INDONESIA
Penyusun
4.2.3 Kejelasan.............................................................................................................................. 24
5.1 Tugas........................................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
MODUL 1
Modul 1
negara dan bahasa nasional secara baik dan benar untuk menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sebagai perwujudan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia.
2. Aspek-aspek bahasa.
3. Berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan fungsi dan kedudukan bahasa
Indonesia.
1) Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
ditetapkan.
2) Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
Sebelum bangsa Indonesia Merdeka, bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam dunia perdagangan di nusantara adalah bahasa Melayu. Namun, bukan bahasa Melayu
tinggi yang digunakan oleh para raja atau para pujangga, melainkan bahasa Melayu rendah yang
digunakan oleh masyarakat jelata. Bahasa Melayu rendah tersebut secara tidak sengaja dibawa
para pedagang sambil berdagang hampir seluruh wilayah nusantara, misalnya ke Menado,
Ambon, Makassar, Pontianak, Banjarmasing, Bangka Blitung, dan Jakarta. Sambil menjajakan
mereka dan lama kelamaan pembeli juga ikut-ikutan mempelajari dan menggunakan bahasa yang
Lama kelamaan bahasa Melayu pasar itu menjadi lingua Franca ( bahasa yang dipakai
sebagai alat komunikasi di antara kelompok masyarakat yang mempunyai bahasa yang berbeda).
Karena telah menyebar ke berbagai polosok itulah, para pendiri bangsa saat itu tidak banyak
yang menolak ketika bahasa Melayu pasar yang telah menjadi lingua Franca tersebut diangkat
menjadi bahasa Indonesia. Pada hal, saat itu penutur bahasa Jawa dan bahasa Sunda lebih banyak
jumlahnya dari pada penutur bahasa Melayu. Namun, demi tercapainya kemerdekaan Indonesia,
suku bangsa yang tergolong besar dan mempunyai tradisi tulis yang lebih tua dari suku Melayu
itu akhirnya mengalah setelah terjadi perdebatan yang sangat sengit dan panjang.
Bahasa dapat berupa berbahasa verbal dan bahasa nonverbal. Bahasa verbal, digunakan
oleh manusia normal dan suasana normal pula, dengan menggunakan unsur kata-kata sebagai
simbol. Bahasa nonverbal menggunakan isyarat, digunakan misalnya oleh penyandang cacat
fisik (bisu tuli) atau orang normal pada situasi tertentu ( bursa saham). Ada pula bahasa yang
digunakan pada kalangan tertentu, misalnya bahasa gambar sebagaivisualisasi gagasan, seperti
gambar teknik, fotograi, lukisan, dan simbol; yang masing-masing dapat diukur dengan
Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad tumbuh dengan pelahan-
lahan di kalngan penduduk Asia Selatan dan setelah bangkitnya pergerakan rakyat
Indonesia pada abad ke XX dengan insyaf diangkat dan dimufakati serta dijunjung
2. Amin Singgih
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta digunakan oleh
masyarakat seluruh Indonesia sehingga sama sekali bebas dari unsur-unsur bahasa daerah
yang belum umum dalam bahasa kesatuan kita. Dengan kata lain bahasa Indonesia ialah
bahasa Melayu yang sudah menyatu benar dengan bahasa suku-suku bangsa yang ada di
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah menjadi bahasa p
yang masing-masing amat penting bagi penutur sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu
1. Jumlah penutur.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa
Jawa atau Sunda. Namun, jika jumlah itu ditambah penuturnya dwibahasawan yang
menggunakan bahasa Indonesia pertama dan kedua, maka kedudukannya dalam deretan
2. Luas penyebaran
Dari aspek penyebaran menempatkan bahasa Indonesia di baris depan. Sebagai bahasa
setempat, bahasa Indonesia dipakai oleh orang-orang di hampir seluruh daerah pantai
Indonesia dan sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia dipakai oleh kalangan terbatas
3. Peranan
Peranan bahasa Indonesia pada masa kini berperan sebagai sarana utama ( di luar bahasa
Asing) di bidang ilmu, teknologi, dan peradaban modern bagi manusia Indonesia.
Fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi yang berlaku bagi semua
apapun yang ada di dunia. fungsi-fungsi bahasayang telah disepaki oleh ahli bahasa
(linguis) sebagai beriku
Gorys Keraf menambah beberapa fungsi sebagai pelengkap fungsi utama yaitu
Selain berfungsi sebagai alat komunikasi bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir. Hal
itu dapat dibuktikan ketika seseorang sedang menyendiri, tanpa seseorangpun disekelilingnya, ia
digunakan untuk menata pikirannya itu lazimnya adalah bahasa yang pertama kali dikuasai..
Bahasa Indonesia mempunyai dua fungsi politis, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Landasan sosiologis dan filosofis yang dijadikan dasar bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional adalah butir ketiga Sumpah Pemuda, sedangkan landasan yuridis yang dijadikan dasar
kebangsaan. Melalui bahasa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya
Derajat bangsa Indonesia sama dengan bendera dan negara Indonesia. Di dalam
melaksanakan fungsinya, bahasa Indonesia harus memiliki ciri khas sehingga serasi
bangsa yang ada di Indonesia ini untuk mencapai keserasian hidup sebagai
bangsayang bersatu dan tidak meninggalkan identitas kesekuan dan kesetiaan pada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.
Indonesia kita dapat berkomunikasi dengan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia juga mampu menghilangkan jarak antara suku yang satu dengan
yang lain, baik yang disebabkan oleh faktor giografis maupun latar belakang sosial
1. Bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa,
dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun tulisan. Dokumen- dokumen dan
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia telah digunakan sebagai
3. Alat Penghubung pada Tingkat Nasional. Di dalam hubungan dengan fungsi, bahasa
Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi antardaerah dan antarsuku,
melainkan juga sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat yang sama latar
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Para pemuda dari beragam suku bangsa dan budaya secara sadar menanggalkan bahasa
daerahnya dan mengakui bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa
Indonesia. Ini merupakan kesadaran berbangsa yang patut diteladani, karena mereka mau
Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal n17 Agustus 1945, bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan sebagai bahasa negara. Secara yuridis formal hal itu sesuai dengan Bab XV Pasal
(bunyi ujaran) yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang
nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus
diberikan makna tertentu. Bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia, dan arti atau makan yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan
Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan kata-kata yang teratur dan
jika
kehilangan salah satu unsur akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat.
1. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan atau konvensi bahwa
sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal atau peristiwa yang dipahami bersama dalam
satu.
2. Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa adalah bunyi dan tulisan
4. Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya sangat tinggi dan vital.
5. Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda dan beragam penamaan
dan penggunaannya.
6. Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang menggambarkan ciri budaya
MODUL 2
Modul 2
Materi modul kedua mengenai ragam dan laras bahasa materinta pengertian ragam
benar dalam lingkungan masyarakat, yang memiliki keragaman atau variasi berbahasa
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai ragam bahasa Indonesia dan laras bahasa,
1. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
yang ditetapkan.
2. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
Ragam atau variasi bahasa dapat muncul dikarenakan bangsa Indonesia memiliki
keragam etnis, suku, bahasa, budaya, adat istiadat, agama serta kepercayaan yang berbeda-beda
yang mendiami tempat yang berbeda-beda pula. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang
terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang
digunakan topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Dipihak lain, laras bahasa maksudnya
kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan
dalam laras. Ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikatif
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang disebabkan perbedaan topik, ubungan
Secara garis besar ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Dialek atau logat merupakan ragam bahasa yang terjadi karena perbedaan giografis.
bermacam-macam dialek. Ada bahasa Indonesia dalek Jawa, bahasa Indonesia dialek
Sunda, bahasa Indonesia dalek Makassar, bahasa Indonesia dialek Bali, bahasa
Indonesia dialek Sunda, bahasa Indonesia dialek Jakarta dan sebagainnya. Namun
karena perbedaan dialek, bahasa yang digunakan masih dapat dipahami oleh penutur
2. Sosiolek merupakan ragam bahasa yang terjadi karena perbedaan sosial. Perbedaan
seseorang berbeda dengan bahasa orang lain. Bahasa orang tua tentu agak berbeda
dengan bahasa anak-anaknya, bahasa kaum pelajar tentu berbeda dengan bahasa para
pedagang, bahasa pejabat tentu berbeda dengan bahasa penjaga kantor. Dalam
masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali, misalnya perbedaan sosial itu masih terasa sampai
3. Tempolek.
Tempolek merupakan ragam bahasa yang terjadi karena perbedaan waktu. Bahasa
Indonesia pada awal kemerdekaan pasti berbeda dengan bahasa Indonesia tahun
1970-an yang berbeda pula dengan bahasa Indonesia taeseorang. hun 2000-an. Pada
tahun 50-an kata tuan dan nyonya masih sering digunakan, tetapi kata itu saat ini
nyaris tidak terdengar, kecuali hanya digunakan oleh dokter untuk menulis resep yang
ditujukan kepada seseorang. Dahulu nkata tuan dan nyonya-nyoya sering digunakan
untuk menyapa hadirin yang mengikuti suatu acara, tetapi dalam kata nyoynya
tersebut makna‘ wanita yang sudah menikah‘, pada hal yang hadir belum tentu
semuannya sudah menikah, kata tersebut akhirnya diganti dengan kata bapak- bapak
dan ibu-ibu.
4. Fungsiolek
bahasa Indonesia yang baik dan (2) Bahasa Indonesia yang benar. Kedua fungsi
tersebut bahkan sudah disatukan menjadi bahasa Indonesia yang baik dan yang benar
4. Ragam bahasasastra
a. Ragam lisan
4) panggung
b. Ragam tulis
tidaknya pembicara. Ragam bahasa ini antara lain ragam bahasa resmi, ragam bahasa akrab,
ragam bahasa agak resmi, ragam bahasa santai dan sebagainnya. ( Esti Ismawati, 2012: 10-11).
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam
yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau
surat resmi. Bahasa baku digunakan sebagai bahasa persatuan pada masyarakat bahasa yang
mempunyai banyak bahasa. Bahasa baku biasanya dibakukan melalui kamus (ejaan dan kosakat),
tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan di masyarakat
(pemerintah, sekolah dll). Bahasa baku tidak dapat dipakai untuk segalah
keperluan. Ragam bahasa baku biasanya dipakai untuk komunikasi resmi, wacana teknis,
pembicaraan di depan umum, dan pembicaraan dengan orang yang diormati. . ( Esti Ismawati,
2012: 12).
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa
terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenallah laras
bahasa ilmiah dengan bagian sub- sublarasnya. Pembedaan diantara sub- sublaras bahasa seperti
3. penggunaan istilah
4. pembentukan paragrap
perpajakan, dll.
5. Latihan
pembicaraannya
MODUL 3
Modul 3
Materi ketiga menjelaskan tentang Ejaan dan tanda baca yang terdiri atas
beberapa bagian, yaitu pelafalan , huruf kapital, dan tanda baca, dalam bahasa
Mahasiswa mampu mampu memahami Ejaan dan tanda baca di dalam bahasa tulis dan
3. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
yang ditetapkan.
4. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
4.1 Ejaan
Ejaan adalah aturan pelambangan bunyi dengan huruf. Ejaan yang ideal adalah ejaan yang
mampu digunakan untuk melambangkan satu bunyi satu huruf. Namun, ejaan semacam itu masih
terbatas dalam wacana karena hampir setiap bahasa, selalu muncul perkecualian terhadap kaidah
yang telah dibuatnya. Bunyi-bunyi dalam beberapa bahasa daearah, misalnya, dalam bahasa
Jawa, Sunda, Bali, Lampung, Batak, Bugis, dan Makassar dilambangkan dengan aksaranya
masing-masing, sedangkan bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia hingga saat ini dilambangkan
1. Ejaan Van Ophuysen (1900). Van Ophuysen merupakan seorang filolog (ahli
Jawa, dan Sunda yang dituliskan ke dalam aksa Arab pegon atau ke dalam aksara Jawa.
naskah-naskah tersebut ke dalam aksara Latin agar isi naskah tersebut mudah dipahami
oleh kaum penjajah. Dengan mengetahui budaya, ajaran, dan filosofi suatu masyarakat
a. Penggunaan huruf dj untukj, tj untuk c, nj, untuk ny, ch untuk kh, oe untuk u dan
j untuk y
b. Penggunaan apostrof (‗) untuk menuliskan bunyi glotal, seprti pada kata do‘a,
c. Penggunaan -;- (idem) untuk menyatakan sesuatu yang sama dengan yang di
atas.
dengan huruf k,
f. Penggunaan angka2 untuk menyatakan sesuatu yang akan diulang seprti kata
untuk mengulang telah dihapuskan, tetapi malah dihidupkan kembali pada ejaan
Swandi
Seolah-olah hanya terdapat pada perubahan pelambangan bunyi dj, tj, ch,j, dan nj
dalam ejaan Swandi menjadi j,c,kh, y, dan ny saja. ( Wisnu Sasngka, 2013: 23-24).
