Anda di halaman 1dari 27

PERAN NILAI PERSAUDARAAN DALAM TRADISI KUMPUL KOPE TERHADAP

PELAKSANAAN PERKAWINAN DI KELURAHAN SATAR PEOT

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN

O
L
E
H

KEVINANUS TOMI
NISN:0048914999

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGRI 2 BORONG

TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024


TRADISI
LEMBARAN PENGESAHAH

Karya Tulis Ilmiah Berjudul:

“PERAN NILAI PERSAUDARAAN DALAM TRADISI KUMPUL KOPE


TERHADAP PELAKSANAAN PERKAWINAN DI KELURAHAN SATAR PEOT”

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan bagi siswa kls XII

Telah disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Disetuji oleh:

Mengetahui

Pembimbing Wali Kelas

Felix Namar,S.Pd Ferdinandus Sarong,S.s

Kepala Sekolah

Siprianus Nahur,S.Pd

NIP:198411212010011015

ii
ABSTRAK

Penlitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peran nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul
kope terhadap pelaksanaan perkawinan di kelurahan Satar Peot. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan wawancara mendalam, observasi dan
analisis data untuk memahami bagimana nilai persaudaraan memengarhui dan membentuk
dinamika perkawinan dalam tradisi lokal. Hasil penelitin menunjukan bahwa nilai
persaudaraan memainkan peran dalam memperkuat hubungan antara individu dan
memengarhui persiapan, pelaksanaan, serta persepsi masyarakat terhadap perkawinan.
Tradisi kumpul kope menjadi wadah untuk memelihara nilai-nilai sosial dan budaya, yang
gilirannya memengarhui dinamika perkawinan di kelurahan Satar Peot. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang bagimana nilai persaudaraan
menjadi faktor kunci dalam keberhasilan dan keberlanjutan tradisi perkawinan di komunitas.
Implikas dari temuan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pelestarian
nilai-nilai budaya dan pemahaman yang lebih baik terhadap peran persaudaraan dalam
tradisi perkawinan lokal.

Kata Kunci: Nilai-nila Persaudaraan, Tradisi kumpul kope, Pernikahan.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya, penulis
dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulisan karya ilmiah
tidak terlepas dari dukungan dari berbagi pihak. Oleh karena itu pantas dan layak penulis
sampaikan limpah terima kasih.

1. Kepada Kepala SMA Negri 2 Borong, Bapak Siprianus Nahur,S.Pd yang


telah memberikan kesempatan, motivasi dan dukungan kepada kami untuk
meningkatakan kemampuan literasi sehingga menghasilkan suatu karya yang
tak terhitung nilainya.
2. Kepada pembimbing, Bapak Felix Namar,S.Pd yang dengan setia
mendampingi penulis dalam mengoreksi, menyumbangkan ide, membagi ilmu
dan bertukar pikiran prihal karya ilmiah ini.
3. Kepada wali kelas, Bapak Ferdinandus Sarong,S.S beliau terus memberikan
semangat dan dukungan moral yang membuat saya tak lekas putus asa.
4. Kepada para Guru dan pegawai SMA Negeri 2 Borong yang telah menjadi
pelita bagi kami di tengah kegelapan. Mereka menjadi penuntun bagi saya
dalam menemukan ide-ide sehingga menjadi tulisan yang bermakna.
5. Kepada orang tua yang terus memberikan dukungan kepada saya, sehingga
penulis dapat menyelasaikan penulisan ini.
6. Kepada rekan-rekan seperjuangan yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung penulis dalam proses penyelasaian karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata “Sempurana’’.
Oleh karena itu segala kritikan yang bersifat membangun , penulis terima
dengan lapang dada.

Peot,08 Maret 2024

Kevinanus Tomi

iv
DAFTAR ISI

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk berbudaya, manusia tidak lepas dan tradisi. Jalius


(2009:95) menyatakan bahwa tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan.
Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan
tradisi hubungan antara individu denganmasyarakat bisa harmonis. Bila tradisi
dihilangkan maka ada indikasi bahwa suatu kebudayaan akan berakhir. Setiap
sesuatu menjadi tradisinyaya biasanya telah teruji singkat efesiensinya dan selalu
berubah mengikuti Perkembangan unsur kebudayaan. Tentunya, sebuah tradisi
yang bertahanadalah yang cocok dan sesuai situasidankondisi masyarakat
ppewarisnya.Esten (1999:11) menyatakan bahwa didalam tradisi terdapat
sejumlah konvansi. Konvensi-konvensi ini yang menjadi pedomaan atau panutan
dari kelompok masyarakat (Tradisional) yang bersangkutan.Pelanggaranterhadapp
konvensi-konvensi berarti pelanggaran terhadap tradisi.

