Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI DASAR

JUDUL
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI:PENENTUAN RUMUS KIMIA

KELOMPOK II A :
Tri Hartati Dukomalamo (09412311013)
Ririn Sabrina Muhammad (09412311023)
Alyssa R. Husen (09412311019)
Sitriyani Muhammad (09412311015)
Ananda Pratiwi (09412311017)
Hikmah M.Oce (09412311021)
Yamuna Isni Puji (09412311025)

Dosen Pengampuh:
Apt. Eri, Marwati, S.Farm, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI: PENENTUAN RUMUS KIMIA
A. TUJUAN
1. Mengembangkan persamaan untuk reaksi kimia.
2. Menentukan perbandingan kation dan anion pada persenyawaan tertentu.
3. Memahami stoikiometri sistem larutan

B. DASAR TEORI
Perubahan materi ada dua bentuk yaitu perubahan fisika dan perubahan
kimia. Secara sederhana, peribahan fisika diartikan sebagai perubahan yang
bersifat sementara dan perubahan kimia bersifat kekal. Pada perubahan ini
berlaku hukum kekekalan massa, yaitu massa zat sebelum dan sesudah reaksi
selalu sama. Melalui logika yang benar dapat disimpulkan, pada reaksi kimia
zat pereaksi berubah semua menjadi zat hasil reaksi. Menurut kenyataan,
dalam banyak reaksi, zat pereakis atau zat hasil reaksi masih tersisa. Hal ini
dapat disebabkan ada zat yang bertindak sebagai pereaksi pembatas atau
terjadi reaksi kesetimbangan (reversible). Perubahan zat karea suatu peristiwa
kimia dinytaakan dengan persamaan reaksi (kimia). Persamaan reaksi
merupakan gambaran zat-zat yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi
berlangsung (Sidauruk, 2005).
Stoikiometri (stoichiometry) adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari
reaktan dan produkdalam reaksi. Stoikiometri melibatkan hubungan kuantitatif
dalam reaksi kimia. Faktor stoikiometri atau dikenal dengan rasio mol
didasarkan pada koefisien dalam persamaan setara dan digunakan untuk
menghubungkanreaktan atau produk. Massa molar dan factor stoikiometrik
digunakan untuk mengetahui informasi tentang salah satu reaktan atau produk
dalam reaksi kimia.
Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi
tersebur habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak
ada pereaksi pembatas.Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis.
Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi duluan sehingga
membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari
adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena
pereaksi yang hin sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini disebut
pereaksi sisa.Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-
unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan
kimia secara stoikiometri biasanya diperkukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia
ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Gelas Kimia 100 mL
4. Batang pengaduk
5. Termometer,
b. Bahan yang digunakan
1. Pb(NO3)2 1%
2. KI 1%
3. Akuades
4. CuSO4 1 M, NaOH 2 M
5. NaOH 1 M
6. HCL 1 M
C. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penetapan Perbandingan Molar
1. Diambil larutan Pb(NO3)2 menggunakan pipet ukur sebanyak 9 mL,
dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
2. Diambil larutan KI 1% menggunakan pipet ukur (Tabel 1), ditambahkan
ke dalam 5 tabung reaks (dilakukan dengan hati-hati). Pastikan volume
larutan yang diambil sudah sesuai.
3. Dicampurkan akuades dengan campuran larutan KI dan Pb(NO3)2.
Volume larutan ditambahkan sesuai tabel 1.
4. Sisa campuran larutan KI dan Pb(NO3)2 pada tabung reaksi dibilas
dengan akuades.
5. Diambil menggunakan pipet tetes campuran larutan pada gelas beaker I.
6. Dimasukkan masing-masing sebanyak 3 tetes ke dalam gelas beaker A
dan B.Ke dalam gelas A ditambah 2 tetes larutan KI.
7. Ke dalam tabung B ditambahkan beberapa tetes larutan Pb(NO3)2.
8. Diamati perbedaan.
9. Percobaan diulangi dari gelas beaker II, III, IV, dan V dengan perlakuan
yang sama dan tetes filtrat berbeda.
10. Ditentukan jumlah ion yang berlebihan
b. Stoikiometri Larutan
1. Diambil larutan NaOH menggunakan gelas ukur sebanyak 5 mL,
dimasukkan ke dalam gelas piala.
2. Diukur temperature larutan NaOH dengan termometer.
3. Diambil larutan CuSO4 menggunakan gelas ukur sebanyak 45 mL,
diambil larutan menggunakan pipet tetes jika volumenya berlebih.
4. Diukur temperatur larutan CuSO4 menggunakan termometer.
5. Campurkan larutan CuSO4 ke dalam larutan NaOH.
6. Aduk campuran hingga terbentuk campuran hingga homogen.
7. Kemudian diukur temperatur campuran dengan termometer.
8. Percobaan diulangi dengan volume NaOH 10 mL, 20 mL, dan 30 mL.30
9. Kemudian larutan CuSO4 digunakan sebanyak 20 mL, 30 mL, dan 40
mL.
10. Kemudian larutan dicampurkan dan diaduk lagi.
11. Kemudian diukur temperatur campuran dengan termometer.
12. Selisih nilai temperatur yang diperoleh digunakan untuk menentukan
stoikiometri reaksi kedua larutan.
c. Stoikiometri Asam-Basa
1. Diambil berturut-turut 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan 25 mL larutan
NaOH menggunakan pipet ukur.
2. Dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi dan dicatat temperaturnya.
3. Diambil larutan HCl berturut-turut sebanyak 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL,
dan 25 mL menggunakan pipet ukur.
4. Dimasukkan ke dalam 5 buah tabung reaksi dan dicatat temperaturnya.
5. Kedua larutan dicampurkan sedemikian rupa sehingga volumenya tetap
yaitu 30 mL
6. Diaduk campuran tersebut dan dicatat temperatur yang terukur.
7. Dibuat grafik ∆T (sumbu Y) dengan volume asam (sumbu X)

