Anti Piretik
Anti Piretik
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Apotek
a. Definisi Apotek
Apotek adalah salah satu layanan masyarakat yang berhubungan
dengan penjualan obat, terdapat obat resep dokter dan non dokter.
Dengan demikian apotek berfungsi sebagai tempat penjualan, produksi,
dan penyiapan obat, serta sebagai tempat pengawasan peredaran obat
(Priandika, 2021).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien (Kemenkes, 2016)
2. Swamedikasi
a. Definisi swamedikasi
Swamedikasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit ringan seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit
maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain- lain (Depkes RI,
2006). Berdasarkan World Health Organization (WHO) swamedikasi
merupakan pemilihan dan penggunaan obat, baik obat modern maupun
obat tradisional yang digunakan oleh seseorang untuk mengobati diri
sendiri dari penyakit dan gejala penyakit yang lain (Syafitri et al.,
2017).
Swamedikasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu
menghemat waktu dan biaya fasilitas untuk berobat dalam fasilitas
kesehatan (Lei et al., 2018). Namun, swamedikasi harus dilakukan
sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya harus memenuhi
kriteria penggunaan obat yang rasional. Kriteria obat rasional antara
lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya
kontraindikasi, tidak adanya efek samping dan tidak ada polifarmasi
(Maharni, 2015).
10
11
4) Tepat dosis
5) Tepat penilaian kondisi pasien
6) Waspada terhadap efek samping
7) Efektif, aman, mutu terjamin, harga terjangkau, tersedia setiap
saat
8) Tepat tindak lanjut
9) Tepat dispensing (penyerahan obat) (Kemenkes, 2011).
3. Penggolongan Obat
Penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi. Penggolongan obat
terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
obat psikotropika dan narkotika
a. Obat bebas
Obat bebas digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala
penyakit. Karakter khusus obat bebas adalah berbentuk lingkaran hijau
dengan pinggiran hitam. Biasanya obat bebas dapat dibeli tanpa resep
dokter dan bahkan dapat dijual di warung-warung. Contoh : rivanol,
tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain
(Kemenkes, 2017).
dijelaskan pada gambar dibawah ini. Contoh obat : obat flu kombinasi
(tablet), chlorpheniramine maleate (CTM), dan mebendazol (Priyanto,
2010).
c. Obat keras
Obat keras adalah obat yang berbahaya sehingga penggunaan
harus diawasi oleh dokter dan obat hanya dapat dibeli dari apotek. Obat
keras ditandai dengan lingkaran merah tepi hitam yang ditengahnya
terdapat huruf “K” berwarna hitam.Contoh : Asam Mefenamat
(Binfar,2007).
pada penyakit malaria, kala azar, pyemia, sepsis dan lain - lain.
3) Demam Remiten
Pada demam remiten (kekambuhan), suhu tubuh naik diatas
normal sepanjang hari dengan fluktuasi diatas dari 1 0C. Jenis
demam ini biasa terlihat di klinik, seperti pada tifoid, endokarditis,
dan sebagainya.
4) Demam septik
Pada tipe ini fluktuasi suhu tubuh antara puncak dan nadir
sangat tinggi dan biasanya lebih dari 5 0C. Keadaan ini dapat
dijumpai pada keadaan sepsis.
5) Demam Pel Ebstein
Pada demam Pel Ebstein terjadi demam dengan periode
bebas demam selama 3-4 hari, untuk kemudian suhu tubuh
kembali meningkat selama 7– 10 hari. Demam tipe ini ditemukan
pada infeksi mononucleosis (Zein, 2012).
d. Manifestasi Klinis
Menurut Nuraif (2015), gejala demam dapat disebabkan oleh
beberapa yaitu suhu tubuh yang tinggi (37,5⁰C - 39⁰C), kulit kemerahan,
meningkatnya frekuensi pernapasan, menggigil, dehidrasi, kehilangan
nafsu makan. Banyak gejala yang dapat menyertai demam termasuk
nyeri punggung, sakit kepala, takikardia, keletihan, lemas dan
berkeringat (Nuraif, 2015).
5. Antipiretik
a. Definisi Antipiretik
Antipiretik merupakan suatu obat atau zat-zat yang digunakan
untuk menurunkan panas (Mulyani et al., 2021). Antipiretik bekerja
dengan menurunkan sentral pusat pengatur suhu di hipotalamus, yang
diikuti respon fisiologis termasuk penurunan produksi panas,
peningkatan aliran darah ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas
melalui kulit dengan radiasi, konveksi, dan penguapan. Namun
penggunaan
17
erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, dan juga
gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. Pada dosis
besar lebih dari 10 gram dapat menyebabkan nekrosis sel hati yang
sangat parah, dan kadang-kadang sampai mematikan. Ikatan
metabolit parasetamol yang reaktif dan terjadi akibat mikrosomal
pada protein hati dapat merusak hati. Efek analgesiknya serupa
dengan asam salisilat yang dapat menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang (Tjay, 2002).