4.2 Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara pengucapan bunyi
dalam bahasa Indonesia meliputi: vokal, konsonan, dan diftong. Kaidah bunyi pelafalan bahasa
Indonesia berbeda dengan kaidah bahasa lain. Pelafalan dalam bahasa Indonesa cukup
sederhana, yaitu bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang ditulis.
Mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan nama diri, yaitu nama
orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai disesuaikan dengan ejaan yang berlaku.
Kecuali kalau ada hal yang lain, yaitu mengenai adat, hukum, agama atau kesejahteraan dengan
kebebasan memilih apakah mengikuti ejaan republik (Soewandi) atau ejaan yang
disempurnakan. Jadi pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang
kebiasaan yang berlaku. Jadi pemakaian bahasa dapat melafalkan unsur tersebut tdak sesuai
dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebh lanjut dari pakar yang
bersangkutan
Misalnya
Pelafalan bunyi /h/. Pelafalan /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang
terletak diantara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas.
Contoh
1. Mahal , paham
2. Pohon, saham
3. Leher , sihir
Bunyi /h terletak diantara vokal yang berbeda difalkan lemah atau hampir tidak
terdengar. Msalnya:
1. Lihat
2. Rahim , sehat ,
Misalnya
a. Adik bertanya, ―Kapan kita pulang?ǁ
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan,
6. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
l. Tanda kurung (( ) )
MODUL 4
Modul 4
Kalimat Efektif
Mahasiswa mampu memahami pengertian kalimat efektif dan ciri-ciri kalimat efektif
1. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat menyimpulkan
2. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar Anda lebih
lengkap, singkat, dan mudah. Singkat artinya menggunakan kat-kata yang memang diperlukan
saja, mudah artinya kata-katanya sudah dikenal (famillier). Kalimat ialah satuan bahasa yang
terkecil, dalam wujud lisan dan tulisan yang memiliki sekurang-kurangnya subjek (S) dan
predikat (P), jika tidak mempunyai subjek dan predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat,
melainkan frase. Kalimat bagi seorang pembaca ialah kesatuan kata yang mengandung
makna/pikiran, sedangkan bagi seorang penulis, kalimat ialah satu kesatuan pikiran/makna yang
diungkapkan dalam satuan kata. Jadi kalimat merupakan unsur penting untuk
mengungkapkanakta, pikiran, sikap, dan perasaan. Sedangkan kalimat efektif ialah kalimat yang
bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal dan sintaksis saja, tetapi juga
harus hidup, segar, mudah dipahami serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh,
atau setiaptuturan yang dapat mengungkapkan suatu informasi secara lengkap. Jika terdapat
sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu, tetapi belum lengkap atau belum utuhh, tuturan
itu belum dapat disebut kalimat, mungkin hanya berupa kata atau mungkin hanya berupa
kelompok kata atau frase. ( Wisnu Sasangka, 2013: 151). Sedangkan kalimat efektif menurut
(Wisnu Sasngka, 2013:187) kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
sesuai dengan yang diharapkan oleh sipenulis atau sipembicara. Artinya kalimat yang dipilih
informasi kepada orang lain secara lugas sehingga gagasan itu dipahami secara sama oleh
pembaca atau pendengar. Dengan demikian kalimat efektif harus mampu menciptakan
kesepahaman antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan pendenga
dipentingkan adalah kesamaan informasi. Bisa jadi kalimatnya pendek, tetapi membingungkan
orang dan bisa jadi kalimatnya panjang, tetpi informasinya mudah dipahami. Untuk itulah
kalimat efektif harus bercirikan kelugasan, ketepatan, dan kejelasan di samping ciri yang lain
4.2.1 Kelugasan
Kelugasan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan disampaikan
dalam kalimat itu ialah yang pokok-pokok saja (yang perlu-perlu saja atau yang penting-penting
2. Permintaan terhadap produk kertas yang terus meningkat memaksa industri kertas
4.2.2 Ketepatan
Ketepatan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan disampaikan
dalam kalimat itu harus jitu atau kena benar (sesuai dengan sasaran) sehingga dibutuhkan
ketelitian. Kalimat yang tepat tidak akan menimbulkan multi taksir karena kalimat yang
multitafsir pasti menimbulkan ketaksaan atau keambiguan (ambiquity), yaitu maknanya lebi dari
Misalnya
a. Rumah seniman yang antik itu dijual ndengan harga murah ( kalimat ini
4.2.3 Kejelasan
Kejelasan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa kalimat itu harus jelas strukturnya
dan lengkap unsur-unsurnya. Kalimat yang jelas strukturnya memudahkan orang memahami
makna yang terkandung di dalamnya, tetapi ketidak jelasan struktur bisa jadi menimbukan
4.2.4 Kehematan
disampaikan dalam kalimat itu harus cermat, tidak boros, dan perlu kehati-hatian, perlu dihindari
a. Pemberian pengargaan dapat diberikan dalam bentukt tanda jasa, kenaikan pangkat
istimewa, uang, paiaga, dan/atau bentuk pengargaan lain Kalimat tersebut tidak
efektif)
uang, piagam, dan/atau bentuk penghargaan lain. Kalimat ini adalah kalimat
efektif.
4.2.5 Kesejajaran
Kesejajaran dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa bentuk dan struktur yang
digunakan dalam akalimat efektif harus paralel, sama atau sederajat. Dalam hal bentuk,
kesejajaran terutama terletak pada penggunaan imbuhan, sedangkan dalam hal struktur ,
kesejajaran terletak pada klausa-klausa yang menjadi pengisi dalam kalimat majemuk.
