Anda di halaman 1dari 10

THE TRANSTHEORITICAL MODEL

DAN PENERAPANNYA DIBIDANG KESEHATAN IBU DAN


ANAK

Oleh :

Melsa Oktavia, S.Keb., Bd.

NIM : 101614153039

PROGRAM STUDI PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


MINAT STUDI KESEHATAN IBU DAN ANAK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. Sejarah The Transtheoritical Model

Banyak teori yang berusaha melakukan pendekatan dalam menjelaskan


pembentukan perilaku sehat. Salah satunya adalah The Transtheoritical Model
(TTM). Teori ini melakukan pendekatan dengan menggunakan tahapan dalam
menjelaskan perubahan atau pembentukan perilaku sehat. Asumsi dasar model ini
adalah pada dasarnya individu tidak dapat mengubah perilaku dalam waktu yang
singkat, terutama pada perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari (Prochaska &
Velicer, 1997).

The Transtheoritical Model (TTM) dikembangkan pada tahun 1980an oleh


sekelompok peneliti yaitu Prochaska and DiClemente di University of Rhode Island
(Conner & Norman, 2003). Teori ini muncul melalui analisa komparatif dari
integrasi sistematis menggunakan lebih dari 300 teori psikoterapi dan teori
perubahan perilaku (Prochaska & Velicer, 1997). Pada awalnya, teori ini digunakan
dalam konteks klinis untuk mendeskripsikan proses perubahan perilaku pada
perilaku kecanduan (Povey et al, 1999). Selanjutnya, TTM mulai diaplikasikan
secara luas bahkan diluar konteks klinis. TTM adalah model-tahapan yang dominan
digunakan dalam kesehatan psikologi dan promosi kesehatan (Conner & Norman,
2003).

2. Definisi The Transtheoritical Model

The Transtheoritical Model adalah model pembentukan perilaku yang


berfokus pada kemampuan individu dalam membuat keputusan daripada pengaruh
sosial dan biologis (Velicer, Prochaska, Fava, Norman, & Redding, 1998; Scholl,
2002 dalam Lenio, n.d). Dalam menjelaskan pembentukan perilaku sehat, teori ini
menggunakan tahapan-tahapan yang mana dalam setiap tahapan terdapat proses
pengambilan keputusan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Teori ini
menggunakan dimensi waktu yaitu tahapan perubahan perilaku, untuk
mengintegrasikan proses dan prinsip perubahan perilaku dari berbagai teori
intervensi (Prochaska & Velicer, 1997).
The Transtheoritical Model menjelaskan tahapan pembentukan atau
perubahan perilaku dengan memasukkan beberapa komponen utama yaitu, the
stages of change, the processes of change, decisional balance, self-efficacy, dan
temptation (Prochaska & Velicer, 1997). Decisional balance menyangkut
pertimbangan baik dan buruknya perubahan yang akan dilakukan, self efficacy
menyangkut kepercayaan diri dalam mengatasi situasi yang beresiko tanpa kembali
pada kebiasaan lama serta termination menyangkut hasrat untuk kembali pada
kebiasaan lama (Prochaska dan Velicher, 1997). Tiga komponen tersebut
merupakan variabel yang saling terkait dengan stage of change dan processes of
change.

3. Tahapan Perubahan Perilaku

Tahapan perubahan (stage of change) merupakan bagian penting dalam


konstruksi TTM karena menggambarkan dimensi waktu (Prochaska & Velicer,
1997). Perubahan terjadi melalui tahapan-tahapan dan terjadi dalam periode waktu
tertentu. TTM mengemukakan enam tahap dalam perubahan perilaku. Enam
tahapan tersebut meliputi, precontemplation, contemplation, preparation, action,
maintenance dan termination (Prochaska dan Velicher, 1997).

a. Precontemplation

Tahap pertama adalah precontemplation. Pada tahap ini seseorang tidak


memiliki niat untuk berubah untuk waktu yang akan datang, biasanya dihitung
selama 6 bulan ke depan (Prochaska dan Velicher, 1997). Niat untuk berubah tidak
mucul bisa disebabkan oleh kurangnya informasi tentang perilaku mereka. Pada
tahap ini mereka cenderung menghindari membaca, memikirkan, dan
membicarakan tentang resiko-resiko atas kebiasaannya (Prochaska dan Velicher,
1997).

b. Contemplation

Tahap selanjutnya adalah contemplation. Pada tahap ini seseorang mulai


memiliki niatan untuk berubah dalam 6 bulan ke depan (Prochaska dan Velicher,
1997). Mulai memperhatikan baik buruknya perubahan yang akan dijalani. Proses
menimbang antara baik dan buruk bisa membuat seseorang berada pada tahap ini
dalam periode yang cukup panjang (Prochaska dan Velicher, 1997).

c. Preparation

Selanjutnya adalah tahap preparation. Pada tahap ini seseorang bermaksud


berubah dalam waktu dekat, biasanya dihitung dalam waktu satu bulan. Mereka
bisasanya telah memiliki rencana yang mengarah pada usaha perubahan, seperti
mengikuti kelas edukasi kesehatan, konsultasi atau olahraga (Prochaska dan
Velicher, 1997).

d. Action

Setelah melakukan preparation, seseorang akan masuk pada tahap action.


Pada tahap ini seseorang telah melakukan modifikasi gaya hidup spesifik yang jelas
terlihat berbeda dari 6 bulan sebelumnya (Prochaska dan Velicher, 1997). Pada
TTM, action hanya salah satu dari 6 tahap yang ada. Tidak semua modifikasi
perilaku dihitung sebagai action, hanya perilaku yang memenuhi kriteria dan
disepakati oleh para ilmuan dan para professional (Prochaska dan Velicher, 1997).

e. Maintance

Setelah melakukan perubahan perilaku secara spesifik, selanjutnya masuk


pada tahap maintance. Tahap ketika seseorang berusaha menjaga agar perilaku lama
yang ia tinggalkan tidak kembali lagi (Prochaska dan Velicher, 1997). Dalam tahap
ini, seseorang kurang tertarik untuk kembali melakukan kebiasaan lamanya dan
semakin meningkatkan kepercayaan dirinya bahwa ia dapat meneruskan perubahan
perilaku yang telah dilakukan. Berdasarkan tempation dan data self afficacy,
diperkirakan maintenance ini berlangsung sekitar 6 bulan sampai 5 tahun
(Prochaska dan Velicher, 1997).

f. Termination

Pada tahapan terakhir, termination, seseorang sudah tidak memiliki hasrat


sama sekali untuk kembali pada kebiasaan lamanya yang tidak sehat serta memiliki
self efficacy 100%, sehingga apapun yang terjadi padanya, entah itu depresi, bosan,
cemas, sendirian, marah, atau stres, mereka tidak akan pernah kembali pada
kebiasaan lamanya yang tidak sehat (Prochaska dan Velicher, 1997).

Regresi terjadi ketika individu kembali ke tahap awal perubahan. Relapse


adalah salah satu bentuk regresi (pada substance use), regresi melibatkan
dari action atau maintenance untuk tahap awal. Namun, orang dapat mundur dari
setiap tahap ke tahap awal. Pada kasus merokok dan olahraga hanya sekitar 15%
orang mundur sampai ke tahap pre-contemplation. Mayoritas regresi
ke contemplation atau preparation.

4. Proses Perubahan Perilaku

Menurut Prochaska dan Velicher (1997), proses perubahan (processes of


change) adalah aktivitas tampak dan tidak tampak yang digunakan untuk melalui
suatu tahapan. Proses perubahan memberikan panduan penting dalam program
intervensi. Proses merupakan variabel independen yang seseorang butuhkan untuk
melakukan perubahan dari tahap ke tahap (Prochaska dan Velicher, 1997). Terdapat
10 proses yang telah mendapatkan dukungan paling empiris dalam penelitian
sampai saat ini (Prochaska dan Velicher, 1997), diantaranya adalah :

1. Consciousness raising, proses peningkatan kesadaran dapat dilakukan


dengan melakukan feedback (umpan balik), edukasi, konfrontasi,
interpretasi, bibliotherapy, dan kampanye media tentang penyebab,
konsekuensi, dan penyembuhan untuk masalah perilaku yang ingin diubah.
2. Dramatic relief, proses ini dilakukan untuk meningkatkan pengalaman
emosional yang diikuti dengan pengurangan pengaruh jika tindakan yang
tepat dapat diambil. Psikodrama, role playing, testimoni personal, dan
kampanye media adalah contoh teknik yang dapat menggerakkan seseorang
secara emosional.
3. Self-reevaluation, menggabungkan penilaian kognitif dan afektif dari citra
diri seseorang dengan dan tanpa kebiasaan tidak sehat tertentu. Klarifikasi
nilai, role model yang sehat, dan imagery adalah teknik yang dapat
mengubah seseorang secara evaluatif.
4. Environmental reevaluation, menggabungkan penilaian afektif dan kognitif
tentang ada atau tidaknya dan bagaimana kebiasaan pribadi mempengaruhi
lingkungan sosial seperti pengaruh merokok pada orang lain. Hal tersebut
bisa juga termasuk kesadaran bahwa ia telah menjadi model peran positif
atau negatif bagi orang lain. Pelatihan empati, dokumenter, dan intervensi
keluarga dapat mengawali environmental reevaluation.
5. Self-liberation, suatu kepercayaan bahwa seseorang dapat berubah dan
berkomitmen untuk melakukan apa yang diyakini. Resolusi tahun baru,
kesaksian publik, dan pilihan tindakan yang lebih dari satu dapat
meningkatkan self-liberation atau yang biasa disebut sebagai kekuatan
kemauan.
6. Social liberation, menyangkut kebutuhan akan kesempatan sosial atau
alternatif khususnya bagi orang-orang yang terganggu oleh perilaku tidak
sehat seseorang. Advokasi, prosedur pemberdayaan, dan kebijakan yang
tepat dapat meningkatkan hal ini. Misalnya zona bebas asap dan peraturan
dilarang merokok.
7. Counterconditioning, proses ini menunjukkan diperlukannya pembelajaran
perilaku sehat yang dapat menggantikan perilaku yang bermasalah.
Misalnya relaksasi sebagai counter stress, makanan bebas lemak sebagai
pengganti makanan yang berkalori banyak.
8. Stimulus control, menghilangkan kebiasaan yang tidak sehat dan
menambah anjuran alternatif yang lebih sehat. Penghindaran, rekayasa
ulang lingkungan, dan kelompok bantuan dapat mendukung perubahan dan
mengurangi risiko untuk kambuh. Menggunakan tangga atau
mencanangkan jalan kaki menuju kantor sebagai upaya menurunkan berat
badan adalah contoh dari stimulus control.
9. Contingency management, membuktikan konsekuensi untuk pengambilan
langkah dalam instruksi tertentu. Meskipun penguatan dapat dilakukan
dengan memberikan punishment,akan tetapi reward lebih mudah membuat
seseorang melakukan perubahan diri dibanding dengan reinforcement.
10. Helping relationship, merupakan kombinasi kepedulian, kepercayaan,
keterbukaan dan penerimaan serta dukungan untuk perubahan perilaku
sehat. Rapport building, aliansi terapi, konseling, dan buddy system dapat
menjadi sumber dari dukungan sosial.
Promosi, edukasi, dan intervensi kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan komponen dalam TTM. Prochaska dan Velicher (1997) mengawali
mengaplikasikan transtheoritical model dalam upaya intervensi menghentikan
merokok. Proses intervensi tersebut diawali dengan mengklasifikasikan partisipan
menggunakan stage of change dalam TTM. Selanjutnya dilakukan intevensi sesuai
dengan tahapan dimana partisipan tersebut berada. Di setiap tahapan, intervensi
meliputi self-help manuals, feedback report berdasarkan asesmen dari, decisional
balance, process of change, self efficacy dan temptation (Prochaska dan Velicher,
1997).

Selain perilaku merokok, terdapat beberapa perilaku sehat yang


mengaplikasikan TTM, diantaranya adalah perilaku diet, panic disorder, prevensi
AIDS, eating disorder dan obesitas (Prochaska dan Velicher, 1997). Komponen
TTM digunakan untuk melakukan asesmen dan intervensi dalam pembentukan
perilaku sehat. Pada umumnya, asesmen dilakukan untuk mengetahui posisi
partisipan dalam stage of change. Selanjutnya, intervensi dilakukan sesuai dengan
posisi partisipan dalam stage of change. Intervensi juga didasari pada process of
change, decisional balance, self efficacy dan temptation seseorang.

Melalui kriteria yang telah ditetapkan pada setiap stage of change, TTM dapat
diterapkan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan bagaimana perilaku seseorang
dapat berubah. Misalnya, ketika seseorang tidak memiliki niat untuk berubah, maka
dia berada pada tahap precontemplation. Sehingga intervensi yang dapat dilakukan
agar niat berubah muncul adalah dengan memberi informasi tentang perilaku sehat
sehingga kesadarannya untuk berubah meningkat. Begitu juga dalam tahapan
selanjutnya, intervensi disesuaikan dengan tahapan yang sedang dijalani oleh
seseorang.

Melalui komponen-komponennya, TTM dapat mengidentifikasi dan


menjelaskan bagaimana seseorang mengubah perilakunya. Menurut Prochaska et
al. (1994) TTM dapat digeneralisasikan pada berbagai masalah perilaku dengan
populasi yang beragam (Lenio, n.d). Hal tersebut menjadi kelebihan bagi teori ini
karena tidak semua teori dapat digeneralisasikan dengan mudah. Dalam sebuah
studi, Rodgers et al (2001) juga mendukung bahwa prinsip TTM dapat
diaplikasikan pada berbagai populasi, seperti medis, industri, dan pemerintahan
(Lenio, n.d).

Meskipun begitu, TTM tidak lepas dari kritik. Menurut Bandura (1997) dalam
Lenio (n.d) faktanya manusia terlalu kompleks dan multidimensi untuk
dikategorikan dalam tahapan yang diskrit. Sutton (2001) juga menyebutkan bahwa
terdapat masalah dalam metode yang digunakan untuk menentukan tahapan
seseorang dalam stage of change (Lenio, n.d). Selain itu, Kraft dkk (1999)
mengemukakan bahwa tidak ada alasan teoritis yang mendasari pembagian waktu
enam bulan dalam setiap tahapan (Lenio, n.d). Hal tersebut menunjukkan bahwa
pembagian dan penentuan tahapan bagi seseorang tidak dapat dengan mudah
dipastikan.

5. Aplikasi Pada Bidang Kesehatan Ibu dan Anak

Kasus : Seorang ibu hamil yang suka mengkonsumsi makanan tak sehat seperti
tinggi lemak, karbohidrat dan protein sehingga ibu mengeluh sering pusing dan
pandangan kabur. Setelah periksa ternyata ibu mengalami hipertensi dalam
kehamilan. Penyelesaian dengan teknik TTM yaitu sebagai berikut :

a. Precontemplation

Pada awalnya ibu tidak memiliki niat untuk merubah pola makannya karena
ibu merasa pola makannya baik-baik saja. Ibu cenderung menghindari membaca,
memikirkan, dan membicarakan tentang resiko-resiko atas kebiasaannya tersebut.

b. Contemplation

Ibu mulai merasa bahwa keadaanya saat ini berhubungan dengan pola
makannya. Ibu mulai memiliki niatan yaitu dengan memikirkan baik buruknya
perubahan yang akan dijalaninya.

c. Preparation

Pada tahap ini ibu mulai mencari tahu tentang pola makan yang baik dan
sehat, gaya hidup yang sehat dan cara menghilangkan tekanan darah yang tinggi.
Ibu melakukan konsultasi pada tenaga kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan.
d. Action

Setelah melakukan preparation, ibu melakukan modifikasi gaya hidup


spesifik yaitu dengan melakukan diet makanan yang dianjurkan dan dilarang untuk
dikonsumsi. Ibu mulai merubah pola makannya dan pilihan jenis makanan yaitu
menghindari asupan berlebih kandungan lemak, kolesterol dan makanan tidak sehat
lainnya.

e. Maintance

ibu berusaha menjaga agar perilaku lama yang ia tinggalkan tidak kembali
lagi yaitu tidak lagi mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak. Ibu sudah
yakin dan bisa mengontrol dirinya untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
berefek meningkatkan tekanan darahnya yang dapat berefek menjadi preeklamsia.

f. Termination

ibu benar-benar meninggalkan kebiasaan buruknya dan tetap menjaga pola


hidup yang jauh lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and


Practice with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press

DiClemente, C. C., & Prochaska, J. O. (1982). Self-change and therapy change of


smoking behavior: A comparison of processes of change in cessation and
maintenance. Addictive Behaviors, 7, 133-142.

Lenio, J. A. (n.d.). Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change.


Journal of Student Research, 7386.

Povey, R., Conner, M., Sparks, P., James, R., & Shepherd, R. (1999). A critical
examination of the application of the Transtheoretical Model s stages of change
to dietary behaviours, 14(5), 641651.

Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997). The Transtheoretical Model of Health


Behavior Change. American Journal of Health Promotion, Vol. 12, No. 1, pp. 38-
48.

Velicer, Prochaska, Fava, dkk. (1998). Smoking Cessation and Stress Management:
Applications of the Transtheoretical Model of behavior change. Homeostasis, 38,
216-23.

Anda mungkin juga menyukai