetik
3. Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh
2x24 jam diharapkan tingkat jatuh
Observasi
menurun, dengan kriteria hasil :
1. Jatuh dari tempat tidur menurun 1. Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65
2. Jatuh saat berdiri menurun tahun, penurunan tingkat kesadaran,
3. Jatuh saat duduk menurun defisit kognitif, hipotensi ortostatik,
4. Jatuh saat berjalan menurun gangguan keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati)
2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh (mis: lantai
licin, penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala (mis: fall morse scale, humpty
dumpty scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, J. (2021). Mencegah Dan Mengatasi Sakit Kepala. CV ANDI OFFSET.
https://books.google.co.id/books?id=jKlNEAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&sourc
e=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Prameswari, D. A., & Vioneery, D. (2020). Asuhan keperawatan pada pasien Benign Paroxymal
Position Vertigo dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan. Jurnal Keperawatan.

Pricilia, S., & Kurniawan, S. N. (2020). Central vertigo. Journal Of Pain Headache And Vertigo.
https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.02.4

Promkes RSST. (2022). Vertigo Sentral dan Cara Menanganinya. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/78/vertigo-sentral-dan-
caramenanganinya

Ruminem. (2021). KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman Samarinda.

Setiawati, M., Kedokteran, F., Lampung, U., Histologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U.
(2016). Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. 5, 91–95.

Anda mungkin juga menyukai