D. HASIL PENGAMATAN
a. Perbandingan molar
Tabel 1. DATA PENGAMATAN
Tabel 1 Penetapan Perbandingan Molar
Pereaksi I II III IV V
Pb(NO3)2 9 9 9 9 9
KI 3 4,5 9 18 27
Akuades 28 26,5 22 13 4

Tabel 2 Stoikiometri Larutan


NaOH CuSO4 Suhu Awal Suhu
Campuran
5 45 30 31
10 40 29 34
20 30 28 32
30 20 30 33
Tabel 3 Stoikiometri Asam-Basa
NaOH HCl Suhu Awal Suhu
Campuran
5 25 30 33
10 20 29 33
15 15 31 35
20 10 30 35
25 5 29 33

HASIL DOKUMENTASI

PEREAKSI TABUNG A TABUNG B

PEREAKSI
1

PEREAKSI
2

PEREAKSI
3
PEREAKSI
4

PEREAKSI
5

b. Stoikiometri larutan
Tabel 2. Stoikiometri larutan

Volume Volume Suhu Awal Suhu


NaOH CuSO4 NaOH CuSO4 campuran
5ml 45ml

28oc 28oc 29oc


10 ml 40ml

29oc 29oc 30oc

20ml 30ml

29oc 29oc 32oc

30ml 20ml

29oc 29oc 30oc

c. Stoikiometri asam-basa
Tabel 3. Stoikiometri asam-basa
a. Stoikiometri asam-basa

Volume Volume Suhu Awal Suhu


NaOH HCl NaOH HCL Campuran
5 ml 25 ml

29˚C 29˚C 30˚C


10 ml 20 ml

29˚C 29˚C 33˚C

15 ml 15 ml

29˚C 29˚C 36˚C

20 ml 10 ml

29˚C 30˚C 43˚C

25 ml 5 ml

30˚C 29˚C 32˚C

E. Reaksi-Reaksi
 Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
 Reaksi CuSO4+NaOH
CuSO, (aq) + 2NaOH (aq) Na₂SO, (aq) + Cu(OH)2(aq)
 Reaksi Asam-basa NaOH+HCI
NaoH (aq) + HCl (aq) NaCL (aq) + H₂O

F. Pembahasan

a. Perbandingan molar
1.
Percobaan I (9 mL Pb(NO3)2 + 3 mL KI)
 Mol Pb(NO3)2 =MxV