Sebagai mahkluk sosial, manusia membutuhkan sesamanya. Manusia tidak


bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dari manusialain dan tidak
dapat melepaskan diri dari Pengaruh orang lain. (Setiadi, 2011). Sifat Manusia
Sebagai mahkluk sosial ini membuat manusia memiliki sifat untuk selalu hidup
bersama, membentuk kelompok-kelompok kecil dan kelompok-kelompok besar
dalam kehidupan bermasyarakat. Kelompok ini dibentuk oleh banyak unsur dan
salah satunya adalah Perkawinan. Menurut Haviland (2008:21), Perkawinan
merupakan suatu transaksi dan kontak yang sah dan murni antara seorang laki-laki
dan perempuan yang menguatkan hak mereka untuk berhubunganseksual satu
sama lain dan menegaskan bahwa Perempuan yang bersangkutan sudah memenuhi
syarat untuk melahirkan keturunan.
Dalam Pelaksanaannya, masyarakat mempunyai bentuk serta tata cara yang
berbeda- beda, sebagaimana mencermin dari keanekaragaman budaya yang

vi
terdapat pada masyarakat Kelurahan Satar Peot. Budaya perkawinan menggarai
menganutsistemkekrabatanpatrilineal (mengikuti garis keturunan ayah). Hubungan
kekerabatan orang menggarai begitu kuat, akrab, bersatu, harmonis, Penuh
persaudaraan dan ada rasa kekeluargaan, baik antara anak rona (keluarga asal
istri / keluarga pengambil istri), anak wina (keluarga asal suami/ keluarga
penerima istri /Pengambil istri) Paang ngaung (keluarga tetangga maupun hae reba
(kenalan dekat). Mereka sangat akrab, bersatu dalam banyak hal, misalnya dalam
urusan perkawinan. Wujud persatuan, partisipasi mereka yaitu berupa kumpul
kope (perkumpulan dana anak laki-laki). Tradisi kumpul kope merupakan tradisi
yang Sudah ada di kelurahan satar Peot, yang mambentuk keluarga dan berkumpul
dengan kerabat patrilineal, kerabat tetangga dan juga kerabat kenalan dekat dalam
menyelesaikan biaya belis. Dengan adanya tradisi kumpul kope Secara tidak
langsung dapat menyatukan dan mempererat hubungan antara keluarga serta
meringankan beban keluarga laki-laki dalam menyelesaikan biaya belis.
Sida merupakan sumbangan wajib dari anak wina kepada anak rona dalam
urusan perkawinan. Budaya sida mengalami pergeseran nilai yang menimbulkan
kekecewaan bagi masyarakat kelurahan satar peot. Semua sebagai bentuk
solidaritas dan tali pengikat persaudaraan, berubah menjadi utang wajib bagi anak
wina. Hal ini terjadi saking tingginya belis atau mas kawin dalam proses
perkawinan adat manggarai ( Bartimeus Dagong 2017). Prosespelaksanaan
upacara sida terdiri dari beberapa tahapan upacara, antara lain : Tahapan kumpul
keluarga, penyampaian sida kepada anak wina, tahapan pelaksanaan, dan tahapan
akhir upacara. Budaya sida yang wajib dilakukan memiliki fungsi yang sangat
penting bagi masyarakat seperti fungsisolidaritas, fungsi kekerabatan, fungsi
edukasi dan fungsi kemanusiaan. (Bartolomeus Ludi 2015).

Makna sida pada masyarakat Kelurahan Satar Peot melalui indifikasi dari makna
sida bagi masyarakat kelurahan Satar Peot, tahapan yang dilakukan untuk
menyampaikan (Sumbangan dana untuk Upacara Pernikahan) dan Implikasi
Sosiologis dari makna budaya. Budaya sida pada masyarakat Kelurahan Satar Peot
dijalankan Sampai saat ini karena sudah manjadi salah satu tradisi dalam kehidupan
masyarakat Kelurahan Satar peot anak wina dan anak rona Sering berkerja sama

