ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
vi
2.1.6. Penulisan Konsonan Rangkap .............................................................. 15
Konsonan ............................................................................................ 16
BAB IV PEMBAHASAN
vii
4.2. Hasil Evaluasi Pembelajaran Katakana Menggunakan
BAB V KESIMPULAN
viii
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar Prof Dr. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
pembelajaran/
Gifran akan 2013. Cara membuat teka teki silang. Diunduh pada: 21April 2014.
Tersedia pada:
http://www.akangrifan.net/2013/07/cara-membuat-teka-teki-silang-tts-
di.html
Pasolin 2012. Mengetahui sejarah teka teki silang. Dinduh pada 23 Mei 2014.
Tersdia pada:
http://unik247.blogspot.com/2012/03/mengetahui-sejarah-teka-teki-silang-
tts.html.
.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nim : 63809010
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama :Islam
RT.04/06 Haurwangi
Kota : Cianjur
Berat Badan : 68 Kg
Riwayat Pendidikan :
Pekerjaan :Wiraswasta
Kota : Cianjur
RT.04/06 Haurwangi
Kota : Cianjur
Dadang Sujana
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah, serta
sidang sarjana sastra, Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas
Komputer Indonesia.
Skripsi ini diberi judul “Efektivitas Penggunaan Media Teka Teki Silang
yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
2. Ibu Pitri Haryanti, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang
3. Ibu Fenny Febrianty, S.S, M.Pd. Selaku Dosen Wali dan Pembimbing I
iii
4. Bapak Soni Mulyawan Setiana, M.Pd, Selaku Pembimbing II atas ilmu
dan bimbingannya.
5. Ibu Riska Sri Rahmawati, SS. Selaku Dosen Program Studi Sastra Jepang
murid muridnya dan selalu memberi contoh baik dengan penuh semangat.
9. Kedua orang tua tercinta, yang tiada lelah dan tiada menyerah untuk
penulis serta berkat kasih sayang dan kata-kata bijaknya yang memberikan
10. Para siswa SMA KARYABAKTI kelas XI IPS , yang telah bekerja sama
11. Teman-temanku, Galuh, Aldi, Babe, Opik, Ican, Regi, Fadly, yang sudah
12. Untuk sahabatku Nkonk dan yunus yang selalu memberikan saran- saran
dan motivasi
13. Untuk adik tercinta Putri dan Rizky yang selalu membantu dalam
penulisan ini
iv
Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katakana
Orang Jepang mulai bisa menulis setelah mengenal aksara Tionghoa. Namun
akasara tionghoa mulai diciptakan untuk menulis bahasa Tionghoa dan orang
sebuah karakter dipakai untuk melambangkan sebuah bunyi, sedangkan arti yang
dengan menyusun satu demi satu aksara kanji untuk melambangkan bunyi bahasa
Jepang. Metode tersebut dipakai untuk menulis prasasti batu dan literatur klasik
seperti kojiki,Nihon shoki dan sebagian besar isi manyoshu sehingga disebut
sementara atau aksara pinjaman. Pada waktu itu, kanji juga dikenal sebagai mana
(真字, aksara resmi), sehingga kana untuk Man'yōshū disebut magana (真仮名
kana resmi).
adalah:
8
b. kun'gana ( 訓 仮 名 ): masing-masing karakter dibaca menurut ucapan
utsushigokoro a".
dipakai sebagai man'yōgana, orang tidak lagi memakai karakter yang dibentuk
dari coretan-coretan yang rumit dan susah ditulis. Karakter yang terus dipakai
adalah karakter yang mudah ditulis. Ketika dipakai untuk menulis waka atau
tulisan sehari-hari, man'yogana yang ditulis kursif (sōsho) disebut sōgana (草仮
名?). Selanjutnya agar lebih cepat ditulis, sōgana kembali disederhanakan hingga
tercipta hiragana.
Sementara itu, katakana berawal dari penggunaan kanji yang dibaca menurut
tempat susunan kanji harus dibaca menurut ucapan bahasa Jepang. Kanbun juga
disertai petunjuk berupa okurigana dan furigana (yomigana) agar kalimat bisa
dibaca sebagai bahasa Jepang. Keterbatasan ruang kertas akhirnya membuat orang
hanya menulis coretan yang unik dari sebuah karakter sehingga tercipta katakana.
dipakai. http://id,wikipedia.org/wiki/aksara_kana
9
2.1.2 Huruf Katakana
Bunyi bahasa asing tidak dapat dinyatakan dengan tepat sekali dalam kata-kata
bahasa jepang, karena dalam bahasa jepang kadang-kadang tidak terdapat huruf
menurut sistim lafal bahasa jepang yang dapat ditulis dengan huruf jepang.
Misalnya huruf :
Bunyi-bunyi bahasa inggris seperti di atas tidak terdapat di dalam bahasa jepang,
10
Tabel 2.1
Tabel Asal Mula Huruf Katakana (katoo,1992 :228)
(阿) (伊) ウ(宁) (江) (於)
ワ(輪) 又 (和)
( )
masing-masing suku huruf katakana memiliki jumlah tarikan yang berbeda. Bila
kita bisa menulis suku kata huruf katakana maka mudah untuk menuliskan suku
kata berikutnya, maka mudah juga membaca kata dalam kalimat. Disamping itu
perlu juga mengingat urutan huruf suku kata katakana dengan menghafal huruf
urutan suku kata awal yaitu dari huruf a, ka, sa, ta, na, ha, ma, ya, ra, wa, wo, n
setelah itu maka diurutkan menjadi a, i, u, e, o, ka, ki, ku, ke, ko dan seterusnya
11
Table 2.2
Tabel Cara Penulisan Huruf Katakana
Huruf katakana ada 46 huruf, tetapi huruf (wo) tidak dipakai maka ada
45 huruf katakana yang dipakai dalam kata-kata bahasa jepang. Bunyi huruf
katakana sama dengan bunyi huruf hiragana yaitu, mempunyai bunyi seion, bunyi
dakuon, bunyi youon, rangkap konsonan dan vokal panjang. Untuk bunyi panjang
huruf katakana pada kata-kata yang berasal dari bahasa asing tidak ditulis menurut
ucapan asli kata asing, tetapi sesuai dengan ucapan oleh penuturnya (orang
Jepang).
