Anda di halaman 1dari 44

FUNDAMENTAL

MANAJEMEN PROSES BISNIS

 ADELIA. S (S1B121054) Bab 1,6,7,8


 ASRIANI (S1B121061) Bab 9,10,11,12
 ELIS PENGGE (S1B121066) Bab 2,3,4,5
DAFTAR ISI

BAB 1 Pengantar Manajemen Proses Bisnis BAB 8 Desain Ulang Proses

BAB 2 Identifikasi Proses BAB 9 ProcessAware Information System

BAB 3 Dasar - Dasar Permodelan Bisnis BAB 10 Implementasi Proses Dengan Model
Yang Dapat Dieksekusi
BAB 4 Permodelan Proses Lanjut
BAB 11 Pemantauan Proses
BAB 5 Penemuan Proses
BAB 12 BPM Sebagai Kapabilitas Perusahaan
BAB 6 Analisis Proses Kualitatif

BAB 7 Analisis Proses Kuantitatif


BAB 1
Pengantar Manajemen Proses Bisnis

Business Process Management (BPM) atau manajemen proses bisnis adalah seni dan ilmu untuk mengawasi bagaimana pekerjaan

dilakukan dalam suatu organisasi untuk memastikan hasil yang konsisten dan untuk memanfaatkan peluang-peluang perbaikan Dalam
konteks ini, istilah "perbaikan" mungkin memiliki makna yang berbeda tergantung pada tujuan organisasi. Contoh-contoh umum tujuan
peningkatan antara lain mengurangi biaya, mengurangi waktu eksekusi, mengurangi tingkat kesalahan, dan mendapatkan keunggulan
kompetitif melalui inovasi. Inisiatif peningkatan mungkin bersifat sekali saja atau berkelanjutan, dan inisiatif mungkin bersifat
inkremental atau radikal. Satu hal yang penting dicatat adalah bahwa BPM bukan tentang meningkatkan cara sebuah kegiatan individu
dilakukan. Sebaliknya, BPM terkait dengan pengelolaan seluruh rangkaian peristiwa, kegiatan, dan keputusan yang pada akhirnya
menambah nilai bagi organisasi dan pelanggannya. Rangkaian dari peristiwa, kegiatan, dan keputusan ini disebut dengan proses.
A. Proses di Mana-Mana

Setiap organisasi baik itu agen pemerintah, organisasi nirlaba, atau perusahaan harus mengelola sejumlah proses. Contoh-

contoh proses yang umum ditemukan di sebagian besar organisasi meliputi :

• Pemesanan-hingga-pembayaran (Order-to-cash)

• Penawaran-hingga-pemesanan (Quare-to-order)

• Pengadaan hingga pembavaran (Procure-to-pay)

• Masalah hingga-resolusi (Issue-to-resolution)

• Aplikasi-kingga-persenjuan (Application-to-approval)
B. Elemen dan Proses Bisnis

Pelaksanaan suatu proses mengarah pada satu atau beberapa hasil. Sebagai contoh, proses penyewaan peralatan mengarah
pada peralatan yang digunakan oleh BuildIT serta pembayaran kepada pemasok peralatan Idealnya, sebuah hasil harus
memberikan nilai kepada para pelaku yang terlibat dalam proses, yang dalam contoh ini adalah BuildIT dan pemasok. Dalam
beberapa kasus, nilai mi tidak tercapai atau tidak sepenuhnya tercapai. Mualnya, ketika sebuah peralatan dikembalikan, tidak ada
nilai yang didapat baik olch BuildIT maupun oleh pemasok. Hal ini menunjukkan hasil negatif, sebagai lawan dan hasil positif
yang memberikan nilai kepada para pelaku yang terlibat.

Di antara para pelaku yang terlibat dalam suatu proses, pelaku yang mengonsumsi output disebut pelanggan. pelanggan
adalah pihak eksternal dari organisasi. Terkadang terdapat banyak pelanggan dalam suatu proses. Misalnya, dalam proses
penjualan rumah, ada pembeli, penjual, agen real estat, satu atau beberapa penyedia hipotek, dan setidaknya satu notaris. Hasil
darı proses ini adalah transaksi penjualan. Hasil ini memberikan nilai, baik kepada pembeli yang mendapat rumah dan untuk
penjual yang memperoleh uang dari rumah tersebut. Oleh karena itu, pembeli dan penjual adalah pelanggan dalam proses ini,
sementara pelaku yang lainnya menyediakan berbagai layanan.
C. Asal dan Sejarah BPM

Pada bagian ini kami membahas pendorong disiplin BPM dari perspektif Sejarah. Kami memulai dengan munculnya organisasi
fungsional, dilanjutkan dengan pengenalan pemikiran proses, dan diakhiri dengan inovasi dan kegagalan rekayasa ulang proses bisnis.

a. Organisasi Fungsional

Gagasan utama BPM adalah untuk focus pada proses saat mengatur dan mengelola pekerjaan dalam suatu organisasi.