= 0,01 x 9
= 0,09 mmol
 Mol KI =MxV
= 0,01 x 3
= 0,03 mmol

Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3


M 0,09 0,03 - -
R -0,015 -0,03 +0,15 +0,03
S 0,075 0 0,15 0,03

 Massa Pb(NO3)2 sisa = n x Mr


= 0,075 x 331,19
= 28,84 mg

2.
Percobaan II (9 mL Pb(NO3)2 + 4,5 mL KI)
 Mol Pb(NO3)2 = M xV
= 0,01 x 9
= 0,09 mmol
 Mol KI =MxV
= 0,01 x 4,5
= 0,045 mmol
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
m 0,09 0,045 - -
r -0,0225 -0,045 +0,0225 +0,045
s 0,0675 0 0,0225 0,045

 Massa Pb(NO3)2 sisa = n x Mr


= 0,0675 x 331,19
= 22,36 mg

3.
Percobaan III (9 mL Pb(NO3)2 + 9 mL KI)
 Mol Pb(NO3)2 =MxV
= 0,01 x 9
= 0,09 mmol

 Mol KI =MxV
= 0,01 x 9
= 0,009 mmol

Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3


M 0,09 0,09 - -
R -0,045 -0,09 +0,045 +0,09
s 0,045 0 0,045 0,09

 Massa Pb(NO3)2 sisa = n x Mr


= 0,045 x 331,19
= 14,90 mg
4.
Percobaan IV (9 mL Pb(NO3)2 + 18 mL KI)
 Mol Pb(NO3)2 = M x V
= 0,01 x 9
= 0,09 mmol

 Mol KI =MxV


= 0,01 x 18
= 0,18
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
M 0,09 0,18 - -
R -0,09 -0,18 +0,09 +0,18
S 0 0 0,09 0,18

 Massa Pb(NO3)2 sisa = n x Mr


= 0 x 331,19 = 0 mg
5.
Percobaan V (9 mL Pb(NO3)2 + 27 mL KI)
 Mol Pb(NO3)2 = M x V
= 0,01 x 9
= 0,09 mol
 Mol KI =MxV
= 0,01 x 27
= 0,27 mo
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
m 0,09 0,27 - -
r -0,09 -0,18 +0,09 +0,18
s 0 0,09 0,09 0,18

