Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Alat Pelindung Diri

1. Pengertian

Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di

tempat kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Republik Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian

tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya

lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja

(Suma’mur, 2017).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian

tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya

lingkungan kerja terhadap kecelakaan atau penyakit akibat kerja

(Tarwaka, 2015).

9
10

2. Tujuan

Tujuan pemakaian alat pelindung diri yang baik dan sesuai standar

keamanan, adalah berupaya melindungi setiap pekerja dari (Anizar,

2009):

a. Tertimpa benda keras dan berat

b. Tertusuk atau terpotong benda tajam

c. Terjatuh dari tempat tinggi

d. Terbakar atau terkena aliran listrik

e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan.

f. Pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan

g. Penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi

h. Terkena radiasi dan gangguan lainnya

3. Kriteria Pemilihan Alat Pelindung Diri

Beberapa kriteria di dalam pemilihan dan penggunaan alat

pelindung diri adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2015):

a. APD harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada pekerja

atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.

b. APD mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan

tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.

c. Bentuknya cukup menarik sehingga pekerja tidak malu memakainya

d. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian


11

e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali

f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran, pernafasan serta

gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang

cukup lama

g. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda

peringatan

h. Suku cadang APD yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran

i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan

j. APD yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini

tertuang dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana setiap pengusaha atau

pengurus perusahaan wajib menyediakan Alat Pelindung Diri secara

cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat

kerja (Tarwaka, 2015).

Macam-macam alat pelindung diri adalah sebagai berikut ini :

a. Sepatu Pengaman

Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap

kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang

menimpa kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin

terinjak, logam pijar, larutan asam dan sebagainya. Biasanya sepatu


12

kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan,

tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu

sepatu dengan ujung berttutup baja dan lapisan baja didalam solnya.

Lapisan baja dalam sol sepatu perlu untuk melindungi pekerja dari

tusukan benda runcing khususnya pada pekerjaan bangunan.

Untuk keadaan tertentu kadang-kadang harus diberikan kepada

tenaga kerja sepatu pengaman yang lain. Misalnya, tenaga pekerja

yang bekerja dibidang listrik harus mengenakan sepatu konduktor,

yaitu sepatu tanpa paku dan logam, atau tenaga kerja ditempat yang

menimbulkan peledakan diwajibkan memakai sepatu yang tidak

menimbulkan loncatan bunga api.

b. Sarung Tangan

Sarung tangan harus disediakan dan diberikan kepada tenaga

kerja dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang

diperlukan. Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan

tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan

dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan

kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya.

Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja

pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat

menyebabkan tertariknya sarung tangan kemesin adalah berbahaya.

Sarung tangan juga sangat membantu pada pengerjaan yang

berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja
13

yang licin.Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk

pengerjaan listrik.

c. Alat pelindung lainnya

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap

bahaya-bahaya kecelakaan.Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja

melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar)

pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan

yang mungkin mendatangkan bahaya. Bagi tenaga kerja wanita

sebaiknya memakai juga celana panjang, ikat rambut, baju yang pas

dan tidak memakai perhiasan-perhiasan yang dapat mengganggu saat

bekerja. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia

korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-

bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis.

5. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya terdiri dari

beberapa macam. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja sesuai

dengan bagian tubuh yang dilindungi, antara lain (Tarwaka, 2015):

a. Alat pelindung kepala

Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang

berputar dan untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau

keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang,


14

percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari. Jenis alat

pelindung kepala antara lain:

1) Tutup kepala

Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu

panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos,

kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air

2) Topi (hats/caps)

Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu

atau mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain

katun.

b. Alat pelindung mata

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari

percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang

melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata,

radiasi gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari, pukulan

atau benturan benda keras.

Alat pelindung mata yang biasa digunakan adalah kacamata

(spectacles) yang mempunyai fungsi untuk melindungi mata dari

partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.

c. Alat pelindung telinga

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas

yang masuk kedalam telinga.