12
Table 2.3
Table Huruf Katakana Dasar
a i ウu e o
ka ki ク ku ke ko
sa shi ス su se so
ta chi tsu te to
na ni nu ne no
ha hi fu he ho
ma mi mu me mo
ya ― yu ― yo
ra ri ru re ロ ro
ワ wa ― ― ― wo
n ― ― ― ―
[ `` ] tanda tenten (titik dua yang diletakkan di sebelah kanan atas huruf hiragana
dasar). Dan [o] tanda maru (lingkaran kecil yang diletakkan di sebelah kanan atas
13
Tabel 2.4
Tabel huruf katakana dakuon
ga gi gu ge go
za ji zu ze zo
da ji zu de ド do
ba bi bu be bo
pa pi pu pe po
huruf-huruf dasar yang menggunakan [``] tanda tenten adalah huruf (ka)、
(sa)、 (ta) dan (ha) sedangkan huruf dasar yang menggunakan [o] tanda maru
Bunyi Yoon adalah bunyi huruf katakana dasar dengan menambahkan huruf
(ya) (yu) dan (yo) yang ditulis lebih kecil daripada huruf dasar. Apabila
huruf (ya)、 (yu) dan (yo) ditulis sama dengan huruf dasar maka akan
(hya). Untuk itu perlu diperhatikan penulisan huruf tersebut. Huruf dasar yang
menggunakan huruf (ya)、 (yu) dan (yo) adalah huruf dasar urutan kedua,
(ri). Contoh:
14
Tabel 2.5
Tabel katakana yoon
kya ― kyu ― kyo
Bunyi konsonan rangkap dinyatakan dengan huruf dasar (tsu) kecil yang
ditempatkan didepan huruf yang mengandung bunyi konsonan (tsu) kecil ini
kata.
Contoh :
Soccer Sakka
Hack Hakku ク
15
2.3.7 Penulisan Kata-kata yang mengandung dua atau lebih konsonan.
masing.
Contoh:
Hint hinto
Emerald emerarudo ド
Salad sarada
Contoh:
Post posuto ス
Milk miruku ク
(tsu) kecil
Contoh :
Pocket poketto
Snack sunakku ス ク
16
contoh :
tax takkusu クス
switch suicchi ス
badge bajji
3. menggunakan huruf_ss_pp,_tt,_ff
contoh :
massage massaji
pineaple painappuru
marionette marionette
staff sutaffu ス
contoh :
cat kyatto
snap sunappu ス
net netto
technic tekunikku ク ク
robot robotto ロ
konsonan berganda.
Contoh :
Book bukku ク
17
Bread bureddo ド
Couple kappuru
Biscuit bisuketto ス
tanda _garis ini berarti suku kata sebelumnya di ucapkan secara panjang.
Contoh :
Car ka- ー
Lover raba- ー
Skirt suka-to ス ー
Turn ta-n ーn
Form fo-mu ー
contoh :
speed supi-do ス ード
seal shi-ru ー
rail re-ru ー
boat bo-to ー
group guru-pu ー
audition o-dishon ー
room ru-mu ー
18
3. menggunakan huruf_all,_al,_ol
contoh:
call ko-ru ー
half ha-fu ー
gold go-rudo ー ド
4. menggunakan huruf_W_Y
contoh :
news nyu-su ース
salary salari- ー
contoh:
game ge-mu ー
note no-to ー
tube chu-be ー
contoh :
intonation intone-shon ー
lation ro-shon ロー
contoh :
fire faiya
culture karucha-
19
2.1.8 Penggunaan Huruf Katakana
Dalam bahasa Jepang, kata serapan (loanword) secara garis besar terdiri
terms .
Computer.
3. Truncated : Jenis kata serapan yang dipotong ini adalah versi pendek
20
bahasa Inggris. Kata serapan jenis ini menggunakan perpendekan
dalam bentuk yang lebih pendek. Kata serapan jenis ini dapat terjadi
tiap kata dan digabungkan bersama dan pola yang lain adalah dengan
mengambil dua suku kata pertama dari dua kata, dalam kata lain, dua
kana pertama, dan membentuk sebuah kata baru dari empat suku
5. Pseudo term : kata baru yang tercipta dari dari kata-kata bahasa asing
dan huruf yang sudah ada sebelumnya, [Oeru] dari kata OL,
(http://blog.so-net.ne.jp/emhas_2006/archive/200704-1)
21
b. Nama orang, tempat asing dan kata-kata benda asing
(konpyuuta,computer)
Contoh :
(gatsu)
(GOGOGOGOGO…)
ドク
(DOKUN)
Dengan cara yang sama, katakana juga bisa dipakai untuk menggambarkan
dengan bagaimana kita memakai ALL CAPS untuk efek bunyi di berbagai
22
terjemahan. (e.g. “DUGG”, “CRASH”, “BAM”, dan sebagainya.)