 Massa Pb(NO3)2 sisa = n x Mr


= 0,09 x 331,19
= 14,94 mg

 Massa Pb(NO3)2 sisa = n x Mr


= 0,09 x 331,19
= 14,94 mg

Pada percobaan penetapan perbandingan molar suatu larutan


dilakukan dengan cara diambil larutan Pb(NO3)2 menggunakan pipet ukur.
Larutan Pb(NO3)2 dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi. Diambil larutan KI
1% menggunakan pipet ukur. Lalu larutan KI 1% ditambahkan ke dalam 5
tabung reaksi. Pengambilan larutan KI menggunakan pipet ukur harus
dilakukan dengan hati-hati. Pastikan volume larutan yang diambil sudah
sesuai (1:3 hingga 3:1). Lalu siapkan larutan akuades menggunakan gelas
ukur. Dicampurkan akuades dengan campuran larutan KI dan Pb(NO3)2 .
Volume larutan ditambahkan sesuai tabel 1. Sisa campuran larutan KI
dan Pb(NO3)2 pada tabung reaksi dibilas dengan akuades. Diambil
menggunakan pipet tetes campuran larutan pada gelas beaker I. Dimasukkan
masing-masing sebanyak 3 tetes ke dalam gelas beaker A dan B. Ke dalam
gelas A ditambah 2 tetes larutan KI. Ke dalam tabung B ditambahkan
beberapa tetes larutan Pb(NO3)2 , kemudian amati perbedaan. Percobaan
diulangi dari gelas beaker II, III, IV, dan V dengan perlakuan yang sama dan
tetes filtrat berbeda. Kemudian ditentukan jumlah ionnya yang berlebih.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu: Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2
+ 2KNO3 (Salam, 2013).
Percobaan I yaitu 9 mL Pb(NO3)2 dan 3 mL KI. Jumlah mol Pb(NO3)2
yang direaksikan yaitu 0,09 mmol dan jumlah mol KI yaitu 0,03 mmol.
Warna larutan pada percobaan ini yaitu berwarna kuning dan terdapat
endapan berwarna kuning. Pereaksi pembatas pada percoban I yaitu KI,
sedangkan pereaksi yang tersisa yaitu Pb(NO3)2 dan massa sisanya yaitu
24,84 mg.
Percobaan II yaitu 9 mL Pb(NO3)2 dan 4,5 mL KI. Jumlah mol
Pb(NO3)2 yang direaksikan yaitu 0,09 mmol dan jumlah mol KI yaitu 0,045
mmol. Warna larutan pada larutan ini yaitu berwarna kuning dan terdapat
endapan berwarna kuning. Pereaksi pembatas pada percoban II yaitu KI,
sedangkan pereaksi yang tersisa yaitu Pb(NO3)2 dan massa sisanya yaitu
22,36 mg.
Percobaan III yaitu 9 mL Pb(NO3)2 dan 9 mL KI. Jumlah mol
Pb(NO3)2 yang direaksikan yaitu 0,09 mmol dan jumlah mol KI yaitu 0,09
mmol. Warna larutan pada percobaan ini yaitu berwarna kuning dan terdapat
endapan berwarna kuning. Pereaksi pembatas pada percoban III yaitu KI,
sedangkan pereaksi yang tersisa yaitu Pb(NO3)2 dan massa sisanya yaitu
14,90 mg.
Percobaan IV yaitu 9 mL Pb(NO3)2 dan 18 mL KI. Jumlah mol
Pb(NO3)2 yang direaksikan yaitu 0,09 mmol dan jumlah mol KI yaitu 0,18
mmol. Warna larutan pada percobaan ini yaitu berwarna kuning dan terdapat
endapan berwarna kuning. Pereaksi pembatas pada percoban IV yaitu KI,
sedangkan pereaksi yang tersisa yaitu Pb(NO3)2 dan massa sisanya yaitu 0
mg.
Percobaan V yaitu 9 mL Pb(NO3)2 dan 27 mL KI. Jumlah mol
Pb(NO3)2 yang direaksikan yaitu 0,09 mmol dan jumlah mol KI yaitu 0,27
mmol. Warna larutan pada percobaan ini yaitu berwarna kuning dan tidak
endapan berwarna kuning. Pereaksi pembatas pada percoban V yaitu
Pb(NO3)2 , sedangkan pereaksi yang tersisa yaitu KI dan massa sisanya yaitu
14,94 mg.

b. Stoikiometri Larutan
1. 45 ml CuSO4 + 5ml NaOH
Suhu campuran
45 ml CuSO4+ 5 ml NaOH= Tcampuran°C = 29°C
45 ml CuSO, T°Cawal= 28°C
5 ml NaOH= T°Cawal = 28°C

T NaOH = Tcampuran°C – Tawal°C


=29°C - 28°C
= 1oC
T CuSO4= Tcampuran°C – Tawal°C
=29°C - 28°C
= 1oC
Keterangan:
5ml NaOH mula-mula berwarna bening dan bersuhu 28°C direaksikan
dengan 45ml CUSO4 yang mula-mula bersuhu 28°C dan berwarna biru.
Kemudian Larutan (CuSO4,+ NaOH) direaksi dan terjadi perubahan
suhu menjadi 29°C. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Jadi Perubahan
suhu yang terjadi adalah 1ºC. Warna campuran berubah menjadi biru
terang dan terdapat endapan.

2. 40 ml CuSO4 + 10ml NaOH


Suhu campuran
40 ml CuSO4+ 10 ml NaOH= Tcampuran°C = 30°C
40 ml CuSO, T°Cawal= 29°C

10 ml NaOH= T°Cawal = 29°C


T NaOH = Tcampuran°C – Tawal°C
=30°C - 29°C
= 1oC
T CuSO4 = Tcampuran°C – Tawal°C
=30°C - 29°C
= 1oC
Keterangan:
10ml NaOH mula-mula berwarna bening dan bersuhu 29°C direaksikan
dengan 40ml CuSO4 yang mula-mula bersuhu 29°C dan berwarna biru.
Kemudian Larutan (CuSO4,+ NaOH) direaksi dan terjadi perubahan
suhu menjadi 30°C. Yang habis bereaksi adalah NaOH. Jadi Perubahan
suhu yang terjadi adalah 1ºC. Warna campuran berubah menjadi biru
terang dan terdapat endapan hingga mengeras.