b. Kelahiran pemikiran proses

salah satu kejadiaan yang menjadi trobosan penting dalam perkembangan BPM adalah akuisisi ford atas Sebagian besar saham
keuangan Mazda di era 1980-an. Saat menjunjung pabrik Mazda salah satu hal yang dioerhatikan oleh para eksekutif Ford adalah unit-
unit dalam Mazda tampaknya masih sangat kekurangan staf dibandingkan dengan unit yang setara di Ford, tetapi dapat dioprasikan
secara normal.
D. Siklus Hidup BPM

Secara lebih umum, implementasi proses melibatkan dua sisi yang saling melengkapi manajemen perubahan organisasi dan otomatisasi
proses. Manajemen perubahan organisasi mengacu pada serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mengubah cara kerja semua peserta
yang terlibat dalam proses Kegiatan-kegiatan ini meliputi:

• Menjelaskan perubahan pada peserta proses sampai mereka memahami baik perubahan apa yang sedang diperkenalkan dan mengapa
perubahan ini bermanfaat bagi Perusahaan

• Menempatkan rencana manajemen perubahan sehingga pemangku kepentingan tahu kapan perubahan akan mulai berlaku dan
pengaturan transisi apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah selama transisi menuju proses to-be.

• Melatih pengguna cara bekerja dan memantau perubahan untuk memastikan transisi yang lancar ke proses yang akan dilakukan (to-be).

Otomatisasi proses, di sisi lain, melibatkan konfigurasi atau implementasi sistem TI (atau konfigurasi ulang sistem TI yang ada) untuk
mendukung proses yang akan dilakukan. Sistem TI ini harus mendukung peserta proses dalam kinerja tugas-tugas proses.
Singkatnya, kita dapat melihat BPM sebagai siklus berkelanjutan yang terdiri dari fase berikut ini:

• Identifikasi proses Dalam fase ini, sebuah masalah bisnis diajukan. Proses yang relevan dengan masalah yang ditangani
disdentifikası, dibatasi, dan dikaitkan. Hasil identifikasi proses adalah arsitektur proses baru atau yang diperbarui, yang
memberikan gambaran keseluruhan proses dalam suatu organisasi dan hubungan mereka.
• Penemuan proses (juga disebut proses pemodelan as-it).
• Analisis proses Dalam fase ini, masalah yang terkait dengan proses as-is disdentifikasi, didokumentasikan, dan sedapat mungkin
diukur menggunakan ukuran kinerja.
• Perancangan alang proses (juga disebut perbaikan proses).
• Implementasi proses. Pada fase ini, perubahan yang diperlukan untuk berpindah dari proses asas ke proses yang akan datang
disiapkan dan dilakukan. Implementasi proses mencakup dua aspek: manajemen perubahan organisasi dan otornatisasi.
• Pemantauan proses. Setelah proses yang dudesain ulang berjalan, data yang relevan dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan
seberapa baik kinerja proses sehubungan dengan ukuran kinerja dan sasaran kinerja.
BAB 2
Identifikasi Proses

Identifikasi proses mengacu pada aktivitas-aktivitas manajemen yang bertujuan untuk mendefinisikan rangkaian proses bisnis
organisasi secara sistematis dan menetapkan kriteria yang jelas dalam memilih proses mana yang akan ditingkatkan. Output daei
identifikasi proses adalah suatu arsitektur proses, yang menggambarkan proses dan keterkaitannya. Arsitektur proses ini berfungsi
sebagai kerangka kerja untuk menentukan prioritas dan ruang lingkup permodelan proses serta proyek rancang ulang.
A. Konteks Identifikasi Proses

Identifikasi proses berkaitan dengan dua langkah : Definisi arsitektur proses dan seleksi proses. Langkah pertama untuk
menentukan arsitektur proses ( juga disebut Designation ) Memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang proses yang
melibatkan organisasi serta keterkaitan mereka. Langkah kedua pada seleksi proses bertujuan untung mengembangkan skala prioritas
atas proses-proses pada kegiatan BPM ( penemuan, analisis desain ulang, implementasi, pemantauan, dan lain-lain).
B. Definisi Arsitektur Proses

Tujuan dari arsitektur proses adalah untuk memberikan representasi dari proses yang ada dalam suatu organisasi. Pendefinisian
arsitektur proses harus menghadapi kompleksitas seluruh organisasi. Untuk mendekati kompleksitas ini secara sistematis yaitu :

1. Membedakan kategori proses. Kategori Proses terbagi 3 yaitu proses inti, proses dukungan, dan proses manajemen.

2. Menggambarkan hubungan yang berbeda antara proses yang penting untuk arsitektur proses. Terdapat 3 jenis hubungan antara
proses yang ada : Urutan, Dekomposisi, dan Spesialisasi.

3. Menyajikan metode untuk mendefinisikan lanskap proses sebagai representasi tingkat atas dari arsitektur proses. Ada beberapa
Langkah-Langkah untuk mendefinisikan model lanskap proses secara sistematis yaitu : perjelas terminology, identifikasi proses
ujung-keujung, untuk setiap proses ujung-keujung (identifikasi urutan prosesnya), untuk setiap proses bisnis identifikasi proses
manajemen dan pendukung utamanya, menguraikan dan mengkhususkan proses bisnis, Menyusun profil proses, periksa
kelengkapan dan konsistensi.
C. Seleksi Proses

Tujuan seleksi adalah untuk menentukan kriteria yang digunakan dalam menilai kinerja proses bisnis yang teridentifikasi. Tugas ini
dibangun berdasarkan pengamatan bahwa proses bisnis berbeda dalam hal kepentingan dan kematangannya.

