Anda di halaman 1dari 12

Dampak Pandemi Covid-19

Terhadap Psikologis Masyarakat

Junimiserya Zalukhu
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, Kota Medan, Indonesia
*Email : junimiserya01@gmail.com
Abstract

The rapid and widespread spread of the COVID-19 pandemic has resulted in
significant
changes in all aspects of people's lives. The COVID-19 pandemic has caused unrest
for all
levels of society. this not only affects the physical condition of a person, but
also affects the
psychological condition of society. Pandemic disease affects people psychologically
widely
and massively, starting from the way of thinking in understanding information about
health
and illness, emotional changes (fear, worry, anxiety) and social behavior
(avoidance,
stigmatization, healthy behavior). In addition, a psychological pandemic, creates
prejudice,
and outgroup discrimination that has the potential to cause hatred and social
conflict.

Keywords : The COVID-19 pandemic, Psychological impact, psychology of society

Abstrak

Penyebaran Pandemi COVID-19 secara cepat dan luas mengakibat perubahan signifikan
pada
segala aspek kehidupan masyarakat. Pandemic COVID-19 telah menimbulkan keresahan
bagi
seluruh lapisan masyarakat. ini tidak hanya memengaruhi kondisi fisik seseorang,
tetapi juga
memengaruhi kondisi psikologis masyarakat. penyakit pandemi mempengaruhi psikologis
orang secara luas dan masif, mulai dari cara berpikir dalam memahami informasi
tentang
sehat dan sakit, perubahan emosi (takut, khawatir, cemas) dan perilaku sosial
(menghindar,
stigmasisasi, perilaku sehat). Selain itu, pandemic psikologi, menimbulkan
prasangka, dan
diskriminasi outgroup yang berpotensi menimbulkan kebencian dan konflik sosial.