vii
untuk mempertahankan tradisi budaya sidabaik yang berhubungan dengan
kedudukan. Jika anak wina tidak manjalankan tradisi budaya sida akan
mendapatkan konsekuensi yang harus mereka terima seperti putus hubungan
kekeluargaan, tidak mandapatkan keturunan dan ambil kembali Warisan yang
telahdiwariskan. Kesimpulan dari makna tradisi budaya sida Sebagai salah satu cara
untuk membina hubungan kekeluargaan Sebagai tanda bukti Persatuan dan
kekerabatan dan juga sebagai tanda cinta dan belas kasih dari keluarga anak wina
kepada anak rona. Saran bagi masyarakat untuk tetap mempertahankan dan
mencintai tradisi budaya manggarai merupakan salah satu identitas dari suatu
daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah peran nilai persaudaraan dalam tradisi
kumpul kope terhadap pelaksanaan perkawinan di Kelurahan Satar Peot?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan sub fokus yang ada, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu:

Untuk mengetahui peran nilai Persaudaraan dalam tradisi kumpul Kope terhadap
Pelaksanaan perkawinan di kelurahan Satar Peot.

Untuk memenuhi salah satu parsayaratan penentuan Kelulusan dari SMAN 2


Borong.

1.3 Manfaat Penelitian


Hasil Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yaitu:
1. Memberi suatu gambaran tentang betapa pentingnya peran nilai persaudaraan
dalam tradisi Kumpul Kope.
2. Menambah pengetahuan tentang beberapa kesiapan Pelaksanaan perkawinan
dikelurahan Satar Peot.

viii
BABII

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN NILAI PERSAUDARAAN

Prinsip nilai semangat persaudaraan adalah munculnya rasa empati terhadap


teman di sekolah atau masyarakat lingkungan. Semangat persaudaraan membuat
kita saling menyemangati dan mendorong orang lain untuk berjuang. Persaudaraan
merupakan nilai yang penting, namun hal ini bukan berarti bahwa selalu damai
antara saudari dan saudari di dalam sebuah komunitas. Persaudaraan itu tidak
mudah untuk di praktek dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak memilih saudara
dan saudari kita, kita menerima mereka apa adanya dan harus bisa sejalan dengan
mereka secara damai.(ADRIAN 2012). Kata “saudara” dalam pemahaman orang
Manggarai tidak terbatas pada keluarga kandung (ase kae). Lebih dari itu, yang
disebut “saudara” ialah siapapun, sejauh ia hadir sebagai pribadi, termasuk alam.
Pribadi di sini bukan dalam arti persatuan antara jiwa dan badan sebagaimana
yang dipahami oleh Plato, melainkan lebih pada ‘kehadiran yang mencintai’.
Pemahaman ini tampak dalam beberapa penyebutan, misalnya ase kae (keluarga
kandung), pa’ang ngaung (tetangga),ata pali sina (para leluhur) dan hae reba
(kenalan\teman). Ase kae ialah keluarga kandung yang dapat diketahui melalui
urutan genealogis. Pa’ang ngaung mengacu pada tetangga, entah tetangga rumah
atau kampung. Dan, hae reba ialah para kenalan, termasuk sahabat atau teman.
Dalam pemahaman orang Manggarai, yang disebut ase kae, pa'ng ngaung, dan hae
reba adalah kehadiran yang mencintai. Kehadiran yang menciderai dengan
demikian bukanlah kehadiran saudara.

Seorang lelaki Manggarai akan memanggil perempuan yang belum dikenalinya


dengan sebutan enu (Nona=panggilan paling santun). Sebaliknya, seorang

ix
perempuan Manggarai akan memanggil lelaki yang belum dikenalinya dengan
sebutan nana(panggilan paling santun untuk seorang lelaki). Orang Manggarai
juga mempunyai tradisi yang amat indah perihal kehadiran orang asing (meka).
Sejauh meka hadir sebagai pribadi yang mencintai ia adalah saudara. Hal ini dapat
dilihat misalnya melalui tradisi tiba meka (terima tamu) dan kebiasaan lejong
(bertamu). Menarik bahwa dalam kebiasaan lejong, orang Manggarai bisa
menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekadar bercerita, seharing, dan tertawa
ria bersama pemilik rumah (ata mori mbaru). Lejong pun tidak terbatas pada
keluarga kandung, tetapi siapapun boleh lejong. Singkat kata, persaudaraan dalam
kebudayaan Manggarai dipahami dengan sangat luas. Saudara adalah siapapun
yang mencintai.