1. Kriteria Seleksi, terbagi 3 yaitu : Kepentingan strategis (untuk menilai relevansi strategis dari setiap proses), Kesehatan (untuk
menilai lebih lanjut Kesehatan setiap proses), Kelayakan (ditentukan seberapa peka proses itu terhadap inisiatif BPM, baik secara
isedential atau berkelanjutan).

2. Ukuruan Kinerja Proses, Ada empat dimensi yaitu : Waktu (waktu pemrosesan dan waktu tunggu), Biaya (Memberikan penekanan
pada perputaran (turnover), hasil (yield), atau pendapatan), Kualitas (Churn rate dan Net promoter score), dan Fleksibilitas (untuk
mengukur efek redesain proses).

3. Portofolio Proses : Istilah Portofolio proses mengacu pada himpunan semua proses secara umum dan lebih khusus untuk
visualisasi mereka dengan bantuan kriteria yang berbeda.
BAB 3
Dasar – Dasar Permodelan Bisnis

Model proses bisnis sangat penting untuk berbagai tahapan pada siklus hidup BPM (BPM lifecycle). Model yang akan dihasilkan
akan terlihat sangat berbeda tergantung pada alasan melakukan pemodelan. Terdapat banyak alasan untuk memodelkan suatu proses.
Salah satu alasan untuk memodelkan proses adalah untuk lebih memahami proses itu sendiri dan untuk membagikan pemahaman terkait
proses dengan orang-orang yang sehari-harinya terlibat dalam proses tersebut Biasanya orang-orang yang terlibat (peserta) dalam proses
memang melakukan kegiatan yang sangat khusus dalam suatu proses sedemikian rupa sehingga ia sulit untuk dihadapkan dengan
kompleksitas dari keseluruhan proses. Oleh karena itu, pemodelan proses membantu untuk memahami proses, mengidentifikasi dan
mencegah permasalahan. Langkah pemahaman menyeluruh ini adalah prasyarat untuk melakukan analisis proses, desain ulang proses,
atau otomatisasi proses.
A. Langkah-Langkah pertama dengan BPMN

Terdapat beberapa simbol inti yang disediakan oleh BPMN. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, proses bisnis melibatkan
kejadian (events) dan aktivitas (activity). Aktivitas menggambarkan hal-hal yang terjadi secara instan (misalnya sebuah faktur telah
diterima) sedangkan aktivitas menggambarkan bagian kerja yang memiliki durasi (misalnya aktivitas untuk membayar faktur). Perlu
diingat juga bahwa dalam suatu proses, kejadian (events) dan aktivitas saling terkait secara logis. Bentuk paling dasar dari hubungan
tersebut adalah urutan, yaitu satu kejadian atau aktivitas A diikuti oleh kejadian atau aktivitas B. Dengan demikian, ada tiga konsep
paling dasar dari BPMN adalah kejadian, aktivitas, dan busur (arcs). Kejadian diwakili oleh lingkaran, aktivitas dengan persegi panjang
dengan ujung membulat, dan busur (disebut aliran urutan di BPMN) diwakili oleh panah dengan kepala panah penuh.
B. Percabangan dan Penggabungan

Istilah gateway menyiratkan bahwa ada mekanisme pintu yang mengizinkan atau melarang lewatnya token melalui gateway. Saat
token tiba di gateway, mereka bisa digabung bersama pada masukan (input), atau dipisahkan pada keluaran (output) tergantung pada
jenis gateway. Terkait dengan hal ini, kami membedakan gateway yang split (pemisahan) dan join (penggabungan). Sebuah split gateway
merupakan titik ketika aliran proses memisah, sementara join gateway merupakan titik ketika aliran proses bertemu. Sebuah split
gateway memiliki satu aliran yang masuk dan beberapa aliran keluar (mewakili percabangan), sementara join gateway memiliki beberapa
aliran urutan masuk (mewakili cabang yang akan digabung) dan satu aliran urutan keluar.

1. Keputusan Eksklusif : Untuk memodelkan hubungan antara dua atau lebih aktivitas alternatif.
2. Eksekusi Paralel : Ketika dua atau lebih kegiatan tidak memiliki ketergantungan urutan satu sama lain.
3. Keputusan Inklusif : Kadang-kadang kita mungkin perlu mengambil satu atau lebih cabang setelah kegiatan pengambilan
keputusan.
BAB 4
Permodelan Proses Lanjut

Secara khusus, kami akan memperluas aktivitas, kejadian, dan gateway. Kami akan memperluas aktivitas untuk memodelkan dalam
bentuk pengerjaan ulang (rework) dan pengulangan (repetition) yang lebih canggih. Kami juga akan membahas jenis kejadian yang lebih
spesifik, termasuk kejadian pesan, kejadian sementara, dan pembatalan. Kejadian ini dapat digunakan untuk memodelkan kondisi
balapan (race) bersamaan dengan gateway tipe baru. Terakhir, kita juga akan belajar bagaimana cara menggunakan kejadian untuk
menangani pengecualian (exceptions) dalam proses bisnis.
A. Lebih Lanjut tentang Pengerjaan Ulang (Rework)
dan Pengulangan (Repetition)