(http//sora9n.wordpress.com/2008/12/12/mengenal-huruf-kana-2-katakana/)
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh
Azhar Arsyad (2011), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4) media merupakan salah satu
komunikan.
adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk
kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru berperan
sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan
berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar
23
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat
penerima.
dalam memilih media pengajaran. Kesembilan faktor kunci tersebut antara lain
batasan sumber daya institusional, kesesuaian media dengan mata pelajaran yang
diajarkan, karakteristik siswa atau anak didik, perilaku pendidik dan tingkat
kuliah tentang media, b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya
memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, dan d) merasa bahwa
media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan, misalnya untuk menarik
24
a. Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual
atau stimulus, dan untuk latihan dan tes (sebaiknya latihan dan tes
keefektivan biaya
sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
25
c. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
e. Menyamakan pengalaman.
kelompok, yaitu :
Arsyad 2011:33) membagi media kedalam dua kelompok besar, yaitu : media
26
4) Penyajian multimedia yaitu slide plus suara (tape).
boneka).
tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa
proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, audio, proyeksi, televisi,
27
2.3. Teka Teki Silang
Liverpool, bernama Arthur Wyne tahun 1913. Dalam majalah new York word
dengan format sepert yang lita kenal saat ini. Teka teki silang wayne agak berbeda
dengan teka teki silang yang kita kenal sekarang. Teka teki silang buatan wayne
bentuknya separti diamond dan tidak ada kotak hitam (kotak kosong). Sejak abad
ke 20, teka teki sialng menjadi salah satu isi dari majalah-majalah yang ada di
amerika serikat. Pada abad inilah teka teki silang menjadi popular dengan format
yang kita kenal sekarang. Semenjak 10 tahun setelah teka teki silang dilahirkan
permainan ini dapat digunakan sebagai teknik untuk melatih penguasaan kosakata
atau huruf. Media yang diperlukan untuk permainan ini adalah gambar yang
didalamnya terdapat rangkaian bujur sangkar atau persegi empat sama sisi, kotak-
28
kotak tersebut sebagian berwarna putih dan yang lain berwarna hitam. Pada
jawaban.
Susunan huruf tersebut baik secara horisontal maupun vertikal pada akan
membentuk kata yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada. pertanyaan
terdiri dari dua macam yaitu pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara
horisontal (mendatar) dan pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara
29
BAB III
METODE PENELITIAN
langkah kerja yang digunakan dalam langkah penelitian secara teratur dan
dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data sebagai upaya untuk
tersebut, (Sugiyono: 2010). Untuk menguji keefektipan dari media teka teki
silang digunakan metode ekperimen quasi dengan dengan model one group
30
3.2. Objek Penelitian
3.2.1 Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMA KARYABAKTI kelas XI
3.2.2 Sampel
Menurut sugiyono (2009 : 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini penulis
pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang
yang sedang diteliti. Oleh karena itu penulis menentukan sampel dan jumlah
sampel dalam penelitian ini, yaitu siswa siswi kelas XI IPS SMA
dilakukan dalam bentuk pretest, treatment, postest dan penyebaran angket yang
dilaksanakan pada :
31
b. Treatmen (pembegian media teka teki silang) dilakuklan pada tanggal 17
siswa.
a. Studi Kepustakaan
berguna untuk menunjang penelitian ini. Dalam studi kepustakaan ini, penulis
penelitian ini. Selain itu penulis banyak membaca dan mempelajari buku yang
b. Tes
Arikunto (2009:87) mengungkapkan bahwa, tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pada penelitian ini tes yang
diujicobakan pada objek penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk essay.
Terdapat dua jenis tes, yaitu pre-tes dan post-tes. Pre-tes adalah tes yang
32
c. Angket
yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari
responden. (Faisal, 1981: 2). Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket
tertutup dan terbuka, dimana angket ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
teki silang dan bagaimana tanggapan para responden mengenai media teka teki
a. Tes
Penulis memberikan dua buah tes kepada responden, yaitu pretest dan
mempelajari media teka teki silang dan posttest adalah tes yang dilakukan
setelah responden mempelajari media teka teki silang. Hasil dari pretest
pada hasil tes. Setelah perhitungan selesai, maka hasil dari perhitungan itu
33
2. Menghitung Nilai Rata-Rata Tes
∑�
=
∑ = jumlah nilai
N =Responden
Kemudian setelah nilai rata-rata dari kedua tes dihitung, lalu akan dihitung
∑x
rxy=
∑x 2 (∑ 2 )
(Sugiyono, 2009 : 225)
∑ 2
= rata-rat nilai postest
34
3. Menginterpretasikan Nilai Korelasi Variabel Penelitian
Dari hasil yang telah didapatkan dari tes di atas, maka peneliti
Tabel 3.1
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi
Koefisien Korelasi
Korelasi Tingkat hubungan
80 – 1 Sangat kuat
60 – 799 Kuat
40 – 599 Sedang
20 – 399 Rendah
4. Menarik Kesimpulan
meningkat, dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-tes. Selain itu dengan
Jika hasil post-tes lebih kecil dari hasil pre-test maka penggunaan media
jika hasil post-tes lebih besar dari hasil pre-tes maka penggunaan media teka teki
35
3.5.2 Pengolahan Data Angket
Selain mengolah data yang diperoleh dari hasil tes, peneliti juga mengolah
data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung data angket yaitu sebagai berikut :
�
P = 100
�
Keterangan:
P : Prosentase
n : Jumlah responden
Tabel 3.2
Tabel Prosentase Skala Sikap
P=0 Tidak seorang pun
P = 50% Setengahnya
P = 100% Seluruhnya
(Sugiyono,2010)
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Langkah langkah yang penulis lakukan saat membuat media teka teki
teki silang.
program corelDraw X6
37
Gambar 4.1
pertanyaan.