Persaudaraan dalam tradisi kumpul kope ini tidak didasari oleh adanya
kesamaan tertentu sebab dapat mengusung sikap fundamentalisme. Persaudaraan
semacam ini mereduksi arti persahabatan sejauh sama. Konsekuensinya yang
sama tidak didekati sebagai sahabat, melainkan sebagai lawan atau musuh dan
relasi tidak dilandasi oleh rasa cinta. Mereka sembunyi di balik kata persaudaraan,
dimanteli oleh afirmasi persaudaraan. Padahal ada tujuan tersembunyi di balik
semuanya itu. Dalam tradisi kumpul kope, kita akan menemukan persahabatan
yang dibicarakan oleh (Aristotele). Dia mengatakan persaudaraan itu mengatasi
keutamaan keadilan, sebab dalam persahabatan atau persaudaraan pasti ada sikap
saling memberi, memperhatikan dan menghormati. Afirmasi Aristoteles ini juga
terdapat dalam tradisi kumpul kope Manggarai. Kiranya pandangan yang
dikemukan oleh (Aristoteles) membantu masyarakat Manggarai untuk melihat
universalitas persaudaraan dalam tradisi kumpul kope di Manggarai.

Nilai persaudaraan merupakan konsep yang mencerminkan hubungan erat dan


positif antara individu atau kelompok. Persaudaraan biasanya merujuk pada ikatan
emosional, dukungan, dan keterlibatan yang erat antara anggota keluarga, teman,
atau komunitas. Nilai persaudaraan mencakup sikap saling menghormati, peduli,
dan saling mendukung.Beberapa aspek nilai persaudaraan termasuk: Kepercayaan
adanya kepercayaan antara individu atau anggota kelompok adalah landasan

x
utama persaudaraan. Kepercayaan membangun dasar untuk hubungan yang
kuat.Saling MenghormatiNilai persaudaraan mencakup sikap saling menghormati
antara individu atau kelompok. Ini mencakup penerimaan terhadap perbedaan dan
penghargaan terhadap keunikan masing-masing individu.Keterlibatan dan
Dukungan Persaudaraan melibatkan keterlibatan aktif dan saling mendukung
antara anggota kelompok. Ini bisa mencakup dukungan emosional, fisik, atau
bahkan dukungan dalam mencapai tujuan bersama.Keterbukaan dan Komunikasi
Persaudaraan diperkuat oleh keterbukaan dan komunikasi yang efektif antara
anggota kelompok. Saling berbagi ide, perasaan, dan pemikiran dapat
memperdalam hubungan.Berkompetisi Secara Sehat. Persaudaraan tidak selalu
berarti sepakat dalam segala hal. Terkadang, persaingan yang sehat dan konstruktif
dapat memperkaya hubungan dan mendorong pertumbuhan positif.Nilai
persaudaraan dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks, termasuk keluarga,
persahabatan, dan komunitas. Penting untuk memahami dan mempraktikkan nilai-
nilai ini untuk menciptakan hubungan yang sehat, kuat, dan saling mendukung.

2.2 PENGERTIAN KUMPUL KOPE

kumpul kope adalah pengumpulan dana atas dasar persatuan keluarga kerabat
laki-laki, keluarga kerabat tetangga, keluarga kerabat dan kenalan dekat dalam
rangka persiapan perkawinan anak laki-laki atau calon mempelai laki-laki, dan
tempat pelaksanaan kumpul kope ini di rumah keluarga calon mempelai laki-laki
atau di rumah adat.

Secara etimologi kumpul kope berasal dari dua kata bahasa Manggarai yaitu
kumpulyang artinya berkumpul dan menghimpun, arti dari kope yaitu parang
secara harfiah. Kumpul kope ialah mengumpulkan parang-parang , namun arti
yang sebenarnya lebih dari yang harfiah yaitu pengumpulan dana untuk persiapan
pernikahan dan membayar belis dalam kuasa persaudaraan dan penuh cinta.
Penekanan utama kumpul kope terdapat pada kata kope (parang). Kope yang
berarti parang ialah kiasan jenis kelamin laki-laki/pria, atau pengumpulan dana.
Kumpul kope adalah persatuan laki-laki untuk mengumpulkan dana dalam rangka
persiapan perkawinan anak laki-laki (tae laki) (NGGORO,2006:86).Salah satu

xi
tradisi Manggarai yang sering dilakukan oleh masyarakat Satar Peot setempat
hingga saat ini adalah kumpul kope. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk
solidaritas antara keluarga kerabat patrilineal, kerabat tetangga, dan juga kerabat
kenalan dekat dalam penyelesaian biaya belis.