Kami menjelaskan cara memodelkan pengerjaan ulang dan pengulangan melalui gateway XOR. Subproses yang diperluas
menawarkan cara alternatif untuk memodelkan bagian-bagian dari suatu proses yang dapat diulang. Untuk membuat model ini lebih
sederhana, kita dapat mengambil fragmen yang ditunjukkan oleh XOR-join dan XOR-split (termasuk blok pengulangan dan cabang
putar kembali) serta menggantinya dengan subproses yang berisi aktivitas di dalam blok pengulangan. Untuk mengidentifikasi bahwa
subproses ini dapat berulang jika respons tidak disetujui, kami menandai aktivitas subproses dengan simbol putaran (loop). Kita dapat
menggunakan anotasi untuk menentukan kondisi pengulangan, misalnya, "hingga respons disetujui".
B. Menangani Kejadian

kejadian digunakan untuk memodelkan sesuatu yang terjadi secara instan dalam suatu proses. Kita mengetahui kejadian awal, yang
menandakan bagaimana contoh proses dimulai (token dibuat), dan kejadian akhir, yang memberi sinyal ketika contoh proses selesai (token
dihancurkan). Ketika suatu kejadian terjadi selama suatu proses, misalkan konfirmasi pesanan diterima setelah mengirimkan pesanan
kepada pelanggan dan sebelum melanjutkan pengiriman, kejadian tersebut disebut perantara. Token tetap terperangkap dalam aliran
urutan masuk dari suatu kejadian perantara sampai kejadian itu terjadi. Setelah kejadian berlangsung, token melintasi kejadian secara
instan, yaitu kejadian tidak dapat mempertahankan token. Kejadian perantara ditampilkan sebagai lingkaran dengan batas ganda.

1. Kejadian Pesan : kejadian awal dengan amplop kosong untuk menentukan bahwa contoh proses baru dipicu oleh penerimaan pesan.

2. Kejadian Sementara : Jenis kejadian ini menunjukkan bahwa contoh proses dimulai pada terjadinya kejadian temporal tertentu
pengatur waktu (timer event).
C. Menangani Pengecualian

Pengecualian (exceptions) adalah kejadian yang menyimpang dari jalur proses normalnya, yaitu dari apa yang umumnya dikenal
sebagai skenario cuaca cerah (sunny day). Dalam kenyataan, skenario hari hujan (rainy day) sering terjadi sehingga harus dimodelkan
dengan tujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan penyebab masalah dalam proses yang terkait. Pengecualian termasuk kesalahan
bisnis seperti kehabisan stok atau produk yang dihentikan dan kesalahan teknologi seperti kerusakan basis data, pemadaman jaringan atau
pelanggaran logika program.

1. Penghentian Proses (Process Abortion) 6. Subproses Kejadian

2. Pengecualian Internal 7. Aktivitas Kompensasi

3. Pengecualian Eksternal

4. Aktivitas Waktu Habis

5. Kejadian Noninterupsi dan Pengecualian Kompleks


BAB 5
Penemuan Proses
Proses penemuan didefinisikan sebagai tindakan mengumpulkan informasi tentang proses yang sudah ada dan mengaturnya
menjadi model proses apa adanya (as-is process model). Definisi ini menekankan pengumpulan dan pengaturan informasi. Untuk tujuan
ini, kita perlu memahami operasi proses bisnis secara menyeluruh, serta memiliki keterampilan pemodelan untuk merepresentasikan
proses bisnis dalam model BPMN berkualitas tinggi. Kedua jenis keterampilan ini hampir tidak pernah menyatu pada orang yang sama.
Oleh karena itu, banyak pemangku kepentingan dengan keterampilan yang berbeda dan saling melengkapi biasanya terlibat dalam
pembangunan model proses.
A. Pengaturan Proses Penemuan

Proses penemuan didefinisikan sebagai Tindakan mengumpulkan informasi tentang proses yang sudah ada dan mengaturnya menjadi model proses apa
adanya (as-is process model). Definisi ini menekankan pengumpulan dan pengaturan informasi. Dengan demikian, proses penemuan adalah kegiatan yang jauh
lebih luas dari pada memodelkan suatu proses.

Proses penemuan adalah kegiatan yang jauh lebih luas daripada memodelkan suatu proses. Jelas bahwa pemodelan adalah bagian dari aktivitas ini.
Masalahnya adalah ‫حاالت روتور‬bahwa pemodelan hanya dapat dimulai ketika informasi yang cukup telah disatukan. kita dapat menggambarkan empat fase
proses penemuan:

1. Penentuan pengaturan (setting): Fase ini didedikasikan untuk membentuk tim di perusahaan yang akan bertanggung jawab untuk mengerjakan proses.

2. Pengumpulan informasi: Fase ini berkaitan dengan membangun pemahaman dari proses. Metode penemuan yang berbeda dapat digunakan untuk
memperoleh informasi pada suatu proses.

3. Melakukan tugas pemodelan: Fase ini berkaitan dengan pengorganisasian penciptaan model proses. Metode pemodelan memberikan panduan untuk
memetakan proses secara sistematis.

4. Memastikan kualitas model proses: Fase ini bertujuan untuk menjamin bahwa model proses yang dihasilkan memenuhi berbagai kriteria kualitas. Fase ini
penting untuk membangun kepercayaan dalam model proses.
Berikut ini, kita membahas peran kunci yang terlibat dalam penemuan proses :

1. Analisis Proses Versus Ahli Domain : Dua peran yang sangat penting dalam proyek penemuan proses: analis proses dan pakar
bidang/domain. Dalam praktiknya, analis proses seharusnya memodelkan proses bisnis yang mereka alami tidak sebagai peserta
proses maupun sebagai pelanggan. Jadi, mereka harus mengumpulkan sejumlah besar informasi tentang proses untuk memahami
cara kerjanya dari dalam, dengan berkonsultasi dengan mereka yang terlibat dalam kinerjanya setiap hari, yaitu pakar
domain.Dengan demikian, seorang ahli domain adalah setiap individu yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
bagaimana suatu proses atau tugas-tugas tertentu dalam proses tersebut dilakukan.

2. Tiga Tantangan Penemuan Proses : Fakta bahwa pengetahuan pemodelan dan pengetahuan domain dimiliki oleh orang yang
berbeda menimbulkan tiga tantangan utama dalam penemuan proses, yaitu : Pengetahuan proses yang terfragmentasi, Pemikiran
dalam kasus, dan Kurangnya pengenalan yang dalam tentang bahasa pemodelan proses.
B. Metode Penemuan Proses

Kami membedakan tiga kelas metode penemuan, yaitu :


1. Penemuan Berbasis Bukti : Berbagai potongan bukti biasanya tersedia untuk mempelajari bagaimana proses yang ada bekerja.
Di sini, kita membahas tiga metode: analisis dokumen, observasi, dan penemuan proses otomatis.
2. Penemuan Berbasis Wawancara : Penemuan berbasis wawancara bertujuan untuk mewawancarai pakar domain untuk
menanyakan tentang bagaimana suatu proses dijalankan.
3. Penemuan Berbasis Lokakarya : Tujuan metode penemuan proses berbasis lokakarya adalah untuk melibatkan pemangku
kepentingan secara aktif dalam proses pemecahan masalah atau pengembangan ide, mempromosikan kolaborasi dan kreativitas,
serta memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah atau proses yang sedang diteliti.
BAB 6
Analisis Proses Kualitatif

Menganalisis proses bisnis adalah seni dan ilmu. Dalam hal ini, analisis kualitatif adalah sisi artistik dari analisis proses. Seperti
seni rupa, contohnya lukisan, tidak ada satu cara tunggal untuk menghasilkan analisis proses yang baik, melainkan serangkaian prinsip
dan teknik yang memberi tahu kita praktik mana yang biasanya mengarah pada analisis proses yang "baik". Analisis proses kualitatif
BPM (Business Process Management) adalah suatu pendekatan yang memeriksa dan mengevaluasi proses bisnis dari segi kualitasnya,
seperti efisiensi, efektivitas, keandalan, fleksibilitas, dan kepuasan pelanggan. Metode ini melibatkan penggunaan teknik seperti
observasi, wawancara, dan analisis dokumen untuk memahami bagaimana proses bisnis dijalankan dan bagaimana mereka dapat
ditingkatkan untuk mencapai tujuan bisnis yang lebih baik.
A. Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah adalah teknik yang bertujuan mengidentifikasi langkah-langkah yang tidak perlu dalam suatu proses dengan tujuan
untuk menghilangkannya. Dalam konteks ini, langkah mungkin merupakan tugas dalam proses atau bagian dari tugas. Sering kali satu tugas
melibatkan beberapa Langkah, yaitu: mengambil Kembali PO yang sesuai dengan faktur, memeriksa bahwa jumlah dalam faktur dan sesuai dengan
jumlah yang ada di PO, memeriksa bahwa produk atau layanan yang dirajuk dalam PO telah dikirmkan, dan memeriksa apakah nama pemasok dan
rincian perbankan dalam faktur sesuai dengan yang dicatat dalam system manajemen pemasok. Singkatnya, analisis nilai tambah terdiri dari
penguraian setiap tugas dalam proses menjadi langkah-langkah, seperti langkah persiapan, langkah pelaksanaan, dan langkah serah terima
(Handoff). Kami kemudian mengklasifikasikan setiap langkah menjadi salah satu dari tiga kategori, yaitu:

1. Menambah nilai (Value Adding - VA): Ini adalah langkah yang menghasilkan nilai atau kepuasan bagi pelanggan.

2. Menambah nilai bisnis (Business Value Adding BVA): Langkah ini perlu atau berguna agar bisnis berjalan lancar, mengumpulkan pendapatan,
atau diperlukan karena lingkungan regulasi bisnis.

3. Tidak menambah nilai (Non-Value Adding-NVA): Langkah tersebut tidak termasuk dalam salah satu dari dua kategori lainnya.
B. Analisis Sebab-Akibat

1. Bergerak : Jenis pemborosan kedua yang terkait dengan pergerakan adalah gerakan (motion). Gerakan mengacu pada peserta
proses berpindah dari satu tempat ke tempat lain selama pelaksanaan suatu proses. Gerakan umum terjadi dalam proses
manufaktur ketika pekerja memindahkan material dari satu tempat ke tempat lain di jalur produksi.

