Anda di halaman 1dari 34

Formulasi Dan Evaluasi Pemanfaatan Pati

Dari Limbah Biji Durian (Durio Zibenthinus Murr.) Medan


Sebagai Penghancur Tablet Paracetamol

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Oleh
Muhamad Hafiz
202351023

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAIN DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
JAKARTA
2024
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI FARMASI

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : Muhamad Hafiz

NIM : 202351023

JUDUL SKRIPSI : Formulasi Dan Evaluasi Pemanfaatan Pati


Dari Limbah Biji Durian (Durio Zibenthinus
Murr.) Medan Sebagai Penghancur Tablet
Paracetamol

DISETUJUI OLEH

Pembimbing I Pembimbing II

(apt. Iin Hardiyati, M.Farm) (apt. Dede Komarudin, M. Farm)

I
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, saya berhasil menyelesaikan proposal penelitian berjudul " Formulasi
Dan Evaluasi Pemanfaatan Pati Dari Limbah Biji Durian (Durio
Zibenthinus Murr.) Medan Sebagai Penghancur Tablet Paracetamol".
Proposal ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi di program studi
Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal. Saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ngasiman Djoyonegoro, selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi
Al-Kamal Jakarta, atas kesempatan belajar di institut tersebut.
2. Bapak apt. Dede Komarudin, M. Farm., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Al-Kamal Jakarta.
3. Ibu apt. Dewi Rahma Fitri, M. Farm., sebagai Ketua Program Studi Farmasi di
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal.
4. Ibu apt. Iin Hardiyati, M.Farm., sebagai Pembimbing I, dan Ibu apt. Dewi
Rahma Fitri, M. Farm., sebagai Pembimbing II, atas bimbingan, saran, dan
dukungan yang diberikan selama penyusunan proposal ini.
5. Ibu apt. Dewi Rahma Fitri M. Farm., selaku pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan motivasi selama studi di Institut Sains dan
Teknologi Al-Kamal.
6. Para dosen di Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal yang telah berbagi ilmu
pengetahuan selama perkuliahan dan penulisan proposal ini.
7. Keluarga tercinta, istri dan anak-anak, serta ayah, ibu yang selalu memberikan
doa dan dukungan serta menjadi penyemangat selama proses penyusunan
proposal ini.
8. Teman-teman seangkatan tahun 2023 yang memberikan semangat dan motivasi
selama pendidikan di kampus.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun proposal penelitian
ini, meskipun tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terakhir, saya berharap agar semua amal baik dari pihak-pihak yang telah membantu
mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Jakarta, Maret 2024


Penulis

Muhamad Hafiz

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................II
BAB 1................................................................................................................................5
PENDAHULUAN............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................10
A. Klasifikasi...................................................................................................................10
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................................25
A. Waktu dan tempat.......................................................................................................25
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.Penelitian eksperimental
adalah percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang
timbul akibat dari adanya perlakuan tertentu. Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga taraf
perlakuan formula bahan. Penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penggunaan
pati biji durian medan (Durio Zibenthinus Murr). sebagai bahan pengikat terhadap sifat
fisik tablet Parasetamol. Tahap penelitian ini dimulai dengan pengumpulan dan
pengolahan biji cempedak, pemeriksaan pati biji cempedak, formulasi tablet
parasetamol dengan metode granulasi basah, evaluasi granul dan uji sifat fisik tablet.
Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Maret hingga Juli 2024 di Laboratorium
Farmaseutika, serta Laboratorium Formulasi Tablet di Institut Sains & Teknologi Al-
Kamal Jakarta,.................................................................................................................25
a. Alat...............................................................................................................................25
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah alat pengukur kekerasan tablet (Hardness
tester) (Monsanto®). alat uji waktu hancur (Desintegration tester), ayakan dengan no.
mesh 14, 16, 40 dan 80, blender (National®), corong uji sifat alir, jangka sorong, mesin
pencetak tablet Single punch, oven (Memmert®), perangkat gelas dan timbangan
elektrik/digital Ohauss (AdventurerTM).........................................................................25
b. Bahan...........................................................................................................................25
Bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi antara lain adalah amilum, aquadest, pati
dari biji durian, laktosa, larutan I2 0,005 M, Mg. stearat, NaOH 0,1 N, parasetamol dan
talkum..............................................................................................................................25
c. Formulasi Tablet..........................................................................................................26

III
Formulasi Tablet Parasetamol dengan Metode Granulasi Basah....................................26
Tabel 1. Formulasi tablet Parasetamol dengan metode granulasi basah.........................26
Setiap formula dibuat 100 tablet..................................................................................26
1) Pati biji durian...........................................................................................................26
a. Kadar Lembab...........................................................................................................28
b. Sifat Alir.....................................................................................................................28
Uji Sifat Fisik Tablet.....................................................................................................28
a. Keseragaman Bobot..................................................................................................28
b. Keseragaman Ukuran...............................................................................................29
c. Kekerasan...................................................................................................................29
d. Waktu Hancur...........................................................................................................29
Analisis Data..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31

IV
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian obat dalam bentuk sediaan tablet adalah salah satu cara yang u
mum digunakan dalam pengobatan, Tablet biasanya diberikan utuh secara oral di
minum melalui mulut dan ditelan dengan air. Ini adalah rute pemberian yang palin
g umum dan nyaman, serta memiliki keuntungan 1) ketepatan dosis, 2) mudah
cara pemakaiannya, 3) stabil dalam penyimpanan, 4) mudah dalam transportasi
dan 5) dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat
lainnya.
Parasetamol (Asetaminofen) adalah derivat asetanilida yang berkhasiat
sebagai analgetik dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Umumnya dianggap
sebagai zat anti nyeri yang paling aman (Tan dan Rahardja, 2002:318), dibanding
kan dengan beberapa obat penghilang rasa sakit dan antipiretik lainnya, paracetam
ol memiliki risiko efek samping yang lebih rendah. Jika digunakan sesuai dosis ya
ng dianjurkan, kemungkinan timbulnya reaksi alergi atau gangguan lambung lebih
kecil. memiliki waktu paruh yang relatif singkat, Kelarutan parasetamol larut
dalam 70 bagian air, hal ini berarti parasetamol agak sukar larut dalam air
sehingga bersifat hidroforb. Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa
pahit (Depkes RI,1979:37).
Parasetamol merupakan bahan dengan karakteristik kompaktibilitas
kurang baik dan memiliki sifat alir yang buruk. Dalam memperbaiki sifat alir. Dan
kompaktbilitasnya maka dalam pembuatan tablet digunakan metode granulasi
basah (Voight, 1984).
Dalam membuat sediaan tablet selain zat aktif juga dibutuhkan eksipien.
Eksipien merupakan substansi selain zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi
untuk membantu proses pembuatan tablet. Eksipien digolongkan berdasarkan
fungsinya yang meliputi pengikat,penghancur, pengisi, lubrikan, glidant, anti
adherant, pewarna dan pemberi rasa (Sulaiman, 2007:76). Bahan penghancur

5
ditambahkan untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan
saluran pencernaan (Lachman dkk, 1994:702).
Banyak penelitian melaporkan bahwa jenis pati dari berbagai tanaman
dapat dimanfaatkan sebagai substitusi bahan-bahan pembantu yang telah dikenal
dalam formulasi tablet (Wade & Weelr PJ, 1994). Salah satunya adalah amilum
dari biji durian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat (Handayani,
2010) dan bahan penghancur (Hidayah, 2004) dalam formulasi tablet parasetamol.
Pati biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20% dari berat tablet. Penambahan
pati berfungsi sebagai bahan pengatur aliran,bahan pengikat dan bahan
penghancur (Voight, 1995:165).
Tanaman durian Durio zibethinus Murr relatif mudah didapat karena
tanaman durian dibudidayakan di daerah tropis seperti Indonesia (Jufri,2006).
Tanaman durian banyak terdapat di dataran tinggi dan pegunungan. Biasanya
sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan buah durian sebagai bahan
makanan ataupun minuman. namun pemanfaatan biji durian masih sangat jarang.
Masyarakat Indonesia biasanya memanfaatkan biji durian sebagai bibit untuk
mendapatkan tanaman durian baru. Biji durian mengandung pati yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan penghancur. Pati biji durian memiliki kadar amilosa
sekitar 26,60% (Jufri, 2006).
Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi granul
dengan bantuan larutan bahan pengikat. Metode granulasi basah memerlukan
bahan pengikat untuk meningkatkan kohesivitas agar kekerasannya semakin
tinggi (Siregar and Wikarsa, 2010).Pembuatan tablet dengan metode Granulasi
Basah digunakan untuk membuat tablet dengan zat aktif yang mempunyai
karakteristik tidak kompaktibel,mempunyai waktu alir (fluiditas) yang jelek tahan
panas dan tahan lembab / pembasahan. Granulasi basah dilakukan dengan
mencampurkan zat khasiat,zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogen, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, jika perlu ditambahkan bahan pewarna.setelah
itu di ayak menjadi granul, dan di keringkan didalam lemari pengering pada suhu
40-50℃ (tidak lebih dari 60℃). Setelah kering di

6
ayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan di
tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet (Anief, 1994)
penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pati biji durian
varietas durian medan sebagai bahan penghancur dalam pembuatan tablet paraseta
mol secara granulasi basah yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edis
i IV.
Untuk itu, peneliti mencoba memanfaatkan pati biji durian dari varietas
durian medan sebagai “ Formulasi Dan Evaluasi Pemanfaatan Pati

Dari Limbah Biji Durian (Durio Zibenthinus Murr.) Medan


Sebagai Penghancur Tablet Paracetamol” untuk perbandingan
efektifitas secara spesifik dengan metode dan cara seperti yang di lakukan pada
pembuatan paracetamol.

B. Rumusan masalah
1. Sifat fisik pati durian:

 Pati durian memiliki sifat fisik yang berbeda dengan pati yang biasa digunakan d
alam pembuatan tablet, seperti pati jagung atau pati kentang. Perbedaan ini dapat
memengaruhi sifat fisik tablet, seperti keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan,
dan waktu hancur.
 Pati durian memiliki kadar amilosa yang tinggi, yang dapat menyebabkan tablet
menjadi keras dan rapuh.
 Pati durian memiliki viskositas yang tinggi, yang dapat menyebabkan kesulitan d
alam proses granulasi dan pengempaan tablet.

2. Kompatibilitas antara pati durian dan paracetamol:

 Perlu dikaji apakah pati durian kompatibel dengan paracetamol. Interaksi antara p
ati durian dan paracetamol dapat memengaruhi stabilitas dan bioavailabilitas obat.
 Pati durian dapat mengandung senyawa-senyawa yang dapat berinteraksi dengan
paracetamol dan memengaruhi efektivitasnya.

3. Proses pembuatan tablet:

7
 Perlu dilakukan penyesuaian pada proses pembuatan tablet untuk mengakomodas
i sifat fisik pati durian.
 Parameter proses granulasi dan pengempaan tablet perlu dioptimalkan untuk men
ghasilkan tablet dengan kualitas yang baik.

C. Tujuan Penelitian

1. Evaluasi Kinerja Sebagai Penghancur: Menganalisis kemampuan pati biji


durian untuk meningkatkan efisiensi penghancuran parasetamol dalam tablet.
Ini melibatkan penelitian tentang bagaimana pati biji durian dapat mempengar
uhi proses penghancuran parasetamol dalam tablet, yang dapat meningkatkan
bioavailabilitas dan efek terapi.
2. Penggunaan Alternatif Binder: Menggali lebih dalam tentang potensi pati b
iji durian sebagai alternatif binder dalam formulasi tablet. Penelitian ini dapat
mencakup evaluasi kinerja pati biji durian dalam membantu parasetamol deng
an lebih baik, yang dapat meningkatkan stabilitas tablet dan kualitas keseluru
han produk.
3. Penelitian Farmakokinetik: Menganalisis bagaimana penggunaan pati biji d
urian sebagai penghancur dalam tablet parasetamol dapat mempengaruhi farm
akokinetik parasetamol. Ini dapat mencakup penelitian tentang bagaimana pe
nghancuran parasetamol oleh pati biji durian dapat mempengaruhi penyerapa
n, distribusi, metabolisme, dan ekskresi parasetamol dalam tubuh.
4. Studi Keselamatan dan Efek Samping: Melakukan studi keselamatan untuk
mengevaluasi keselamatan penggunaan tablet parasetamol dengan pati biji du
rian sebagai penghancur. Ini termasuk penelitian tentang efek samping yang
mungkin terjadi dan bagaimana mereka berbeda dari tablet parasetamol tradis
ional.
5. Penelitian Nutraceutical: Menggali potensi nutraceutical dari pati biji durian,
yang dapat mencakup penelitian tentang kandungan nutrisi dan sifat antioksi
dan yang mungkin dimiliki oleh pati biji durian. Ini dapat mencakup penelitia
n tentang bagaimana pati biji durian dapat memberikan manfaat kesehatan ta
mbahan di luar fungsi penghancur dalam tablet parasetamol.

8
6. Penelitian Interaksi dengan Obat Lain: Menganalisis interaksi antara pati b
iji durian sebagai penghancur dengan obat-obatan lain yang mungkin dikonsu
msi bersamaan dengan parasetamol. Ini dapat mencakup penelitian tentang ba
gaimana penggunaan pati biji durian sebagai penghancur dapat mempengaruh
i efek terapi dari obat-obatan lain.

D. Manfaat Penelitian

1. Peningkatan Kualitas Tablet: Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas tab


let paracetamol dengan mempertimbangkan penggunaan amilum biji durian s
ebagai penghancur. Ini mencakup peningkatan kekerasan, kerapuhan, dan wa
ktu hancur tablet, yang semuanya penting untuk kualitas tablet yang baik.
2. Penggunaan Bahan Alami: Menggunakan amilum biji durian sebagai pengh
ancur memungkinkan penggunaan bahan alami dalam formulasi tablet, yang
dapat meningkatkan kesetaraan dengan bahan-bahan kimia yang biasa diguna
kan. Ini juga dapat meningkatkan kesetaraan dengan bahan-bahan penghancur
yang telah dikenal dalam formulasi tablet.
3. Peningkatan Bioavailabilitas: Penelitian ini dapat mencakup peningkatan bi
oavailabilitas paracetamol dengan mempertimbangkan penggunaan amilum bi
ji durian sebagai penghancur. Ini dapat meningkatkan efek terapi dari paracet
amol.
4. Pengurangan Efek Samping: Menggunakan amilum biji durian sebagai pen
ghancur dapat membantu dalam mengurangi efek samping yang terkait denga
n penggunaan bahan-bahan kimia dalam formulasi tablet. Ini dapat meningkat
kan kenyamanan pengguna dan kepuasan dengan produk.
5. Peningkatan Kestabilan Tablet: Penelitian ini dapat mencakup peningkatan
kestabilan tablet paracetamol dengan mempertimbangkan penggunaan amilu
m biji durian sebagai penghancur. Ini dapat meningkatkan keseluruhan kualit
as dan keandalan produk.
6. Peningkatan Kesetaraan dan Kualitas Produk: Menggunakan amilum biji
durian sebagai penghancur dapat meningkatkan kesetaraan dan kualitas produ

9
k paracetamol, yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan kepercayaa
n mereka terhadap produk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

1.Taksonomi Biji Durian Durio zibethinus Murr


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr
2. Uraian tanaman
Pohon durian banyak tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.Habitus pohon, tinggi 15-30 m. Batang tegak, berkayu,
bulat, percabangan simpodial, putih kehijauan. Daun tunggal,
tersebar, lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal meruncing,
panjang 11-15 cm, lebar 4-6 cm, tangkai silindris, putih kehijauan,
petulangan menyirip, hijau kekuningan. Bunga tunggal, di batang,
bertangkai silindris, panjang ±5cm, hijau, kelopak bentuk
lonceng, hijau, benang sari bentuk kipas, putih, tangkai putik

10
silindris, putih, mahkota lepas, panjang 4-5 cm, putih kekuningan.
Buah kotak, bulat, bulat telur, panjang 15-30 cm, garis tengah 13-
15 cm, berduri tajam, masih muda hijau setelah tua kuning. Biji
bulat telur, diameter ± 3 cm, dilapisi selaput biji, kuning. Akar
tunggang, putih kotor (Depkes, 2008).

3. Kandungan
Daun dan akar Durio zibethinus Murr mengandung
saponin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida
dan polifenol dan akarnya juga mengandung tanin. Akar pohon
durian berkhasiat sebagai obat sakit demam dan sakit kulit,
daging buahnya untuk penghangat badan. Untuk obat demam
dipakai + 15 gram akar pohon durian, dicuci dan direbus
dengan 1 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil
saringan diminum sekaligus. Biji durian mengandung amilosa
sebesar 26,60% yang terdapat pada bagian kotiledon biji (Jufri,
2006). Amilum merupakan salah satu eksipien yang
paling banyak digunakan dalam industry farmasi karena memiliki
sifat sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum
merupakan polimer dengan rumus molekul (C6H10O5)n, dimana
nilai n dari 300 sampai 1000. Secara umum amilum terdiri dari 2
jenis dari dari polimer D-glukopiranosa yang dikenal sebagai
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimerlinear dari
glukopiranosil sedangkan a

milopektin polimer bercabang, sebagaimana gambar 1


dibawah ini. Bagian dari molekul amilopektin

11
Gambar 1. (A) Molekul amilosa linear dan (B) molekul
amilopektin bercabang (ulyarti, 1997).

4. Cara Pembuatan Pati Biji Durian


Untuk membuat pati dari biji durian, langkah pertama
adalah menyortir biji durian dan mencucinya hingga bersih. Biji
durian yang telah bersih kemudian dikupas dan direndam dalam
larutan natrium metabisulfit, kemudian dibersihkan kembali
dengan air. Selanjutnya, biji durian tersebut diblender dengan
perbandingan bahan dan air sebesar 1 banding 1. Setelah proses
blending, dilakukan penyaringan, dan larutan kemudian
didiamkan selama 48 jam untuk mengendap. Pati yang terbentuk
selama proses tersebut kemudian dikeringkan selama 7 jam
dengan suhu 70°C. Setelah pati kering, dilakukan penghancuran
dan penyaringan menggunakan saringan dengan ukuran 100
mesh. Langkah terakhir adalah melakukan analisis untuk
mengetahui kualitas pati biji durian yang dihasilkan (suarti et al
2013).

12
B. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak,
berbentuk rata, atau cembung rangkap, umumnya bulat,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin,
zat pembasah (Anief, 2000:210).
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, bobot,
kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatan
tablet. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-
obatan secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan
penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan
dalam berbagai jenis (Ansel, 2005:244-245).
Berdasarkan metode pembuatannya, tablet dapat
digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian
besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet cetak
dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Depkes RI, 1995:4).
Tujuan tablet kempa adalah untuk memberikan obat melalui
oral dalam bentuk yang memadai dalam jumlah yang tepat dan
dalam waktu yang tepat, di tempat yang diinginkan dan juga
mempunyai integritas kimia yang dilindungi. Di samping sifat
fisika dan kimia dari obat yang akan diformulasi, desain fisik
yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas
tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran
dari obat yang akan diberikan.

13
Tablet harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang
mempunyai identitas sendiri serta bebas dari serpihan,
keretakan, pemucatan /pelunturan, kontaminasi, sanggup
menahan guncangan mekanik selama produksi, pengepakan
serta harus mempunyai kestabilan fisika dan kimia untuk
mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.
Kemudian dari segi lain, tablet harus dapat melepas zat
berkhasiat ke dalam tubuh (Lachman, 1994:647-648).

Beberapa keuntungan sediaan tablet, antara lain:


1. Merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan
oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas yang rendah.
2. Merupakan sediaan oral yang paling ringan dan kompak.
3. Merupakan sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta
dikirim.
4. Merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah.
6. Dapat dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti pelepasan
di usus atau produk lepas lambat.
7. Paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan,terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
8. Dapat diproduksi secara besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
9. produksinya lebih rendah.
10. Merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik serta stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman dkk,
1994:645).

14
Sediaan tablet juga mempunyai kerugian, antara lain :
I. Beberapa obat tidak dapat dikempa padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

II. Obat yang sukar dibasahkan, lembat melarut, dosisnya cukup atau tinggi,
absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat tersebut, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.

III. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu. pada keadaan ini kapsul merupakan jalan keluar
yang paling baik serta lebih murah (Lachman dkk, 1994:645-646).

C. Bahan Tambahan Tablet


1. Bahan Pengisi (Diluents)
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Obat
yang mempunyai dosis cukup tinggi, bahan pengisi tidak diperlukan (misal
aspirin, dan antibiotik tertentu). Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan
kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau
untuk memacu aliran (Lachman dkk, 1994:697).Pengisi menjamin tablet memiliki
ukuran massa yang dibutuhkan (0,1-0,8g). Disamping sifatnya yang harus netral
secara kimia dan fisiologi, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat
dicernakan dengan baik (Voight, 1995:202).
Bahan pengisi harus mempunyai beberapa kriteria, diantaranya:
a. Non toksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari negara dimana
produk akan dipasarkan.
b. Tersedia dalam jumlah yang cukup di semua negara tempat produk itu dibuat.

15
c. Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat
atau komponen tablet lain.
d. Bila obat itu termasuk sebagai makanan (produk-produk vitamin tertentu),
bahan pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapatkan persetujuan
sebagai bahan aditif pada makanan.
e. Harganya harus cukup murah.
f. Colour compactible (tidak boleh mengganggu warna).
g. Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat (Lachman dkk,1994:698).

Contoh dari bahan pengisi antara lain adalah laktosa, avicel, sukrosa, kalsium
fosfat, dan zat lainnya yang cocok. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling
banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang
digunakan dalam bentuk hidrat ataupun anhidrat. Laktosa anhidrat mempunyai
kelebihan karena tidak bereaksi dengan dengan pereaksi Millard yang dapat
menimbulkan warna cokelat dan perubahan warna dengan obat-obat tertentu,
tetapi bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila terkena udara sehingga
meninggalkan kelembaban tablet. Tablet seperti itu harus dikemas dengan hati-
hati untuk mencegah terkena udara lembab. umumnya formulasi memakai laktosa
menunjukan laju penglepasan yang baik, granulnya cepat kering dan waktu
hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Harganya
murah tetapi mungkin mengalami perubahan warna bila ada zat basa amina garam
alkali (Lachman dkk, 1994:699).

2. Bahan Pengikat (Binders)


Bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan
tablet. Oleh karena itu, bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel
serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian juga kekompakan tablet dapat
dipengaruhi baik oleh tekanan pencetakan ataupun pengikat. Oleh sebab itu,
sebaiknya bahan pengikat digunakan sesedikit mungkin. Bahan pengikat dalam
jumlah memadai ditambahkan ke dalam bahan yang akan di tabletasi melalui
bahan pelarut atau larutan bahan pengikat yang digunakan pada saat granulasi
(Voight,1995:202).Bahan pengikat bisa berupa gula maupun polimer. Pada

16
granulasikering, banyak membutuhkan bahan pengikat untuk membentuk granul
atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung.Bahan
pengikat harus memberikan suatu daya adesi pada massa serbuk sewaktu proses
granulasi. Bahan pengikat dapat menyatukan pertikel serbuk dalam butiran-
butiran granulat. Contoh dari bahan pengikat adalah amilum, gelatin, avicel,
larutan sukrosa, turunan selulosa (Solusio Metilsellulose 5%), mucillago Gummi
Arabici 10-20% dan PVP 5-10% dalam air atau dalam alkohol (Anief, 2000:211).

