Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kematian bayi dipengaruhi oleh salah satunya yaitu

asfiksia neonatorum. Berbagai bentuk upaya yang aman dan efektif mencegah

dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan

antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan

kesehatan neonatal oleh tenaga profesional, untuk menurunkan kematian bayi

baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kemampuan dan keterampilan managemen asfiksia pada bayi

baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong

persalinan (Rizki, 2014).

Menurut WHO tahun 2011, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir didunia,

secara global 4 juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000)

lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut). Bayi yang mengalami

asfiksia neonatarum adalah sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi baru

lahir. Angka kematian bayi (AKB) akibat asfiksia di kawasan Asia Tenggara

merupakan menempati urutan kedua sebesar 142 per 1000 setelah Afrika. Di

tahun 2011, Indonesia merupakan negara dengan AKB dengan asfiksia

tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1000, Myanmar 48 per

1000, Laos dan Timor Laste 48 per 1000, Kamboja 36 per 1000.

1
2

Menurut Depkes RI (2011) menyatakan bahwa angka kematian bayi

(AKB) mencapai hampir 1 juta. Lebih kurang 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi

lahir mengalami asfiksia. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia yang

disebabkan oleh asfiksia mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pertahun 2012

dan angka kematian neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian per

1000 kelahiran hidup. Kejadian asfiksia neonatorum masih menjadi masalah

serius di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya kematian bayi di Indonesia

adalah asfiksia neonatorum yaitu sebesar 33,6%. Angka kematian karena

asfiksia di Rumah Sakit Pusat Rujukan Propinsi di Indonesia sebesar 41,94%.

Angka kejadian asfiksia di Indonesia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup,

secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia,

untuk daerah pedesaan di Indonesia angka kejadian asfiksia neonatorum

sebanyak 31-56,5% dan asfiksia menjadi penyebab 19% dari 5 juta kematian

bayi baru lahir setiap tahun.

Menurut data yang diperoleh di ruang kebidanan RSUD M.Yunus Kota

Bengkulu, pada tahun 2013 terdapat 30 ibu yang mengalami KPD dari 112

persalinan, lama KPD ≥ 12 jam sebanyak 13 orang dengan nilai apgar score

bayi baru lahir < 7 (asfiksia ringan- berat), sedangkan lama KPD < 12 jam

sebanyak 17 orang dengan nilai apgar ≥ 7 (normal). Menurut laporan tahunan

Rumah Sakit Umum Daerah Curup Tahun 2011 terdapat sebanyak 219 kasus

asfiksia diruangan Neonatus. Pada tahun 2012 terdapat sebanyak 83 kasus

asfiksia, pada tahun 2014 angka kejadian asfiksia terdapat 30 kasus dan pada

tahun 2015 angka kejadian asfiksia terdapat 115 kasus.


3

Menurut Mochtar (2011) bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih

kembali harus diperkirakan kemungkinannya menderita cacat mental seperti

epilepsi dan bodoh pada masa mendatang. Hal ini dibuktikan oleh penelitian

Respati (2012) di RSUD Kota Tanjung Pinang bahwa dari 32 kejadian asfiksia

neonatorum terdapat perkembangan bayi “sesuai” sebanyak 3 bayi (9,4%),

“meragukan” sebanyak 19 bayi (59,4%), sedangkan bayi baru lahir yang tidak

mengalami asfiksia neonatorum dengan jumlah perkembangan bayi “sesuai”

sebanyak 27 bayi (84,4%), “meragukan” 4 bayi (12,5%), dan penyimpangan

sebanyak 1 bayi (3,1%).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengelola kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Asfiksia Neonatorum di Ruangan Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Curup”.

B. Rumusan Masalah

Jumlah kasus asfiksia neonatarum di dunia dan di Indonesia masih

sangat tinggia. pada tahun 2014 angka kejadian asfiksia terdapat 30 kasus dan

pada tahun 2015 angka kejadian asfiksia terdapat 115 kasus. Kejadian Asfiksia

neonatarum meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015 dan diperkirakan terjadi

peningkatan pada tahun 2016.

Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali diperkirakan akan

menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.

Berdasarkan masalah tersebut, maka dirumuskan masalah :”bagaimana asuhan

keperawatan pada neonatus dengan asfiksia neonatorum yang dirawat di Ruang

Neonatus RSUD Curup tahun 2016 ?”.


4

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran penerapan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Asfiksia Neonatorum di ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah

Curup.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Asfikisa

Neonatorum di ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Curup.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

Asfiksia Neonatorum di ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah

Curup.

c. Mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan pada klien dengan Asfiksia Neonatorum di ruang Mawar

Rumah Sakit Umum Daerah Curup.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan

Asfiksia Neonatorum di ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah

Curup.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Asfiksia

Neonatorum di ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Curup.

f. Mampu melakukan analisis kesenjangan antara teori dengan

penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Asfiksia

Neonatorum di ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Curup.


5

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Klien

Dapat merasakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan keluarga

dapat mengerti perawatan neonatus dengan asfiksia neonatorum yang

diajarkan pada dirinya dan dapat melakukannya secara mandiri.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Manfaat bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dapat menangani

dengan baik serta dapat mengetahui cara menangani pasien Asfiksia

Neonatorum.

3. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

1) Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam melaksanaan

pelayanan keperawatan dan melakukan pengkajian, menegakkan

diagnosa, melaksanankan intervensi, melaksanakan implementasi dan

evaluasi

melalui asuhan keperawatan yang komprehensif pada Asfiksia

Neonatorum.

2) Dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik serta dapat

melakukan pendokumentasian kepada pasien dengan baik.

b. Pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan

kualitas pendidikan keperawatan pada pasien Asfiksia Neonatorum.

Anda mungkin juga menyukai