Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

MODEL PROMOSI KESEHATAN (TRANSTEORITICAL MODEL)

UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

Dosen pengampu: Ns. Yecy Anggreny, M.Kep

Disusun oleh: Kelompok 3

1. Della Candra 23031117


2. Rahmad Gazali 23031109
3. Maulida Afriani Rahmatika 23031093
4. Tasya Diti Amelia 23031105
5. Aisyah Zaty Saimadava 23031103
6. Aulia Sasmita 23031108
7. Siti Raudah 23031085
8. Ananda Maisya Putri 23031095

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep Kebutuhan
Pemenuhan Eliminasi Dengan Gangguan Hemoroid ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Konsep Kebutuhan Pemenuhan Eliminasi Dengan Gangguan
Hemoroid bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk Ns. Yecy Anggreny., M.Kep selaku dosen
pangampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

PEKANBARU, 25 MARET 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang………………………………................................................................4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….......................4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….5

2.1 Pengertian……………………………………………………………………………….5
2.2 Proses Transtheoretical Model………………………………………………………….6
1. Tahap perubahan perilaku………………………………………………………….6
a. Re-contemplation……………………………………………………………...7
b. Contemplation…………………………………………………………………7
c. Preparation………………………………………………………………….....7
d. Action………………………………………………………………………….8
e. Maintenance…………………………………………………………………...8
S
f. Termination……………………………………………………………………8
g. Relaps (kekambuhan)………………………………………………………….9
2. Proses perubahan perilaku………………………………………………………….9
a. Proses perubahan perilaku melalui experiental………………………….........9
b. Proses perubahan perilaku melalui perilaku…………………………………...9
3. Decisional balance (putusan seimbangan)………………………………..............11
4. Self efficacy (kepercayaan diri)…………………………………………..............12
2.3 Kelebihan dan kekurangan………………………………………………….................13

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...................14

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….................14
3.2 Saran…………………………………………………………......................................15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan Diclement, 1983
adalah suatu model yang integrative tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun
dari teori lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang
memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif dari
perubahan perilaku tersebut.
Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu
keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku,
melibatkan pula suatu kepercayaan diri.
The Transtheoretical Model menjelaskan tahapan pembentukan atau
perubahan perilaku dengan memasukkan beberapa komponen utama yaitu, the stages
of change, the processes of change, decisional balance, selfefficacy, dan temptation
(Prochaska & Velicer, 1997). Yang mana decisional balance menyangkut
pertimbangan baik dan buruknya perubahan yang akan dilakukan, self efficacy
menyangkut kepercayaan diri dalam mengatasi situasi yang beresiko tanpa kembali
pada kebiasaan lama serta termination menyangkut hasrat untuk kembali pada
kebiasaan lama (Prochaska dan Velicher, 1997). Tiga komponen tersebut merupakan
variable yang saling terkait dengan stage of change dan processes of change.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa pengertian dari transtheoretical model?
2. Bagaimana proses dari transtheoretical model?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
Menjelaskan pengertian “Transtheoretical Model” serta proses dari
“TranstheoreticalModel”.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Model ranstheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku yang baru dan memberikan
strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan
perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Suatu model yang teoritis
tentang perubahan perilaku, yang telah (menjadi) basis untuk mengembangkan
intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan perilaku kesehatan.
Transteorctical model ini adalah sebuah model integrative pada perubahan perilaku.
Model Transtheoretical adalah model perubahan yang disengaja. Ini
adalah model yang berfokus pada pengambilan keputusan individu. Pendekatan lain
untuk promosi keschatan telah berfokus terutama pada pengaruh sosial terhadap
perilaku atau pengaruh biologis terhadap perilaku. Untuk merokok, sebuah contoh
dari pengaruh sosial akan menjadi model pengaruh peer (Flay, 1985) atau perubahan
kebijakan (Velicer, Laforge, Levesque, & Fava, 1994). Contoh pengaruh biologis
akan model pengaturan nikotin (Leventhal & Cleary, 1980; Velicer, Redding,
Richmond, Greeley, & Swift, 1992) dan terapi penggantian (Fiore. Smith, Jorenby, &
Baker, 1994). Dalam konteks Model Transtheoretical, ini dipandang sebagai
pengaruh luar, berdampak melalui individu.
Model ini melibatkan emosi, kognisi, dan perilaku. Ini melibatkan
kepercayaan pada diri laporan. Misalnya, dalam berhenti merokok, laporan diri telah
terbukti sangat akurat (Velicer, Prochaska, Rossi, & Snow 1992). pengukuran yang
akurat memerlukan serangkaian item jelas bahwa individu dapat merespon secara
akurat dengan sedikit kesempatan untuk distorsi. Pengukuran isu sangat penting dan
salah satu langkah penting untuk aplikasi model melibatkan pengembangan langkah-
langkah pendek, handal, dan berlaku dari kunci konstruksi.
Transtheoretical Model mengusulkan satu set membangun format itu
adalah suatu ruang hasil multivariate dan meliputi ukuran yang adalah sensitif untuk