3) Turunan Pirazolon
Aminopirin (fenazon), antipirin (amidopirin), dipiron, dan
metampiron (Antalgin) termasuk kedalam golongan pirazolon.
Metampiron (Antalgin) merupakan derivat metansulfonat dan
amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat dengan
mengurangi sensitivitas reseptor yang mempengaruhi pusat
pengatur suhu tubuh dan rasa nyeri. Obat ini memiliki efek
sebagai antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi. Pada saat ini obat
aminopirin (fenazon), antipirin (amidopirin) jarang digunakan
atau tidak dianjurkan karena memiliki efek toksik dari pada
dipiron. Obat dipiron memiliki khasiat sebagai antipiretik,
analgesik (Akhsani, et al., 2021).
4) Turunan Asam Organik
Turunan asam organik adalah ibuprofen. Merupakan obat
yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, analgesik, dan
antiinflamasi. Obat ibuprofen diabsorbsi lebih cepat melalui
lambung dan waktu paruhnya 2 jam (Akhsani, et al., 2021)
6. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Pengetahuan/kognitif merupakan
bidang yang sangat penting dalam membentuk
20
5) Informasi
Dengan informasi yang bisa didapat melalui sarana
komunikasi seperti televisi, radio, koran, penyuluhan dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar dalam mendapatkan pengetahuan.
6) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi atau
dari dari sendiri sehingga pengalaman dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang (Fitriani, 2015).
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014), Secara garis besar ada 6
tingkatan pengetahuan yaitu:
1) Tahu (know)
Dapat diartikan bahwa pengetahuan apa yang dimiliki
hanya sebatas mengingat apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya, sehingga tingkat pengetahuan pada tahap ini
merupakan tingkatan terendah. Kemampuan pengetahuan pada
tingkatan ini yaitu bagaimana cara mendeskripsikan, menyatakan,
menyebutkan, mendefinisikan dan menyatakan.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek atau sesuatu dengan benar. Seseorang yang telah memahami
pelajaran atau materi yang diberikan dapat menjelaskan,
menyimpulkan dan menginterpretasikan objek atau sesuatu yang
telah dipelajarinya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mengaplikasikan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari
dari suatu kondisi nyata atau sebenarnya.
23
4) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek dalam komponen yang saling terkait satu sama lain. Analisis
seperti mendeskripsikan (membuat grafik), memisahkan,
mengelompokan, membedakan atau membandingkan.
5) Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan seseorang untuk menggabungkan
berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu
pola yang baru dan lebih menyeluruh. Keterampilan sintesis ini
seperti menyusun, merencanakan, mengkategorikan, menulis,
mendesain dan menciptakan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Suatu kemampuan dalam melakukan Justifikasi atau
evaluasi terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dapat
digambarkan sebagai proses perencanaan, perolehan dan
penyampaian informasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat
alternatif keputusan (Notoatmodjo, 2014).
7. Perilaku
a. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2014), Perilaku kesehatan merupakan
respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit dan
penyakit. Perilaku terhadap sakit dan penyakit dapat berupa dalam
bentuk perilaku yan berkaitan dengan mencari pengobatan (health
seeking behavior), yang merupakan perilaku mencari pengobatan
ketika mencoba untuk mengobati sendiri penyakit (swamedikasi)
(Notoatmodjo, 2014).
b. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Ada 3 kelompok klasifikasi perilaku kesehatan antara lain:
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), adalah
upaya seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
berusaha sembuh ketika sakit.
24
Iklan di televisi
Pengalaman masa lalu pada swamedikasi
Riwayat pendidikan
Keluhan pasien
demam :
Faktor yang
Mempengaruhi Faktor yang dipengaruhi
Pengetahuan :
Mengidentifikasigejala penyakit
1. Usia Memilihobatsesuai dengan indikasi penya
terterapadakem
2. Tingkat pendidikan
3. Sosial budaya
& ekonomi
4. Lingkungan brosur obat 4.Memantau
termasuk timbulnya
hasil terapi
5. Informasi obat. kemungkinan
6. Pengalaman efek samping
Swamedikasi Antipiretik
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Adanya hubungan pengetahuan obat antipiretik terhadap perilaku
pasien dalam pengobatan swamedikasi obat antipiretik, jika nilai
signifikan yang didapat p-value < 0,05 maka artinya adanya hubungan
yang bermakna antara variabel (Ha < Ho).
2. Hipotesis Nol (H0)
Tidak adanya hubungan pengetahuan obat antipiretik terhadap perilaku
pasien dalam pengobatan swamedikasi obat antipiretik, jika nilai
signifikan yang didapat p-value > 0,05 maka artinya tidak adanya
hubungan bermakna antara variabel (Ha > Ho).