Kata Kunci : Pandemi COVID-19, Dampak psikogis, psikologis masyarakat

PENDAHULUAN global pandemic oleh World


Health
Organization (WHO) sejak Maret
2020
Coronavirus Disease 2019
dan di Indonesia dinyatakan
sebagai jenis
(COVID-19) telah dinyatakan sebagai
penyakit yang menimbulkan
kedaruratan
kesehatan masyarakat serta bencana yang unik, yaitu banyaknya informasi
di
nonalam yang menyebabkan kematian media sosial yang menyebabkan pengaruh
serta menimbulkan kerugian ekonomi psikologis pada banyak orang (Dong &
yang cukup besar. (Kementerian Bouey, 2020). Penyebaran COVID-19
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). yang cukup luas membawa banyak
Sementara di Indonesia. kasus Covid 19 dampak bagi masyarakat dan terkhusus
pertama muncul pada tanggal 2 Maret pasien COVID-19 sendiri. Salah satu
2020 dan sampai tanggal 16 Mei 2020 dampaknya ialah kehilangan nyawa,
jumlah korban yang terinfeksi telah penurunan ekonomi, terkendala
aktivitas
mencapai 16.496 orang dengan 3083 orang pendidikan, dan sosial. (Garre-
Olmo,dkk,
meninggal dan 1076 2020), (Suaibatul Aslamiyah.2021)
(https://www.covid19.go.id/). COVID-19,
Kasus kematian akibat COVID-19
telah menyebar secara luas dan cepat di
dan tindakan isolasi dapat
mempengaruhi
seluruh dunia termasuk di Indonesia.
kesehatan mental masyarakat. Ditemukan
Virus Corona merupakan jenis bahwa tingginya angka kematian dan
virus baru yang ditemukan pertama kali di perpanjangan isolasi di suatu daerah
Wuhan Cina tahun 2019, kemudian diberi memicu depresi, kecemasan, rasa takut
nama Severe Acute Respiratory Syndrom berlebihan serta perubahan pola tidur
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). masyarakat. Dimana hal ini tidak hanya
Gejala Virus Corona mirip dengan SARS, memperburuk kondisi kesehatan mental
Jika dilihat dari persentase angka namun juga fisik. COVID-19 secara
kematian, kasus kematian akibat SARS signifikan telah merubah prilaku
sosial
(9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 masyarakat hanya dalam hitungan bulan.
(Kurang dari 5 %). Meskipun demikian Bukan hanya prilaku individu tetapi
juga
jumlah kasus COVID-19 lebih banyak kelompok. Stigma mengenai COVID-19
dibanding SARS, COVID19 juga mulai bermunculan. Mulai dari
penolakan
mempunyai penyebaran yang cepat dan sampai diskriminasi terhadap orang
luas dibanding SARS. (Agung,2020) dengan COVID-19, seperti para tenaga
Namun yang membedakan adalah mudah kesehatan, pasien, kerabat pasien
bahkan
menular,transparansi informasi, jenazah orang dengan COVID-
kekuarangan pasokan bagi tenaga medis, 19.(Suaibatul Aslamiyah.2021)
masalah inkubasi virus tidak jelas,
karantina bersakala besar, dan “infodemic”
METODE COVID-19 terhadap perubahan aspek
psikologis. Pada penelitian ini ingin
Metode penelitian yang dilakkan
menemukan adanya pembaharuan
adalah literature review. Literature review
penemuan selain perubahan kondisi
ini menganalisis jurnal, text book, dan
psikologis pada orang yang terinfeksi
ebook yang relevan dengan pembahasan :
COVID-19.
Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Psikologis Masyarakat. Jurnal-jurnal yang PEMBAHASAN
digunakan adalah jurnal yang diterbitkan
Taylor (2019) dalam bukunya
“The
dalam rentang tahun 2019-2021.
Pandemic of Psychology” menjelaskan
HASIL bagaimana penyakit pandemi
mempengaruhi psikologis orang secara
Berdasarkan review kasus
luas dan masif, mulai dari cara
berpikir
kematian akibat COVID-19 dan tindakan
dalam memahami informasi tentang
sehat
isolasi dapat mempengaruhi kesehatan
dan sakit, perubahan emosi (takut,
mental masyarakat. Ditemukan bahwa
khawatir, cemas) dan perilaku sosial
tingginya angka kematian dan
(menghindar, stigmasisasi, perilaku
sehat).
perpanjangan isolasi di suatu daerah
Selain itu, pandemic psikologi,
memicu depresi, kecemasan, rasa takut
menimbulkan prasangka, dan
diskriminasi
berlebihan serta perubahan pola tidur
outgroup—yang berpotensi menimbulkan
masyarakat. Dimana hal ini tidak hanya
kebencian dan konflik sosial.
Misalkan,
memperburuk kondisi kesehatan mental
penamaan virus corona dengan nama
virus
namun juga fisik.7 COVID-19 secara
Wuhan atau Virus China di awal wabah,
signifikan telah merubah prilaku sosial
telah menimbulkan prasangka,
kebencian
masyarakat hanya dalam hitungan bulan.
dan diskriminasi terhadap warga china
di
Bukan hanya prilaku individu tetapi juga
beberapa negara, seperti di Autsralia
dan
kelompok. Stigma mengenai COVID-19
Amerika. Pandemi COVID-19, telah
mulai bermunculan. Mulai dari penolakan
mengubah manusia dalam berkomunikasi,
sampai diskriminasi terhadap orang
dan berinteraksi dengan orang lain.
dengan COVID-19, seperti para tenaga
kesehatan, pasien, kerabat pasien bahkan Dampak Psikologis Pandemi Covid-19
jenazah orang dengan COVID-19.8
Pandemi memberikan dampak
Berdasarkan penelitian-penelitian
psikologis yang signifikan pada
manusia.
terdahulu telah ditemukan adanya dampak
Ada tiga elemen dalam pandemi, yaitu
elemen yang menyebabkan infeksi (virus, dapat disebabkan paparan informasi yang
bakteri), host (manusia) yang berkaiatan tersedia dalam individu. Paparan
informasi
dengan faktor psikologis dalam mengatasi yang masif mengenai COVID-19
ancaman penyakit tersebut.Terakhir, menyebabkan jumlah ketersediaan
lingkungan sosial dan fisik yang informasi mengenai COVID-19 pada
membantu manusia menghadapi pandemi individu lebih banyak daripada yang
lain.
(Taylor, 2019). Ketiga elemen tersebut Hasil survei tentang frekuensi
saling berinteraksi saling mempengaruhi mengakses informasi COVID-19 oleh
dalam situasi pandemi. Psikologi pandemi Iskandarsyah & Yudiana (2020) terhadap
telah mengubah psikologis manusia dalam 3686 partisipan dari berbagai wilayah
memahami diri dan relasi sosial. Indonesia menunjukkan sebanyak 44,9%
sebanyak < 3 kali, 37%, 4-5 kali, 9,9%,
6-
Peningkatan jumlah kasus semakin
10 kali dan 8,2% > 10 kali. Ditambah
lagi
meningkat setiap hari mulai jumlah orang
karakter manusia sebagai cognitive
misers,
ternfeksi dan jumlah kematian, serta
yaitu keengganan untuk berpikir secara
dampak pada sosial, dan ekonomi
dalam dengan usaha yang lebih kuat
menjadikan kita cenderung lebih waspada
(Pennington, 2000). Akibatnya, potensi
dan khawatir. Namun informasi negatif
terjadi bias heuristik sangat besar.
tersebut tidak cukup membuat sebagian
Heuristik adalah proses berpikir
(penilaian,
besar masyarakat patuh melindungi
pengambilan keputusan) dalam waktu
dirinya, dengan menggunakan masker
cepat dan seakan tanpa usaha yang
berarti
ketika keluar rumah, karena bias kognisi
(Baron & Byrne, 2003). Terkadang
seperti bias optimistik, yaitu
individu mengandalkan heuristik untuk
kecenderungan menilai dirinya tidak
menuntun mereka pada bahaya yang
mengalami risiko terkena penyakit
terungkap dalam situasi yang ambigu.
dibandingkan orang lain.
Misalkan, individu dapat menafsirkan
Banyaknya jumlah yang terkena kecemasan mereka sendiri atau perilaku
COVID-19, tidak menyebabkan individu mencari keselamatan sebagai indikator
lebih waspada dan protektif pada dirinya. ancaman (Blakeya & Deacon, 2015). Jadi,
Keyakinan tersebut, sangat beresiko dan heuristik dapat mempengaruhi individu
berbahaya pada konteks wabah COVID-19 dalam berpikir dan berperilaku dalam
sekarang ini. Bias kognisi sosial kondisi pandemi COVID-19.
mempengaruhi diri individu dalam
berpikir dan berperilaku. Bias kognisi
Hasil penelitian Wang, dkk (2020) takut). Sebagai garda terdepan dalam
yang melibatkan 1.210 responden dari 194 penanganan COVID-19, pekerja medis
kota di Cina. Secara total, 53,8% (dokter, perawat, & staff) menghadapi
responden menilai dampak psikologis dari situasi yang tidak pasti, penuh
risiko,dan
wabah tersebut sedang atau berat; 16,5% tertekan sehingga mudah mengalami
melaporkan gejala depresi sedang hingga gannguan psikologis. COVID-19
berat; 28,8% melaporkan gejala memberikan dampak signifikan terhadap
kecemasan sedang hingga berat; dan 8,1% kondisi mental pekerja medis.
Sebenarnya
melaporkan tingkat stres sedang hingga perubahan emosi, seperti khawatir,
cemas
berat. Hasil penelitian tersebut juga dan stres merupakan respon biasa
ketika
menunjukan bahwa perempauan, lebih menghadapi situasi pandemi. Hal itu
rentan terkena stress, cemas dan depresi. merupakan bentuk mekanisme pertahanan
Hal senada dengan penelitian Li, dkk diri atau tanda bahwa ada ancaman
yang
(2020) pada 17,865 pengguna aktif Weibo kita hadapi. Namun, apabila
berlebihan,
dengan model machine learning. maka akan menganggu kondisi
psikologis
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan individu, seperti mengalami depresi.
emosi negatif (cemas, stress) dan penilaian
Data Kementerian
ketenagakerjaan
risiko, sementara emosi positif
mencatat sampai tanggal 10 Apri 2020,
(kebahagiaan, kepuasan hidup) mengalami
sudah ada 1,5 juta yang kehilangan
penurunan.
pekerjaan karena COVID-19
Respon emosi negatif saat COVID- (Cnbnindonesia, 2020). Ketika
kebutuhan
19 tidak hanya terjadi pada orang awam hidup terganggu, maka kondisi ini
akan
saja, namun kaum pekerja medis pun rentan menimbulkan gangguan
psikologis
terkena. Hasil studi di Singapura lebih hebat dibandingkan COVID-19 itu
menunjukkan bahwa COVID-19 sendiri. Artinya, pandemi COVID19
berdampak terhadap pekerja medis dan secara tidak langsung mempengaruhi
non medis yang bekerja di rumah sakit, kondisi psikologis. Relasi sosial
terbatas,
seperti kecemasan, stres ,post tautamtic tidak dapat berkumpul dengan keluarga
stress disorder ( PTSD) dan depresi (Tan, (mudik), menimbullkan perasaan
dkk., 2020). kehilangan, kesendirian dan kesepian
yang
berpotensi memperburuk emosi
individu.
Sementara studi Huang, dkk (2020)
Hasil studi Brooks, dkk (200)
pada
di China menunjukkan bahwa perawat
24 artikel tentang dampak karantina
mengalami emosi negatif (cemas dan
wilayah menunjukkan sebagian besar otoritas yang berwenang. Misalnya
jaga
penelitian yang diulas melaporkan efek jarak sosial ketika berinteraksi,
dan
psikologis negatif termasuk gejala stres peningkatan solidaritas masyarakat
dalam
pasca-trauma, kebingungan, dan bentuk kepeduliaaan dan perilaku
kemarahan. Stresor termasuk durasi prososial pada masa pandemi. Di sisi
lain,
karantina yang lebih lama, ketakutan akan pandemik dapat meyebabkan perubahan
infeksi, frustrasi, kebosanan, persediaan perilaku berdampak gejolak sosial di
yang tidak memadai, informasi yang tidak tengah masyarakat.Misalkan,
penolakan
memadai, kerugian finansial, dan stigma. jenazah pasien COVID-19 di beberapa
Situasi psikologis ini yang dirasakan daerah. salah satu yang menjadi
masalah
negaranegara yang mengalami karantina pada situasi pandemi adalah stigma
atau lockdown, seperti Itali, Spanyol, (Taylor, 2019; APA, 2020).
Rusia, India dan Iran.
Stigma adalah suatu keyakinan
Perubahan Perilaku Sosial negatif dari individu atau kelompok
mengenai sesuatu. Stigma dapat
berkaitan
COVID-19 telah mengubah
dengan sesuatu yang tampak dan tak
signifikan kehidupan manusia hanya
tampak, kontrol dan tidak
terkontrol,
dalam hitungan bulan, perilaku sosial
penampilan, perlaku dan kelompok.
manusia berubah drastis akibat
Stigma dibentuk sebagai hasil
konstruksi
penyesuaian terhadap pandemi COVID-
oleh masyarakat, dan budaya pada
konteks
19. Perubahan tidak hanya terjadi pada
tertentu. (Major, & O’Brien, 2005).
Stigma
level individu tetapi juga kelompok,
memiliki dampak signifikan bagi
individu
organisasi dan perusahaan. Hampir semua
dan sosial (Frost, 2011). Stigma
dapat
aspek terkena, mulai dari pendidikan,
merusak kesehatan mental, dan fisik
pada
ekonomi, politik dan agama. Perubahan itu
penderita penyakit. Stigma dapat
berupa
menimbulkan ketidaknyamanan dan
penolakan sosial, gosip, kekerasan
fisik,
gejolak sosial di masyarakat.
dan penolakan layanan. Mengalami
stigma
Berdasarkan pengamatan di dari orang lain dapat menyebabkan
lapangan dan media online di beberapa peningkatan gejala depresi, dan
stres
wilayah di Indonesia, terdapat perubahan (Earnshaw, 2020).
perilaku masyarakat akibat COVID-19.
Ketika seseorang terkena
COVID-
Perubahan itu berasal dari inisiatif sendiri
19, maka orang lain akan cenderung
maupun himbauan atau perintah dari
memberi stigma negatif ke orang
tersebut.
Bahayanya, pasien menginternalisasi virus COVID-19 berperan penting dalam
sitgma dari orang lain (Frost, 2011), mempengaruhi perilaku protektif,
seperti
bahwa dia orang buruk,orangyang salah mencuci tangan, jarak sosial (Harper,
dkk.,
karena terinfeksi penyakit. Akibatnya akan 2020).
memperburuk kondisi psikologis pasien.
Stigma negatif penyakit COVID-19,
membuat orang cenderung melakukan KESIMPULAN
perbuatan yang melanggar norma, yaitu
Penyebaran Pandemi COVID-19
kebohongan atau tidak jujur ketika
secara cepat dan luas mengakibat
ditanyakan berkaitan dengan COVID-19/.
perubahan signifikan pada segala aspek
Pengaruh Sosial dan Konformitas kehidupan masyarakat. Pandemi
psikologi
COVID-19 telah “menyebarkan”
Dalam Psikologi pengaruh sosial
ketakutan, kecemasan dan kepanikan
merupakan salah satu tema yang banyak
secara cepat di seluruh dunia. Ada
dikaji dan diteliti. Pengaruh sosial
beberapa dinamika psikologi pandemic
berkaitan bagaiman individu atau
COVID-19 yang menjadi perhatian dalam
kelompok mempengaruhi atau dipengahi
perspektif psikologi sosial, yaitu
orang lain (individu, kelompok). Dalam
pengolahan informasi dan bias kognisi,
konteks situasi pandemi COVID-19,
perubahan emosi dan perilaku, serta
pengaruh sosial menjadi penting
perngaruh sosial dan konformitas.
khususnya bagi pemerintah untuk
Dinamika psikologi itu tidak lepas
dari
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
interaksi antara karakteristik
personal
mengurangi penyebaran COVID-19.
(kepribadian, nilai, pengatahuan),
situasi
Ketika situasi pandemi, keinginan (budaya, norma, agama), dan kebijakan
untuk isolasi ditentukan oleh sikap, pemerintah dalam menangani pandemi
persepsi norma sosial dan persepsi kontrol COVID-19. Memahami dinamika sosial
perilaku (Zhang, dkk, 2020). Penelitian psikologis pandemi COVID-19 membantu
Wise, dkk (2020) menunjukkan bahwa kita untuk bagiamana berpikir,
bersikap
persepsi risiko tertular dan persepsi dan berperilaku, serta memberikan
dampak COVID-19 (ekonomi, pelayanan masukan bagi pemerintah dan pihak-
pihak
kesehatan) meningkat perilaku protektif terkait dalam membuat kebijakan
individu (mencuci tangan, menjaga jarak penanganan COVID-19 secara akurat.
sosial). Ketakutan dan kecemasan terhadap efektif dan komprehensif.
https://doi.org/10.1016/j.comppsyc
h.2020.152214.
DAFTAR PUSTAKA
5. Kementerian Kesehatan Republik
1. Agung, Ivan Muhammad. Indonesia. (2020, April
10).
(2020). “Memahami Pandemi Pedoman Pencegahan
dan
COVID-19 Dalam Perspektif
Psikologi Sosial.” Buletin Ilmiah Penangana Covid 19.
hal.
Psikologi 1 (2) : 68–84.
https://covid19.go.id/p/protokol/pe
https://doi.org/10.24014/pib.v1i doman-pencegahan-
2.9616.
danpengendalian-coronavirus-
2. Brooks, K.S. (2020). The
diseasecovid-19.
Psychological Impact of
Quarantine and How to Reduce It: 6. Li, S,, Wang, Y, Xue, J ,Zhao, N
& Zhu, T 1, (2020).The Impact
Rapid Review of the Evidence.
of COVID-19 Epidemic
Lancet, 395, pp. 912–920. Declaration on Psychological
Consequences: A Study on
3. Dong L, & Bouey J. (2020) Active Weibo Users
Public mental health crisis International.Journal of
during COVID-19 pandemic, Environment Research and
China. Emerging Infection Public Health, , 17, 2032;
Diseases.7, 2326 doi:10.3390/ijerph17062032
https://doi.org/10.3201/eid2607.
200407. 7. Pengaruh Covid-19 Terhadap
Kesehatan Mental Masyarakat Di
4. Garre-Olmo, Josep, Oriol Turró-
Kota Malang Jurnal Ilmu Sosial
Garriga, Ruth Martí-Lluch, Lluís
dan Pendidikan Vol. 4. No. 4
Zacarías-Pons, Lia Alves-
November 2020,550-556
Cabratosa, Domènec Serrano-
8. Suaibatul Aslamiyah. (2021).
Sarbosa, Joan Vilalta-Franch, and
Dampak Covid-19 terhadap
Rafel Ramos Blanes. (2020).
Perubahan Psikologis, Sosial dan
“Changes in Lifestyle Resulting
Ekonomi Pasien Covid-19 di
from Confinement Due to COVID-
Kelurahan Dendang, Langkat,
19 and Depressive
Sumatera Utara. 1(1), 56-69.
Symptomatology: A Cross-
Sectional a PopulationBased 9. Wang , C , Pan, R , Wan, X 1 ,
Study.” Comprehensive Psychiatry, Tan, Y, Xu, L 1 ,. Ho,C.S &
Roger C. Ho, R.C(2020).
2020, 1–28.
Immediate Psychological
Responses and Associated
Factors during the Initial Stage
of the 2019 Coronavirus Disease
(COVID-19) Epidemic among
the General Population in
China., International.Journal of
Environment Research and .
Public Health, 17, 1729;
doi:10.3390/ijerph17051729
10. Wise, T., Zbozinek, T.,
Michelini, G., Hagan, C. C., &
Mobbs, D. (2020). Changes in
risk perception and protective
behavior during the first week of
the COVID-19 pandemic in the
United States. PsyArXiv
Preprints. doi:
10.31234/osf.io/dz428.

Anda mungkin juga menyukai