Anda di halaman 1dari 2

Perang Banten Menghadapi Belanda

Banten merupakan bandar pertama yang didatangi Belanda pada tahun 1956. Ketika itu,
Banten telah tumbuh menjadi bandar internasional yang sangat ramai. Jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis menyebabkan pedagang-pedagang menyingkir ke Aceh dan Banten.

Sejak kedatangan belanda kedaerah itu Rakyat Banten telah menyurigai dan menolaknya.
Akan tetapi, kemudian, mereka diterima baik setelah pimpinan rombongan, Cornelis de
Houtman dan Pieter Keyser, menjelaskan bahwa kedatangan mereka untuk berdagang. Namun
, dalam kenyataannyà orang -orang Belanda bersikap kasar dan menimbulkan aneka keonaran.
Akibatnya, beberapa orang Belanda termasuk Cornelis de Houtman ditangkap. setelah
memberi tebusan untuk membebaskan teman- temannya yang disekap penguasa banten
belanda kembali angkat kaki dari banten tanpa membawa apa- apa.

Pada tahun 1598, Belanda datang lagi dipimpin oleh Van Neck dan Warwijk. Belanda
kemudian mengepung Banten. Pada tahun 1659, Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa
menandatangarni perjanjian damai dengan Kompeni. Namun, pada tahun-tahun berikutnya,
Sultan Ageng tetap melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan ekonominya. Usaha tersebut
cukup berhasil. Hal ini terbukti dengan adanya loji-loji Inggris dan Prancis di bandarnya.
Akhirnya, Banten kembali menjadi saingan berat bagi Kompeni yang waktu itu sudah bermarkas
di Batavia.

Pada masa Kerajaan Banten, Meriam Ki Amuk dipergunakan sebagai senjata perang.
Sayangnya, di pihak intern kerajaan Banten itu sendiri, terjadi perpecahan: Sultan Ageng
dengan puteranya yang kemudian terkenal dengan sebutan Sultan Haji. Sultan Haji
merngadakan hubungan gelap dengan Belanda untuk melawan ayahnya. Pada tahun 1680, ia
berhasil merebut kekuasaan ayahnya. Tindakannya itu tidak menyenangkan sebagian-tokoh-
tokoh kerajaan. Pada akhirnya, pecahlah perang terbuka antara ayah dan anak. Kompeni ikut
campur. Dengan bantuan Belanda, pada tahun 1683, Sultan Haji berhasil mengalahkan dan
menawan ayahnya. Pada tahun 1684, Sultan Haji menandatangani perjanjian dengan Belanda
yang isinya menyatakan bahwa Banten takluk kepada kompeni.

Teks di ata untuk menjawab soal

1. Jelaskan pokok bahasan dan simpulan di atas! (10)


2. Suntinglah penggunaan tanda baca dan ejaan pada kalimat pertama dan terakhir
paragraf kedua (berikan garis bawah dengan warna yang berbada pada bagian yang
kalian sunting)! (10)
3. Tulislah empat pokok informasi dari teks di atas! (10)
4. Berdasarkan teks di atas jelaskanlah, apakah yang dapat membangkitkan Banten
sehingga dapat kembali bersaing dengan Belanda? (10)
5. Berdasarkan teks di atas jelaskan dengan bukti, empat karakter kebahasaan yang
terdapat pada teks di atas! (15)
6. Berdasarkan paragraf terakhir teks di atas, (20)
a. tulislah masing- masing satu kalimat yang mengandung frasa nomina koordinatif
dan verba modifikatif, berikan garis bawah pada frasa yang Anda maksud!
b. tulislah masing- masing satu kalimat yang mengandung kata verbalisasi dan kata
nominalisasi , berikan garis bawah pada kata yang Anda maksud!
c. tulislah dua kalimat yang mengandung fakta sejarah
d. jelaskanlah, penggunaan kata ganti pada kalimat di bawah ini merujuk pada siapa?
Pada tahun 1680, ia berhasil merebut kekuasaan ayahnya.
7. Jelaskanlah maksud kata simbol perang terbuka! (5)
8. Tulislah satu kalimat gaya bahasa perbandingan dengan tema sejarah demokrasi
terpimpin! (5)
9. Tulislah satu paragraf orientasi (minimal 4 kalimat, salah satunya harus
mengandung fakta sejarah) dengan tema sejarah demokrasi terpimpin! (15)
Perang Mataram Menghadapi Belanda

Mataram mencapai puncak kejayaannya semasa pemerintahan Sultan Agung


Hanyokrokusumo. Seluruh wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur ada di bawah kekuasaan
Sultan Agung. Hanya Jawa Barat, yang sebagian wilayahnya merupakan kekuasaan VOC, yang
masih belum dapat dikuasai. Pada tahun 1628, Sultan Agung mengadakan serangan mendadak
terhadap benteng Batavia. Di tengah-tengah pertempuran dahsyat, prajurit Mataram kehabisan
perbekalan sehingga serangarn itu mengalami kegagalan dan pimpinannya bernama Baurekso
gugur dalam pertempuran itu.

Sultan Agung segera menghimpun kembali kekuatannya untuk melakukan penyerbuan


berikutnya. Kali ini, sebelum serangan dimulai, telah dipersiapkan perbekalan yang cukup untuk
menunjang kebutuhan makan para prajuritnya. Sepanjang jalan menuju Batavia, dibangun
gudang gudang beras.

Setelah persiapan selesai, kemudian, dilakukan penyerbuan ke Batavia pada tahun 1629.
Benteng VOC dikepung dari segala penjuru membuat serdadu-serdadu Belanda kewalahan.
Kekuatan prajurit Mataram dalam serangan kali ini dilipatgandakan. Namun, Belanda memang
pandai dan licik, melalui kaki-kaki tangannya, VOC berhasil membumihanguskan gudang-
gudang beras Mataram. Akibatnya, prajurit Mataram mengalami lagi kekurangan perbekalan
sehingga serangan ini pun mengalami kegagalan.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Putranya, Amangkurat I, menggantikan


kedudukannya menjadi raja Mataram (1645-1677). Berbeda dengan ayahnya, ia mengizinkan
VOC berdagang di bandar-bandar Mataram. Sebaliknya, Mataram juga diperbolehkan
berdagang di seluruh Nusantara, kecuali di Maluku. Namun, raja-raja Mataram berikutnya tetap
menentang kekuasaan VOC di Mataram. Mereka yang menentang VOC di Mataram, antara lain,
Amangkurat I, Untung Surapati, Paku Buwono II sampai dengan Pangeran Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai