DISUSUN
O
L
E
H
KEVINANUS TOMI
NISN:0048914999
Hari :
Tanggal :
Disetuji oleh:
Mengetahui
Kepala Sekolah
Siprianus Nahur,S.Pd
NIP:198411212010011015
ii
ABSTRAK
Penlitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peran nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul
kope terhadap pelaksanaan perkawinan di kelurahan Satar Peot. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan wawancara mendalam, observasi dan
analisis data untuk memahami bagimana nilai persaudaraan memengarhui dan membentuk
dinamika perkawinan dalam tradisi lokal. Hasil penelitin menunjukan bahwa nilai
persaudaraan memainkan peran dalam memperkuat hubungan antara individu dan
memengarhui persiapan, pelaksanaan, serta persepsi masyarakat terhadap perkawinan.
Tradisi kumpul kope menjadi wadah untuk memelihara nilai-nilai sosial dan budaya, yang
gilirannya memengarhui dinamika perkawinan di kelurahan Satar Peot. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang bagimana nilai persaudaraan
menjadi faktor kunci dalam keberhasilan dan keberlanjutan tradisi perkawinan di komunitas.
Implikas dari temuan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pelestarian
nilai-nilai budaya dan pemahaman yang lebih baik terhadap peran persaudaraan dalam
tradisi perkawinan lokal.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya, penulis
dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulisan karya ilmiah
tidak terlepas dari dukungan dari berbagi pihak. Oleh karena itu pantas dan layak penulis
sampaikan limpah terima kasih.
Kevinanus Tomi
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
vi
terdapat pada masyarakat Kelurahan Satar Peot. Budaya perkawinan menggarai
menganutsistemkekrabatanpatrilineal (mengikuti garis keturunan ayah). Hubungan
kekerabatan orang menggarai begitu kuat, akrab, bersatu, harmonis, Penuh
persaudaraan dan ada rasa kekeluargaan, baik antara anak rona (keluarga asal
istri / keluarga pengambil istri), anak wina (keluarga asal suami/ keluarga
penerima istri /Pengambil istri) Paang ngaung (keluarga tetangga maupun hae reba
(kenalan dekat). Mereka sangat akrab, bersatu dalam banyak hal, misalnya dalam
urusan perkawinan. Wujud persatuan, partisipasi mereka yaitu berupa kumpul
kope (perkumpulan dana anak laki-laki). Tradisi kumpul kope merupakan tradisi
yang Sudah ada di kelurahan satar Peot, yang mambentuk keluarga dan berkumpul
dengan kerabat patrilineal, kerabat tetangga dan juga kerabat kenalan dekat dalam
menyelesaikan biaya belis. Dengan adanya tradisi kumpul kope Secara tidak
langsung dapat menyatukan dan mempererat hubungan antara keluarga serta
meringankan beban keluarga laki-laki dalam menyelesaikan biaya belis.
Sida merupakan sumbangan wajib dari anak wina kepada anak rona dalam
urusan perkawinan. Budaya sida mengalami pergeseran nilai yang menimbulkan
kekecewaan bagi masyarakat kelurahan satar peot. Semua sebagai bentuk
solidaritas dan tali pengikat persaudaraan, berubah menjadi utang wajib bagi anak
wina. Hal ini terjadi saking tingginya belis atau mas kawin dalam proses
perkawinan adat manggarai ( Bartimeus Dagong 2017). Prosespelaksanaan
upacara sida terdiri dari beberapa tahapan upacara, antara lain : Tahapan kumpul
keluarga, penyampaian sida kepada anak wina, tahapan pelaksanaan, dan tahapan
akhir upacara. Budaya sida yang wajib dilakukan memiliki fungsi yang sangat
penting bagi masyarakat seperti fungsisolidaritas, fungsi kekerabatan, fungsi
edukasi dan fungsi kemanusiaan. (Bartolomeus Ludi 2015).
