Abstract
Proses bisnis adalah sekumpulan aktivitas mewujudkan tujuan bisnis mulai dari input,
kemudian menambahkan nilai (value) untuk mendapatkan output berupa hasil yang
diinginkan konsumen, dengan definisi yang jelas tentang awal proses, akhir
proses, input dan output.
Sekumpulan rantai aktivitas untuk menghasilkan produk barang ataupun jasa dari awal proses
masuknya input, kemudian proses sampai keluar output, dan di setiap mata rantai aktivitas
terdapat penambahan nilai disebut rantai nilai (value chain). Proses bisnis merupakan
gambaran detail dari rantai nilai. Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa
subproses dengan atributnya sendiri yang berkontribusi mencapai tujuan dari superprosesnya.
Kompetensi
Proses bisnis adalah sekumpulan aktivitas mewujudkan tujuan bisnis mulai dari input,
kemudian menambahkan nilai (value) untuk mendapatkan output berupa hasil yang
diinginkan konsumen, dengan definisi yang jelas tentang awal proses, akhir
proses, input dan output.
Sekumpulan rantai aktivitas untuk menghasilkan produk barang ataupun jasa dari awal proses
masuknya input, kemudian proses sampai keluar output, dan di setiap mata rantai aktivitas
terdapat penambahan nilai disebut rantai nilai (value chain). Proses bisnis merupakan
gambaran detail dari rantai nilai. Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa
subproses dengan atributnya sendiri yang berkontribusi mencapai tujuan dari
superprosesnya. Di dalam rantai nilai terdapat aktivitas utama yang merupakan aktivitas
yang berkaitan langsung dengan produksi, dan aktivitas pendukung. Gambar 1 merupakan
model dari Porter.
Gambar 2. Contoh model rantai nilai Porter pada sebuah proses bisnis yang melintasi batas
fungsional departemen
Taube dan Gargeya (2005) menyatakan bahwa globalisasi dan persaingan pasar menuntut
perusahaan mempertahankan eksistensinya, dan ERP (enterprise resource planning) populer
untuk merespon tuntutan tersebut. ERP merupakan sinonim dari sistem enterprise yang
merupakan salah satu sumberdaya TI. Organisasi bisnis berupaya melakukan perbaikan
proses bisnis untuk meningkatkan efisiensi prosesnya. Upaya perbaikannya membutuhkan
suatu metode dan model yang mampu menggambarkannya dengan baik, sehingga dapat
2 Manajemen Perubahan Satrio Wibowo Edi,ST, MM.
dilakukan penilaian atas proses yang sedang berjalan. Proses bisnis perusahaan dapat
menjadi sumber kompetitif jika dapat memungkinkan perusahaan untuk berinovasi atau untuk
menjalankannya dengan lebih baik dari pesaingnya.
Ketika model Porter rantai nilai diterapkan untuk proses bisnis, berbagai jenis diagram
diproduksi. Gambar 2 mengilustrasikan proses rantai nilai atau bisnis yang melintasi batas-
batas lima departemen atau fungsional, diwakili oleh bagan organisasi yang mendasarinya.
Kotak-kotak yang ditunjukkan dalam proses panah merupakan subproses. Subproses yang
ditandai oleh sebuah input (dari pelanggan), dan akhirnya menghasilkan output yang
dikonsumsi oleh pelanggan (Harmon, 2007).
Analisis menghasilkan model proses bisnis berupa dokumen yang menggambarkan proses
yang ada (as-is document), draft rencana untuk mendesain ulang proses, dan dukungan semua
manajer senior utama. Harmon (2007) menjabarkan aktivitas utama selama analisis
merupakan lanjutan tahap perencanaan dengan hasil rencana proyek detail (project plan)
untuk suatu proses bisnis dan disetujui oleh komite eksekutif, tim pengelola proses bisnis
(BPM), sponsor, dan komite pengarah proyek (Gambar 3).
Teknologi Manajemen Proses Bisnis atau Business Process Management (BPM) merupakan
jawaban yang dibutuhkan kalangan bisnis untuk membantu bisnis mereka dalam menghadapi
tantangan dan kompetisi seperti sekarang ini. BPM adalah solusi TI dengan pendekatan baru
(1) Pemodelan. Pengguna dapat mendefinisikan dan mendesain struktur dari setiap
proses bisnis secara grafis. Manajer Proses dapat mendesain sebuah proses beserta
seluruh elemen, aturan, sub-proses, proses paralel, penanganan exception,
penanganan error, dan workflow dengan mudah tanpa perlu memiliki
kemampuan programming khusus dan tanpa membutuhkan bantuan dari staf TI.
(2) Pengintegrasian. BPM dapat menghubungkan setiap elemen dalam proses sehingga
elemen-elemen tersebut dapat saling berkolaborasi dan bertukar informasi untuk
menyelesaikan tujuannya. Pada level aplikasi, hal ini bisa diartikan sebagai
penggunaan Application Programming Interface (API) dan messaging. Bagi
pengguna, hal ini berarti tersedianya sebuah workspace pada komputernya ataupun
perangkat wireless-nya untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perannya pada suatu
proses bisnis.
(3) Pengawasan. Pengguna dapat mengawasi dan mengontrol performansi dari proses
bisnis yang sedang berjalan dan performansi dari setiap personil yang terlibat dalam
proses bisnis tersebut. Pengguna juga dapat memperoleh informasi mengenai proses
yang tengah berjalan, maupun yang telah selesai, beserta data-data yang ada di
dalamnya.
(4) Optimalisasi. Pengguna dapat menganalisa dan memonitor suatu proses bisnis,
melihat ketidakefisienan, dan juga memungkinkan pengguna untuk mengambil
tindakan dengan cepat dan merubah proses tersebut untuk meningkatkan
efisiensinya.
Tahapan awal dalam metodologi BPR menghasilkan suatu rencana proyek detil terhadap
suatu proses bisnis. Pada tahapan selanjutnya, analisis proses bisnis memiliki peran utama
sebagai cara untuk memahami gambaran yang utuh tentang proses bisnis yang sedang
berjalan (as-is) dalam bentuk yang terstruktur (dokumen-dokumen) dan sistematis sebagai
dasar untuk mendesain proses baru yang membantu organisasi mencapai tujuan bisnisnya.
Pada tahapan analisis dapat ditemukan adanya kekurangan dan putusnya mata rantai proses,
sehingga dapat diidentifikasi pilihan untuk perbaikan (improvement).
Gambar 6. Alur pengembangan proses bisnis dari as-is process hingga menjadi to-be
process.
Model Kesenjangan
Proyek dimulai dari adanya masalah dalam proses bisnis. Tantangannya adalah untuk
mengetahui sifat dari masalah, kemudian mempertimbangkan jenis intervensi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Model Kesenjangan merupakan model
pemecahan masalah yang diilustrasikan pada Gambar 7. Sedangkan Gambar
8 mengilustrasikan hubungan antara kesenjangan masalah, teknik analisis dan desain ulang
serta menggambarkan penggunaan model dengan proyek sebenarnya.
Secara formal, sebuah masalah dalam proses bisnis adalah perbedaan antara apa yang ada
sekarang (as-is) dan apa yang kita inginkan (to-be). Model ini menggambarkan adanya dua
jenis kesenjangan yakni kesenjangan kinerja dan kemampuan (Harmon, 2007). Kesenjangan
kinerja merupakan beda antara ukuran kinerja proses as-is dengan proses to-be. Adapun
Gambar 7. Model Kesenjangan untuk identifikasi masalah dan menilai suatu proses bisnis
(Harmon, 2007).