5
maju di seluruh langkah-langkah. Ini membangun meliputi yang pro dan kontra dari
Decisional Balance Scale, Temptation atau Self-efficacy, dam perilaku target. Suatu
lebih terperinci presentasi dari aspek/pengarah ini pada model disajikan di tempat lain
(Velicer, Prochaska, Rossi, & Diclemente, 1996).

2.2 Proses Transtheoretical Model


1. Tahap perubahan perilaku
Tahap perubahan model pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970-an
dan 1980-an oleh James Prochaska dan Carlo Diclemente di Universitas Rhode
Island ketika mereka belajar bagaimana perokok bisa melepaskan kebiasaan atau
kecanduan, sebagai perubahan perilaku yang menjelaskan proses melalui dari
diperolehnya sebuah perilaku baru hingga pada pemeliharaan perilaku tersebut.
Tahapan perubahan berguna dalam menjelaskan kapan terjadinya perubahan dalam
kognitif, emosi, dan perilaku.

Stage of Change Deskripsi


Pre- contemplation No intention to act in the near future (six months)
Contemplation Intention to change in the near future (six months)
Preparation Intention to take action in the immediate future (1
month); have a plan in action
Action Over action taken within the last six months
Maintanence Change overt behavior for more than 6 months

6
Termination No temptation to relape and 100% self efficacy

a. Re-contemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa
depan yang dapat diduga pada umumnya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang
mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang
konsekuensi dan perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa
motivasi atau mempersiapkan promosi kesehatan.
Pada tahap precontamplation menuju ke contemplation melalui proses:
1) Peningkatan kesadaran ; memberikan informasi.
2) Dramatic relief : adanya reaksi secara emosional.
3) Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke
lingkungan.

b. Contemplation
Orang-orang berniat untuk mengubah perilaku pada 6 bulan berikutnya. Mereka
sadar akan pro mengubah perilaku tetapi juga sangat sadar akan
memberdayakannya. Tahapan ini menyeimbangkan antara biaya dan
keuntungan untuk menghasilkan 2 sifat bertentanggan yang di dapat pada
periode lama.
Belum membuat keputusan yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation
ke preparation melalui proses self-reevaluation yaitu penilaian kembali pada
diri sendiri.

c. Preparation
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak dimasa mendatang.
Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu.
Individu ini mepunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas
pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku
bantuan diri atau bersandar pada suatu perubahan. Pada tahap preparation ke
action melalui proses self liberation.

7
d. Action
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam
model ini perilaku tidak menghitung semua indakan. Langkah action adalah
juga langkah dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak baik lagi
secara kritis. Individu mulai aktif berperilaku yang baru. Pada tahap action ke
maintenance melalui proses:
- Contingency management: adanya penghargaan, bisa berupa punishment
juga.
- Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain untuk
mengubah perilaku.
- Counter conditioning :alternatif lain dari suatu perilaku.
- Stimulus control adanya control pengacu untuk merubah perilaku.

e. Maintenance
Tahap di mana individu telah membuat perubahan yang terlihat/besar dalam
gaya hidup mereka dan juga berusaha untuk mencegah perilaku lamanya
kembali, tetapi mereka tidak mengaplikasikan proses sebanyak ketika tahapan
action. Di tahapan ini, individu akan kurang tergoda untuk kembali ke perilaku
lamanya dan kepercayaan diri mereka akan bertambah untuk meneruskan
perubahan mereka.

f. Termination
Individu yang telah berada pada tahap ini memiliki kepercayaan diri 100% dan
terhindar dari godaan. Sekalipun mereka depresi, cemas, bosan, kesepian,
marah, atau stress, individual pada tahapan ini yakin bahwa mereka tidak akan
kembali ke gaya hidup tidak sehat sebagai salah satu cara coping. Seolah-olah,
perilaku baru mereka telah menjadi suatu kebiasaan.

8
g. Relaps (kekambuhan)
Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema dapat
terjadi pada proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan
merupakan kembalinya seseorang pada kebiasaan yang lama. Biasanya pada
tahap pelaksanaan (action) maupun pemeliharaan (maintenance) kekambuhan
dapat terjadi, apalagi bila seseorang tidak mendapatkan dukungan positif dari
lingkungannya.

2. Proses perubahan perilaku


Proses perubahan berguna untuk membantu menjelaskan bagaimana
strategi atau teknik untuk modifikasi terjadinya perubahan tersebut. Proses
Perubahan adalah kegiatan terselubung maupun terbuka yang digunakan orang
untuk maju melalui tahap-tahap. Proses perubahan memberikan panduan penting
bagi program intervensi, karena proses adalah variabel independen bahwa orang
perlu untuk mencrapkan, atau terlibat dalam, untuk berpindah dari panggung ke
panggung.
Sepuluh proses (prochaska & DiClemente, 1983; Prochaska, Velicer,
DiClemente,& Faya, 1988) telah menerima dukungan yang paling empiris dalam
penelitian kami sampai saat ini. Lima pertama diklasifikasikan sebagai Proses
Experiential dan digunakan terutama untuk tahap awal transisi. Lima terakhir
diberi label Proses Perilaku dan digunakan terutama untuk transisi tahap
selanjutnya.
a. Proses Perubahan Perilaku Melalui Experiental

Proses Perubahan Definisi dan Contoh


Consciousness Raising Usaha untuk mencari informasi baru dan
(Peningkatan Kesadaran) memahami keuntungannya melalui informasi,
pendidikan dan umpan balik dari perilaku yang
bermasalah.
Exp: Saya ingat oramg-orang informasi yang telah
memberi saya tentang cara berhenti merokok.
Drama Relief Perasaan tajkut, cemas, atau khawatir karena

9
perilaku tidak sehat, atau inspirasi perasaan dan
harapan ketika mereka mendengar tentang
bagaimana orang dapat mengubah perilaku sehat.
Exp; Saya bereaksi secara emosional terhadap
peringata tentang merokok.
Enviromental Menyadari bagaimana perilaku tidak sehat mereka
Reevalution mempengaruhi orang lain dan bagaimana mereka
bisa memiliki efek yang lebih positif dalam
mengubah.
Exp: Saya menganggap pandangan bahwa
merokok dapat berbahaya bagi lingkungan.
Social Liberation Menyadari bahwa masyarakat yang lebih
(Kebebasan Sosial) mendukung perilaku sehat.
Self Reevaluation Menyadari bahwa perilaku sehat merupakan
bagian penting dar mereka.
Exp: Ketergantunggan saya pada rokok membuat
saya meras kecewa dalam diri saya.

b. Proses perubahan perilaku melalui perilaku

Proses Perubahan Definisi dan Contoh


Stimulus control Mengendalikan situasi dan penyebab lain yang
memicu perilaku tidak sehat muncul kembali
orang lain dengan mengingat dan isyarat yang
mendorong perilaku yang sehat sebagai pengganti
bagi mereka yang mendorong perilaku tidak
sehat.
Exp: Saya menghapus hal-hal yang dari rumah
saya yang mengingatkan saya merokok.
Helping Relationship Menemukan oaring-orang yang mendukung
perubahan mereka.

10
Exp: Saya memiliki seseorang yang
mendengarkan ketika saya perlu bicara tentang
merokok saya.
Counter Conditioning Mengganti cara berfikir tidk sehat menjadi cara
berfikir yang sehat.
Exp: Saya menemukan bahwa melakukan hal-hal
lain dengan tantangan saya adalah pengganti yang
baik untuk merokok.
Reinforcement Pemberian penghargaan kalau bisa berubahan
Management perilaku sehat.
Exp: Saya beri hadiah sendir ketika saya tidak
merokok.
Self Reevaluation Menyadari bahwa perilaku sehat merupakan
bagian penting dari mereka.
Exp: Ketergantungan saya pada rokok membuat
saya merasa kecewa dalam diir saya.
Self Liberation Percaya pada kemampuan untuk bisa berubah dan
membuat komitmen bertindak berdasarkan
keyakinan itu.
Exp: Aku membuat komitmen untuk tidak
merokok.