Gambar 4.2
38
c. Setelah itu menyusun nomor dan menyesuiakan kotak teka teki silang
Gambar 4.3
Gambar 4.4
39
e. Setelah itu menyusun pertanyaan dari kosakata yang telah disusun
Gambar 4.5
40
Gambar 4.8 Gambar 4.9
41
Gambar 4.12 Gambar 4.13
42
f. Setelah selesai membuat 10 latihan teka teki silang, dibuatlah daftar
Gambar 4.17
43
4.2 Hasil Evaluasi Pembelajaran Katakana Menggunakan Media Teka
Teki Silang
Pada penelitian ini peneliti melaksanakan dua kali tes, yaitu pre-tes atau
tes awal dimana siswa-siswi diberi tes sebelum menggunakan media teka teki
siswa-siswi diberikan tes yang kedua yaitu post-tes yang data-datanya adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1
Hasil test kemampuan siswa dalam pembelajaran Katakana
sebelum menerima media teka teki silang (X) dan sesudah menerima media
teka teki silang (Y)
NO NAMA X Y X2 Y2 XY
5 R5 5 65 25 4225 325
8 R8 5 75 25 4900 350
9 R9 5 80 25 5625 375
44
11 R11 5 90 25 8100 450
15 R15 0 65 0 4225 65
16 R16 0 60 0 3600 60
17 R17 0 65 0 4225 65
18 R18 0 66 0 4356 66
19 R19 0 70 0 4900 70
nilai rata-rata kemampuan siswa dengan rumus yang telah ditentukan sebagai
berikut :
∑
=
150
M=
20
M = 7,5
45
4.2.2 Hasil postest
setelah mempergunakan media teka teki silang ini adalah sebagai berikut :
∑
=
1483
M=
20
M = 74,15
Dari hasil yang telah didapatkan, hasil pre-tes kemampuan siswa sebelum
menggunakan pembelajaran Katakana dengan media teka teki silang adalah 7,5.
dengan media teka teki silang adalah 74,15. Setelah mendapatkan hasil pre-tes
Silang
dengan media teka teki silang yang akan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
∑x
rxy=
∑x 2 (∑ 2 )
12821
rxy=
1850 98033
12821
rxy=
181361050
46
12821
rxy=
13467 ,03567
rxy = 0,95
Dari hasil penghitungan yang ada di atas, maka nilai korelasi sebelum siswa
menggunakan pembelajaran Katakana dengan media teka teki silang dan setelah
menggunakan pembelajaran dengan media teka teki silang adalah 0.95. Nilai 0.95
Katakana dengan media teka teki silang dan setelah menggunakan pembelajaran
dengan media teka teki silang adalah sangat kuat. Ini berarti hasilnya adalah
efektif.
a. Ya 17 85%
b. Tidak 3 10%
47
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 85% menyatakan
2) Jika ya, apa kesulitan yang Anda alami saat mempelajari Katakana?
Tabel 4.3
Tabel Angket Nomor 2
Jawaban F %
a. kesulit dalam menghafal bentuk katakana 9 45%
3) Menurut Anda apakah metode yang digunakan oleh guru saat mengajar
Tabel 4.4
Tabel Angket Nomor 3
Jawaban F %
a. Sangat menarik 6 30%
c. Menarik 0 0%
48
e. Tidak menarik 2 10%
saat mengajar Katakana, cukup menarik, 20% kurang menarik 40% dan tidak
menarik 10%.
guru saat mengajar Katakana selam masa belajar di kelas bahasa Jepang?
Tabel 4.5
Tabel Angket Nomor 4
Jawaban F %
a. Ya 16 45%
b. Tidak 4 55%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa responden 45% menyatakan
mengalami kesulitan dengan metode yang digunakan oleh guru saat mengajar
49
5) Jika ya, apa kekurangan dari metode yang digunakan oleh guru saat
Tabel 4.6
Tabel Angket Nomor 5
Jawaban F %
a. Tidak ada media alternatif sebagai alat 6 30%
peraga dalam pembelajaran Katakana
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa responden 70% menyatakan tidak
ada media alternatif yang dapat dipergunakan untuk latihan menulis katakana
sedangkan 30% tidak ada media alternatif sebagai alat peraga dalam pembelajaran
Katakana.
Tabel 4.7
Tabel Angket Nomor 6
Jawaban F %
a. Ya 20 100%
b. Tidak 0 0%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden menyatakan 100%
Katakana.
50
7) Apakah media teka teki silang“ クロスワード” membantu anda dalam
Tabel 4.8
Tabel Angket Nomor 7
Jawaban F %
a. Ya 20 100%
b. Tidak 0 0%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 100% menyatakan
media teka teki silang sangat membantu dalam menghafal bentuk katakana.
Tabel 4.9
Tabel Angket Nomor 8
Jawaban F %
a. Ya 3 15%
b. Tidak 17 85%
kesulitan dalam mempelajari Katakana memgunakan media teka teki silang “クロ
51
9) Bagaimana kemampuan anda dalam membaca dan menulis Katakana
ード?
Tabel 4.10
Tabel Angket Nomor 9
Jawaban F %
a. Meningkat 20 100%
b. Menurun 0 0%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 100% menyatakan
bahasa Jepang?
Tabel 4.11
Tabel Angket Nomor 10
Jawaban F %
a. Ya 20 100%
b. Tidak 0 0%
52
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 100% menyatakan
sebagai isi jawaban teka teki silang harus di simpan di pinggir pertanyaan.
53
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI SILANG DALAM
PEMBELAJARAN KATAKANA
DADANG SUJANA
ABSTRAK
Katakana merupakan salah satu unsur terpenting yang tidak dapat diabaikan dan
wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang karena dengan menguasai Katakana akan
sangat membantu pembelajar dalam mempelajari bahasa Jepang terutama dalam
menuliskan kata-kata asing, nama orang, tempat, dan lain-lain. namun banyak
pembelajar yang merasa kesulitan dalam mengingat dan menulis katakana. Maka untuk
mengatasi kesulitan itu salah satunya dengan cara mempelajari secara khusus mengenai
huruf katakana.yaitu dengan mengunakan media teka teki silang sebagai media
pembelajaran katakana.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan
sesudah diterapkan media teka teki silang, mengetahui keefektifan media teka teki
silang serta mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran katakana menggunakan
media teka teki silang.
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D). dan
untuk menguji keefektipan dari media teka teki silang digunakan metode ekperimen
quasi dengan model one group pretest-posttest design di mana tidak memungkinkan
untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.Sampel penelitian ini
adalah 20 siswa kelas XI IPS SMA KARYA BAKTI CIANJUR. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah Angket dan tes. Berdasarkan pengolahan data Nilai rata-
rata pretest siswa SMA KARYABAKTI CIANJUR adalah 7,5 yang artinya sangat
rendah, sedangkan rata-rata hasil posttestnya adalah 74,15 yang artinya baik, sedangkan
nilai korelasinya adalah 0,95 yang artinya sangat baik sehingga dapat dikatakan bahwa
penggunaan media Teka Teki Silang efektif untuk pembelajaran Katakana. Sementara
untuk hasil angket, responden secara keseluruhan menyatakan pembelajaran katakana
menggunakan media teka teki silang sangat membantu dalam latihan menulis dan
menghafal katakana.
1. LATAR BELAKANG
Menurut Ishida ( 1991 : 75) Katakana dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata
seperti nama tempat dan nama orang asing kata pungutan dan bahasa asing, kata-kata
yang tergolong onomatope, istilah-istilah khusus bidang keahlian (senmon yoogo),
nomina nama diri (koyuu meishi), dan dapat dipakai pula untuk maksud memberikan
penekanan, menarik perhatian pembaca atau pengartian khusus, katakana juga sering
digunakan pada buku-buku tabungan, resi atau rekening pembayaran listrik, gas, dan
1
sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, katakana merupakan salah satu unsur terpenting
yang tidak dapat diabaikan dan wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang karena
dengan menguasai Katakana akan sangat membantu pembelajar dalam mempelajari
bahasa Jepang terutama dalam menuliskan kata- kata asing, nama orang, tempat, dan
lain-lain. banyak cara untuk belajar Katakana, namun banyak pembelajar yang merasa
kesulitan dalam menguasai huruf tersebut. Dari pengalaman penulis saat melakukan
pengamatan di SMA KARYABAKTI HAURWANGI, ketika siswa disuruh menulis
dan membaca kata ataupun kalimat bahasa Jepang dalam huruf katakana mereka
mengeluh dan merasa kesulitan. Menurut Sutedi (2009 : 44) (Kesulitan yang dialami
biasanya berupa kesulitan mengingat bentuk huruf, kesulitan dalam membedakan huruf,
kesulitan menuliskan huruf dengan urutan yang benar.
Untuk mengatasi kesulitan itu salah satunya dengan cara mempelajari secara
khusus mengenai huruf katakana. yaitu dengan mengunakan media teka teki silang
sebagai media pembelajaran. Karena media Teka-teki silang ini melatih siswa untuk
meningkatkan daya ingat terhadap katakana atau kosakata katakana bahasa Jepang.
Latihan mengingat membantu siswa menggunakan otak meraka untuk fokus dan
menyimpan informasi. Dengan sering berlatiih mengulang Katakana menggunakan
media teka teki silang, maka pembelajar bahasa jepang akan menguasai Katakana
tersebut. Dengan pelatihan Katakana pun membuat pembelajar bahasa Jepang menjadi
terbiasa dalam menulis atau mengingat Katakana, karena dengan menerapkan media
teka teki silang siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
sebab dalam mengisi teka teki silang kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan
membuat memori otak kuat sehingga daya ingat pun meningkat. Selain itu dengan
media teka teki silang ini membuat kita berfikir dan juga mencari dan menemukan
jawaban dengan menyenangkan.
Oleh karena itu berdasarkan pemikiran di atas maka penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI
SILANG DALAM PEMBELAJARAN KATAKANA”
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
dan Pengembangan atau metode research and development (R&D). Metode penelitian
dan pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut, (Sugiyono:
2
2010). Untuk menguji keefektipan dari media teka teki silang digunakan metode
ekperimen quasi dengan dengan model one group pretest-posttest design di mana tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kegitan
pembelajaran huruf Katakana.
b. Bagi siswa
Mempermudah siswa dalam mempelajari huruf Katakana dan memberi suasana
baru pada pembelajaran bahasa Jepang melalui penggunaan media teka teki
silang.
c. Bagi guru
Menjadi salah satu alternatif media yang dapat digunakan dalam pembelajaran
bahasa Jepang dalam upaya meningkatkan penguasaan huruf Katakana
d. Bagi sekolah
Sebagai salah satu masukan untuk meningkatkan pembelajaran dengan cara
menambah fasilitas pendukung guru dan siswa terhadap berbagai teknik
pembelajaran yang semakin berkembang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
3
pinjaman. Pada waktu itu, kanji juga dikenal sebagai mana ( 真 字 , aksara resmi),
sehingga kana untuk Man'yōshū disebut magana (真仮名 kana resmi).
Di antara metode penulisan kanji secara man'yōgana yang paling populer adalah:
a. on'gana (音仮名): bunyi dalam ucapan Tionghoa dipakai untuk menulis bahasa
Jepang, misalnya: 夜麻 河波 宇具比須 有兼 dibaca: "yama kawa uguhisu
arikemu"
b. kun'gana (訓仮名): masing-masing karakter dibaca menurut ucapan Jepang,
misalnya: 八 間 跡 夏樫 写心 鳴呼 dibaca: "yamato natsukashi
utsushigokoro a".