15

1) Sumbat telinga (ear plug)

Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan

sintetis. Ear plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax)

hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (disposable). Sedangkan

yang terbuat dari bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan

berulang kali.

d. Alat pelindung pernafasan

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan

dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau

beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan

pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka

perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar

kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Secara umum, jenis alat

pelindung pernafasan yang banyak digunakan di perusahaan-

perusahaan antara lain :

1) Masker

Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel

yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernafasan.

e. Alat pelindung tangan

Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari

dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,

kontak dengan arus listrik. Sarung tangan terbuat karet untuk

melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik; sarung


16

tangan dari kain/katun untuk melindungi kontak dengan panas dan

dingin.

f. Alat pelindung kaki

Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari

benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda

panas, kontak dengan arus listrik.

g. Alat pelindung tubuh

Digunakan untuk melindungi bagian tubuh dari percikan api,

suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat

berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu

mulai daerah dada sampai lulut atau overall yaitu menutupi suluruh

bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik

PVC/polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi alumunium.

6. Prinsip Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

Prinsip pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan dengan

cara (Tarwaka, 2015):

a. Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan

mencegah timbulnya jamur dan bakteri.

b. Pencucian dengan air sabun untuk alat pelindung diri seperti safety

helm, kacamata, ear plug yang terbuat dari karet, sarung tangan

kain/kulit/karet.
17

c. Penggantian catridge atau canister pada respirator setelah dipakai

beberapa kali.

Agar alat pelindung diri tetap dapat digunakan secara baik, harus

disimpan pada tempat penyimpanan yang bebas debu, kotoran, dan

tidak terlalu lembab serta terhindar dari gigitan binatang.

Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil

dan dijangkau oleh pekarja dan diupayakan disimpan di almari khusus

pelindung alat pelindung diri.

B. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan didefenisikan sebagai hasil penginderaan manusia

terhadap objek yang dialami sehingga melalui proses tersebut terjadi

peningkatan pengetahuan yang baru. Pengetahuan memiliki enam

tingkatan mulai dari mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis dan menyintesis, mengevaluasi, hingga menciptakan

(Notoatmodjo, 2018).

2. Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Notoatmodjo (2018) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah :
18

a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk

menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.

Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan

menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan tinggi

seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b. Media massa/sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee

impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam- macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah, penyuluhan yang mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang


19

c. Social budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruhterhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut

terjadikarena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon

sebagai pengetahuan

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak
20

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut (Notoatmodjo,

2018), tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu :

a. Mengetahui (Know), merupakan level terendah di domain kognitif,

dimana seseorang mengingat kembali (recall) pengetahuan yang telah

dipelajari.

b. Memahami (Comprehension), merupakan level yang lebih tinggi dari

hanya sekedar tahu. Pada level ini pengetahuan dipahami dan

diinterpretasisecara benar oleh individu tersebut.

c. Aplikasi (Aplication), merupakan level dimana individu tersebut dapat

menggunakan pengetahuan yang telah dipahami dan diinterpretasikan

dengan benar ke dalam situasi yang nyata dikehidupannya.

d. Analisa (Analysis), merupakan level dimana individu tersebut mampu

untuk menjelaskan keterkaitan materi tersebut dalam komponen yang

lebih kompleks dalam suatu unit tersebut. Kemampuan analisa ini

seperti menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan

mengelompokkan, membedakan atau membandingkan.

e. Sintesis (Synthesis), merupakan level dimana kemampuan individu

untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang sudah ada.

Kemampuan sintesis ini berupa menyusun, merencanakan,

mengkategorikan, mendesain dan menciptakan.


21

f. Evaluasi (Evaluation), merupakan level dimana individu mampu

untuk melakukan penilaian terhadap materi yang diberikan. Evaluasi

dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat

alternatif keputusan.