3. Decisional balance (putusan seimbangan)


Pengambilan keputusan dikonseptualisasikan sebagai “neraca” untuk
keputusan dengan mengkomparasi antara keuntungan dan kerugian perubahan
perilaku. Dua komponen keseimbangan putusan, pro dan kontra, telah menjadi
konstruksi kritis dalam model transtheorctical. Individu mengalami perubahan
dengan cara yang kritis berdasarkan tahap perubahan (stage of change) dan
keseimbangan putusan.
Ketika seorang individu dalam tahap pre-contemplation, demi menjaga
perilaku yang ada, pro yang mendukung perubahan perilaku sebanding dengan

11
kontra relatif untuk perubahan. Pada tahap pre-contemplation, pro dan kontra
cenderung untuk membawa bobot yang sama, sehingga meninggalkan ambivalen
individu terhadap perubahan.
Jika terjadi ketidakseimbangan keputusan, seperti pro mendukung
perubahan lebih besar dari kontra untuk menjaga perilaku idak schat, banyak orang
pindah ke tahap persiapan atau bahkan tahap aksi. Untuk individu yang memasuki
tahap pemeliharaan, pro mempertahankan perubahan perilaku harus lebih besar
daripada yang kontra mempertahankan perubahan dalam rangka mengurangi risiko
kambuh.
Penelitian telah menemukan hubungan berikut antara yang pro, kontra,
dan tahap perubahan perilaku di 48 dan lebih dari 100 populasi diteliti dapat
menujukkan yaitu:
a. Perubahan dari kontra lebih besar daripada pro dalam tahap precontemplation.
b. Pro kontra melampaui pada tahap menengah
c. Pro lebih besar daripada kontra dalam tahap aksi

Decisional Balance membangun cerminan individu yang menimbang dari


baik buruknya dari mengubah. Berasal dari model Mann's dan Janis, pengambilan
keputusan itu mencakup empat kategori dari pro (laba yang sebagai penolong).
Bagaimanapun, suatu test yang empiris ari model mengakibatkan suatu banyak
struktur yang lebih sederhana. Hanya dua faktor, yang pro dan kontraditemukan.

4. Self efficacy (kepercayaan diri)


Mencerminkan tingkat kepercayaan individu memiliki perubahan yang
diinginkan dalam menjaga perilaku mereka dalam situasi yang sering memicu
kambuh. Hal ini juga diukur dengan kemungkinan individu merasa tergoda untuk
kembali ke perilaku bermasalah mereka dalam situasi berisiko tinggi. Pada tahap
pre-contemplation dan contemplation, godaan individu untuk terlibat dalam
perilaku bermasalah jauh lebih besar.
Dalam penelitian, biasanya ditemukan tiga faktor yang mencerminkajenis
yang paling umum pada situasi: mempengaruhi negatif atau gangguan emosi,

12
situasi sosial yang positif, dan keinginan. Untuk individu pada tahap persiapan
aksi, ada perbedaan antara self-efficacy dan godaan individu, dan perubahan
perilaku tercapai. Kambuh sering terjadi dalam situasi ketika godaan mengalahkan
perasaan, dan self-efficacy untuk menjaga perubahan perilaku yang dinginkan.
Self-Elficacy membangun kehadiran keyakinan situasi yang spesifik yang
orang-orang mempunyai bahwa mereka dapat mengatasi situasi yang resiko-tinggi
tanpa relapsing kepada kebiasaan tak sehat atau yang resiko-tinggi mereka.
Situational Temptation Measure (Diclemente, 1981, 1986; Velicer,
DiClemente, Rossi, & Prochaska, 1990) cerminkan intensitas dari himbauan untuk
terlibat dalam suatu perilaku yang spesifik ketika di tengah-tengah situasi yang
sulit.
Situational Self-efficacy Measure tidak cerminkan keyakinan dari individu
untuk terlibat dalam suatu perilaku yang spesifik ke seberang satu rangkaian ke
situasi yang sulit. Keduanya ukuran Temptation dan Self-efficacy mempunyai
struktur yang sama.
Ukuran Temptation/Self-efficacy adalah terutama sckali sensitif pada
perubahan yang dilibatkan sedang dalam proses di langkah-langkah yang
kemudiannya adalah meramal yang baik dari berbuat tidak baik lagi.

2.3 Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan dari teori ini adalah teori ini mudah untuk diterapkan untuk
memberikan kesadaran pada perilaku individu yang tidak memerlukan perubahan
drastic dalam perilakunya dalam tempo cepat akan tetapi perubahan secara bertahap
dam memerlukan waktu dan suasana kondusif.
Kelemahan dari teori ini adalah jika tidak ada intervensi yang
direncanakan, individu akan terjebak pada tahap awal. Selain itu proses teertentu dan
prinsip-prinsip tertentu perlu diterapkan di tiap tahap agar terjadi kemajuan di tiap
tahapnya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
The Transtheoretical Model dan Consciousness Raising mempunyai
implikasi umum untuk semua aspek dari implementasi dan pengembangan
intervensi. Kita akan dengan singkat menguraikan bagaimana berdampak pada di
lima arca: perekrutan, ingatan, kemajuan, proses, dan hasil.
Transtheoretical Model adalah suatu model yang sesuai untuk perekrutan
dari suatu keseluruhan populasi. Intervensi yang tradisional sering berasumsi bahwa
individu adalah siap untuk suatu perubalan perilaku segera dan yang peranen.
Strategi perckrutan ceminkan asumsi dan, sebagai hasilnya, itu hanya suatu proporsi
yang sangat kecil dari populasi mengambil bagian. Di kontras, Transtheoretical
Model tidak membuat apapun asumsi tentang bagaimana individu siap adalah untuk
ubah. Untuk mengenali individu yang berbeda itu akan berada di langkah-langkah
yang berbeda dan intervensi sesuai itu harus dikembangkan untuk semua orang.
Sebagai hasilnya, daftar biaya pengiriman barang-barang keikutsertaan yang sangat
tinggi telah dicapai.
Transtheoretical Model dapat memudahkan suatu analisa dari mekanisme
mediational itu. Intervensi adalah nampaknya akan seeara diferensial efcktif dengan
membangun dan hubungan yang tergambar jelas, model dapat memudahkan suatu
analisa proses dan pemandu peningkatan dan modifikasi dari intervensi itu.
Transtheoretical Model dapat mendukung suatu penilaian yang lebih
sesuai tentang hasil. Intervensi harus dievaluasi dalam hal dari dampak mercka,
yaitu perekrutan menilai kemanjuran. Intervensi yang didasarkan pada
Transtheoretical Model mempunyai potensi untuk mempunyai kedua-duanya adalah
suatu kemanjuran yang tinggi dan suatu tingkat tarif perekrutan yang tinggi, dengan
begitu secara dramatis meningkatkan potensi yang berdampak pada di keseluruhan
populasi dari individu dengan resiko kesehatan yang tingkah laku.

14
3.2 Saran
Bagi kita calon tenaga kesehatan yang berada di disiplin keilmuan kesehatan dan
keselamatan kerja (3K) sangat penting untuk memahami transtheoretical model
sebagai salah satu model yang bagus untuk diterapkan dalm menegakkan kesehatan
dan di lingkungan kerjanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Glanz, Karen, Rimer, Barbara K., & Viswanath, K., (2008). Health Behavior andHealth

Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. San Fransisco:Jossey Bass

https://www.academia.edu/29813822/THE_TRANSTHEORETICAL_MODEL

http://mynewhloglindut.blogsnot.com/2016/11/transtheoretical_model-mata-kuliah.html

Lenio, James A. Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change. Diakses


melalui

http://www.nwvstout.cdulcontcnthrs/2006/14lcnio.pdf_

Ogden, J. Health Psichology. Open University Press Buckingham Philadelphia

Prochaska, James O. & Velicer, Wayne F. (1997). The Transtheoretical Model of Health

Behavior Change. American Journal of Health Promotion, 12(1), 38-48. Diakses


melalui http://uci.ics.uci.edu/websiteContent/weAreLuci/biographies/faculty/
djp3/LocalCopy/prchaska.pdf

The Transtheoretical Model(http://www.prochange.com/transtheoretical-model-


ofbehaviot-change).

16

Anda mungkin juga menyukai