Berdasarkan fungsinya yang hanya sebagai lambang bunyi, sewaktu kanji dipakai
sebagai man'yōgana, orang tidak lagi memakai karakter yang dibentuk dari coretan-
coretan yang rumit dan susah ditulis. Karakter yang terus dipakai adalah karakter yang
mudah ditulis. Ketika dipakai untuk menulis waka atau tulisan sehari-hari, man'yogana
yang ditulis kursif (sōsho) disebut sōgana (草仮名 ?). Selanjutnya agar lebih cepat
ditulis, sōgana kembali disederhanakan hingga tercipta hiragana.
Sementara itu, katakana berawal dari penggunaan kanji yang dibaca menurut ucapan
bahasa Jepang untuk menulis kanbun. Tanda-tanda khusus ditambahkan di tempat
susunan kanji harus dibaca menurut ucapan bahasa Jepang. Kanbun juga disertai
petunjuk berupa okurigana dan furigana (yomigana) agar kalimat bisa dibaca sebagai
bahasa Jepang. Keterbatasan ruang kertas akhirnya membuat orang hanya menulis
coretan yang unik dari sebuah karakter sehingga tercipta katakana. Selanjutnya, kanbun
dilengkapi dengan katakana agar mudah dibaca.Setelah katakana dan hiragana semakin
luas digunakan, man'yōgana semakin jarang dipakai.
http://id,wikipedia.org/wiki/aksara_kana
4
menjadi salah satu isi dari majalah-majalah yang ada di amerika serikat. Pada abad
inilah teka teki silang menjadi popular dengan format yang kita kenal sekarang.
Semenjak 10 tahun setelah teka teki silang dilahirkan kembali ke amerika serikat, ia
kemudian menyebar ke eropa.
teka teki silang diamond
Teka teki silang merupakan salah satu bentuk permainan bahasa. permainan ini
dapat digunakan sebagai teknik untuk melatih penguasaan kosakata atau huruf. Media
yang diperlukan untuk permainan ini adalah gambar yang didalamnya terdapat
rangkaian bujur sangkar atau persegi empat sama sisi, kotak-kotak tersebut sebagian
berwarna putih dan yang lain berwarna hitam. Pada sebagian kotak berwarna putih
diberi nomor yang mengindikasikan nomor jawaban.
Dalam permainan kotak berwarna putih harus diisi dengan huruf-huruf. Susunan
huruf tersebut baik secara horisontal maupun vertikal pada akan membentuk kata yang
merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada. pertanyaan terdiri dari dua macam yaitu
pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara horisontal (mendatar) dan
pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara vertikal (menurun). Pertanyaan
biasanya ditulis dibawah atau disamping gambar.
3. PEMBAHASAN
3.1 Pembuatan Media Teka Teki Silang
Penulis membuat sebuah media yang digunakan sebagai media pembelajaran
dengan tujuan untuk mempermudah pembelajar dalam mempelajari huruf katakana.
5
Media tersebut dibuat dengan menggunakan perangkat lunak CoreldrawX6 dalam
bentuk teka teki silang.
Langkah langkah yang penulis lakukan saat membuat media teka teki silang
adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan materi yang akan digunakan sebagai isi media, berupa
kosakataka Katakana yang terdapat di buku Sakura Jilid 1,2 dan 3.
2. Setelah semua materi sudah terkumpul penulis membuat 10 latihan teka teki
silang.
a. pertama adalah membuat kotak kotak teka teki silang menggunakan program
corelDraw X6
b. Selanjutnya menentukan kosakata yang akan digunakan sebagai pertanyaan.
c. Setelah itu menyusun nomor dan menyesuiakan kotak teka teki silang
dengan jumlah huruf pada setiap kosakatanya.
d. Setelah itu menghitamkan kotak kotak yang tidak dipakai sehingga kotak
kotak yang terisi terlihat dengan jelas.
e. Setelah itu menyusun pertanyaan dari kosakata yang telah disusun pada
kotak teka teki silang.
f. Setelah selesai membuat 10 latihan teka teki silang, dibuatlah daftar kosakata
katakana yang di tulis dengan huruf romajai untuk mengisi jawaban teka teki
silang dari latihan 1sampai 10.
3.2 Hasil Evaluasi Pembelajaran Katakana Menggunakan Media Teka Teki Silang
Pada penelitian ini peneliti melaksanakan dua kali tes, yaitu pre-tes atau tes awal
dimana siswa-siswi diberi tes sebelum menggunakan media teka teki silang sebagai
media media pembelajaran Katakana. Setelah diberikan materi pembelajaran Katakana
dengan menggunakan media teka teki silang kemudian siswa-siswi diberikan tes yang
kedua yaitu post-tes yang data-datanya adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Hasil test kemampuan siswa dalam pembelajaran Katakana
sebelum menerima media teka teki silang (X) dan sesudah menerima media teka
teki silang (Y)
NO NAMA X Y X2 Y2 XY
1 R1 10 95 100 9025 950
2 R2 15 70 225 4900 1125
6
3 R3 10 61 100 3721 610
4 R4 10 66 100 4356 660
5 R5 5 65 25 4225 325
6 R6 15 90 225 8100 1350
7 R7 15 85 225 7225 1275
8 R8 5 75 25 4900 350
9 R9 5 80 25 5625 375
10 R10 5 90 25 6400 400
11 R11 5 90 25 8100 450
12 R12 15 80 225 6400 1200
13 R13 5 60 25 3600 300
14 R14 10 75 100 5625 750
15 R15 0 65 0 4225 65
16 R16 0 60 0 3600 60
17 R17 0 65 0 4225 65
18 R18 0 66 0 4356 66
19 R19 0 70 0 4900 70
20 R20 20 95 400 9025 2375
JUMLAH 150 1483 1850 98033 12821
150
M=
20
M = 7,5
3.4 Hasil postest
untuk nilai rata-rata kemampuan siswa dalam pembelajaran Katakana setelah
mempergunakan media teka teki silang ini adalah sebagai berikut :
7
∑
=
1483
M=
20
M = 74,15
Dari hasil yang telah didapatkan, hasil pre-tes kemampuan siswa sebelum
menggunakan pembelajaran Katakana dengan media teka teki silang adalah 7,5.