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Nursalam, 2017) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil persentasi 76%-100%

2) Cukup : Hasil persentasi 56-75%

3) Kurang : Hasil persentasi

Penilaian pengetahuan dapat menggunakan skala Guttman dengan 2

alternatif jawaban (Sugiyono, 2015), yaitu :

1) Benar : diberikan nilai 1

2) Salah : diberikan nilai 0

Untuk mengukur pengetahuan setiap individu, dapat menggunakan rumus

Guttman sebagai berikut :

1) Benar : diberikan nilai 1

2) Salah : diberikan nilai 0


22

C. Konsep Kepatuhan

1. Pengertian

Istilah kepatuhan (compliance) menurut Pranoto (2007) adalah

sikap suka, menurut perintah, taat pada perintah. Secara sederhana

kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan

berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah

suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan (Slamet, 2007).

Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.

Menurut Evaldiana dalam Pramesti (2017), kepatuhan merupakan

suatu perilaku yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin.

Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini bertahan karena

adanya pengawasan. Perilaku kepatuhan secara optimal jika petugas itu

sendiri menganggap perilaku ini bersifat positif. Faktor yang

mempengaruhi kepatuhan terdiri dari faktor intriksi (pengetahuan, masa

kerja, pendidikan, dan sikap) dan faktor ekstrinsik (kelengkapan APD,

kenyamanan APD, peraturan tentang APD, pengawasan penggunaan

APD).

Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Dalam

Sarwono (2003) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu

diawali dengan proses patuh, identifikasi dan tahap terakhir berupa

internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran / instruksi tanpa

kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin

menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh


23

imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut, tahap ini

disebut tahap kepatuhan (complience). Biasanya perubahan yang terjadi

pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan

selama masih ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur,

perilaku itu pun ditinggalkan.

2. Ciri-ciri sikap kepatuhan

a. Disenangi oleh masyarakat pada umumnya

b. Tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain

c. Tidak menyinggung perasaan orang lain

d. Menciptakan keselarasan

e. Mencerminkan sikap sadar dan patuh

f. Mencerminkan kepatuhan terhadap standar kesehatan.

Perilaku patuh mencerminkan sikap patuh terhadap standar

kewaspadaan yang harus ditampilkan dalam kehidupan sehari baik di

lingkungan keluarga, masyarakat, terutama pada lingkungan

pelayanan kesehatan bangsa (Kemenkes RI, 2011).

3. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

a. Faktor predisposisi (predisposing factor),

mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan, norma sosial, keterlibatan

pekerja, komunikasi, dan unsur lainnya yang terdapat pada diri

individu didalam masyarakat yang terwujud dalam motivasi.


24

1) Pengetahuan

Merupakan hasil penginderaan manusia terhadap objekdi luarnya

melalui indera-indera yang dimiliki. Pada waktu penginderaan

terjadi proses perhatian, persepsi, penghayatan dan sebagainya

terhadap stimulus atau objek diluar subjek. Pengetahuan tersebut

dapat diukur atau diobservasi melalui apa yang diketahui tentang

objek. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku, namun hubungan positif keduanya telah

diperlihatkan oleh banyak penelitian. Tingkat pengetahuan dapat

dinilai dari tingkat penguasaaan individu/seseorang terhadap suatu

objek, pengetahuan digolongkan menjadi 3 kategori yaitu :

a) Baik :76-100 % jawaban benar

b) Cukup : 56-75 % jawaban benar

c) Kurang :< 56 % jawaban benar

2) Sikap

Merupakan reaksi atau respon emosional seseorang terhadap

stimulus atau objek diluarnya.Respon emosional ini lebih bersifat

penilaian atau evaluasi pribadi terhadap stimulus atau objek

diluarnya, penilaian ini dapat dilanjutkan dengan kecenderungan

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Oleh sebab itu

sikap terhadap sesuatu tidak selalu berakhir dengan perilaku yang

sesuai dengan sikap tersebut.


25

3) Tingkat pendidikan

Pendidikan berpengaruh terhadap pola fikir individu. Sedangkan

pola fikir berpengaruh trhadap perilaku seseorang dengan kata lain

pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda

dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi.

Pendidikan keperawatan memiliki pengaruh besar tehadap kualitas

pelayanan keperawatan (Asmadi, 2010). Pendidikan yang tinggi

seseorang pekerja akan melakukan pekerjaan yang cenderung

lebih optimal.