Dengan adanya tradisi kumpul kope, secara tidak langsung menyatukan dan
memperat hubungan antara keluarga dan kerabat serta meringankan beban
keluarga laki-laki dalam menyelesaikan biaya belis. Dalam hal ini seorang laki-
laki yang hendak menikah mempunyai tanggung jawab atau utang laki-laki,
karena ia sudah dibantu oleh orang lain dan jika orang lain meminta bantuannya
untuk hal yang sama, ia harus siap dan wajib membantu. Jika tidak, orang tidak
akan datang dan orang tersebut dianggap sombong, kikir, dan pelit. Berdasarkan
uraian singkat di atas, maka dapat disimpulkan, kumpul kope adalah pengumpulan
dana atas dasar persatuan keluarga kerabat laki-laki, keluarga kerabat tetangga,
keluarga kerabat dan kenalan dekat dalam rangka persiapan perkawinan anak laki-
laki atau calon mempelai laki-laki, dan tempat pelaksanan kumpul kope ini di
rumah keluarga calon mempelai laki-laki atau di rumah adat. Pada saat kumpul tak
ada topik pembicaraan yang baru lagi menyangkut kumpul kope, peserta atau
anggota keluarga yang datang hanya memberikan uang, makan bersama, bercanda
ria, dengan penuh rileks, santai, penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Hanya
mungkin yang perlu disampaikan oleh keluarga calon mempelai laki-laki atau
yang mewakili pada saat itu kepada anggota keluarga yang hadir adalah tentang
waktu pelaksanaan perkawinan. Maksud pemberitahuan itu, supaya mereka juga
hadir bersama-sama pada hari pelaksanaannya. Oleh karena itu, kumpul kope
harus dilandasi oleh rasa persatuan, persaudaraan, kekeluargaan, sikap saling
membantu, dan perlu tata bahasa yang baik dan sopan. Nilai-nilai seperti ini
merupakan komitmen moral, sebagai ungkapan rasa tanggung jawab, mata rantai
keluarga kerabat atau hubungan kekerabatan yang perlu terbina secara terus-
menerus (Ibid., hlm. 91).

Merendah Komunikasi dalam Kumpul Kope Komunikasi menjadi salah satu


kebutuhan penting manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi dapat dipahami

xii
sebagai interaksi antarpribadi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik yaitu
simbol verbal dan nonverbal. (HaroldD. Laswell) mendefinisikan komunikasi
sebagai hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Manusia dapat
mengetahui peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar
pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya melalui komunikasi. Komunikasi
membuat manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan
melalui komunikasi, manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, maupun
melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Komunikasi
jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur
pergaulan antar manusia untuk menyampaikan keinginannya, mengetahui hasrat
orang lain, memahami lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan
untuk memberi arti setiap lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Kumpul kope
adalah salah satu media tradisional yang dapat digunakan oleh masyarakat
Manggarai untuk berkomunikasi dengan orang lain. Aspek komunikasi yang
dibangun dalam budaya kumpul kope yaitu persudaraan lintas batas yang ditandai
dengan tidak adanya perbedaan pandangan masyarakat Manggarai tentang orang
yang hadir pada saat acara kumpul kope. Maksudnya tidak ada perilaku yang
istimewa antara yang satu dengan yang lain. Dalam tradisi kumpul kope
persamaan tidak lagi menjadi dasar persahabatan dan persaudaraan. Karena
persamaan itu bukan berarti sahabat, saudara atau keluarga. Jika kehadiran orang
lain (hae reba) didasarkan karena adanya persamaan, di sana tidak ada nilai
kekeluargaan.

2.3 PERKAWINAN MASYARAKAT MANGGARAI

Perkawinanadalahpenerima status baru, dengan sederhana hak dan kewajiban


yang baru sertapengakuan oleh orang lain. Perkawinan merupakan Persatuan dari
dua atau lebih individu yang berlainan Janis seks dengan persetujuan masyarakat.
Perkawinan adalah polasosialyang di setuju dengan cara, dimana dua orang akan
lebihmembentukkeluarga (ELLY M. STADI,DKK,2015:304). Menurut pasal (1)
Undang-undang. No.1 tahun 1974 tentangperkawinan. Perkawinan adalah ikatan

xiii
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluargarumah tanggal yang bahagia dan kekalberdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa (TRUSTO SUBEKTI, 2010:333).