Sedangkan dari hasil post-tes setelah siswa menggunakan pembelajaran Katakana
dengan media teka teki silang adalah 74,15. Setelah mendapatkan hasil pre-tes dan post-
tes, terlihat bahwa kemampuan penguasaan Katakana meningkat.
3.5. Efektifitas Pembelajaran Katakana Menggunakan Media Teka Teki Silang
Selanjutnya peneliti akan menghitung nilai korelasi antara kemampuan siswa
sebelum menggunakan pembelajaran Katakana dengan media teka teki silang dan
kemampuan siswa setelah menggunakan pembelajaran Katakana dengan media teka teki
silang yang akan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
∑x
rxy=
∑x 2 (∑ 2 )
12821
rxy=
1850 98033
12821
rxy=
181361050
12821
rxy=
13467 ,03567
rxy = 0,95
Dari hasil penghitungan yang ada di atas, maka nilai korelasi sebelum siswa
menggunakan pembelajaran Katakana dengan media teka teki silang dan setelah
menggunakan pembelajaran dengan media teka teki silang adalah 0.95. Nilai 0.95 ini
menunjukan bahwa kemampuan siswa sebelum menggunakan pembelajaran Katakana
dengan media teka teki silang dan setelah menggunakan pembelajaran dengan media
teka teki silang adalah sangat kuat. Ini berarti hasilnya adalah efektif.
8
3.6.Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Teka Teki Silang Dalam
Pembelajaran Katakana
Pada penelitian ini Penulis juga memberikan dua angket mengenai tanggapan
siswa terhadap tampilan media dan materi pembelajaran media.
a. Hasil Analisis Angket I
1) Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mempelajari Katakana?
Tabel 4.2
Tabel Angket Nomor 1
Jawaban F %
a. Ya 17 85%
b. Tidak 3 10%
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 85% menyatakan
mengalami kesulitan dalam mempelajari katakana sedangkan yang tidak mengalami
kesulitan 10%.
2) Jika ya, apa kesulitan yang Anda alami saat mempelajari Katakana?
Tabel 4.3
Tabel Angket Nomor 2
Jawaban F %
a. kesulit dalam menghafal bentuk katakana 9 45%
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa kesulitan dalam mempelajari
katakana yaitu 45% responden menyatakan kesulitan dalam menghafal bentuk katakana
sedangkan kesulitan dalam menulis katakana 55%.
3) Menurut Anda apakah metode yang digunakan oleh guru saat mengajar
Katakana selama masa belajar dikelas bahasa Jepang sudah menarik?
Tabel 4.4
Tabel Angket Nomor 3
Jawaban F %
a. Sangat menarik 6 30%
c. Menarik 0 0%
9
e. Tidak menarik 2 10%
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 30% menyatakan
sangat menarik, menggunakan metode yang digunakan oleh guru saat mengajar
Katakana, cukup menarik, 20% kurang menarik 40% dan tidak menarik 10%.
4) Apakah Anda mengalami kesulitan dengan metode yang digunakan oleh guru
saat mengajar Katakana selam masa belajar di kelas bahasa Jepang?
Tabel 4.5
Tabel Angket Nomor 4
Jawaban F %
a. Ya 16 45%
b. Tidak 4 55%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa responden 45% menyatakan mengalami
kesulitan dengan metode yang digunakan oleh guru saat mengajar Katakana sedangkan
tidak mengalami kesulitan dengan metode yang digunakan oleh guru saat mengajar
Katakana 55%.
5) Jika ya, apa kekurangan dari metode yang digunakan oleh guru saat mengajar
Katakana selama belajar di kelas bahasa Jepang?
Tabel 4.6
Tabel Angket Nomor 5
Jawaban F %
a. Tidak ada media alternatif sebagai alat 6 30%
peraga dalam pembelajaran Katakana
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa responden 70% menyatakan tidak ada
media alternatif yang dapat dipergunakan untuk latihan menulis katakana sedangkan
30% tidak ada media alternatif sebagai alat peraga dalam pembelajaran Katakana.
6) Apakah media teka teki silang “クロスワード” membantu anda dalam latihan
menulis Katakana ?
10
Tabel 4.7
Tabel Angket Nomor 6
Jawaban F %
a. Ya 20 100%
b. Tidak 0 0%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden menyatakan 100% media teka
teki silang “クロスワード” membantu dalam latihan menulis Katakana.
7) Apakah media teka teki silang“ ク ロ ス ワ ー ド ” membantu anda dalam
menghafal bentuk Katakana ?
Tabel 4.8
Tabel Angket Nomor 7
Jawaban F %
a. Ya 20 100%
b. Tidak 0 0%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 100% menyatakan media teka
teki silang sangat membantu dalam menghafal bentuk katakana.
8) Apakah anda mengalami kesulitan dalam mempelajari Katakana memgunakan
media teka teki silang “クロスワード“?
Tabel 4.9
Tabel Angket Nomor 8
Jawaban F %
a. Ya 3 15%
b. Tidak 17 85%
11
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 100% menyatakan
kemampuannya meningkat dalam membaca dan menulis katakan setelah belajar
menggunakan media teka teki sialng “クロスワード“
10) Apakah pembelajaran Katakana dengan menggunakan media teka teki silang
“ ク ロ ス ワ ー ド “meningkatkan motivasi anda dalam mempelajari bahasa
Jepang?