4) Umur

Umur berpengaruh terhadap pola fikir seseorang dan pola fikir

berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Umur seseorang secara

garis besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan

yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan demikian

semakin tua umur maka dalam menerima sebuah interupsi dan

dalam melaksanakan dalam suatu prosedur akan semakin

bertanggung jawab dan berpengalaman. Semakin cukup umur

akan semakin matang dalam berpikir dan bertindak (Evin, 2009).

5) Masa kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan |Kebudayaan

(1991) masa kerja adalah (lama kerja) pengalaman individu yang

akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.

Kreitner & Kinichi (2004) menyatakan bahwa masa kerja yang


26

lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah

organisasi hal disebabkan karena tgelah beraadaptasi dengan

lingkungan yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam

pekerjaannya

b. Faktor pendorong (reforcing factor)

Mencakup sikap dan perilaku yang terdapat pada orang lain yang

terwujud didalam dukungan sosial. Disebutkan bahwa untuk

menjamin tercapainya pelayanan dan kinerja yang efektif dan

efisien,diperlukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program oleh

pimpinan atau supervisor. Pengawasan harus tepat dalam tipe dan

jumlahnya, jika pengawasan tidak adekuat maka aktivitas kegiatan

kinerja akan jauh dari standart yang ditetapkan.

c. Faktor pendukung (enabling factor)

mencakup sumber daya atau potensi pada tiap individu dalam suatu

masyarakat. Terwujud dalam pelatihan, tersedianya fasilitas atau

sarana dalam keselamatan kerja, lingkungan fisik, dan lingkungan

kerja. Dalam hal ini yang menjadi faktor pendukung adalah

ketersediaan sumber daya (fasilitas, alat/bahan ) dan Standart

operasional Prosedur (SOP).

1) Sumber daya, para ahli berpendapat bahwa kegagalan manager

tingkat atas adalah kegagalan memberikan sumber daya yang

diperlukan. Jika sumber daya tidak disediakan, maka persepsi di

tingkat bawahan adalah bahwa kegiatan tersebut bukan merupakan


27

prioritas bila dibandingkan dengan yang disediakan sumber daya

(fasilitas). Sesuai dengan pendapat tersebut dapat dijelaskan

bahwa suberdaya merupakan faktor yang perlu ada untuk

melaksanakannya suatu perilaku. Fasilitas yang tersedia

hendaknya dalam jumlah dan jenis yang memadai dan selalu

dalam keadaan siap pakai. Tidak tersedianya fasilitas, peralatan

ataupun bahan untuk menerapkan suatu pekerjaan sesuai SOP

dapat mempersulit dan menimbulkan masalah dalam

pelaksanaannya.

2) Standar, merupakan nilai ideal yang harus dicapai dalam suatu

kegiatan atau produk. Karena nilai yang diinginkan adalah nilai

ideal maka ukuran yang digunakan biasanya berupa nilai minimal

dan nilai maksimal. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa

setandar operasional prosedur merupakan tingkat ideal suatu

kegiatan yang diinginkan dengan berpedoman pada prosedur yang

telah ditetapkan. Ketersediaan SOP akan membantu petugas dalam

upaya menjaga mutu pada tingkat ideal yang diinginkan dengan

menerapkan langkah-langkah yang telah ditetapkan menggunakan

fasilitas, peralatan bahan sesuai standar yang telah ditentukan.


28

D. Kerangka Teori

Kerangka konsep adalah gambaran dan arahan asumsi mengenai

variable- variabel yang akan diteliti (Notoadmojo, 2017).

Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan

1. Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tingkat pendidikan
PENGGUNAAN APD
d. Umur (ALAT PELINDUNG
e. Masa kerja DIRI)
2. Faktor Pendorong
a. Dukungan social
b. Pengawasan
3. Faktor Pendukung
a. ketersediaan sumber daya : APD
b. standar operasional prosedur
(SOP)

Sumber : Tarwaka (2015) dan Notoadmojo (2018).

Anda mungkin juga menyukai