Makna sida pada masyarakat Kelurahan Satar Peot melalui indifikasi dari makna
sida bagi masyarakat kelurahan Satar Peot, tahapan yang dilakukan untuk
menyampaikan (Sumbangan dana untuk Upacara Pernikahan) dan Implikasi
Sosiologis dari makna budaya. Budaya sida pada masyarakat Kelurahan Satar Peot
dijalankan Sampai saat ini karena sudah manjadi salah satu tradisi dalam kehidupan
masyarakat Kelurahan Satar peot anak wina dan anak rona Sering berkerja sama
vii
untuk mempertahankan tradisi budaya sidabaik yang berhubungan dengan
kedudukan. Jika anak wina tidak manjalankan tradisi budaya sida akan
mendapatkan konsekuensi yang harus mereka terima seperti putus hubungan
kekeluargaan, tidak mandapatkan keturunan dan ambil kembali Warisan yang
telahdiwariskan. Kesimpulan dari makna tradisi budaya sida Sebagai salah satu cara
untuk membina hubungan kekeluargaan Sebagai tanda bukti Persatuan dan
kekerabatan dan juga sebagai tanda cinta dan belas kasih dari keluarga anak wina
kepada anak rona. Saran bagi masyarakat untuk tetap mempertahankan dan
mencintai tradisi budaya manggarai merupakan salah satu identitas dari suatu
daerah.
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan sub fokus yang ada, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu:
Untuk mengetahui peran nilai Persaudaraan dalam tradisi kumpul Kope terhadap
Pelaksanaan perkawinan di kelurahan Satar Peot.
viii
BABII
LANDASAN TEORI
ix
perempuan Manggarai akan memanggil lelaki yang belum dikenalinya dengan
sebutan nana(panggilan paling santun untuk seorang lelaki). Orang Manggarai
juga mempunyai tradisi yang amat indah perihal kehadiran orang asing (meka).
Sejauh meka hadir sebagai pribadi yang mencintai ia adalah saudara. Hal ini dapat
dilihat misalnya melalui tradisi tiba meka (terima tamu) dan kebiasaan lejong
(bertamu). Menarik bahwa dalam kebiasaan lejong, orang Manggarai bisa
menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekadar bercerita, seharing, dan tertawa
ria bersama pemilik rumah (ata mori mbaru). Lejong pun tidak terbatas pada
keluarga kandung, tetapi siapapun boleh lejong. Singkat kata, persaudaraan dalam
kebudayaan Manggarai dipahami dengan sangat luas. Saudara adalah siapapun
yang mencintai.
Persaudaraan dalam tradisi kumpul kope ini tidak didasari oleh adanya
kesamaan tertentu sebab dapat mengusung sikap fundamentalisme. Persaudaraan
semacam ini mereduksi arti persahabatan sejauh sama. Konsekuensinya yang
sama tidak didekati sebagai sahabat, melainkan sebagai lawan atau musuh dan
relasi tidak dilandasi oleh rasa cinta. Mereka sembunyi di balik kata persaudaraan,
dimanteli oleh afirmasi persaudaraan. Padahal ada tujuan tersembunyi di balik
semuanya itu. Dalam tradisi kumpul kope, kita akan menemukan persahabatan
yang dibicarakan oleh (Aristotele). Dia mengatakan persaudaraan itu mengatasi
keutamaan keadilan, sebab dalam persahabatan atau persaudaraan pasti ada sikap
saling memberi, memperhatikan dan menghormati. Afirmasi Aristoteles ini juga
terdapat dalam tradisi kumpul kope Manggarai. Kiranya pandangan yang
dikemukan oleh (Aristoteles) membantu masyarakat Manggarai untuk melihat
universalitas persaudaraan dalam tradisi kumpul kope di Manggarai.
x
utama persaudaraan. Kepercayaan membangun dasar untuk hubungan yang
kuat.Saling MenghormatiNilai persaudaraan mencakup sikap saling menghormati
antara individu atau kelompok. Ini mencakup penerimaan terhadap perbedaan dan
penghargaan terhadap keunikan masing-masing individu.Keterlibatan dan
Dukungan Persaudaraan melibatkan keterlibatan aktif dan saling mendukung
antara anggota kelompok. Ini bisa mencakup dukungan emosional, fisik, atau
bahkan dukungan dalam mencapai tujuan bersama.Keterbukaan dan Komunikasi
Persaudaraan diperkuat oleh keterbukaan dan komunikasi yang efektif antara
anggota kelompok. Saling berbagi ide, perasaan, dan pemikiran dapat
memperdalam hubungan.Berkompetisi Secara Sehat. Persaudaraan tidak selalu
berarti sepakat dalam segala hal. Terkadang, persaingan yang sehat dan konstruktif
dapat memperkaya hubungan dan mendorong pertumbuhan positif.Nilai
persaudaraan dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks, termasuk keluarga,
persahabatan, dan komunitas. Penting untuk memahami dan mempraktikkan nilai-
nilai ini untuk menciptakan hubungan yang sehat, kuat, dan saling mendukung.
kumpul kope adalah pengumpulan dana atas dasar persatuan keluarga kerabat
laki-laki, keluarga kerabat tetangga, keluarga kerabat dan kenalan dekat dalam
rangka persiapan perkawinan anak laki-laki atau calon mempelai laki-laki, dan
tempat pelaksanaan kumpul kope ini di rumah keluarga calon mempelai laki-laki
atau di rumah adat.
Secara etimologi kumpul kope berasal dari dua kata bahasa Manggarai yaitu
kumpulyang artinya berkumpul dan menghimpun, arti dari kope yaitu parang
secara harfiah. Kumpul kope ialah mengumpulkan parang-parang , namun arti
yang sebenarnya lebih dari yang harfiah yaitu pengumpulan dana untuk persiapan
pernikahan dan membayar belis dalam kuasa persaudaraan dan penuh cinta.
Penekanan utama kumpul kope terdapat pada kata kope (parang). Kope yang
berarti parang ialah kiasan jenis kelamin laki-laki/pria, atau pengumpulan dana.
Kumpul kope adalah persatuan laki-laki untuk mengumpulkan dana dalam rangka
persiapan perkawinan anak laki-laki (tae laki) (NGGORO,2006:86).Salah satu
xi
tradisi Manggarai yang sering dilakukan oleh masyarakat Satar Peot setempat
hingga saat ini adalah kumpul kope. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk
solidaritas antara keluarga kerabat patrilineal, kerabat tetangga, dan juga kerabat
kenalan dekat dalam penyelesaian biaya belis.
Dengan adanya tradisi kumpul kope, secara tidak langsung menyatukan dan
memperat hubungan antara keluarga dan kerabat serta meringankan beban
keluarga laki-laki dalam menyelesaikan biaya belis. Dalam hal ini seorang laki-
laki yang hendak menikah mempunyai tanggung jawab atau utang laki-laki,
karena ia sudah dibantu oleh orang lain dan jika orang lain meminta bantuannya
untuk hal yang sama, ia harus siap dan wajib membantu. Jika tidak, orang tidak
akan datang dan orang tersebut dianggap sombong, kikir, dan pelit. Berdasarkan
uraian singkat di atas, maka dapat disimpulkan, kumpul kope adalah pengumpulan
dana atas dasar persatuan keluarga kerabat laki-laki, keluarga kerabat tetangga,
keluarga kerabat dan kenalan dekat dalam rangka persiapan perkawinan anak laki-
laki atau calon mempelai laki-laki, dan tempat pelaksanan kumpul kope ini di
rumah keluarga calon mempelai laki-laki atau di rumah adat. Pada saat kumpul tak
ada topik pembicaraan yang baru lagi menyangkut kumpul kope, peserta atau
anggota keluarga yang datang hanya memberikan uang, makan bersama, bercanda
ria, dengan penuh rileks, santai, penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Hanya
mungkin yang perlu disampaikan oleh keluarga calon mempelai laki-laki atau
yang mewakili pada saat itu kepada anggota keluarga yang hadir adalah tentang
waktu pelaksanaan perkawinan. Maksud pemberitahuan itu, supaya mereka juga
hadir bersama-sama pada hari pelaksanaannya. Oleh karena itu, kumpul kope
harus dilandasi oleh rasa persatuan, persaudaraan, kekeluargaan, sikap saling
membantu, dan perlu tata bahasa yang baik dan sopan. Nilai-nilai seperti ini
merupakan komitmen moral, sebagai ungkapan rasa tanggung jawab, mata rantai
keluarga kerabat atau hubungan kekerabatan yang perlu terbina secara terus-
menerus (Ibid., hlm. 91).