Tabel 4.11
Tabel Angket Nomor 10
Jawaban F %
a. Ya 20 100%
b. Tidak 0 0%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden 100% menyatakan belajar
Katakana menggunakan media teka teki silang “クロスワード“meningkatkan motivasi
dalam mempelajari bahasa Jepang.
b. Hasil Analisis Angket II
1. Secara keseluruhan tampilan media teka teki silang “クロスワード“ sangat
menarik dikarenakan tampilan pada gambar kotak teka teki silang cerah dan
tampilan pada cover sangat menarik.
2. Tanggapan mengenai pembelajaran katakana sebagian besar menyatakan
sangat membantu dalam latihan menulis dan menghafal katakana
3. Kekurangan media teka teki silang sebagain besar menyatakan tampilan pada
setiap teka teki silang tampilannya hanya dua warna.
4. Saran mengenai media teka teki silang responden menyatakan kosakata
sebagai isi jawaban teka teki silang harus di simpan di pinggir pertanyaan.
4. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan
yaitu
a. Media teka teki silang dibuat menggunakan corelDRAW X6
12
Langkah langkah yang penulis lakukan saat membuat media teka teki silang
adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan materi yang akan digunakan sebagai isi media berupa
kosakataka Katakana yang terdapat di buku Sakura Jilid 1,2 dan 3.
2. Setelah semua materi sudah terkumpul penulis membuat 10 latihan teka teki
silang.
a. pertama adalah membuat kotak kotak teka teki silang menggunakan
program corelDraw X6
b. Selanjutnya menentukan kosakata yang akan digunakan sebagai
pertanyaan
c. Setelah itu menyusun nomor dan menyesuiakan kotak teka teki silang
dengan jumlah huruf pada setiap kosakatanya.
d. Setelah itu menghitamkan kotak kotak yang tidak dipakai sehingga kotak
kotak yang terisi terlihat dengan jelas
e. Setelah itu menyusun pertanyaan dari kosakata yang telah disusun pada
kotak teka teki silang
b. Dari hasil tes yang telah dilakukan, diketahui nilai rata-rata pretest sebelum
menggunakan media teka teki silang siswa SMA KARYABAKTI CIANJUR
kelas XI IPS adalah 7,5
c. Dari nilai rata-rata postest sesudah menggunakan media teka teki silang siswa
SMA KARYABAKTI CIANJUR kelas XI IPS adalah 74,15.
d. Dari hasil postest dapat dilihat bahwa kemampuan responden setelah
menggunakan media teka teki silang untuk pembelajaran Katakana meningkat
sebanyak 67,9. Nilai korelasi antara kemampuan responden sebelum dan setelah
menggunakan media teka teki silang adalah 0,95. Berdasarkan nilai tersebut
maka korelasi pembelajaran sebelum menggunakan media dan setelah
menggunakan media adalah sangat kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa
penggunaan media teka teki silang, efektif untuk pembelajaran Katakana.
e. Berdasarkan data angket diketahui bahwa hampir semua siswa menyatakan
pembelajaran katakana menggunakan media teka teki silang sangat membantu
dalam latihan menulis dan menghafal katakana.
13
4.2 Saran
a. Bagi siswa SMA KARYABAKTI jangan berhenti mencoba berbagai macam
media pembelajaran agar belajar tidak membosankan
b. Bagi pengajar bahasa Jepang, media ini juga dapat digunakan untuk membantu
dalam pengajaran katakana agar dapat meningkatkan minat siswa dalam
mempelajari bahasa Jepang
5. DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar Prof Dr. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Arsyad, 2003. Manfaat Dan Fungsi. [online].Tersedia:
http://alasror.wordpress.com/?s=MANFAAT+DAN+FUNGSI
Emhas 2006 archive. Diunduh pada 21 Mei 2014. Tersedia pada:
(http://blog.so-net.ne.jp/emhas_2006/archive/200704-1)
Erlina.wordpress.com 2011. Teka teki silang sebagai media pembelajaran. Diunduh
pada : 12 Juni 2014. Tersedia Pada:
http://erlinna.wordpress.com/2011/05/20/teka-teki-sebagai-media-pembelajaran/
Gifran akan 2013. Cara membuat teka teki silang. Diunduh pada: 21April 2014.
Tersedia pada:
http://www.akangrifan.net/2013/07/cara-membuat-teka-teki-silang-tts-di.html
Pasolin 2012. Mengetahui sejarah teka teki silang. Dinduh pada 23 Mei 2014. Tersdia
pada:
http://unik247.blogspot.com/2012/03/mengetahui-sejarah-teka-teki-silang-tts.html.
Rachmawati, Y. 2009. Pengertian Metode. [online]. Tersedia: http://ktiptk.
blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html [7 Mei 2014]
Sudjianto dan Dahidi, A. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:
Kesaint Blanc
Sudjana, N dan Rival, A. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset.
Sugiyono, Prof Dr. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA
Suswito, (2006). Panduan Membaca dan Menulis Katakana. Yama Widya
14
Hamalik, Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran.[online].Tersedia:
http://pemudaberkata..com/2009/05/fungsi-dan-manfaat-media-pembelajaran.html.
Tn. 2014. Metodologi Penelitian. [Online]. Tersedia: http://www.ebook-searchengine.
com/pengertian-metode-penelitian-ebook-all.html [7 Mei 2014]
Wikipedia. Aksara kana. Diunduh pada : 28 Juni 2014. Tersedia pada:
http://id,wikipedia.org/wiki/aksara_kana
15
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh: