1. Tepuk tangan untuk anda semua karena akhirnya bisa memutuskan untuk hubungan anda disahkan secara gereja katolik. Banyak pasangan muda katolik sekarang yang kumpul kebo. Ada yang belum mau nikah karena alasan belum ada penyelesaian secara adat, ada yang harus menunggu babi atau anjing sebesar sapi dan atau semua harus ditanggung orang tua. Alasan yang terakhir perlu diluruskan. Saat memilih dan memutuskan untuk menikah atau berumah tangga maka andalah yang harus bertanggung jawab atas semua hajatan pernikahanmu. Itulah bagian dari tanggung jawab anda sebagai sebuah keluarga baru. Untuk itu maka harus kerja. Yang belum ada pekerjaan harus cari. 2. Pekerjaan menghasilkan pendapatan atau Vit U. Seperti lagu Rijal. Tidak ada penghasilan mau kasi makan anak/istri atau suami dengan apa? Makan cinta? Kalau sudah punya uang perlu management keuangan rumah tangga yang baik. Jangan pengeluaran lebih besar dari pendapatan. Supaya akhirnya bisa punya rumah sendiri. Contoh di TV. Dasar Biblis: 1 Korintus 10:31; Roma 14:8; Kolose 3:23-24 3. Bila ada masalah antara suami dan istri wajib diselesaikan berdua di rumah, bukan di jalan, medsos atau dengan cara kekerasan. Ingat janji nikah. Orang tua maupun siapapun tidak boleh ikut campur dalam urusan rumah tanggamu tapi apabila dirasa ada hal positif yang disampaikan demi keutuhan rumah tangga anda boleh didengarkan dan dilakukan. Untuk itu maka baik suami atau istri harus ada rasa saling percaya, jujur, selalu membangun komunikasi yang baik. Kalau ada salah sampaikan dengan baik-baik : “sahang Beta minta maaf karena sudah begini atau begitu” atau biasakan sampaikan terimakasih kepada istri atau suami yang telah melakukan sesuatu. Sesekali pujilah istri atau suamimu : sayang ko tambah cantik, manis, ganteng dll. Cerita: MOP lupa nenek pu nama. Yang LDR juga begitu yang penting jangan dengar orang lain. Semua perbuatan, perkataan yang keluar dari masing- masing kita itulah bekal untuk anak-anak kita kelak sehingga harus hati-hati. 4. Keluarga sebagai Gereja kecil dibina dengan serius agar tercapai kebahagiaan, seperti yang tercantum dalam tujuan perkawinan. Keharmonisan dapat terjalin apabila pasangan yang akan menikah memiliki kesiapan baik secara fisik maupun mental. Satu hal yang menjadi tolok ukur secara fisik adalah usia laki-laki dan perempuan saat menikah sesuai dengan ketentuan Gereja dan pemerintah. Tidak lupa pendidikan iman dalam keluarga. Jangan anak lebih rajin dari orang tua atau sebaliknya. Pendidikan Kristiani itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya merekayang telah dibaptis langkah demi langkah Semakin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin Menyadari kurnia iman yang telahmereka terima; supaya mereka belajar menyembah Allah Bapa dalam Roh dankebenaran (lih. Yoh 4:23), Terutama dalam perayaan Liturgi ; supaya mereka dibinauntuk menghayati hidup mereka SebagaiManusia baru dalam kebenaran dankekudusan yang sesungguhnya (Ef 4:22- 24); supaya dengan demikian merekamencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengankepenuhan Kristus (lih. Ef 4:13), dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh Mistik. Selain itu hendaklah umat beriman menyadari panggilan mereka, danmelatih diri untuk Memberi kesaksian tentang harapan Yang ada dalam dirimereka (lih. 1Ptr 3:15) serta mendukung perubahan dunia menurut tata-nilai Kristiani … ikut misa biar bacaan hari itu menjadi patokan hidup. Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup. ”