xii
sebagai interaksi antarpribadi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik yaitu
simbol verbal dan nonverbal. (HaroldD. Laswell) mendefinisikan komunikasi
sebagai hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Manusia dapat
mengetahui peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar
pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya melalui komunikasi. Komunikasi
membuat manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan
melalui komunikasi, manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, maupun
melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Komunikasi
jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur
pergaulan antar manusia untuk menyampaikan keinginannya, mengetahui hasrat
orang lain, memahami lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan
untuk memberi arti setiap lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Kumpul kope
adalah salah satu media tradisional yang dapat digunakan oleh masyarakat
Manggarai untuk berkomunikasi dengan orang lain. Aspek komunikasi yang
dibangun dalam budaya kumpul kope yaitu persudaraan lintas batas yang ditandai
dengan tidak adanya perbedaan pandangan masyarakat Manggarai tentang orang
yang hadir pada saat acara kumpul kope. Maksudnya tidak ada perilaku yang
istimewa antara yang satu dengan yang lain. Dalam tradisi kumpul kope
persamaan tidak lagi menjadi dasar persahabatan dan persaudaraan. Karena
persamaan itu bukan berarti sahabat, saudara atau keluarga. Jika kehadiran orang
lain (hae reba) didasarkan karena adanya persamaan, di sana tidak ada nilai
kekeluargaan.
xiii
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluargarumah tanggal yang bahagia dan kekalberdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa (TRUSTO SUBEKTI, 2010:333).
xiv
oleh masyarakat kelurahan satar peot melakukan perkawinan. Dalam upacara paca
ini di tandai dengan penyerahan mas kawin berupa binatang dan uang oleh
keluarga anak wina (keluarga laki-laki) kepada keluarga anak rona (keluarga
Perempuan) jumlah nilai paca atau belis ini di tentukan oleh keluarga anak rona
(keluarga perempuan). Dalam paca ini terdapat adanya penukaran antara mas
kawin denganPerempuan
xv
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer maupun data skunder. Data
primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari subjek
atau objek penelitian. Sedangkan data skunder adalah data yang bersumber dari berbagai
informasi yang telah ada sebelumnya ada dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang
digunakan untuk melengkapi data penelitian. Data skunder dikumpulkan melalui sebagai
sumber seperti buku,situs atau dokumen.
3.4 Metode Penelitian
xvi
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan.
Penulis melakukan wawancara mendalam dengan sumber informan perihal peran niali
persaudaraan dalam tradisi kumpul kope terhadap pelaksanaan perkawinan dikelurahan satar
peot.
Dalam proses reduksi data, peneliti memilih data yang paling relevan dengan topik
penelitian. Data-data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel yang menjelaskan
deskripsi informan tentang peran nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul kope terhadap
pelaksanaan perkawinan dikelurahan satar peot.
Langkah terakir dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan. Isi kesimpulan
mencakup semua informan yang relevan dengan topik penelitian.
3.6.1 Populasi
3.6.2 Sampel
Sampel adalah sebagaian atau wakil yang diteliti. Dalam penelitian ini. Peneliti
mengambil 4 orang, sampel 1 orang tua golo dan 3 orang toko masyarakat.
xvii
BAB IV
Pada bagian ini, Peneliti menampilkan hasil penelitian berupa data mentah yang
diperoleh dari informan. Data-data mentah tersebut sditampilkan dalam bentuk tabel
berdasarkan urutan pertanyaan. Hal ini bertujuan memudahkan penulis untuk
melakukan analisis dan menarik kesimpulan.
xviii
Bpk Kasmir Jusnim Karena tradisi kumpul kope
sering kali melibatkan anggota
keluarga dari berbagai generasi.
Hal ini membantu dalam
menjaga dan mewariskan tradisi
serta nilai-nilai keluarga dari
satu generasi ke generasi
berikutnya.
xix
sama lain, dan merayakan
budaya lokal kami.
Bpk Kasmir Saya melihat kumpul kope
Jusnim sebagai bagian dari tradisi lokal
yang patut dihargai, meskipun
saya sendiri tidak terlalu aktif
dalam acara tersebut. Saya pikir
itu penting untuk menjaga
warisan budaya dan
memberikan kesempatan bagi
mereka yang mengharga untuk
berpartisipasi.
Bpk Frederikus Saya melihat kumpul kope
Jusnim sebagai kesempatan untuk
menciptakan jaringan sosial
yang kuat di komonitas kami.
Ini adalah waktu yang
menyenangkan untuk bertemu
dengan tetangga dan
membangun hubungan yang
saling mendukkung.
Ibu Marta Mamut Kumpul kope adalah bagian
integral dari sejarah dn identitas
budaya kami. Saya merasa
penting untuk terus
melestarikian tradisi ini agar
tidak terlupakan oleh generasi
mendatang.
xx
Tabel 4.1.3. Hasil Wawancara
xxi
aktifitas fisik atau berjalan-jalan
xxii
Bpk Frederikus Dalam pelaksanaan acara
Jusnim perkawinan, tradisi kumpul kope
juga mendukung kebersamaan
dan kerjasama. Masyarakat yang
terlibat dalam kumpul kope
umumnya lebih terorganisir,
membuat jalannya acara
perkawinan menjadi lebih
lancar. Selain itu, kehadiran
banyak anggota komunitas juga
membri dukungan emosional
kepada pasangan yang menikah.
Ibu Marta Mamut Karena tradisi kumpul kope
bukan hanya sekedar persiapan
teknis, tetapi juga menciptakan
iklim kebersamaan dan
solidaritas yang memperkaya
pengalaman pelaksanan
perkawinan dikelurahan satar
peot.
4.2 PEMBAHSAN
xxiii
BAB V
PENUTUP
5. 1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan hasil wawancara yang sudah dilakukan serta pembahasan
hasil penelitian, maka penulis dapat mengemukakan kesimpulan dari tulisan yang berjudul .
“Peran nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul kope terhadap pelaksanaan perkawinan di
Kelurahan Satar Peot” adalah sebagai berikut:
xxiv
2. Pengaruh Tradisi Kumpul Kope. Tradisi kumpul kope memberikan wadah bagi
masarakat untuk menjaga dan menguatkan nilai nilai persaudaraan. pertemuan sosial ini
tidak hanya memperkuat hubungan keluarga tetapi juga menjadi momen perayaan dan
pelestarian budaya.
3. Pentingnyah Hubungan Sosial. Temuan menunjukan bawah nilai persaudaraan
memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan sosial yang
kuat,yang pada giliraannyah memengaruhi keberhasilan pelaksanaan perkawinan.
4. Kontribusi Terhadap Pelestarian Budaya. Penelitian ini memberikan kontribusi
dalam memahami bagaimana nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul kope dapat
membantu dalam pelestariaan budaya dan adat lokal.
5.2 SARAN
Penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
sangat membutuhkan masukan dan saran yang membangun, demi menyempurnakan tulisan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Esten. 1999. Pengertian tradis secara turun temurun berdasarkan nilai-nilai budaya
Manggarai.
Jalius. 2009. Tradisi ,merupakan roh dari sebuah kebudayaan.
Adrian. 2012. Pengertian nilai persaudaraan.
Nggoro, 2006:86, Ibit, hln. 91, HaroldD. Laswel. Pengertian kumpul kope.
Elly m. Stadi, dkk, 2015:304, Truto Subekti, 2010:333. Jurnal Flores| Lifestyle Perkawinan
Masyarakat Manggarai.
xxv
LAMPIRAN
xxvi
xxvii