Masyarakat Manggarai merupakan masyarakat yang kaya akan adat


istiadatnya. Adat istiadat menjadi salah satu warisan budaya leluhur yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu adat yang masih dilestarikan di
kehidupan masyarakat Manggarai yaitu perkawinan secara adat.Perkawinan bagi
masyarakat Manggarai bukan hanya sekadar membangun hubungan antara dua
individu melainkan persekutuan antara dua kelompok masyarakat yang lebih luas
yaitu kerabat dari kedua pengantin.Perkawinan merupakan suatu upaya untuk
membangun kehidupan rumah tangga. Masing-masing daerah mempunyai tahapan
dalam melaksanakan perkawinan. Hal itu dipengaruhi oleh sistem kepercayaan
dan nilai-nilai sosial yang dianut oleh masyarakat itu. Begitu pula dengan
masyarakat Manggarai mempunyai tahapan pelaksaan perkawinan. Tahapan itu
adalah tuke mbaru, tukar kila. (JURNALFLORES| LIFESTYLE)

Perkawinan dalam tradisi kehidupan sosial di kelurahansatar Peot lalah


menganut sistem genelagispatrilineal (mengikuti garis keturunan ayah) dan
disempurnakanoleh ritual berupa baris (material) yang wajib dipenuhi oleh pihak
mempelai laki-laki berdasarkan kesepakatankeduakeluargamempelai. Bagi
masyarakatKelurahanSatar Peot Perkawinan menjadi hal yang sangat penting
dalam praktek kehidupansehari-haridalam kehidupan masyarakat kelurahansatar
peotupacara perkawinan menjadi suatu hal yang wajib guna untuk mendapatkan
restu bagi orang yang ingin berkeluarga. Tradisi, istilah, makna serta tujuan dari
perkawinan pada umumnya sama dengan kehidupan masyarakat di dunia ini,
tetapi yang berbedaterdapatdalam proses ritual yang ada dalam perkawinan
tersebut. Pada masyarakat kelurahan satar Peot upacara perkawinan
tersebutterdapat berbagai upacaradidalaminyasepertitukarcila(cincin). Pentang
Pitak, Paca. dam lain-lain. Paca atau sering disebut belis dalam
kebudayaanManggaraiKelurahan Satar Peot merupakansuatu hal yang wajib
dalam upacara perkawinan, dan merupakan yang turun tetemurun yang dilakukan

xiv
oleh masyarakat kelurahan satar peot melakukan perkawinan. Dalam upacara paca
ini di tandai dengan penyerahan mas kawin berupa binatang dan uang oleh
keluarga anak wina (keluarga laki-laki) kepada keluarga anak rona (keluarga
Perempuan) jumlah nilai paca atau belis ini di tentukan oleh keluarga anak rona
(keluarga perempuan). Dalam paca ini terdapat adanya penukaran antara mas
kawin denganPerempuan

xv
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

3.1.1 waktu Penelitian

Penelitian berlangsung dari tanggal 7 s/d 10 maret 2024

3.1.2 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di kelurahan satar peot.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulpen,buku tulis,daftar


pertanyaan,kamera untuk dokumentasi dan perekam suara

3.3 Jenis Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer maupun data skunder. Data
primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari subjek
atau objek penelitian. Sedangkan data skunder adalah data yang bersumber dari berbagai
informasi yang telah ada sebelumnya ada dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang
digunakan untuk melengkapi data penelitian. Data skunder dikumpulkan melalui sebagai
sumber seperti buku,situs atau dokumen.
3.4 Metode Penelitian

Penelitian kualitatif dapat dipahami sebagai metode penelitian yang menggunakan


data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang diamati.
Pendekatan kualitatif ini dilakukan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena individu
atau kelompok,dinamika sosia,keyakinan sikap dan persepsi.

3.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan tahapan pengumpulan


data,reduksi data dan penarikan kesimpulan.

xvi
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan.
Penulis melakukan wawancara mendalam dengan sumber informan perihal peran niali
persaudaraan dalam tradisi kumpul kope terhadap pelaksanaan perkawinan dikelurahan satar
peot.

Dalam proses reduksi data, peneliti memilih data yang paling relevan dengan topik
penelitian. Data-data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel yang menjelaskan
deskripsi informan tentang peran nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul kope terhadap
pelaksanaan perkawinan dikelurahan satar peot.

Langkah terakir dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan. Isi kesimpulan
mencakup semua informan yang relevan dengan topik penelitian.

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Oleh karena itu keseluruhan,


keseluruhan objek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di kelurahan satar peot.
RT/RW 002/007

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagaian atau wakil yang diteliti. Dalam penelitian ini. Peneliti
mengambil 4 orang, sampel 1 orang tua golo dan 3 orang toko masyarakat.

xvii
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini, Peneliti menampilkan hasil penelitian berupa data mentah yang
diperoleh dari informan. Data-data mentah tersebut sditampilkan dalam bentuk tabel
berdasarkan urutan pertanyaan. Hal ini bertujuan memudahkan penulis untuk
melakukan analisis dan menarik kesimpulan.

Tabel 4.1.1. Hasil wawancara

No Pertanyaan Responden Jawaban

1 Mengapa peran Bpk Yuvensius Peran persaudaraan dalam


persaudaraan dalam tradisi Sudirman tradisi kumpul kope sangat
kumpul kope itu sangat penting karena menguatkan
penting? ikatan keluarga.Kumpul kope
menjadi momen yang penting
untuk memperkuat ikatan antara
anggota keluarga,melalui
interaksi yang hangat dan
akrab,anggota keluarga dapat
merasakan kebersamaan dan
solidaritas yang kuat.

xviii
Bpk Kasmir Jusnim Karena tradisi kumpul kope
sering kali melibatkan anggota
keluarga dari berbagai generasi.
Hal ini membantu dalam
menjaga dan mewariskan tradisi
serta nilai-nilai keluarga dari
satu generasi ke generasi
berikutnya.

Bpk Frederikus Dapat memperkuat hubungan


Jusnim sosial, kumpul kope juga
merupakan kesempatan untuk
memperluas jaringan sosial di
antara anggota
keluarga.Interaksi yang terjadi
selama acara tersebut dapat
memperkuat hubungan antara
keluarga yang lebih luas

Tabel 4.1.2. Hasil wawancara

No. Pertanyaan Responden Jawaban


1. Bagaimana pendapat Bpk Yufensius Saya sangat mendukung tradisi
bapak/ibu terhadap Sudirman kumpul kope, karena saya
upacara Kumpul Kope? melihatnya sebagai kesempatan
untuk memperkuat ikatan sosial
dan komunitas kami ini adalah
waktu yang berharga untuk
berukar cerita, mendukung satu

xix
sama lain, dan merayakan
budaya lokal kami.
Bpk Kasmir Saya melihat kumpul kope
Jusnim sebagai bagian dari tradisi lokal
yang patut dihargai, meskipun
saya sendiri tidak terlalu aktif
dalam acara tersebut. Saya pikir
itu penting untuk menjaga
warisan budaya dan
memberikan kesempatan bagi
mereka yang mengharga untuk
berpartisipasi.
Bpk Frederikus Saya melihat kumpul kope
Jusnim sebagai kesempatan untuk
menciptakan jaringan sosial
yang kuat di komonitas kami.
Ini adalah waktu yang
menyenangkan untuk bertemu
dengan tetangga dan
membangun hubungan yang
saling mendukkung.
Ibu Marta Mamut Kumpul kope adalah bagian
integral dari sejarah dn identitas
budaya kami. Saya merasa
penting untuk terus
melestarikian tradisi ini agar
tidak terlupakan oleh generasi
mendatang.

xx
Tabel 4.1.3. Hasil Wawancara

No Pertanyaan Responden Jawaban


1. Kesulitan apa saja yang Bpk Yuvensius Mungkin sulit untuk mengatur
bapak/ibu alami dalam Sudirman waktu dan tempat yang cocok
proses kumpul kope? untuk semu anggota keluarga
atau peserta kumpul kope.
Koordinasi jadwal dan
transportasi bisa menjadi
tantagan.
Bpk Kasmir Membiayai acara kumpul kope,
Jusnim terutama jika melibatkan
makanan, minuman, atau
aktivitas tertentu ,bisa menjadi
beban keuangan bagi berapa
keluarga.
Bpk Frederikus Di kelurahan satar peot
Jusnim terkadang ada kesulitan dalam
komunikasi antara anggota
keluarga atau peserta kumpul
kope, baik dalam hal
perencanaan acara maupun
selama acara berlangsung.
Ibu Marta Mamut Orang tua mungkin mengalami
kesulitan kesehatan yang
membuat sulit bagi mereka
untuk hadir atau berpartisipasi
dalam kumpul kope, terutama
jika acara tersebut melibatkan

xxi
aktifitas fisik atau berjalan-jalan

4.1.4. Hasil Wawancara

No Pertanyaan Rersponden Jawaban


1. Mengapa tradisi kumpul Bpk Yuvensius Tradisi kumpul kope memiliki
kope sangat penting Sudirman peran krusial dalam persiapan
dilaksanakan? dan pelaksanaan acara
perkawinan dikelurahan satar
peot. Pertama, melalui kumpul
kope masyarakat dapat bersatu
untuk membahas rincian
pernikahan, termasuk pemilihan
tanggal, persiapan hiasan, dan
pemilihan adat yang akan
diikuti.
Bpk Kasmir Jusnim Kumpul kope berfungsi sebagai
wadah di mana anggota keluarga
dapat saling berbagi sumber
daya, baik dalam bentuk materi
maupun tenaga,sehingga
membantu meringanankan
beban persiapan acara
perkawinan. Kerjasama dalam
persiapan ini menciptakan ikatan
erat antara anggota masyarakat.

xxii
Bpk Frederikus Dalam pelaksanaan acara
Jusnim perkawinan, tradisi kumpul kope
juga mendukung kebersamaan
dan kerjasama. Masyarakat yang
terlibat dalam kumpul kope
umumnya lebih terorganisir,
membuat jalannya acara
perkawinan menjadi lebih
lancar. Selain itu, kehadiran
banyak anggota komunitas juga
membri dukungan emosional
kepada pasangan yang menikah.
Ibu Marta Mamut Karena tradisi kumpul kope
bukan hanya sekedar persiapan
teknis, tetapi juga menciptakan
iklim kebersamaan dan
solidaritas yang memperkaya
pengalaman pelaksanan
perkawinan dikelurahan satar
peot.

4.2 PEMBAHSAN

xxiii
BAB V

PENUTUP

5. 1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan hasil wawancara yang sudah dilakukan serta pembahasan
hasil penelitian, maka penulis dapat mengemukakan kesimpulan dari tulisan yang berjudul .
“Peran nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul kope terhadap pelaksanaan perkawinan di
Kelurahan Satar Peot” adalah sebagai berikut:

1. Peran nilai Persaudaraan. Dalam konteks tradisi “kumpul kope”nilai


persaudaraan memainkan peran kunci dalam memprkuat hubungan sosial dan
keluarga.persaudaaran menjadi dasar yang memengaruhi
persiapan,pelaksanaan,dan presepsi masarakat terhadap perkawinan.

xxiv
2. Pengaruh Tradisi Kumpul Kope. Tradisi kumpul kope memberikan wadah bagi
masarakat untuk menjaga dan menguatkan nilai nilai persaudaraan. pertemuan sosial ini
tidak hanya memperkuat hubungan keluarga tetapi juga menjadi momen perayaan dan
pelestarian budaya.
3. Pentingnyah Hubungan Sosial. Temuan menunjukan bawah nilai persaudaraan
memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan sosial yang
kuat,yang pada giliraannyah memengaruhi keberhasilan pelaksanaan perkawinan.
4. Kontribusi Terhadap Pelestarian Budaya. Penelitian ini memberikan kontribusi
dalam memahami bagaimana nilai persaudaraan dalam tradisi kumpul kope dapat
membantu dalam pelestariaan budaya dan adat lokal.

5.2 SARAN
Penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
sangat membutuhkan masukan dan saran yang membangun, demi menyempurnakan tulisan
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Esten. 1999. Pengertian tradis secara turun temurun berdasarkan nilai-nilai budaya
Manggarai.
Jalius. 2009. Tradisi ,merupakan roh dari sebuah kebudayaan.
Adrian. 2012. Pengertian nilai persaudaraan.
Nggoro, 2006:86, Ibit, hln. 91, HaroldD. Laswel. Pengertian kumpul kope.
Elly m. Stadi, dkk, 2015:304, Truto Subekti, 2010:333. Jurnal Flores| Lifestyle Perkawinan
Masyarakat Manggarai.

xxv
LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar pertanyaan-pertanyaan wawancara


1. Mengapa peran persaudaraan dalam tradisi kumpul kope itu sangat penting?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap upacara Kumpul Kope?
3. Kesulitan apa saja yang bapak/ibu alami dalam proses kumpul kope?
4. Mengapa tradisi kumpul kope sangat penting dilaksanakan?

xxvi
xxvii

Anda mungkin juga menyukai