2. Menahan : Kita juga dapat menghasilkan pemborosan dengan menahan bahan, butir pekerjaan, atau sumber daya. Jenis
pemborosan penahanan pertama disebut persediaan. Dalam proses manufaktur, pemborosan persediaan muncul setiap kali kita
menyimpan lebih banyak persediaan daripada yang benar-benar diperlukan pada titik waktu tertentu untuk menjaga jalur produksi
tetap berfungsi.
C. Analisis Pemangku Kepentingan dan
Dokumentasi Masalah
Untuk tujuan ini, seorang analis biasanya akan mengumpulkan data dari berbagai sumber dan akan mewawancarai beberapa
pemangku kepentingan, terutama peserta proses juga pemilik proses dan manajer unit organisasi yang terlibat dalam proses tersebut.
Setiap pemangku kepentingan memiliki pandangan yang berbeda tentang proses dan secara alami akan memiliki kecenderungan untuk
mengangkat masalah dari sudut pandangnya sendiri. Masalah yang sama dapat dianggap berbeda oleh dua pemangku kepentingan.

Di bawah ini, tiga teknik pelengkap untuk mengumpulkan, mendokumentasikan, dan menganalisis masalah dalam suatu proses:

1. Analisis pemangku kepentingan, yang memungkinkan kita mengumpulkan masalah dari perspektif yang saling melengkapi.

2. Daftar masalah, yang memungkinkan kita mendokumentasikan masalah secara terstruktur.

3. Analisis Pareto dan PICK chart, yang memungkinkan kita memilih subset masalah untuk dianalisis dan didesain ulang lebih lanjut.
Daftar Masalah (Issue Register) Kerangka kerja lain yang biasa digunakan untuk analisis proses

Secara konkret, daftar masalah adalah daftar yang memberikan kualitatif adalah Theory Of Constrants (TOC) (Goldratt, 1992). TOC
analisis terperinci dari setiap masalah dan dampaknya dalam bentuk tabel
sangat berguna Ketika tujuannya adalah untuk melacak kelemahan
dengan kumpulan bidang yang telah ditentukan sebelumnya. Bidang
berikut biasanya dijelaskan untuk setiap masalah: dalam proses hingga kemacetan. Penerapan TOC untuk analisis proses

• Name of the issue (Nama masalahnya). bisnis dan desain ulang dibahas oleh Laguna & Marklund (Laguna,

• Description (Deskripsi). 2004: Bab 5) dan oleh Rhee et al (2010).

• Priority (Prioritas).

• Data and Assumptions (Data dan asumsi).


BAB 7
Analisis Proses Kuantitatif

Analisis kualitatif merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk memperoleh wawasan sistematis pada suatu proses. Namun,

hasil yang diperoleh dari analisis kualitatif terkadang kurang detail untuk memberikan dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan.

Misalnya, kita ambil contoh pemilik proses dari proses sewa peralatan BuildIT yang ingin meyakinkan Chief Operations Officer (COO)

bahwa setiap site engineer (insinyur lapangan) harus diberikan komputer tablet dengan akses nirkabel untuk melihat katalog penyuplai

dan untuk membuat atau memodifikasi permintaan rental dari lokasi konstruksi mana pun. Pemilik proses akan diminta untuk

memperkuat manfaat dari investasi dari ukuran kuantitatif dengan menyediakan estimasi bagaimana performa dan proses bisa

meningkatkan secara terukur. Untuk membuat estimasi seperti itu, dibutuhkan analisis yang melebihi dari analisis kuantitatif.
A. Analisis Aliran

Analisis aliran adalah sekelompok teknik-teknik untuk mengestimasi performa keseluruhan dari proses berdasarkan pengetahuan
tentang performa dari tugas-tugasnya (task). Contohnya, dengan menggunakan analisis aliran, kita bisa mengalkulasi waktu siklus rata-
rata dari keseluruhan proses bila kita mengetahui waktu siklus rata-rata dari setiap tugas dan probabilitas untuk mengambil setiap aliran
yang berasal dari gerbang keputusan (decision gateway). Suatu decision gateway bisa berupa XOR-split atau OR-.

Menghitung Waktu Siklus Menggunakan Analisis Aliran :

Kita bisa mengingat kembali bahwa waktu siklus dari proses adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan antara saat proses dimulai
hingga saat proses telah selesai. Bila ditelaah lebih jauh lagi, kita bisa mengatakan bahwa siklus waktu dari sebuah tugas adalah waktu
rata- rata yang dibutuhkan antara saat tugas dimulai dan saat tugas tersebut selesai.
BAB 8
Desain Ulang Proses

Analisis menyeluruh dari sebuah proses bisnis mungkin mengarah pada identifikasiberbagai jenis permasalahan. Sebagai contoh,
bonleneck memperlambat proses ataumembuat biaya pelaksanaan proses terlalu tinggi. Permasalahan ini menimbulkanberbagai arah
dalam mendesain ulang. Namun, masalahnya adalah desain ulang lebihsering dianggap sebagai kegiatan ad hoc. Kelemahan dari hal ini
adalah kesempatanuntuk desain ulang yang menarik mungkin dapat terabaikan. Untuk alasan ini, pentinguntuk mengetahui metode-
metode dalam mendesain ulang. yang dapat digunakan secarasistematis untuk membuat berbagai pilihan desain ulang.Bab ini membahas
metode-metode yang akan membantu untuk memikirkan ulang danmenyusun kembali proses-proses bisnis untuk membuat mercka
bekerja lebih baik.
A. Esensi Dari Desain Ulang Proses

Pengamatan umum yang dapat dilakukan tentang hal ini adalah bahwa mereka cenderung sangat spesifik mengenai langkah-

langkah awal dalam proyek desain ulang prose. misalnya, pembentukan tim proyek, dan juga spesifik menjelang akhir, misalnya,

bagaimana mengevaluasi manfaat dari proses bisnis yang baru diimplementasikan. Mereka lebih jarang membahas detail tentang

bagaimana mengubah proses yang ada menjadi proses yang berkinerja lebih baik. Kami akan menyebut bagian tengah ini sebagai

tantangan teknis dari desain ulang proses. Awal dan akhir proyek desain ulang lebih sering hanya masalah manajemen proyek yang baik.

Alec Sharp dan Patrick MeDermot membuat pengamatan yang pintar tentang fenomena ini:

Bagaimana untuk beralih dari as-is menjadi to be [dalam proyek desain ulang proses tidak dijelaskan. jadi kami menyimpulkan

bahwa selama jeda, prosedur 4TAMO yang terkenal digunakan (" And Then. A Mfiracle Occurs" atau jika diterjemahkan menjadi

Dan Kemudian, Sebuah Keajaiban Teriadi").


B. Metode Transaksional

1. Gambaran Umum Metode Transaksional

Bagian transaksional dari Orbit Desain Ulang dapat diperinci lebih lanjut menggunakan sumbu sifat, yang membedakan antara
metode kreatif dan analitikal. Beberapa Metode anatikal adalah sebagai berikut :

• Six Sigma

• Theory of Constraints (TOC)

• TRIZ

• Positive Deviance (Pendekatan Penyimpangan Positif)

• Lean
2. 7FE

7FE milik Jeston dan Nelis pada dasarnya adalah kerangka kerja untuk proyek BPM atau bahkän program BPM. yang melibatkan
banyak proyek BPM. Kerangka kerja 7FE'terdiri dari sejumlah fase untuk menyelesaikan proyek BPM dengan sukses. Kerangka kerja ini
mendefinisikan model pengambilan keputusan yang hierarkis, memformalkan proses pengambilan keputusan dan dengan demikian
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keputusan akhir yang independen dan kredibel serta paling sesuai untuk organisasi
tertentu.

3. Business Process Redesign

Secara umum, Business Process Redesign merupakan design ulang terhadap proses-proses dalam perusahaan untuk meningkatkan
kinerja proses dengan terlebih dahulu melakukan analisis terhadap proses yang sedang atau telah berlangsung di dalam perusahaan.
BAB 9
Process-Aware Information System
Menjelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses bisnis terotomatisasi setelah itu kita akan fokus pada jenis teknologi
tertentu yang sangat cocok untuk mencapai otomatisasi proses, yaitu, Process-Aware Information Ssstem (PAIS) dan Business Process
Management System. Process-Aware Information System (PAIS) adalah sistem perangkat lunak yang mengelola dan menjalankan
proses operasional yang melibatkan orang, aplikasi, atau sumber informasi berdasarkan model proses. Sedangkan Pada BPMS atau
Busines Process Management System ini akan melakukan otomatisasi dan peningkatan kinerja proses bisnis. BPMS akan meningkatkan
komunikasi dan kolaborasi , melakukan otomatisasi aktifitas dan melakukan integrasi berbagai system dan juga berbagai partner dalam
rantai nilai atau value chain. Beberapa orang menyebutkan bahwa BPMS ini merupakan integrasi antara IT (Information Technology)
dan bisnis.
A. Jenis – Jenis Process Aware Information System

Process Aware Information System (PAIS) Business Process Management System (BPMS)

• Enterprise Resource Planning (ERP) • Groupware System


• Customer Relationship Management (CRM) • Ad hoc Workflow System
• Supply Chain Management (SCM) • Production Workflow System
• Product Lifecycle Management (PLM) • Case Management System
B. Keuntungan Memperkenalkan BPMS

Terdapat empat kategori yang luas atas keuntungan yang akan kita bahas di sini:

• Pengurangan beban kerja,

• Integrasi sistem yang fleksibel,

• Transparansi eksekusi, dan

• Aturan pelaksanaan
BAB 10
Implementasi Proses Dengan Model Yang Dapat
Dieksekusi
Dalam bab ini, kami mengusulkan metode lima langkah untuk secara bertahap mengubah model proses konseptual menjadi
model yang dapat dieksekusi, menggunakan bahasa BPMN. Sebagai bagian dari metode ini, kami juga menunjukkan cara menggunakan
dua standar lain yang melengkapi BPMN: Model dan Notasi Manajemen Kasus (Case Management Model and Notation-CMMN) dan
Model dan Notasi Keputusan (Decision Model and Notation - DMN). Langkah-langkahnya adalah:

1. Identifikasi batasan otomatisasi,

2. Tinjau tugas manual,

3. Lengkapi model proses,

4. Bawa model proses ke tingkat perincian yang memadai, dan

5. Tentukan properti eksekusi.


BAB 11
Pemantauan Proses

Pemantauan proses juga mencakup semua aktivitas yang berkaitan dengan peninjauan dan analisis kinerja proses, umumnya
dengan tujuan mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan. Pemantauan ini merupakan bagian dari siklus hidup manajemen proses
bisnis (BPM) , yang dapat dilakukan oleh berbagai perangkat lunak.

• Pemantauan Proses Langsung adalah pemantauan yang berkaitan dengan penilaian kinerja dari contoh proses yang sedang berjalan.
Masukan utama untuk pemantauan proses adalah jejak (yang tidak lengkap) dari kasus yang sedang berlangsung. Teknik pemantauan
proses langsung menghasilkan gambar real-time dari kinerja kasus yang sedang berlangsung, dan membuat pengingat atau
melakukan penetralan setiap kali tujuan kinerja tertentu atau suatu aturan kepatuhan tidak terpenuhi, misalnya ketika permintaan
pelanggan tidak dapat terjawab tetapi sudah melebihi periode waktu tertentu.
Teknik Pemantauan Proses

 Teknik Berbasis Statistik

Teknik berbasis statistik bergantung pada analisis statistik suatupengukuran kinerja. Kategori ini mencakup analisis deskriptif distribusi
ukuran kinerjatertentu melalui fungsi agregasi seperti rata-rata, deviasi standar, waktu siklus minimumdan maksimum, dan waktu
pemrosesan. Alat pemantauan prosesyang menekankan teknik berbasis statistik dikenal sebagai Pemantauan AktivitasBisnis (Business
Activity Monitoring BAM) atau Pengukuran Kinerja Proses (Process Performance Measurement-PPM)

 Teknik Berbasis Model

Di sisi lain, teknik berbasis model memungkinkan kita untuk menganalisis eksekusi kasusberdasarkan model proses. Teknik pemantauan
berbasis model lainnya memungkinkan kita untukmendeteksi penyimpangan antara catatan kejadian dan model proses yang dibangun
secara manual oleh seorang analis. Alat pemantauan proses yang menekankan penggunaan model proses dikenal sebagaialat penggalian
proses (process mining).
BAB 12
BPM Sebagai kapabilitas perusahaan

Dalam menerapkan BPM yang berhasil, terdapat tiga komponen yang sangat penting, yaitu:

• Analisis dan Desain, yaitu menilai dan merekayasa ulang proses untuk menghilangkan hal-hal yang tidak perlu ketika
memahami bisnis dan persyaratan teknis dengan realistis dan tujuan, spesifikasi, solusi yang dapat dicapai yang selaras
dengan tujuan strategis dan metriks.

• Manajemen Program, yaitu menyesuaikan strategi dengan desain solusi dan sumber daya manusia untuk memandu
pengembangan dan perubahan manajemen yang sedang berlangsung untuk memastikan penerimaan anggaran yang tepat
waktu.

• Pelatihan dan Pengembangan Bakat, yaitu mengembangkan kemampuan untuk menganalisa, merancang, melaksanakan,
menyebarkan, mengelola, dan mengubah solusi.
A. Hambatan Kesuksesan BPM

Masalah umum di antara praktisi BPM adalah bagaimana menghubungkan kesuksesan berdasarkan BPM dengan kesuksesan yang
sebenarnya. Kesuksesan BPM pada akhirnya harus berhubungan dengan kesuksesan bisnis, yaitu kemampuan untuk memenuhi atau melampaui
tujuan kinerja bisnis yang merupakan bagian dari strategi perusahaan.

Dengan demikian, alasan umum dibalik kegagalan program BPM meliputi :

 Satu-satunya fokus pada metode dan alat BPM, bukan pada tujuan bisnis,
 Keyakinan bahwa BPM adalah satu-satunya sumber rujukan,
 Proyek BPM yang dikelola sebagai sebuah bagian atau proses yang terisolasi, dan
 Ketidakmampuan secara keseluruhan untuk berubah
 Pelanggan dan Pemangku Kepentingan Proses
B. Enam Faktor Kesuksesan Dari Kematangan BPM

1) Menggunakan metode dan alat untuk mengelola tiap proyek dan untuk mengelola seluruh program yang ada.

2) Harus jelas bahwa BPM adalah konsep yang kuat untuk memikirkan cara organisasi berkinerja dan bagaimana organisasi dapat
meningkatkan kinerjanya.

3) BPM adalah konsep manajemen holistic : konsep ini menekankan relevansi dalam melihat hubungan antara aktivitas, SDM, dan
teknologi untuk menyediakan produk dan layanan.

4) BPM adalah suatu mekanisme untuk menjamin ketertelusuran kinerja usaha.

5) BPM memerlukan metodologi umum yang komprehensif untuk memandu perubahan proses bisnis.

6) BPM memerlukan arsitektur proses bisnis yang konsisten dengan kosakata semantik yang terstruktur.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai