Kurikulum Kel-2
Kurikulum Kel-2
Dosen Pengampu :
Nuraeni (2201020057)
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
2024
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang berarti jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish.
Dapat dipahami jarak yang harus ditempuh di sini bermakna kurikulum dengan
muatan isi dan materi pelajaran yang dijadikan jangka waktu yang harus ditempuh
oleh siswa untuk memperoleh ijazah. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang
biasa digunakan adalah manhaj, yang berarti jalan terang yang dilalui manusia
pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-
dirāsah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.
Saylor dan Alexander (dalam Ansyar, 2015: 27) menyatakan bahwa kurikulum
sebagai rencana pembelajaran harus dilengkapi kegiatan peserta didik untuk
memahami dan mendalami secara mandiri materi ajar dengan atau tanpa fasilitas
pendidik. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus mencakup komponen
instruksional lainnya seperti ruang lingkup pelajaran (scope), urutan materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, strategi, metode, dan teknik pembelajaran agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Di sisi lain, kurikulum sebagai rencana
pembelajaran lebih mengutamakan kegiatan administratif (teaching activities)
daripada proses yang membelajarakan peserta didik.
Kurikulum sebagai rencana atau program yang menyangkut semua
pengalaman yang dihayati peserta didik dibawah pengerahan sekolah (Oliva,1992).
Sementara sukmadinata (2006:5) membedakan antara kurikulum sebagai rencana
(curriculum plan) dengan kurikulum yang fungsional (fungtioning curriculum).
Sebagai suatu rencana pendidikan atau pembelajaran, menurut S. Nasution (2003)
menjelaskan kurikulum adalah suatu rencana yang disusuk melancarkan proses
belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan berserta staf pengajarnya. Beberapa pendapat diatas bisa ditarik
kesimpulan bahwa kurikulum itu sebagai sebuah perencanaan dalam bentuk
dokumen tertulis. Dalam pengembangan kurikulum terdapat komponen-komponen,
prinsip-prinsip serta model pengembangan kurikulum.
Menurut Mudhofir (dalam Ruhimat, dkk: 2009) pada garis besarnya ada empat
pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa
menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Kedua,
pola ini guru ditambah alat peraga dengan siswa. Ketiga, pola dimana guru
ditambah media dengan adanya siswa, dan pola keempat ini hanya ada media
dengan siswa saja. Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut diatas maka
membelajarkan itu tidak hanya sekedar mengajar seperti pola pertama, karena
membelajarkan yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan kepada siswa.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor (1981) mengemukakan bahwa
pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencara tidak akan efektif atau bahkan bisa
keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Begitu pula dengan kurikulum tanpa
pembelajaran, kurikulum itu tidak memiliki arti apa-apa dan tidak akan berguna
secara maksimal.Selain itu, Oliva (1992) menyatakan bahwa kurikulum berkaitan
dengan apa yang harus diajarkan, sedangakn pengejaran mengacu kepada
bagaimana cara mengajarkannya. Walaupun diantara pembelajaran dengan
pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan
tolak ukur dalam kasus ini, yang bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran
lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelajaran menekankan
pada penciptaan proses belajar antara pangajar dengan pelajar ajar terjadi
aktivitas belajar dalam diri pelajar.