3. Bahan Pelincir, Antilekat, dan Pelicin (Lubrikant, antiadherent,


dan glidant)
Ketiga bahan ini fungusinya saling tumpah tindih, suatu bahan anti lekat juga
mempunyai sifat-sifat pelincir dan pelicin. Suatu pelincir diharapkan dapat
mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet
ditekan ke luar. Antilekat bertujuan untuk mengurangi lengket atau adhesi bubuk
atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin ditujukan untuk
memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara
partikel-partikel (Lachman dkk, 1994:703).
Lubrikan ditambahkan secara kering saat semuanya homogen, lalu dicampur pada
2-5 menit akhir dari total waktu pencampuran 10-30 menit. Penambahan lubrikan
di akhir (sebagai fase luar) memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan
tablet dan kemudahanya untuk dikeluarkan dari cetakan. Beberapa contoh bahan
pelincir, antilekat, dan pelicin antara lain talcum 5%, magnesii stearas, acidum
stearicum (Anief, 2000:211).
4. Bahan Penghancur (Disintegrant)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika berkontak dengan hancurnya pencernaan. Dapat berfungsi menarik
air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-
bagian. Fragmen-fragmen itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya
dari obat dan tercapai biovailabilitas yang diharapkan. Kanji USP dan jenis-jenis
lainnya merupakan bahan penghancur yang paling banyak dipakai, dan harganya
juga murah.Biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20% dari berat tablet
(Lachman,1994:702)

17
Bahan penghancur dapat ditambahkan sebelum granulasi (intragranular)
atau pada saat lubrikasi (ekstragranular). Ekstragranular bertujuan agar
mekanisme penghancuran yang lebih cepat, sedangkan intragranular dapat
menyebabkan dispersi partikel menjadi lebih halus. Kombinasi dari cara tersebut
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa contoh bahan penghancur antara lain amilum manihot kering,Gum
(agar-agar 2,5-10%), natrium alginat (Anief, 2000:211).

D. Metode Pembuatan Tablet


Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet harus memiliki dua
karakteristik, yaitu kemampuan mengalir dan dapat dicetak. Karakteristik lain
yang diinginkan adalah kompresibilitas yaitu sifat untuk membentuk massa yang
stabil , kompak bila diberi tekanan. Hal-hal yang menyebabkan tablet menjadi
bentuk sediaan yang popular seperti : kekompakan, dan stabilitas kimianya
terutama ditentukan oleh kualitas granulasinya. Granulasi adalah proses yang
bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi
buatan-buatan atau agregat-agregat dalam bentuk beraturan yang disebut granul
( Lachman dkk, 1994:680-681).

Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering
(mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung(Depkes RI, 1995:5).

1. Granulasi Basah
Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan kecampuran serbuk (Lachman dkk,1994:690).
Pada umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk dicampur
dengat perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat sangat dipengaruhi
oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat ditambahkan dalam keadaan
kering tanpa air. Jumlah bahan pegikat yang digunakan tergantung pada bahan

18
lainnya dalam formula. Bahan pengikat yang ditambahkan harus memberikan
kelembaban yang cukup supaya serbuk dapat bercampur, tidak boleh terlalu basah
atau tidak boleh terlalu kering karena jika dibasahi secara berlebih akan
menghasilkan granul yang terlalu keras, sedangkan jika pembasahannya kurang
akanPembuatan Tablet Parasetamol. Menghasilkan tablet yang terlalu dan
cenderung mudah remuk (Ansel, 2008:264).
Pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dapat dilakukan dengan cara
berikut : zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik
(homogen). Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu
ditambah dengan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan
dalam almari pengering pada suhu 400-500 C. Setelah kering diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan
pelicin kemudian dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2000:211).
Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan kompakbilitas,
sesuai untuk sifat aliran/kompaktibilitas buruk, mengurangi penjeratan udara,
mengurangi debu, pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis
rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui hidrofilisasi (granulasi basah),
dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa kehilangan kualitas campuran
(Agoes,2006: 195).
2. Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering,granul dibentuk tanpa campuran pelembab
bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat, tetapi dengan cara memadatkan
massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan menjadi granul yang lebih
kecil.Metode granulasi kering cocok untuk obat dosis tinggi, bahan-bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap
panas.Pada pembuatan granul secara kering dikerjakan dengan cara : zat
berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin
dicampur dan dibuat dengan cara kempacetak menjadi tablet yang besar
(slugging). Setelah itu tablet yang sudah jadi dipecah menjadi granul kemudian
diayak, Setelah pengayakan, yang terakhir dikempa cetak menjadi tablet yang
dikehendaki dengan mesin tablet (Anief,2000:212). Keseragaman bentuk granulat

19
menyebabkan keseragaman bentuk tablet. Dengan demikian akan dihasilkan
massa tablet yang tetap dan ketepatan takaran yang tinggi (Voigt,1995: 169).
Granulasi kering membutuhkan waktu yang lebih singkat dan,lebih ekonomis dari
pada pembutiran lembab (granulasi basah). Cara ini sangat tepat untuk tabletisasi
yng peka terhadap suhu atau bahan obat
yang tidak stabil dengan adanya air (Voigt,1995:177).

3. Kempa Langsung
Kempa langsung adalah metode pembuatan tablet tanpa adanya proses
granulasi yang memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat memungkinkan
untuk dikempa secara langsung. Kempa langsung dilakukan terutama pada
keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka
terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya yang dapat mengganggu dalam
proses granulasi. Walaupun kempa langsung mempunyai beberapa keuntungan
penting (tenaga kerja yang sedikit, proses kering, tahap proses sedikit), tapi ada
beberapa keterbatasan pada teknik ini :
a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi
dapat menimbulkan stratifikasi dalam granul sehingga dapat
b. menimbulkan ketidakseragaman isi obat dalam tablet.
c. Obat dosis besar dapat menimbulkan masalah dengan kempa langsung
d. bila tidak dikempa dengan obatnya sendiri.
e. Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat.
f. Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tidak terjadi
g. pencampuran, hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat
h. dalam granul (Lachman dkk, 1994:687).
i. Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada
j. granulasi basah dan granulasi kering.Meskipun demikian sifat fisik
k. masing-masing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat
mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa
langsung (Depkes RI, 1995:5).

E. Uji Sifat Fisik Tablet

20
1. Uji Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot dipengaruhi mesin tablet, kualitas cetakan dan punch, sifat
fisik dan homogenitas granul, keteraturan aliran granul dari corong ke cetakan
(Lachman dkk, 1994:651). Jumlah bahan yang diisikan dalam cetakan yang akan
ditekan menentukan bobot yang akan ditekan menentukan bobot yang akan
dihasilkan (Ansel, 2008:252).
Ditimbang 20 tablet satu persatu, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom B. dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dal (Anief, 2000:214).
Tabel 1. Syarat penyimpangan bobot tablet

2. Kontrol Kekerasan Tablet


Umumnya semakin besar tekanan, semakin keras tablet yang dihasilkan
meskipun sifat dan granul juga menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya
tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan
waktuditangani secara normal, tapi tablet ini akan cukup lunak untuk melarut dan
menghancur dengan sempurna begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan
diantara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya. Dalam
bidang industri kekuatan kekerasan minimum yang sesuai untuk tablet adalah
sebesar 4kg (Ansel, 2008: 255).

21
3. Kontrol Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet merupakan gambaran lain dari ketahanan tablet dalam
melawan pengikisan dan goncangan. Untuk uji kerapuhan tablet,kehilangan berat
lebih kecil dari 0,5-1% masih dapat dibenarkan (Lachman dkk, 1994:654). Tablet
dianggap baik jika kerapuhan tidak lebih dari 1% (Sulaiman, 2007:200).

4. Waktu Hancur Tablet


Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet
dalam media yang sesuai. Tablet dinyatakan hancur jika tablet terlarut dalam
suatu medium penguji atau hancur menjadi banyak partikel (Voigt, 1995:224).
Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya
tablet menjadi partikel kecil atau granul yang disebut disintegrasi. Tablet harus
hancur dan semua partikel harus dapat menembus saringan mesh 10 dalam waktu
yang sudah ditentukan. Bila ada sisa yang tertinggal, maka sisa itu harus
mempunyai masa yang lunak dan tidak boleh ada inti tablet yang tumpah. Tablet
tidak bersalut mempunyai standar waktu hancur paling rendah 5 menit, tapi
kebanyakan tablet mempunyai waktu hancur 30 menit (Lachman dkk, 1994:658-
659). Waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari
15 menit untuk tablet tidak bersalut (Sulaiman, 2007:206).

F. Uraian Zat Aktif dan Bahan Tambahan


1. Parasetamol

Gambar 2. Rumus Bangun Parasetamol


4- Hidroksiasetanilida
C8H9NO2
BM 151,16
Khasiat parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik,
tetapi tidak anti radang. Umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri

22
yang paling aman (Tan dan Rahardja, 2002:318). Pemerian serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit, kelarutan larut dalam
air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam
etanol. Tablet parasetamol mengandung parasetamol C8H9NO2,
tidak kurangdari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket (Depkes RI,
1995:649-650).
2. Laktosa
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena
tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam
bentuk hidrat atau anhidrat (Lachman dkk, 1994:699).
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Laktosa yang digunakan
dalam teknologi farmasetika adalah α-laktosa monohidrat. Laktosa berupa
serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa
sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah larut
dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter ( Depkes RI, 1995:488-489).

3. Magnesium stearat dan talk ( pelicin )


Digunakan kombinasi magnesium stearat dan talk dengan perbandingan
(1:9). Kombinasi ini ditujukan agar magnesium stearat dan talk dapat saling
menutupi kekurangan masing-masing zat tersebut.
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari mg stearat dan
mg palmitat dalam berbagai perbandingan. Mg stearat berupa serbuk halus, warna
putih, licin, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, praktis tidak larut dalam air,
etanol 95% p dan eter (Depkes RI, 1995:515). Jumlah yang dibutuhkan untuk
pelicin lebih sedikit daripada bentuk asamnya. Hal ini karena mg stearat ukuran
partikelnya lebih kesil sehingga dihasilkan lapisan permukaan yang lebih luas.
Konsentrasi efektif mg stearat antara 0,2-2% (Agoes, 2006:191).

23
Talk merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Talk berupa serbuk hablur putih sangat
halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran, tidak larut dalam hampir semua pelarut (Depkes RI, 1995:771).

4. Pati biji durian


Pati biji durian hasil isolasi berwarna putih kecoklatan dengan derajat
putih 71,23% (Jufri, 2006). Nilai derajat putih pati dipengaruhi oleh warna dari
bahan yang akan diisolasi, dalam hal ini adalah kotiledon dari biji durian yang
berwarna putih kekuningan (Jufri, 2006)

24
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat


Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.Penelitian ekspe
rimental adalah percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pen
garuh yang timbul akibat dari adanya perlakuan tertentu. Rancangan percobaan ya
ng digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) denga
n tiga taraf perlakuan formula bahan. Penelitian yang dilakukan mengenai pengaru
h penggunaan pati biji durian medan (Durio Zibenthinus Murr). sebagai bahan pe
ngikat terhadap sifat fisik tablet Parasetamol. Tahap penelitian ini dimulai dengan
pengumpulan dan pengolahan biji cempedak, pemeriksaan pati biji cempedak, for
mulasi tablet parasetamol dengan metode granulasi basah, evaluasi granul dan uji
sifat fisik tablet. Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Maret hingga Juli 2024 d
i Laboratorium Farmaseutika, serta Laboratorium Formulasi Tablet di Institut
Sains & Teknologi Al-Kamal Jakarta,
a. Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah alat pengukur kekerasan tablet (Hard
ness tester) (Monsanto®). alat uji waktu hancur (Desintegration tester), ayakan de
ngan no. mesh 14, 16, 40 dan 80, blender (National®), corong uji sifat alir, jangka
sorong, mesin pencetak tablet Single punch, oven (Memmert®), perangkat gelas d
an timbangan elektrik/digital Ohauss (AdventurerTM).

b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi antara lain adalah amilum, aquade
st, pati dari biji durian, laktosa, larutan I2 0,005 M, Mg. stearat, NaOH 0,1 N, para
setamol dan talkum.

c. Formulasi Tablet
Formulasi Tablet Parasetamol dengan Metode Granulasi Basah
Tabel 1. Formulasi tablet Parasetamol dengan metode granulasi basah

Bahan Fungsi F1 F2 (mg) F3 (mg)

25
Fase dalam
Paracetamol (mg) Zat aktif 250 250 250
Amilum (%) pengikat 10 10 10
Lactosa (%) pengisi qs qs qs
Mucilago Pati biji
Penghancur 6 8 10
durian (%)
Fase luar
Amilum (%) penghancur 5 5 5
Mg stearat (%) 2 2 2
Talkum (%) 3 3 3
Berat tablet (mg) 350 350 350
Setiap formula dibuat 100 tablet

1) Pati biji durian


Pati biji durian mengandung pati utama yang terdiri dari amilosa dan
amilopektin. Amilosa memiliki kandungan sekitar 26,607%, sementara
amilopektin sekitar 73,393%. Amilosa memberikan sifat keras dan mudah
menyerap air, serta berperan dalam pembentukan gel. Semakin rendah
kandungan amilosa, semakin besar kekentalan gelnya. Di sisi lain,
amilopektin cenderung sedikit menyerap air dan menyebabkan sifat
lengket. Amilopektin juga memiliki sifat viskoelastis yang lebih lekat dan
cenderung membentuk gel saat disuspensikan dengan air. Biasanya, pati
biji durian digunakan sebagai bahan pengikat granul. Penggunaan pengikat
diperlukan untuk mengikat partikel serbuk agar dapat membentuk granul,
yang pada gilirannya memperbaiki kekuatan dan kerapuhan granul serta
tablet. Ini dapat mempengaruhi karakteristik granul yang dihasilkan
(Fatikha, N. 2020).

Pengumpulan dan Pengolahan Biji durian dibeli dari pedagang di Pasar keramat
jati dan kali bata Jakarta . Lalu biji durian dan dicuci bersih. Biji durian
dibersihkan kulitnya, dicuci dengan air mengalir, di jemur kemudian dipotong kec
il-kecil dan diblender dengan penambahan air. Bahan disaring dengan kain putih,
diperas, ampas diblender kembali dengan penambahan air, disaring dan diperas ke

26
mbali. Filtrat diendapkan sampai airnya jernih dan buang airnya. Pati dicuci kemb
ali sampai bersih kemudian keringkan dalam oven. Pati yang telah kering digiling
dan ayak melalui mesh 80.

Pemeriksaan pati biji cempedak dilakukan menurut pemeriksaan pati singkong ya


ng terdapat pada FI edisi IV (9), meliputi:

a. Pemerian: bentuk, warna, rasa dan bau

b. .Kelarutan: dalam air dingin dan dalam etanol.

c. Identifikasi: Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 g dalam 50


ml air, dinginkan, campur 1 ml larutan dengan 0,05 ml iodium 0,005 M.

d. Keasaman: diperlukan tidak lebih 2 ml NaOH 0,1 N

Cara Kerja:

a. Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula.

b. Dibuat mucilago pati biji cempedak dengan menambahkan air panas (sesuai
dengan persentase b/v), aduk hingga bening / jernih di atas water bath.

c. Parasetamol ditambahkan amilum dan laktosa, aduk homogen.

d. Kemudian ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit, aduk hingga


menjadi massa yang dapat dikepal.

e. Hasil pencampuran awal diayak dengan ayakan mesh no. 14, keringkan
didalam oven suhu 60°C hingga kadar air 2-4 % selama 60 menit.

f. Diayak granul kering dengan ayakan mesh no. 16, kemudian ditambahkan
amilum, talkum dan magnesium stearat melalui ayakan mesh no. 40, aduk
homogen 5 menit.

g. Dilakukan evaluasi terhadap granul, meliputi uji kadar lembab dan sifat alir
granul.

27
h. Dicetak dengan mesin tablet singgle punch dengan bobot rata-rata tablet 350
mg.

i. Dilakukan evaluasi terhadap tablet, meliputi uji kekerasan, waktu hancur,


keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter) dan keseragaman bobot.

Evaluasi Granul

a. Kadar Lembab

Ditimbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot
konstan (105 °C) selama 2 jam.

Perhitungan :

MC= Moisture Content, kandungan lembab

W0= Bobot granul awal

W1= Bobot granul setelah pengeringan Persyaratan = 2-4%

b. Sifat Alir

Ditimbang 25,0 g granul, tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam keadaa
n tertutup. Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 k
ali. Persyaratan : 100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik.

Uji Sifat Fisik Tablet

a. Keseragaman Bobot

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika dihitung satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar d
ari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya me
nyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. jika perlu dapat di
gunakan 10 tablet dan tidak 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-r
ata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.

b. Keseragaman Ukuran

28
Diambil 20 tablet, ukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong.
Hitung rata-rata dan SD nya.Persyaratan: kecuali dinyatakan lain, diameter tidak l
ebih dari 3 kali dan tidak kurang dari ¾ kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumn
ya tidak lebih besar dari 50% diameter.

c. Kekerasan

Diambil 20 tablet, ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata-
rata dan SD nya. Persyaratan: Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2,
maksimal 10 kg/cm2.

d. Waktu Hancur

Dimasukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu hancur,
masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air sebagai medi
a dengan suhu 37±20C. semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet t
idak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif, yaitu berupa data hasil uji keserag
aman bobot, keseragaman ukuran (diameter dan ketebalan), kekerasan tablet dan
waktu hancur. Kemudian disesuaikan dengan persyaratan tablet yang terdapat dala
m Farmakope Indonesia edisi IV.

Data sifat fisik tablet parasetamol yang diperoleh dianalisis dengan analisis statisti
k deskriptif dan inferensial/induktif. Statistika inferensial yang digunakan adalah a
nalisis variansi (ANAVA/ANOVA) dengan tingkat kebermaknaan 5% (α=0,05). J
ika hasil uji ANAVA berbeda nyata (P<0,05) terhadap sifat fisik yang diukur, ma
ka akan dilanjutkan dengan analisis Least Significant Difference (LSD) untuk me
ngetahui lebih lanjut kelompok mana saja yang berbeda nyata.

I. Skema pembuatan tablet metode granulasi basah

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Abu Izza, Li, Look, Parr dan Schineller. 2009. “A review on recent patents on fast disso
lving drug delivery system” dalam International Journal of PharmTech Research.
(hlm. 790-798). North Gujarat: Sphinx

Anggraeni, Yuni., Sulistiawati, Farida., Astria, Dwi. “Pengaruh Plasticizer Gliserol dan
Sorbitol terhadap Karakteristik Film Penutup Luka Kitosan-Triolifosfat yang Me
ngandung Asiatikosida” dalam Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (hlm. 128-134)

Ansel, HC. 1995. Introduction to pharmaceutical dosage forms. Philadelphia: Lea and F
ebiger.

Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat.

Direktur Jendral POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Gangadhar, Z. A., Bhaskar, D. A., Bhaskar, G. S., & Bhanudas, S. R. (2014). Preparatio
n and Characterization of Ibuprofen Cocrystals by Using Solvent Drop Grinding
Method. World Journal of Pharmaceutical Research, 3(4), 1392–1402.

I. Kusrian, R. Hemi Rahmawati, Ira Musfiroh, “Kusriani: Karakterisasi Pati Buah Duria
n, Biji Buah Nangka, dan Biji Buah,” vol. 1, no. 1, pp. 8–11, 2015.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakar


ta.

Lachman, L., Lieberman.H.A, & Kanig, J. L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II (Edisi Ketiga) (Siti Suyatmi, Trans). Jakarta: UI-Press

N. Aini, R. D. Saraswati, and I. S. Octoberia, “Profil Disolusi Terbanding,


Penetapan Kadar, dan Kualitas Fisik Tablet Atorvastatin Inovator, Generik
Bernama Dagang, dan Generik,” J. Kefarmasian Indones., vol. 5, no. 2, pp.
90–97, 2015, doi: 10.22435/jki.v5i2.4403.90-97

31
PERNANDO, F. (2021). EFEKTIVITAS VARIASI SUHU PENGERINGAN YANG
BERBEDA TERHADAP MUTU KIMIA TEPUNG BIJI DURIAN (Durio
zibethinus Murr.) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUL
TAN SYARIF KASIM RIAU).

Qiu, Yihong, Chen, Yisheng, & Zhang, G.G.Z. 2009. Developing Solid Oral Dosage Fo
rms Pharmaceutical Theory and Practice. USA : Elsevier.

Rustan M, N. (2021). Pembuatan Pati Resisten Tipe III dari Tepung Ubi Jalar Ungu
(Ipomea batatas L.) Termodifikasi= Study of The Making of Resistant Starch Ty
pe III Based on From Modified Purple Sweet Potato Flour (Ipomea batatas L.)
(Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Sipatu, Y. S., & Ani, N. (2023). Formulasi Tablet Paracetamol Menggunakan Pati Biji
Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Bahan Pengikat Secara Kempa Langsun
g: Paracetamol Tablet Formulation Using Durian Seed Starch (Durio zibethinus
Murr) As A Binding Material By Direct Compression. Jurnal Sains dan Kesehat
an, 5(5), 568-575.

Suarti, B., Fuadi, M., & Siregar, B. H. (2013). Pembuatan pati dari biji durian melalui p
enambahan natrium metabisulfit dan lama perendaman. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 18(1).

Sugiyono, S., Afriliana, H. S., & Windriati, Y. N. (2013). Pengaruh Penggunaan Amilu
m Biji Durian (Durio Zibethinus L.) sebagai Bahan Penghancur yang ditambahk
an secara internal-Eksternal Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tablet Ibuprofen. Ju
rnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 10(1), 31-35.

Sweetman S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th. In London: The
Pharmaceutical Press.

Thomas, N. A., Ramadhani, F. N., Akuba, J., & Hutuba, A. H. (2022). Variasi Konsentr
asi Bahan Pengikat Dari Pati Biji Durian (Durio Zibethinus) Terhadap Mutu Fisi
k Pada Formulasi Tablet Hisap Vitamin C. Journal Syifa Sciences and Clinical R
esearch, 4(2).

32
Triziska, T. (2016). PEMBENTUKAN DAN KARAKTERISASI SISTEM BINER
IBUPROFEN-ASAM GLUTARAT DENGAN TEKNIK SOLVENT DROP
GRINDING (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Wade, Ainley, Weller, Paul J., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients second e
dition, 71-73, 204-206, 229-231, 310-313, 538-540. London: Pharmacheutical P
ress

33

Anda mungkin juga menyukai