Modul 5
MODUL 5
Alinea atau Paragraf
Materi pembelajarn modul lima menjelaskan pengertian alinea atau paaragraf, sayarat
pembentukan paragraf, jenis alinea tau paragraf berdasarkan tujaun dan letak kalimat
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan alinea atau paragraf yang benar
1. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
yang ditetapkan.
2. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
dikembangkan menjadi paragraf. Paragraf adalah unit keterampilan berbahasa taraf komposisi,
yaitu kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama mendukung satu kesatuan pikiran.
Kesatuan pikiran ini diaktualisaskandalam pikiran pokok dan beberapa pikiran penjelas. Jadi
Isi ialah pikiran dan bentuk ialah kaliamat-kalimat yang mendukung pikiran. Dari segi
isi, paragraf mensyaratkan danya kesatuan pikiran, sedangkan dari segi bentuk mensyaratkan
adanya kepaduan. Untuk memberi kejelasan dan pengembangan, paragraf juga mensyaratkan
adanya kelengkapan. Dari segi penglihatan, paragraf biasanaya tampak sebagai penggalan naska
(teks) karena biasanya baris pertama bertakuh atau berupa suatu unit yang dipisahkan dengan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang mampu menyampaikan pikiran dengan baik
pula. Untuk itu ada tiga syarat yang harus dipunyai sebuah paragraf, yaitu kesatuan, kepaduan,
dan kelengkapan.
1) Kesatuan
Kesatuan yang dimaksud dalam paragraf ialah bahwa setiap paragraf harus terdapat
satu pikiran yang jelas. Untuk menjelaskan pikiran tersebut, kita harus
menguraikannya dalam bentuk pikiran pokok dan beberapa pikiran penjelas. Jadi,
kesatuan menitik beratkan pada hubungan pikiran yang satu dengan pikiran yang lain
( Ada anggapan yang salah bahwa bahasa indonesia ti8dak perlu dipelajari, karena
sebagai orang Indonesia, sudah tentu kita dapat berkomunikaasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik. Apalagi bila hanya digunakan untuk berkomunikasi sehari-
hari di lingkungan masyarakat. Cukuplah dengan kemampuan bahasa yang
sekedarnya dan sekenanya asalkan maksudnya dapat diterima oleh lawan bicara.
Itulah sebabnya pelajaran bahasa Indonesia di sekolah hanya dianggap sebagai salah
berbahasa.) paragraf di atas terdiri atas satu pikiran pokok atau kalimat pokok dan
2) Kepaduan
Paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain tak
sama lain secara timbal balik. Agar hubungan tampak mesra dan kompak, maka
disibukkan oleh usaha melahirkan pikirannya sebelum lenyap dari ingatan. Penulis
merasa telah melihat adanya hubungan, , tetapi pembaca tidak melihatnya, jadi
hubungan itu hanya bersifat pribadi. Ada beberapa cara untuk mendapatkan paragraf
dengan kepaduan yang kompak, yaitu menggunakan repitisi dan kata ganti, kata
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dianggap lengkap apabila berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang
alasan yang logis. Atau paragraf yang berisi ide/ atau gagasan yang diikuti alasan yang
masalah
c. Informasi biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan tentang apa, bagaimana, dan
kapan
d. Biasanya menggunakan kata-kata seperti merupakan, adalah, terdiri atas, terbuat dari,
dan mengandung
3. Paragraf Deskripsi
mendetai
nselanjutnya
Tugas
Membuat Mahasiswa Kerja 1. Mahasiswa Berbagai
memahami kelompok dibagi dalam paragraf
Paragraf dengan kelompok
yang dapat
baik
2. Masing-masing didiskusikan
struktur
Mahasiswa kelompok harus bersama
membuat sebuah
dapat
paragraf.
membuat
paragraf 3. Tiap mahasiswa
Mahasiswa dalam kelompok
menyumbang
dapat sebuah kalimat
membandingka sehingga
n paragraf akhirnya
yang baik terbentuk sebuah
dan paragraf paragraf
MODUL 6
Modul 6
Pengutipan
1. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
ditetapkan.
2. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
4.1 Pengutipan
Dalam menulis ilmiah, kadangkala kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita
gunakan sebagai alat untuk memperkuat argumentasi kita. Dalam upaya tersebut, perlu
diperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu. Pengutipan terdiri atas
dua jenis yaitu, Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung
kita tidak melakukan perubahan apa pun teradap teks atau bagian teks yang kita kutip tersebut
sedangkan dalam pengutipan tidak secara langsung kita diperkenankan untuk menggunakan
kata-kata kita sendiri tetapi tidak mengubah makna teks aslinya. Kedua jenis kutipan ini
bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan kita tanpa
menghilang penghargaan kita kepad orang yang pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri kutipan
langsung
3. Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan
bidang selingkung.
Dalam proses ini, kadang kita mengutip teks yang panjang dan kadang mengutip teks
yang pendek. Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris
sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris. Kutipan pendek (1) diintegrasikan
langsung dengan tulisan kita, (2) diapit oleh tanda kutip, dan, (3) jangan lupa, sumber kutipan.
Kutipan langsung panjang (1) dipisahkan dari teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf
yang lebihkecil, (2) boleh diapit oleh tanda kutip oleh tidak, (3) jangan lupa, sumber kutipan
harus ada. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan
pada catatan kaki dengan tatacara: spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan
Kutipan tidak langsung disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri
Mengenai sumber kutipan, hal tersebut harus ditulis jika kita tidak digolomgkan sebagai orang
yang melakukan plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap hak cipta seseorang yang
dilindungi oleh hukum. Selain terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber
kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang ditulisnya kita kutip selain sebagai etika
Mengutip secara langsung dan tidak langsung pada buku, internet, dan majalah
MODUL 7
Modul 7
daftar pustaka.
1. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
yang ditetapkan.
2. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
Daftar pustaka atau bibiografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang
penulis dalam kegiatanya menulis sebuah karya ilmiah. Sumber-sumber tersebut, harus dihimpun
dalam sebuah daftar yang lazim disebut sebagai daftar pustak atau bibiografi atau kepustakaan
mengenai tulisan yang dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang
berkaitan.
3. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan studinya.
yang digunakan.
Menurut Gorys Keraf (1997:213) yang dimaksud dengan daftar pustaka atau bibliografi
adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel dan bahan-bahan penerbit
lainnya yang memiliki pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian karangan yang tengah
digarap. Atau dengan kata lain daftar pustaka meliputi sumber bahan-bahan yang dipakai dalam
menulis karya tulis ilmiah. /Daftar ini memberikan kepada pembaca suatu indikasi terbatas
mengenai informasi, fakta, atau pengetahuan yang berkaitan dengan pertmasalahan yang
dibahas.
Pada dasarnya informasi yang dimasukkan dalam daftar pustaka adalah serupa denga
catatan kutipan, perbedaannya hanya terletak pada urutan dan tanda baca. ketentuan penulisan
daftra pustaka.
2. Nama pengarang susunanya dibalik, dimulai nama belakang nama keluarga (jika ada),
nama kecil (jika perlu), diikuti nama depan, dan gelar (jika perlu)
3. Jarak antarbaris dalam satu pokok pustaka 1 spasi, sedangkan jarak antarpokok pustaka
2 spasi
4. Setiap pokok pustaka diketik dari margin sebelah kiri, sedangkan baris kedua dan
pokok pustaka kedua, ketiga, dan seterusnya diganti dengan garis lurus 5-7 ketukan
6. Jika ada dua atau lebih buku/karya tulis oleh pengarang yang sama, maka penulisan tahun
7. Tahun penerbit yang dicantumkan dalam daftar pustaka adalah tahun penerbitan pada
urutan terakhir
8. Judul buku diketik dengan huruf tebal, atau huruf biasa yang diberi garis bawah atau
huruf miring
9. Jika ditulis oleh seorang pengarang, nama pengarang susunanya dibalik dimulai dari
nama belakang
10. Jika buku yang dipakai terdiri dari dua jilid atau lebih, maka setelah penulisan judul
c. Urutan penulisan nama pengarang sesuai dengan urutan dalam buku/sumber referensi,
nama penulis utama diletakkan paling depan. Contoh Rahman, Andi; Rahmat
nama pengarang pertama dengan susunan penulisan nama pengarang dibalik, diikuti
Penduduk…. dst
14. . Judul artikel atau karya ilmiah lain yang disejajrkan dengan artikel (misalnya makalah,
skripsi, tesis, yg tidak dipublikasikan ) penulisnnya diaput oleh tanda petik ganda(―)
a. yang ditulis dalam daftar pustaka adalah nama editornya, diikuti (ed) atau (eds)
dibelakangnya
b. Jika editornya lebih dari seorang, cara penulisan nama editornya sama dengan
penulisan nama pengarang. Contoh Syamsuri, dkk. (eds). 2004. Motor Baru.
16. Sumber referensi berupa artikel dalam kumpuilan karangan (antologi) yang ada
editornya.
3. Daftar pustaka diktat, catatn kuliah (yang dicetak untuk kalangan sendiri/belum
diterbitkan)
Ahmadi, Muklis, dkk. 2000. Komposisi Bahasa Indonesia 1: Tipe dan Jenis
Bentuknya. Malang: IKIP
Pusat Pengambangan Pendidikan Politeknik. 1998. Physics
Panjaitan, Beni, dkk. 1986. Pembuatan Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Depok (laporan praktek kerja), Jakarta: UI
Politeknik Negeri Jakarta. 2003. ) Optimasi Pendidikan Vokasi di politeknik dan
Aktualisasi dalam membangun Kinerja dengan Industri dan daerah ( hasil
rumusan seminar nasional)
MODUL 8
Modul 8
Materi modul kedelapan menjelaskan tentang penulisan karya ilmiah yaitu pengertian
karya ilmiah dan ciri-ciri karya ilmiah dan jenis-jenis karya ilmiah.
jenis karya ilmiah dengan menggunakan bahasa yang benar untuk memudahkan pembaca
memahami isi dari sutu karya ilmiah yang ditulis oleh penulis.
1. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
ditetapkan.
2. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar Anda
Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun
secara sistematis, logis, benar, bertanggung jawab dan menggunakan bahasa yang baik dan benar
(Pateta,1993, dalam Esti esmawati, 2012:64). Karya ilmiah ditulis bukan hanya untk
juga untuk mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmiah secara teknis dan suntatif (materi).
Dalam tulisan karya ilmiah, fakta yang disajikan merupakan fakta yang bersifat umum,
sedangkan tulisan nonilmiah, fakta yang disajikan pribadi yang bersifat subjektif. Fakta umum
yang dimaksud adalah fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. (
Brotowidjojo, 1993. Dalam Suherli kusmana, 2014) . selain itu, fakta umum dapat dijadikan
sebagai dasar penyusunan suatu pernyataan atau simpulan sebuah tulisan. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya namun tidak dapat
dijadikan sebagai dasar penyusunan suatu pernyatan ilmiah. Fakta umum demikian tidak
memiliki kadar keilmiahan seingga tidak dapat dijadikan sebagai fakta bagi penulisan karangan
ilmiah. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak semua akta umum dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah. Oleh sebabitu, karangan ilmiah merupakan tulisan yang
mennyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan ditulis secara
metodologi yang benar. Apa bila tidak mengikuti kriteria penyajian fakta seperti itu atau tidak
mengikuti metodologi penulisan yang benar, maka tulisan tersebut dinamakn tulisan nonilmiah.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa penggolongan karangan ilmiah didasarkan
pada klasiggikasi bdalam penyajiannya dan memperluas fakta-fakta yang digunakan seorang
penulis dan mendeskripsikannya dan mengkritisi suatu konsep untuk sampai pada suatu
memperlakukan ffakta dalam penyusunan karangan ilmiah adalah ― menguji signifikansi fakta
dan mendasarkannya sebagai kesimpulan awal untuk mendapatkan suatu perbnyataan yang
berdasarkan pada analisis yang obyektif terhadap fkta tersebutǁ ( Shurter dan Pierce, 1966:5).
Oleh karena itu, keberadaan fakta sangat bermakna dalam meningkatkan kualitas penyusunan
karangan ilmiah.
Jujun Suriasumantri (1999) menyebutkan ada sepuluh ciri karya ilmiah, yakni:
1. Reproduktif , artinya maksud yang ditulis oleh penuliskarya ilmiah harus bisa
10. Penggunaan kalimat efektif, yakni kalimat yang mengandung maknapersis apa
Kecermatan dalam penulisan karya ilmiah sangat diperlukan karena berkaitan dengan
keakuratan informasi dan gagasan yang diungkapkan dalam bentuk tulisan untuk diangkat
1. Makalah
Maakalah adalah tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan
di muka umum dalam suatu persidangan dan yang sering disusun untuk diterbitkan; karya tulis
pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas sekolah atau perguruan tinggi
(KBBI, 2002). Struktur penyajian makalah dibedakan menjadi dua, yakni makalah deduktif dan
makalah imduktif. Makalah deduktif adalah makalah yang membahas masalah tertentu atas dasar
teori tertentu. Makalah dedutif menerapkan teori tertentu untuk memecahkan masalah yang
dipilih. Makalah induktif membahas masalah dengan penyajian deskripsi data, fakta, gejalah,
ynag diperoleh melalui pengamatan di lapanagan. Data, fakta, gejalah tersebut kemudian
dianalisis dan disimpulkan, kemudian dibandingkan dengan teori yang relevan. Jika
makalah deduktif membahas masalah atas dasar teori, maka induktif menggunakan teori setelah
Proses penulisan makalah dimulai dari tahap (1) prapenulisan, yang terdiri atas pemilihan
topik, pembatasan topik, perumusan judul, dan perumusan tesis. Pemilihan topik perlu
dan kemamfaatan. Pembatasan topik perlu dilakukan agar makalah yang akan ditulis tidak
melebar kemana-mana dan fokus sehingga pembahasan tulisan akan mendalam. Langkah
berikutnya adalah perumusan tesis. Tesis berfungsi sebagai alat evaluasi apakah maklah sudah
dalam paragraf yang merupakan substansi penulisan dengan menentukan pola deduktif, induktif,
atau campuran. Tahap terakhir adalah tahap revisi atau perbaikan. Pada tahap ini penulis
membaca kembali seluruh hasil tulisannya dengan memperhatikan kekurangan baik dalam
pengembangan isi, penggunaan tanda baca, maupun sistematika makalah. Pada umumnya
sistematika makalah terdiri atas pendahuluan, permasalahan, kajian teori, pembahasan, dan
kesimpulan,
2. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah karya tulis lengkap yang berasal dari hasil penelitian atau hasil
berpikir kritis atas masalah-masalah tertentu. Artikel ilmiah mempunyai bentuk struktur, dan
sifat-sihat tertentu. Penulisnya mengikuti kaidah, pola, dan teknik tertentu. Kaidah, pola, dan
teknik penulisan dipengarui gaya selingkung yang ditetapkan oleh wadah yang akan dibidik oleh
artikel tersebut. Artikel hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah nasional
tertentu. Proses penulisan artikel hampir sama dengan proses penulisan makalah. Hanya
terdapat sedikit tambahan yakni setelah penulisan judul dilanjutkan penulisan abstrak dan kata
kunci.
Struktur artikel di koran pada umumnya terdiri atas judul (head), nama penulis ( by
name), prolok atau pembuka tulisan atau intro, bridge atau pengait atau jembatan anta intro
dengan pokok bahasan, bisa berupa dua tiga pertanyaa, kemudia isi (body) atau paparan masalah,
biasanya berupa sub-sub judul, dan penutup (closing), dapat berupa kesimpulan atau ajakan. Lalu
keterangan atau identitas penulis. Jenis-jenis artikel ada empat, yakni artikel deskriptif, artikel
Ringkasan atau resumen kuliah adalah tulisan berisi garis besar isi kuliah yang diikuti
hari itu dengan memfokuskan pada aspek apa, mengapa, dan bagaimana tentang topik
perkuliahan yang akan diringkas atau diresumen. Dasar utama ringkasan atau resumen kuliah
adalah materi yang diterima pada perkuliahan tersebut kemudian dipadu dengan umber lain yang
relevan untuk dapat menjawab ketiga aspek di atas. Resumen kuliah adalah cara belajar yang
efektif karena mahasiswa bukan hanya membaca teks atau catatan saja tetapi juga menulis
kembali apa yang diterimanya itu kemudian dipadu dengan sumber-sumber lain yang relevan.
4 Resensi buku
Resensi buku sebuah tulisan pertimbangan atau pembicaraan tentang buku yang dimuat di
surat kabar atau majalah, berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah buku,
menarik tidaknya buku tersebut, layak tidaknya buku tersebut untuk dibaca dibeli atau dimiliki.
(Ramli, 2005).
5. Latihan
Buat sebuah wacana atau tulisan pendek yang mnegikutijenis tulisan dekripsi, eksposisi,
MODUL 9
Modul 9
berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan konteks dan
menggunakan bahasa yang benar sesuai dengan kaidah kebahasaan untuk memudahkan
a. Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat
yang ditetapkan.
b. Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar
Menurut Tarigan (1990: 15), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi
artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. selain menurut Tarigan, Nurgiyantoro juga menambahkan bahwa
berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa
setelah mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus
menguasaai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Selain itu, diperlukan juga
penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa
lawan bicara. Sedangkan wujud dari berbicara sendiri dipandang sebagai sebuah alat
berkomunikasi dengan kebutuhan – kebutuhan penyimak penerimaan pesan yang telah disusun
dalam pikiran pembicara. Pada intinya berbicara adalah sebuah kemampuan diri dalam
Pada dasarnya tujuan utama seseorang berbicara adalah untuk berkomuniasi secara langsung
antara pembicara dan pendengar guna mencari informasi agar pendengar bisa mengambil dan
mempergunakan informasi tersebut. Esensi dari tujuan berbicara itu sendiri adalah kegiatan
Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus memahami makna segala
komunikasinya terhadap pendengarnya dan harus mengetahui segala situasi pembicaraan, baik
4.2.1 Mampu memenuhi dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan
sistematis.
4.2.2 Mampu menunagkan gagasan kedalam bentuk – bentuk tuturan yang sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia.
4.2.3 Mampu mengucapkan dengan jelas dan lancar.
4.2.4 Mampu memilih ragam Bahasa Indonesia
Dapat disimpulkan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan sangat diperlukan
dalam berbagai kegiatan. salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat bagi seseorang yaitu
pada kegiatan belajar mengajar dapat berupa simulasi, praktek berbicara dan pemberian
umpan balik.
Berdasarkan situasi berbicara terdiri atas dua situasi yaitu situasi resmi dan tidak resmi.
penunjukkan, dan pidato. Sedangkan situasi tidak resmi berupa situasi yang
mengandung unsur hiburan seperti : anekdot, lelucon atau lawakan, arisan, perkumpulan
Berbicara dilihat dari tujuan yang ingin dicapai dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu
Banyak macam metode dalam penyampaian berbicara yang digunakan seseorang dalam
penyampaian naskah, metode penyampaian catatan kecil, metode penyampaian hafalan. Teknik
dibutuhkan.
TES FORMATIF
1. Dalam kehidupan sehari-hari bila terjadi percakapan antara dua orang atau lebih,
biasa terjadi kesalah pahaman antara mereka. Apa yang menjadi penyebab
Deskripsi Mata kuliah bahasa Indonesia membina mahasiswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan bersikap positif dalam menggunakan bahasa
Singkat MK Indonesia yang baik (konteks) dan yang benar (kaidah) baik secara lisan maupun tulisan. Materi perkuliahan berisikan sejarah, fungsi, dan kedudukan
Bahasa Indonesia, ragam dan laras bahasa, Ejaan yang disempurnakan, Kalimat Efektif, Pengembangan Alinea atau Paragraf,
pengutipan, Penulisan daftar Pustaka, dan penulisan penulisan karya Ilmiah.
Bahan Kajian 1. Sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa Indonesia
/ Materi 2. Pengertian ragam bahasa, laras bahasa, aspek-aspek bahasa dan bahasa yang baik dan benar
Pembelajaran 3. Ejaan, pelafalan, penulisan tanda baca, dan penulisan huruf kapital
4. Pengertian kalimat, jenis kalimat, dan kalimat efektif
5. Pengembangan Alinea atau paragraf, syarat pembentukan paragraf, jenis paragraf, dan teknik pengembangan paragraf
6. Pengertian pengutipan dan jenis pengutipan
7. Penulisan daftar pustaka, prinsip-prinsip penulisan daftar putaka.
8. Penulisa karya ilmiah, langkah-langkah penulisan karangan ilmiah, dan jenis karanagan ilmiah
9. Hakikat Berbicara, tujuan, dan jenis-jenis berbicara
Pustaka Utama :
A. Ismawati, Esti. 2012. Bahasa Indonesia Penulisan Karya Ilmiah. Yokyakarta. Ombak.
B. Kusmana, Suherli. 2014. Kreatifitas Menulis. Yogyakarta: Ombak.
C. Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Depok: Gramedia Widyasarana Indonesia
D. Sasngka, Wisnu, Tjatur, Satriya, Sry. 2013. Gapura Bahasa Indonesia. Jakarta: Elmatera
E. Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pendukung :
F. Tarigan,Guntur. Henry. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
G. Ibrahim, Ali. Gufran. 2016. Peningkatan Kemampuan Berbahasa Masyarakat: Pemberanatasan Buta Bahasa. Jakarata: Pusat Pembinaan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
H. Ibrahim, Ali. Gufran. 2016. Silabus Bimbingan Kebahasaan Untuk Pamong Bahasa. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dosen Ratna. S.S., M.Pd.
Pengampu
Mata Kuliah
Syarat
Bantuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran,
Penilaian Materi
(Kemampuan Akhir Penugasan Mahasiswa, Bobot
Mg Ke- Pembelajaran
Tiap Tahapan [Estimasi Waktu] Penilaian (%)
[Pustaka]
Pembelajaran) Indikator Kriteria & Bentuk Luring (offline) Daring (online)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1/2 1 Mahasiswa mampu 1.1 Menjelaskan sejarah Kriteria: Bentuk Menjelaskan sejarah 15
memahami sejarah, Bahasa Indonesia memahami sejarah, Pembelajaran: perkembangan bahasa
kedudukan, fungsi, 1.2 Menjelaskan fungsi kedudukan, fungsi Kuliah Indonesia,
aspek, dan bahasa bahasa Indonesia. bahas, dan [TM: 1 × (2× 50”)] kedudukan, fungsi
yang baik (konteks) 1.3 Menjelaskan pengertian bahasa bahasa Indonesia,
dan yang benar pengertian bahasa Indonesia yang Metode dan pengertian
(kaidah) [S2, KU2, yang baik dan benar baik dan benar. Pembelajaran: bahasa yang baik dan
KU13, KK1,] Tradisional/behavio benar
Bentuk non-test: ri
• Intervieu
Penugasan [A: 7-12]
[PT + BM: (1 + 1) [C: 7-21]
× (2× 50”)] [D: 9-12]
Penugasan
Mahasiswa:
Tugas-1: mebuat
resumen dari materi
ketiga
[PT + BM: (1 + 1)
× (32× 60”)]
Penugasan
Mahasiswa:
Tugas-5 mencari
kesalahan penulisan
pada majalah dan
surat kabar
[PT + BM: (1 + 1) ×
(2 × 60”)]
7 4. Mahasiswa mampu 4.1 Menjelaskan Kriteria: Bentuk - Menjelaskan 10
menguasai pengertian kalimat Pengertian kalimat, Pembelajaran: pengertian kalimat,
pengertian, jenis- 4.2 Menjelaskan jenis- jenis-jenis kalimat Kuliah jenis-jenis kalimat
jenis,kalimat efektif jenis kalimat dan kalimat efektif dan kalimat efektif
bahasa Indonesia 4.3 Pengertian kalimat Bentuk non-test: Bentuk
[S3,KU2,KU13, efektif • Interviu Pembelajaran: [B: 98-101]
KK1] Kuliah [C: 78-79]
[TM: 2 × (2 × 50”)] [D:151-187]
Metode
Pembelajaran:
Tradisional
Penugasan
Mahasiswa:
Tugas- [PT + BM:
2 × (1 + 1) × (2 ×
60”)]
9/10 5. Mahasiswa mampu 5.1 Pengertian Alinea atau Kriteria: - Pengembangan Alinea 10
memahami isi teks paragraf Memahami isi teks Bentuk atau paragraf, syarat
dan menulis 5.2 menjelaskan syarat pada tulisan dan Pembelajaran: pembentukan paragraf,
berbagai jenis pembentukan paragraf dapat menulis Kuliah jenis paragraf, dan
teknik pengembangan
paragraf untuk atau alinea. jenis-jenis alinea [TM: 2 × (2 × 50”)] paragraf
berbagai keperluan. 5.3 Menjelaskan jenis- atau paragraf dalam
[S2, KU1, KU13, jenis paragraf berbagai tulisan. Metode [B : 65-89, 102-105]
KK1] 5.4 Menjelaskan teknik Pembelajaran: [C : 97-110]
pengembangan Bentuk non-test: tradisional
paragaraf • observasi Penugasan
Mahasiswa:
Tugas-6: membuat
suatu karangan
dengan
memilihsalah satu
jenis tulisan.
[PT + BM: 2 × (1 +
1) × (2 × 60”)]
11 6. Mahasiswa dapat 6.1 Mendefinisikan Kriteria: Bentuk - Pengutipan dan jenis 5
menulis kutipan pengutipan Dapat menulis Pembelajaran: kutipan
untuk pada tulisan 6.2 Membuat kutipan kutipan dan jenis Kuliah [C: 126-127]
ilmiah {S2.P1, dalam karya ilmiah kutipan pada [TM: 1 × (2 × 50”)]
KU2, KK1} 6.3 Membedakan jenis tulisan karya ilmiah
kutipan lansung dan Metode
tidak langsung Bentuk non-test: Pembelajaran:
• Observasi Ceramah
Penugasan
Mahasiswa:
Tugas-7: membuat
kutipan langsung
dan tidak langsung
[PT + BM: (1 + 1)
× (2 × 60”)]
Penugasan
Mahasiswa:
Tugas-8: Menyusun
proposal penelitian
dan presentasi
secara mandiri
[BM: 3 × (3 × 70”)]
13/14 8. Mahasiswa mampu 8.1 Menjelaskan pengerti Kriteria: Bentuk Pengertian karya 15
memahami karya ilmiah Memahami Pembelajaran: ilmiah, prinsip-prinsip
pengertian karya 8.2 Menjelaskan tujuan penulisan karya Kuliah dan langkah-langkah
ilmiah, tujuan penulisan karya ilmiah ilmiah, tujuan dan [TM: 4 × (2 × 50”)] penulisan karya
penulisan karya 8.3 Menjelaskan jenis- jenis-jenis karya ilmiah.
ilmiah, dan jenis- jenis karya ilmiah ilmiah Metode [A : 64-71]
jenis karya ilmiah. Pembelajaran: [B : 16-60]
(Makalah. Artikel. Ceramah
Dan yang lainnya)
{S3.PU1.KU1, Bentuk non-test: Penugasan
KK1} Interviu Mahasiswa:
Tugas-:
[PT + BM: (1 + 1) ×
(2 × 60”)]
9. Mahasiswa mampu 9.1 Menjelaskan Kriteria: Bentuk Menjelaskan 10
15 menjelaskan Pengertiana berbicara Memahami, Pembelajaran: pengertian berbicara,
pengertian 9.2 Menjelaskan tujuan pengertian, tujuan, Kuliah tujuan berbicara, dan
berbicara, tujuan, berbicara dan jenis-jenis [TM: 4 × (2 × 50”)] jenis-jenis berbicara.
dan jenis-jenis 9.3 Menjelaskan jenis- [B : 215-241]
sebagai jenis berbicara Metode
keterampilan Pembelajaran:
berbahasa. {S2, Ceramah dan
PU6, KU2, KK1} Praktek
Penugasan
Mahasiswa:
Latihan; berbicara
di depan umum.
[PT + BM: (1 + 1) ×
(2 × 60”)]
Catatan :
1. Capaian Pembelajaran Lulusan PRODI (CPL-PRODI) adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap lulusan PRODI yang merupakan
internalisasi dari sikap, penguasaan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan jenjang prodinya yang diperoleh melalui proses pembelajaran.
2. CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk
pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah yang terdiri dari aspek sikap, ketrampulan umum, ketrampilan khusus dan pengetahuan.
3. CP Mata kuliah (CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPL yang dibebankan pada mata kuliah, dan bersifat
spesifik terhadap bahan kajian atau materi pembelajaran mata kuliah tersebut.
4. Sub-CP Mata kuliah (Sub-CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPMK yang dapat diukur atau diamati dan
merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran, dan bersifat spesifik terhadap materi pembelajaran mata kuliah
tersebut.
5. Indikator penilaian kemampuan dalam proses maupun hasil belajar mahasiswa adalah pernyataan spesifik dan terukur yang mengidentifikasi
kemampuan atau kinerja hasil belajar mahasiswa yang disertai bukti-bukti.
6. Kreteria Penilaian adalah patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur ketercapaian pembelajaran dalam penilaian berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditetapkan. Kreteria penilaian merupakan pedoman bagi penilai agar penilaian konsisten dan tidak bias. Kreteria
dapat berupa kuantitatif ataupun kualitatif.
7. Bentuk penilaian: tes dan non-tes.
8. Bentuk pembelajaran: Kuliah, Responsi, Tutorial, Seminar atau yang setara, Praktikum, Praktik Studio, Praktik Bengkel, Praktik Lapangan,
Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan/atau bentuk pembelajaran lain yang setara.
9. Metode Pembelajaran: Small Group Discussion, Role-Play & Simulation, Discovery Learning, Self-Directed Learning, Cooperative Learning,
Collaborative Learning, Contextual Learning, Project Based Learning, dan metode lainnya yg setara.
10. Materi Pembelajaran adalah rincian atau uraian dari bahan kajian yg dapat disajikan dalam bentuk beberapa pokok dan sub-pokok bahasan.
11. Bobot penilaian adalah prosentasi penilaian terhadap setiap pencapaian sub-CPMK yang besarnya proposional dengan tingkat kesulitan
pencapaian sub-CPMK tsb., dan totalnya 100%.
12. TM = Tatap muka, PT = Penugasan terstruktur, BM=Belajar mandiri.
13. Kehadiran Mahasiswa mata kuliah ini memiliki bobot penilaian sebesar 10% dari nilai akhir.
14. Nilai Tugas mata kuliah ini merupakan nilai sub-CPM-9 (30% dari total bobot penilaian sub-CPMK) yang besarnya setara dengan bobot
penilaian 27% dari nilai akhir (Nilai Tugas/Praktikum Minimal 25% [5]).