3. 30 ml CuSO4 + 20ml NaOH


Suhu campuran
30 ml CuSO4+ 20 ml NaOH= Tcampuran°C = 32°C
30 ml CuSO, T°Cawal= 29°C
10 ml NaOH= T°Cawal= 29°C

T NaOH = Tcampuran°C – Tawal°C


=32°C - 29°C
= 3oC
T CuSO4 = Tcampuran°C – Tawal°C
=32°C - 29°C
= 3oC
Keterangan:
20 ml NaOH mula-mula berwarna bening dan bersuhu 29°C
direaksikan dengan 30ml CuSO4 yang mula-mula bersuhu 29°C dan
berwarna biru. Kemudian Larutan (CuSO4,+ NaOH) direaksi dan
terjadi perubahan suhu menjadi 32°C. Yang habis bereaksi adalah
NaOH. Jadi Perubahan suhu yang terjadi adalah 3ºC. Warna campuran
berubah menjadi biru terang dan terdapat endapan hingga mengeras.

4. 20 ml CuSO4 + 30ml NaOH


Suhu campuran
20 ml CuSO4+ 30 ml NaOH= Tcampuran°C = 32°C
20 ml CuSO, T°Cawal= 29°C
30 ml NaOH= T°Cawal= 29°C
T NaOH = Tcampuran°C – Tawal°C
=32°C - 29°C
= 3oC
T CuSO4 = Tcampuran°C – Tawal°C
=32°C - 29°C
= 3oC
Keterangan:
20 ml NaOH mula-mula berwarna bening dan bersuhu 29°C
direaksikan dengan 30ml CuSO4 yang mula-mula bersuhu 29°C dan
berwarna biru. Kemudian Larutan (CuSO4,+ NaOH) direaksi dan
terjadi perubahan suhu menjadi 32°C. Yang habis bereaksi adalah
NaOH. Jadi Perubahan suhu yang terjadi adalah 3ºC. Warna campuran
berubah menjadi biru terang dan terdapat endapan hingga mengeras.

c. Stoikiometri asam-basa
1. Percobaan I (5 mL NaOH + 25 mL HCL)
∆T NaOH = (TCampuran – TAwal)
= 30° - 29°
= 1°C
∆T HCL = (TCampuran – TAwal)
= 30° - 29°
= 1°C
Keterangan :
Percobaan I yaitu 5 mL NaOH dan 25 mL HCL . Suhu awal NaOH
dan HCL yaitu 29°C, dan suhu campurannya 30°C. Selisih suhu
campuran dan suhu awal NaOH dan HCL yaitu 1°C. Setelah larutan
NaOH yang berwarna bening dicampurkan dengan HCL yang
berwarna kuning bening, larutan yang dihasilkan tidak berwarna,
memiliki endapan putih dibawahnya dan larutan mengeluarkan asap.

2. Percobaan II (10 mL NaOH + 20 mL HCL)


∆T NaOH = (TCampuran – TAwal)
= 33° - 29°
= 4°C
∆T HCL = (TCampuran – TAwal)
= 33° - 29°
= 4°C

Keterangan :
Percobaan II yaitu 10 mL NaOH dan 20 mL HCL. Suhu awal NaOH
dan HCL yaitu 29°C, dan suhu campurannya yaitu 33°C. Selisih
suhu campuran dan suhu awal NaOH dan HCL yaitu 4°C. Setelah
larutan NaOH yang berwarna bening dicampurkan dengan HCL
yang berwarna kuning bening, larutan yang dihasilkan tidak
berwarna, memiliki endapan putih dibawahnya dan larutan
mengeluarkan asap.

