Anda di halaman 1dari 11

KARYA ILMIAH KIMIA DASAR

PENGARUH KEMBANG API TERHADAP LINGKUNGAN


SEKITAR

OLEH :
NAMA : MISKA NABILA
NIM : 2204109010013
PRODI : TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
PENGARUH KEMBANG API TERHADAP LINGKUNGAN
SEKITAR

ABSTRAK
Kembang api adalah bahan peledak berdaya ledak rendah piroteknik yang
digunakan umumnya untuk estetika dan hiburan. Kembang api dirancang agar
dapat meletus sedemikian rupa dan menghasilkan cahaya yang berwarna-warni
seperti merah ,oranye, kuning, hijau, biru, ungu, dan perak.
Penggunaan kembang api sering dilakukan pada perayaan hari-hari penting
ataupun festival. Jumlah pengguaannya pun tidak bisa dikatakan sedikit.
Walaupun hampir rata-rata orang mengetahui dampak dari efek pembakaran
kembang api untuk kesehatan dan juga untuk lingkungan sangatlah berbahaya.
Maka dari itu, penulis akan membahas tentang kembang api dan dampaknya
terhadap lingkungan sekitar.

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin
banyak industri yang menghasilkan barang yang diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan kita. Mulai dari kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, hampir
semuanya merupakan bahan kimia. Bahkan pada hal-hal yang dijadikan sebagai
sarana hiburan semata juga terdapat bahan kimia seperti, kembang api dan lain
sebagainya.
Oleh sebab itu, penyusun dalam hal ini akan membahas tentang bahan kimia
dalam pembuatan kembang api serta dampak pada lingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan yang tertera pada latar belakang diatas, maka didapatlah
perumusan masalah sebagai berikut:
 Mengapa kembang api berbahaya?
 Apa hubungan antara kembang api dan polusi udara?
 Dampak terhadap Kesehatan
 Mencari alternatif yang lebih baik.
1.3 Tujuan Penulisan
 Menjelaskan dampak kembang api terhadap lingkungan
 Menjelaskan unsur-unsur kimia dalam kembang api

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Kembang api

Siapa yang tidak suka menonton kembang api? Taburan spektrum warna
berlatar gelapnya langit malam, sungguh sebuah sajian indah untuk mata. Akan
tetapi, pernahkah kalian bertanya-tanya soal komposisi dari kembang api itu
sendiri? Bagaimana bisa sebuah kembang api mengeluarkan banyak sekali warna,
bahkan kadang dengan bentuk dan motif tertentu, ketika dinyalakan dengan api?
Kemudian bagaimana dengan efek setelahnya? Apakah substansi-substansi yang
meledak di udara kemudian menghilang begitu saja? Atau sebenarnya ledakan
kembang api tersebut meninggalkan jejak yang tak kasat mata, tetapi efek
sampingnya mengkhawatirkan?
Bukan berarti mencoba merusak kesenangan orang-orang yang meniknati
tontonan kembang api, akan tetapi percayalah bahwa pentingnya untuk selalu
mengevaluasi cara-cara melakukan dan merayakan sesuatu, dan dampak yang
diberikan terhadap lingkungan.
A. Mengapa Kembang Api Berbahaya?
Secara definisi, kembang api merupakan misil piroteknik kecil yang meledak
dengan cara yang sangat spesifik, yang kemudian menghasilkan bunyi ledakan
kencang bersamaan dengan letupan warna-warni cerah di udara.
Kembang api kita bisa melihat warna-warna yang gemerlap diudara. Bahan
kimialah yang menyebabkan warna-warna pada kembang api. Untuk
menghasilkan loncatan api dan letupan suara, sebuah oksidator direaksikan
dengan logam seperti magnesium (Mg) atau aluminium (Al) yang dicampur
dengan belerang (S). Reaksi yang ditimbulkan menyebabkan suatu kilatan
cahaya akibat terbakarnya magnesium dengan sangat cepat.
Terdapat dua zat penting dalam kembang api yaitu bahan peledak atau
dikenal dengan mesium atau bubuk hitam dan agen pewarna. Bubuk hitam
adalah suatu campuran yang terdiri dari bubuk arang (karbon), sulfur, dan
kalium nitrat(KNO3), dengan perbandingan tertentu, perbandingan ini
berhubungan denganfungsi dari bubuk hitam itu sendiri, untuk kembang api
perbandingan KNO3:C:Sadalah 75:15:10.Bubuk KNO3 berfungsi sebagai
oksidator atau penghasil oksigen, sementara campuran aran dan sulfur
berfungsi sebagai reduktor.
Reaksiterjadi pada bubuk hitam merupakan reaksi redoks dan memerlukan sej
umlah energi untuk mengaktivasi reaksi redoks. Oleh karena itu kembang api
hanya dapat bereaksi jika telah diberi percikan api. Saat diberi percikan api,
bubuk hitam dapatmencapai energi aktivasinya, dan bereaksi seperti
persamaan kimia dibawah ini:
4KNO3(g) + 7C(s) + S(s) → 3CO2(g)+3CO(g) + 2N2(g) + K2CO3(s) +
K2S(s)
Warna warna yang dihasilkan kembang api merupakan hasil dari reaksi
fisika dan kimiawi, karena warna-warna tersebut berasal dari garam logam
padat serta bahan-bahan peledak yang akan menghasilkan warna saat
dipanaskan pada suhu tertentu.
Komponen logam yang berbeda memberikan wara yang berbeda pula,
misalnya,
o Garam LItium (Li) menghasilkan warna merah muda
o Garam Sodium (Na) digunakan untuk menciptakan warna jingga atau
kuning
o Sedangkan logam Tembaga (Cu) dan Barium (Ba) umtuk penghasil warna
hijau atau biru
o Kemudian ada juga kalsium (Ca) atau Strontium (Sr) untuk warna merah
Logam dan bahan peledak yang terkandung dalam kembang api
mengalami perubahan kimiawi ketika digabungkan dengan oksigen
(pembakaran). Reaksi kimia ini kemudian melepas gas rumah kaca seperti
karbon dioksida, karbon monoksida, serta nitrogen.
Tidak hanya itu, sampah komponen-komponen logam yang menjadi sumber
warna-warni dari kembang api tidak akan “terbakar habis” di udara. Partikel
logamnya masih ada, dan bahkan bisa mencemari lingkungan mulai dari
udara, air dan bahkan tanah.
Kemudian Ketika partikel logam itu terhirup atau tercerna, logam tersebut
dapat mengakibatkan reaksi jangka pendek maupun Panjang, mulai dari
muntah-muntah, diare, serangan asma, sampai penyakit yang lebih parah
seperti jenis kanker.

B. Hubungan Antara Kembang Api dan Polusi Udara.

Ketika kembang api menyala, kembang api menghasilkan banyak zat


polutan seperti sulfur dioksida, karbon dioksida, karbon monoksida dan
partikel tersuspensi lainnya. Partikel tersuspensi ini merupakan partikel kimia
yang sangat halus yang biasa disebut Particulate Matter (PM). Kembang api
mengandung jenis Particulate Matter berukuran 10 mikrometer atau kurang
(PM10) dan ukuran 2,5 mikrometer atau kurang (PM 2,5). Jenis PM 2.5 dan
PM 10 ini sangat berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup terutama manusia
karena dapat menyumbat saluran pernapasan dan kardiovaskuler. Bahkan
penelitian WHO menunjukkan bahwa PM menyebabkan 6,7% kematian pada
tahun 2012 (Sasetyaningtyas, 2019).
.

Gambaran perayaan Diwali di tahun 2017

Salah satu penelitian menunjukkan pengaruh pembakaran kembang api


dalam perayaan Diwali di India terhadap pencemaran udara. Perayaan ini
memang identik dengan pertunjukkan kembang api di berbagai tempat di
India. Penelitian menunjukkan bahwa selama 24 jam, jumlah konsentrasi
PM10 meningkat 2,49 hingga 5,67 kali, Sulfur Dioksida (SO 2) meningkat 1,95
hingga 6,59 kali lebih tinggi dan Nitrogen Oksida (NOx) meningkat sekitar
1,79 hingga 2,69 kali dibanding kondisi normal (Nasir dan Brahmaiah, 2015).
Padahal SO2 dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir saluran pernapasan
dan iritasi mata serta menjadi penyebab utama terjadinya hujan asam
(Alchamdani, 2019). Sementara itu, konsentrasi NOx terutama NO 2 yang
berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila
manusia terpapar selama beberapa menit saja (Darmayasa, 2013).

Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Taiwan Association for Aerosol


Research dalam Aerosol and Air Quality Research menemukan pengaruh
antara Kembang api, Tahun Baru Cina dan Lockdown COVID-19 yang terjadi
selama 2020 terhadap polusi Udara. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengurangan polusi udara akibat cemaran polutan dari kembang api
akibat Lockdown tahun 2020 (Brimblecombe dan Lai, 2020). Namun keadaan
ini bisa saja berubah kembali apabila Lockdown COVID-19 tidak lagi
diberlakukan. Maka tetap saja pencemaran udara penting untuk
dipertimbangkan ketika menyangkut perayaan menggunakan kembang api.
C. Dampaknya Terhadap Kesahatan

Luka bakar

Model kembang api sangat bervariasi, dari yang bisa digantung sampai
dipegang oleh tangan serta dapat diarahkan ke tempat yang diinginkan.
Namun, keberagaman variasi kembang api ini dapat menjadi pisau bermata
dua, terutama pada kembang api yang dipegang oleh tangan.
Risiko terburuknya, kembang api dapat meledak dan mengenai tangan orang
yang memegangnya sehingga terjadi luka bakar pada orang tersebut. Begitu
pula dengan percikan bunga apinya yang dapat melukai pemegang kembang
api.
Jenis kembang api yang dapat diarahkan pun sama saja dampaknya, bisa
secara tidak sengaja keluar jalur atau jatuh, dapat mengenai orang lain dan
menimbulkan cedera seperti luka bakar.

Polusi suara
Beberapa tipe kembang api menimbulkan suara yang sangat keras sehingga
dapat mengganggu orang-orang yang berada di lingkungan sekitar. Apabila
ada orang dengan serangan jantung maupun epilepsi, gejala mereka bisa
kambuh akibat suara keras dari kembang api.

Polusi udara
Kembang api yang terbakar akan menghasilkan polutan udara, seperti sulfur
dioksida (SO2), karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan
beberapa bahan garam logam seperti aluminium, mangan, dan kadmium.

Senyawa-senyawa tersebut dapat mencemari udara dan meningkatkan angka


kejadian penyakit batuk kronis, sesak napas sampai terjadinya asma, paru-paru
obstruksi kronis, infeksi saluran napas, dan kanker paru-paru.
Melukai hewan

Selain manusia, kembang api memiliki dampak negatif untuk hewan. Suara
kembang api yang keras dapat membuat hewan stres dan takut. Bahkan
mereka dapat lari dan melukai diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

Misalnya saja, anjing yang berlari ketakutan ke arah jalan raya kemudian tertabrak
oleh pengguna sepeda motor. Bukan hanya si anjing yang bisa terluka, pengguna
sepeda motor tersebut pun berisiko terjatuh dan mengalami cedera .

Kebakaran

Kembang api yang keluar jalur dan mengenai rumah penduduk atau
tumbuhan, dapat menyebabkan kebakaran maupun merusak lingkungan
sekitar.
Bila terjadi kebakaran, bahaya terhadap kesehatan seperti masalah saluran
pernapasan dan luka bakar sangat dapat terjadi. Maka itu, hindari main
kembang api di sekitar perumahan penduduk yang padat dan benda-benda
yang mudah terbakar.

Mencemari air (perairan)


Sisa pembakaran kembang api dan debu yang jatuh dari langit bisa turun ke
perairan seperti sungai dan tempat penampungan air.
Hal ini cukup berbahaya jika diminum karena kembang api mengandung
perklorat yang mudah larut dalam air. Senyawa tersebut cukup berbahaya
karena dapat menghambat pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.
D . Mencari alternatif yang lebih baik.
Sebenarnya, untuk alternatif pengganti kembang api masih belum ada,
karenamasih belum ada benda selain kembang api yang tidak dapat merugikan
manusiadan lingkungan. Selain itu kembang api juga merupakan benda yang
banyakdigunakan dalam acara perayaan hari-hari
penting,adat,keagamaan, upacara pernikahan.
Hal tersebut terjadi karena kembang apimerupakan benda yang dapat
memberikan kesenangan/ sensasi tersendiri darikeindahan bentuk api yang
menyala saat kembang api dimainkan.Walaupun kembang api dapat
memberikan kesenangan/ sensasi tersendiri,masih banyak kegiatan yang lebih
baik untuk memberikan kesenangan yang tidakmerugikan manusia dan
lingkungan selain dengan menyalakan kembang api.
Mungkin dibutuhkan lebih banyak penelitian lagi untuk bisa menilai lebih jauh
dan mendalam perihal dampak kembang api terhadap lingkungan dan juga
kesehatan manusia. Akan tetapi, penelitian yang sudah ada setidaknya
menunjukkan bahwa kembang api bukan tanpa dampak negatif.

Lalu bagaimana kita akan merayakan Tahun Baru tanpa kembang api? Atau
mungkin perayaan-perayaan lainnya? Jawabannya ialah, selalu ada alternatif
yang bisa kita temukan.

Misalnya, pertunjukan air mancur, pertunjukkan laser/cahaya (perlu diingat


bahwa cara ini akan mengkonsumsi banyak listrik), atau sekadar makan malam
dan piknik sederhana bersama dengan orang-orang tersayang, sembari meniup
terompet dan mengucapkan selamat tinggal pada tahun yang berlalu, semuanya
bisa dilakukan di rumah.

Mungkin tradisi kembang api tidak akan berhenti atau hilang begitu saja, atau bahkan
dalam waktu dekat ini. Tetapi kita harus percaya pada masa depan dimana kembang
api tidak menjadi satu-satunya cara untuk merayakan tahun baru dan festival-
festival lainnya.
BAB III : PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada Bab II, dapat kita ketahui bahwasanya


penggunaan kembang api pada perayaan festival, maupun pada hari-hari besar
hanyalah keindahan semata. Sementara efek yang ditinggalkan oleh kembang
api itu sendiri sangat berpengaruh pada Kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Oleh karnanya penggunaan kembang api sebaiknya harus dikurangi.

Daftar Pustaka

Environ. Sci. Technol. 2010, 44, 21, 8295–8301Publication Date: October 1,


20104 https://doi.org/10.1021/es101628

Licudine, J. A., Yee, H., Chang, W. L., & Whelen, A. C. (2012). Hazardous
Metals in Ambient Air Due to New Year Fireworks during 2004–2011
Celebrations in Pearl City, Hawaii. Public Health Reports, 127(4), 440–450.
https://doi.org/10.1177/003335491212700412

Rajyalakshmi Garaga, Sri Harsha Kota; Characterization of PM 10 and Impact


on Human Health During the Annual Festival of Lights (Diwali). Journal of
Health and Pollution 1 December 2018; 8 (20): 181206.
doi: https://doi.org/10.5696/2156-9614-8.20.181206
THAKUR, B. et al.Air pollution from fireworks during festival of lights
(Deepawali) in Howrah, India – a case study. Atmósfera [online]. 2010,
vol.23, n.4, pp.347-365. ISSN 0187-6236.

Anda mungkin juga menyukai