3. Percobaan III (15 mL NaOH + 15 mL HCL)


∆T NaOH = (TCampuran – TAwal)
= 36° - 29°
= 7°C
∆T HCL = (TCampuran – TAwal)
= 36° - 29°
= 7°C
Keterangan :
Percobaan III yaitu 15 mL NaOH dan 15 mL HCL. Suhu awal NaOH
dan HCL yaitu 29°C, dan suhu campurannya yaitu 36°C. Selisih
suhu campuran dan suhu awal NaOH dan HCL yaitu 7°C. Setelah
larutan NaOH yang berwarna bening dicampurkan dengan HCL
yang berwarna kuning bening, larutan yang dihasilkan tidak
berwarna, memiliki endapan putih dibawahnya dan larutan
mengeluarkan asap.
4. Percobaan IV (20 mL NaOH + 10 mL HCL)
∆T NaOH = (TCampuran – TAwal)
= 43° - 29°
= 14°C
∆T HCL = (TCampuran – TAwal)
= 43° - 30°
= 13°C
Keterangan :
Percobaan IV yaitu 20 mL NaOH dan 10 mL HCL. Suhu awal
NaOH yaitu 29°C dan suhu campurannya yaitu 43°C. Selisih suhu
awal dan suhu campurannya 14°C. Suhu awal HCL yaitu 30°C, dan
suhu campurannya yaitu 43°C. Selisih suhu awal dan suhu campuran
HCL 13°C. Setelah larutan NaOH yang berwarna bening
dicampurkan dengan HCL yang berwarna kuning bening, larutan
yang dihasilkan tidak berwarna, memiliki endapan putih dibawahnya
dan larutan mengeluarkan asap.

5. Percobaan V (25 mL NaOH + 5 mL HCL)


∆T NaOH = (TCampuran – TAwal)
= 32° - 30°
= 2°C
∆T HCL = (TCampuran – TAwal)
= 32° - 29° = 3°C
Keterangan :
Percobaan V yaitu 25 mL NaOH dan 5 mL HCL. Suhu awal NaOH
yaitu 30°C, dan suhu campurannya yaitu 32°C. Selisih suhu awal
dan suhu campuranya yaitu 2°C. Suhu awal HCL yaitu 29°C, dan
suhu campurannya yaitu 32°C. Selisih suhu awal dan suhu
campurannya yaitu 3°C. Setelah larutan NaOH yang berwarna
bening dicampurkan dengan HCL yang berwarna kuning bening,
larutan yang dihasilkan tidak berwarna, memiliki endapan putih
dibawahnya dan larutan mengeluarkan asap.

GRAFIK SISTEM STOIKIOMETRI ASAM-BASA (HCI-NaOH)

Mol NaOH: mol HCI Mol NaOH : mol HCI


5 mmol :25 mmol 10 mmol : 20 mmol
1:5 1:2

Mol NaOH: Mol HCI Mol NaOH mol HCI


20 mmol:10 mmol 25 mmol : 5 mmol
2:1 5:1

Mol NaOH :mol HCI


15 mmol : 15 mmol
3:3
G. KESIMPULAN
a. Reaksi stokiometri adalah reaksi yang pereaksinya habis bereaksi
membentuk hasil reaksi atau biasa disebut produk.
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
2NaOH + CuSO4 → Na2SO4 + Cu(OH)2
NaOH + HCl → NaCl + H2O
b. Persamaan stoikiometri dapat ditentukan dengan perbandingan mol.
c. Dalam stoikiometri larutan, apabila terdapat 2 zat dicampurakan terjadi
perubahan suhu, warna dan terjadinya endapan.Perubahan wujud yang
terjadi dapat juga dipengaruhi oleh jumlah volume dan konsentrasi zat.
d. Pada stoikiometri sistem perubahan temperatur dipengaruhioleh besarnya
volume campuran dan pada stoikiometri asam basa perubahan suhu tidak
dipengaruhi oleh volume.
H. Saran
Dalam menentukan stoikiometri dari persamaan suatu reaksidiperlukan
ketelitian yang tinggi agar mendapat hasil yang lebihakurat. Perhitungan yang
dilakukan juga harus berdasarkan data pengamatan yang telah dibuat.
Kebersihan laboratorium dan alat-alat yang digunakan juga perlu diperhatikan
karena dapatmemengaruhi nilai yang dihasilk

DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Z. 2009.Kimia Dasar . Medan: USU Press.
Ariyanti, Nova Dwi., Haryono., dan Masykuri, Mohammad. (2017).
Penigkatan kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa Pada
Materi Stoikiometri Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem
Solving Berbantuan Modul Di Kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Banyudono
Tahun Pelajaran 2015/2016.Jurnal Pendidikan Kimia,6 (1): 62-68.
Ernawati, D. (2015). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA 7 Dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Problem Solving pada Materi Stoikiometri di SMA Negeri
1 SukoharjoTahun Pelajaran 2014/2015.Jurnal Pendidikan Kimia,4(4):
17-26.
Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. (2012).Diktat Mata Kuliah Kimia Dasar
.Universitas Udayana, Badung.
Purba, M. (2007).Kimia untuk SMA Kelas XII.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai