PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Muhamad Hafiz
202351023
NIM : 202351023
DISETUJUI OLEH
Pembimbing I Pembimbing II
I
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, saya berhasil menyelesaikan proposal penelitian berjudul " Formulasi
Dan Evaluasi Pemanfaatan Pati Dari Limbah Biji Durian (Durio
Zibenthinus Murr.) Medan Sebagai Penghancur Tablet Paracetamol".
Proposal ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi di program studi
Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal. Saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ngasiman Djoyonegoro, selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi
Al-Kamal Jakarta, atas kesempatan belajar di institut tersebut.
2. Bapak apt. Dede Komarudin, M. Farm., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Al-Kamal Jakarta.
3. Ibu apt. Dewi Rahma Fitri, M. Farm., sebagai Ketua Program Studi Farmasi di
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal.
4. Ibu apt. Iin Hardiyati, M.Farm., sebagai Pembimbing I, dan Ibu apt. Dewi
Rahma Fitri, M. Farm., sebagai Pembimbing II, atas bimbingan, saran, dan
dukungan yang diberikan selama penyusunan proposal ini.
5. Ibu apt. Dewi Rahma Fitri M. Farm., selaku pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan motivasi selama studi di Institut Sains dan
Teknologi Al-Kamal.
6. Para dosen di Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal yang telah berbagi ilmu
pengetahuan selama perkuliahan dan penulisan proposal ini.
7. Keluarga tercinta, istri dan anak-anak, serta ayah, ibu yang selalu memberikan
doa dan dukungan serta menjadi penyemangat selama proses penyusunan
proposal ini.
8. Teman-teman seangkatan tahun 2023 yang memberikan semangat dan motivasi
selama pendidikan di kampus.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun proposal penelitian
ini, meskipun tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terakhir, saya berharap agar semua amal baik dari pihak-pihak yang telah membantu
mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.
Muhamad Hafiz
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................II
BAB 1................................................................................................................................5
PENDAHULUAN............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................10
A. Klasifikasi...................................................................................................................10
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................................25
A. Waktu dan tempat.......................................................................................................25
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.Penelitian eksperimental
adalah percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang
timbul akibat dari adanya perlakuan tertentu. Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga taraf
perlakuan formula bahan. Penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penggunaan
pati biji durian medan (Durio Zibenthinus Murr). sebagai bahan pengikat terhadap sifat
fisik tablet Parasetamol. Tahap penelitian ini dimulai dengan pengumpulan dan
pengolahan biji cempedak, pemeriksaan pati biji cempedak, formulasi tablet
parasetamol dengan metode granulasi basah, evaluasi granul dan uji sifat fisik tablet.
Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Maret hingga Juli 2024 di Laboratorium
Farmaseutika, serta Laboratorium Formulasi Tablet di Institut Sains & Teknologi Al-
Kamal Jakarta,.................................................................................................................25
a. Alat...............................................................................................................................25
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah alat pengukur kekerasan tablet (Hardness
tester) (Monsanto®). alat uji waktu hancur (Desintegration tester), ayakan dengan no.
mesh 14, 16, 40 dan 80, blender (National®), corong uji sifat alir, jangka sorong, mesin
pencetak tablet Single punch, oven (Memmert®), perangkat gelas dan timbangan
elektrik/digital Ohauss (AdventurerTM).........................................................................25
b. Bahan...........................................................................................................................25
Bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi antara lain adalah amilum, aquadest, pati
dari biji durian, laktosa, larutan I2 0,005 M, Mg. stearat, NaOH 0,1 N, parasetamol dan
talkum..............................................................................................................................25
c. Formulasi Tablet..........................................................................................................26
III
Formulasi Tablet Parasetamol dengan Metode Granulasi Basah....................................26
Tabel 1. Formulasi tablet Parasetamol dengan metode granulasi basah.........................26
Setiap formula dibuat 100 tablet..................................................................................26
1) Pati biji durian...........................................................................................................26
a. Kadar Lembab...........................................................................................................28
b. Sifat Alir.....................................................................................................................28
Uji Sifat Fisik Tablet.....................................................................................................28
a. Keseragaman Bobot..................................................................................................28
b. Keseragaman Ukuran...............................................................................................29
c. Kekerasan...................................................................................................................29
d. Waktu Hancur...........................................................................................................29
Analisis Data..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31
IV
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian obat dalam bentuk sediaan tablet adalah salah satu cara yang u
mum digunakan dalam pengobatan, Tablet biasanya diberikan utuh secara oral di
minum melalui mulut dan ditelan dengan air. Ini adalah rute pemberian yang palin
g umum dan nyaman, serta memiliki keuntungan 1) ketepatan dosis, 2) mudah
cara pemakaiannya, 3) stabil dalam penyimpanan, 4) mudah dalam transportasi
dan 5) dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat
lainnya.
Parasetamol (Asetaminofen) adalah derivat asetanilida yang berkhasiat
sebagai analgetik dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Umumnya dianggap
sebagai zat anti nyeri yang paling aman (Tan dan Rahardja, 2002:318), dibanding
kan dengan beberapa obat penghilang rasa sakit dan antipiretik lainnya, paracetam
ol memiliki risiko efek samping yang lebih rendah. Jika digunakan sesuai dosis ya
ng dianjurkan, kemungkinan timbulnya reaksi alergi atau gangguan lambung lebih
kecil. memiliki waktu paruh yang relatif singkat, Kelarutan parasetamol larut
dalam 70 bagian air, hal ini berarti parasetamol agak sukar larut dalam air
sehingga bersifat hidroforb. Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa
pahit (Depkes RI,1979:37).
Parasetamol merupakan bahan dengan karakteristik kompaktibilitas
kurang baik dan memiliki sifat alir yang buruk. Dalam memperbaiki sifat alir. Dan
kompaktbilitasnya maka dalam pembuatan tablet digunakan metode granulasi
basah (Voight, 1984).
Dalam membuat sediaan tablet selain zat aktif juga dibutuhkan eksipien.
Eksipien merupakan substansi selain zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi
untuk membantu proses pembuatan tablet. Eksipien digolongkan berdasarkan
fungsinya yang meliputi pengikat,penghancur, pengisi, lubrikan, glidant, anti
adherant, pewarna dan pemberi rasa (Sulaiman, 2007:76). Bahan penghancur
5
ditambahkan untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan
saluran pencernaan (Lachman dkk, 1994:702).
Banyak penelitian melaporkan bahwa jenis pati dari berbagai tanaman
dapat dimanfaatkan sebagai substitusi bahan-bahan pembantu yang telah dikenal
dalam formulasi tablet (Wade & Weelr PJ, 1994). Salah satunya adalah amilum
dari biji durian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat (Handayani,
2010) dan bahan penghancur (Hidayah, 2004) dalam formulasi tablet parasetamol.
Pati biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20% dari berat tablet. Penambahan
pati berfungsi sebagai bahan pengatur aliran,bahan pengikat dan bahan
penghancur (Voight, 1995:165).
Tanaman durian Durio zibethinus Murr relatif mudah didapat karena
tanaman durian dibudidayakan di daerah tropis seperti Indonesia (Jufri,2006).
Tanaman durian banyak terdapat di dataran tinggi dan pegunungan. Biasanya
sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan buah durian sebagai bahan
makanan ataupun minuman. namun pemanfaatan biji durian masih sangat jarang.
Masyarakat Indonesia biasanya memanfaatkan biji durian sebagai bibit untuk
mendapatkan tanaman durian baru. Biji durian mengandung pati yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan penghancur. Pati biji durian memiliki kadar amilosa
sekitar 26,60% (Jufri, 2006).
Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi granul
dengan bantuan larutan bahan pengikat. Metode granulasi basah memerlukan
bahan pengikat untuk meningkatkan kohesivitas agar kekerasannya semakin
tinggi (Siregar and Wikarsa, 2010).Pembuatan tablet dengan metode Granulasi
Basah digunakan untuk membuat tablet dengan zat aktif yang mempunyai
karakteristik tidak kompaktibel,mempunyai waktu alir (fluiditas) yang jelek tahan
panas dan tahan lembab / pembasahan. Granulasi basah dilakukan dengan
mencampurkan zat khasiat,zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogen, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, jika perlu ditambahkan bahan pewarna.setelah
itu di ayak menjadi granul, dan di keringkan didalam lemari pengering pada suhu
40-50℃ (tidak lebih dari 60℃). Setelah kering di
6
ayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan di
tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet (Anief, 1994)
penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pati biji durian
varietas durian medan sebagai bahan penghancur dalam pembuatan tablet paraseta
mol secara granulasi basah yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edis
i IV.
Untuk itu, peneliti mencoba memanfaatkan pati biji durian dari varietas
durian medan sebagai “ Formulasi Dan Evaluasi Pemanfaatan Pati
B. Rumusan masalah
1. Sifat fisik pati durian:
Pati durian memiliki sifat fisik yang berbeda dengan pati yang biasa digunakan d
alam pembuatan tablet, seperti pati jagung atau pati kentang. Perbedaan ini dapat
memengaruhi sifat fisik tablet, seperti keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan,
dan waktu hancur.
Pati durian memiliki kadar amilosa yang tinggi, yang dapat menyebabkan tablet
menjadi keras dan rapuh.
Pati durian memiliki viskositas yang tinggi, yang dapat menyebabkan kesulitan d
alam proses granulasi dan pengempaan tablet.
Perlu dikaji apakah pati durian kompatibel dengan paracetamol. Interaksi antara p
ati durian dan paracetamol dapat memengaruhi stabilitas dan bioavailabilitas obat.
Pati durian dapat mengandung senyawa-senyawa yang dapat berinteraksi dengan
paracetamol dan memengaruhi efektivitasnya.
7
Perlu dilakukan penyesuaian pada proses pembuatan tablet untuk mengakomodas
i sifat fisik pati durian.
Parameter proses granulasi dan pengempaan tablet perlu dioptimalkan untuk men
ghasilkan tablet dengan kualitas yang baik.
C. Tujuan Penelitian
8
6. Penelitian Interaksi dengan Obat Lain: Menganalisis interaksi antara pati b
iji durian sebagai penghancur dengan obat-obatan lain yang mungkin dikonsu
msi bersamaan dengan parasetamol. Ini dapat mencakup penelitian tentang ba
gaimana penggunaan pati biji durian sebagai penghancur dapat mempengaruh
i efek terapi dari obat-obatan lain.
D. Manfaat Penelitian
9
k paracetamol, yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan kepercayaa
n mereka terhadap produk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
10
silindris, putih, mahkota lepas, panjang 4-5 cm, putih kekuningan.
Buah kotak, bulat, bulat telur, panjang 15-30 cm, garis tengah 13-
15 cm, berduri tajam, masih muda hijau setelah tua kuning. Biji
bulat telur, diameter ± 3 cm, dilapisi selaput biji, kuning. Akar
tunggang, putih kotor (Depkes, 2008).
3. Kandungan
Daun dan akar Durio zibethinus Murr mengandung
saponin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida
dan polifenol dan akarnya juga mengandung tanin. Akar pohon
durian berkhasiat sebagai obat sakit demam dan sakit kulit,
daging buahnya untuk penghangat badan. Untuk obat demam
dipakai + 15 gram akar pohon durian, dicuci dan direbus
dengan 1 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil
saringan diminum sekaligus. Biji durian mengandung amilosa
sebesar 26,60% yang terdapat pada bagian kotiledon biji (Jufri,
2006). Amilum merupakan salah satu eksipien yang
paling banyak digunakan dalam industry farmasi karena memiliki
sifat sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum
merupakan polimer dengan rumus molekul (C6H10O5)n, dimana
nilai n dari 300 sampai 1000. Secara umum amilum terdiri dari 2
jenis dari dari polimer D-glukopiranosa yang dikenal sebagai
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimerlinear dari
glukopiranosil sedangkan a
11
Gambar 1. (A) Molekul amilosa linear dan (B) molekul
amilopektin bercabang (ulyarti, 1997).
12
B. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak,
berbentuk rata, atau cembung rangkap, umumnya bulat,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin,
zat pembasah (Anief, 2000:210).
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, bobot,
kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatan
tablet. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-
obatan secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan
penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan
dalam berbagai jenis (Ansel, 2005:244-245).
Berdasarkan metode pembuatannya, tablet dapat
digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian
besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet cetak
dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Depkes RI, 1995:4).
Tujuan tablet kempa adalah untuk memberikan obat melalui
oral dalam bentuk yang memadai dalam jumlah yang tepat dan
dalam waktu yang tepat, di tempat yang diinginkan dan juga
mempunyai integritas kimia yang dilindungi. Di samping sifat
fisika dan kimia dari obat yang akan diformulasi, desain fisik
yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas
tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran
dari obat yang akan diberikan.
13
Tablet harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang
mempunyai identitas sendiri serta bebas dari serpihan,
keretakan, pemucatan /pelunturan, kontaminasi, sanggup
menahan guncangan mekanik selama produksi, pengepakan
serta harus mempunyai kestabilan fisika dan kimia untuk
mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.
Kemudian dari segi lain, tablet harus dapat melepas zat
berkhasiat ke dalam tubuh (Lachman, 1994:647-648).
14
Sediaan tablet juga mempunyai kerugian, antara lain :
I. Beberapa obat tidak dapat dikempa padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
II. Obat yang sukar dibasahkan, lembat melarut, dosisnya cukup atau tinggi,
absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat tersebut, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.
III. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu. pada keadaan ini kapsul merupakan jalan keluar
yang paling baik serta lebih murah (Lachman dkk, 1994:645-646).
15
c. Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat
atau komponen tablet lain.
d. Bila obat itu termasuk sebagai makanan (produk-produk vitamin tertentu),
bahan pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapatkan persetujuan
sebagai bahan aditif pada makanan.
e. Harganya harus cukup murah.
f. Colour compactible (tidak boleh mengganggu warna).
g. Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat (Lachman dkk,1994:698).
Contoh dari bahan pengisi antara lain adalah laktosa, avicel, sukrosa, kalsium
fosfat, dan zat lainnya yang cocok. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling
banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang
digunakan dalam bentuk hidrat ataupun anhidrat. Laktosa anhidrat mempunyai
kelebihan karena tidak bereaksi dengan dengan pereaksi Millard yang dapat
menimbulkan warna cokelat dan perubahan warna dengan obat-obat tertentu,
tetapi bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila terkena udara sehingga
meninggalkan kelembaban tablet. Tablet seperti itu harus dikemas dengan hati-
hati untuk mencegah terkena udara lembab. umumnya formulasi memakai laktosa
menunjukan laju penglepasan yang baik, granulnya cepat kering dan waktu
hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Harganya
murah tetapi mungkin mengalami perubahan warna bila ada zat basa amina garam
alkali (Lachman dkk, 1994:699).
16
granulasikering, banyak membutuhkan bahan pengikat untuk membentuk granul
atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung.Bahan
pengikat harus memberikan suatu daya adesi pada massa serbuk sewaktu proses
granulasi. Bahan pengikat dapat menyatukan pertikel serbuk dalam butiran-
butiran granulat. Contoh dari bahan pengikat adalah amilum, gelatin, avicel,
larutan sukrosa, turunan selulosa (Solusio Metilsellulose 5%), mucillago Gummi
Arabici 10-20% dan PVP 5-10% dalam air atau dalam alkohol (Anief, 2000:211).
17
Bahan penghancur dapat ditambahkan sebelum granulasi (intragranular)
atau pada saat lubrikasi (ekstragranular). Ekstragranular bertujuan agar
mekanisme penghancuran yang lebih cepat, sedangkan intragranular dapat
menyebabkan dispersi partikel menjadi lebih halus. Kombinasi dari cara tersebut
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Beberapa contoh bahan penghancur antara lain amilum manihot kering,Gum
(agar-agar 2,5-10%), natrium alginat (Anief, 2000:211).
Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering
(mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung(Depkes RI, 1995:5).
1. Granulasi Basah
Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan kecampuran serbuk (Lachman dkk,1994:690).
Pada umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk dicampur
dengat perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat sangat dipengaruhi
oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat ditambahkan dalam keadaan
kering tanpa air. Jumlah bahan pegikat yang digunakan tergantung pada bahan
18
lainnya dalam formula. Bahan pengikat yang ditambahkan harus memberikan
kelembaban yang cukup supaya serbuk dapat bercampur, tidak boleh terlalu basah
atau tidak boleh terlalu kering karena jika dibasahi secara berlebih akan
menghasilkan granul yang terlalu keras, sedangkan jika pembasahannya kurang
akanPembuatan Tablet Parasetamol. Menghasilkan tablet yang terlalu dan
cenderung mudah remuk (Ansel, 2008:264).
Pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dapat dilakukan dengan cara
berikut : zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik
(homogen). Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu
ditambah dengan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan
dalam almari pengering pada suhu 400-500 C. Setelah kering diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan
pelicin kemudian dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2000:211).
Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan kompakbilitas,
sesuai untuk sifat aliran/kompaktibilitas buruk, mengurangi penjeratan udara,
mengurangi debu, pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis
rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui hidrofilisasi (granulasi basah),
dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa kehilangan kualitas campuran
(Agoes,2006: 195).
2. Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering,granul dibentuk tanpa campuran pelembab
bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat, tetapi dengan cara memadatkan
massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan menjadi granul yang lebih
kecil.Metode granulasi kering cocok untuk obat dosis tinggi, bahan-bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap
panas.Pada pembuatan granul secara kering dikerjakan dengan cara : zat
berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin
dicampur dan dibuat dengan cara kempacetak menjadi tablet yang besar
(slugging). Setelah itu tablet yang sudah jadi dipecah menjadi granul kemudian
diayak, Setelah pengayakan, yang terakhir dikempa cetak menjadi tablet yang
dikehendaki dengan mesin tablet (Anief,2000:212). Keseragaman bentuk granulat
19
menyebabkan keseragaman bentuk tablet. Dengan demikian akan dihasilkan
massa tablet yang tetap dan ketepatan takaran yang tinggi (Voigt,1995: 169).
Granulasi kering membutuhkan waktu yang lebih singkat dan,lebih ekonomis dari
pada pembutiran lembab (granulasi basah). Cara ini sangat tepat untuk tabletisasi
yng peka terhadap suhu atau bahan obat
yang tidak stabil dengan adanya air (Voigt,1995:177).
3. Kempa Langsung
Kempa langsung adalah metode pembuatan tablet tanpa adanya proses
granulasi yang memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat memungkinkan
untuk dikempa secara langsung. Kempa langsung dilakukan terutama pada
keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka
terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya yang dapat mengganggu dalam
proses granulasi. Walaupun kempa langsung mempunyai beberapa keuntungan
penting (tenaga kerja yang sedikit, proses kering, tahap proses sedikit), tapi ada
beberapa keterbatasan pada teknik ini :
a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi
dapat menimbulkan stratifikasi dalam granul sehingga dapat
b. menimbulkan ketidakseragaman isi obat dalam tablet.
c. Obat dosis besar dapat menimbulkan masalah dengan kempa langsung
d. bila tidak dikempa dengan obatnya sendiri.
e. Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat.
f. Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tidak terjadi
g. pencampuran, hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat
h. dalam granul (Lachman dkk, 1994:687).
i. Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada
j. granulasi basah dan granulasi kering.Meskipun demikian sifat fisik
k. masing-masing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat
mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa
langsung (Depkes RI, 1995:5).
20
1. Uji Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot dipengaruhi mesin tablet, kualitas cetakan dan punch, sifat
fisik dan homogenitas granul, keteraturan aliran granul dari corong ke cetakan
(Lachman dkk, 1994:651). Jumlah bahan yang diisikan dalam cetakan yang akan
ditekan menentukan bobot yang akan ditekan menentukan bobot yang akan
dihasilkan (Ansel, 2008:252).
Ditimbang 20 tablet satu persatu, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom B. dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dal (Anief, 2000:214).
Tabel 1. Syarat penyimpangan bobot tablet
21
3. Kontrol Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet merupakan gambaran lain dari ketahanan tablet dalam
melawan pengikisan dan goncangan. Untuk uji kerapuhan tablet,kehilangan berat
lebih kecil dari 0,5-1% masih dapat dibenarkan (Lachman dkk, 1994:654). Tablet
dianggap baik jika kerapuhan tidak lebih dari 1% (Sulaiman, 2007:200).
22
yang paling aman (Tan dan Rahardja, 2002:318). Pemerian serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit, kelarutan larut dalam
air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam
etanol. Tablet parasetamol mengandung parasetamol C8H9NO2,
tidak kurangdari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket (Depkes RI,
1995:649-650).
2. Laktosa
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena
tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam
bentuk hidrat atau anhidrat (Lachman dkk, 1994:699).
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Laktosa yang digunakan
dalam teknologi farmasetika adalah α-laktosa monohidrat. Laktosa berupa
serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa
sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah larut
dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter ( Depkes RI, 1995:488-489).
23
Talk merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Talk berupa serbuk hablur putih sangat
halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran, tidak larut dalam hampir semua pelarut (Depkes RI, 1995:771).
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi antara lain adalah amilum, aquade
st, pati dari biji durian, laktosa, larutan I2 0,005 M, Mg. stearat, NaOH 0,1 N, para
setamol dan talkum.
c. Formulasi Tablet
Formulasi Tablet Parasetamol dengan Metode Granulasi Basah
Tabel 1. Formulasi tablet Parasetamol dengan metode granulasi basah
25
Fase dalam
Paracetamol (mg) Zat aktif 250 250 250
Amilum (%) pengikat 10 10 10
Lactosa (%) pengisi qs qs qs
Mucilago Pati biji
Penghancur 6 8 10
durian (%)
Fase luar
Amilum (%) penghancur 5 5 5
Mg stearat (%) 2 2 2
Talkum (%) 3 3 3
Berat tablet (mg) 350 350 350
Setiap formula dibuat 100 tablet
Pengumpulan dan Pengolahan Biji durian dibeli dari pedagang di Pasar keramat
jati dan kali bata Jakarta . Lalu biji durian dan dicuci bersih. Biji durian
dibersihkan kulitnya, dicuci dengan air mengalir, di jemur kemudian dipotong kec
il-kecil dan diblender dengan penambahan air. Bahan disaring dengan kain putih,
diperas, ampas diblender kembali dengan penambahan air, disaring dan diperas ke
26
mbali. Filtrat diendapkan sampai airnya jernih dan buang airnya. Pati dicuci kemb
ali sampai bersih kemudian keringkan dalam oven. Pati yang telah kering digiling
dan ayak melalui mesh 80.
Cara Kerja:
b. Dibuat mucilago pati biji cempedak dengan menambahkan air panas (sesuai
dengan persentase b/v), aduk hingga bening / jernih di atas water bath.
e. Hasil pencampuran awal diayak dengan ayakan mesh no. 14, keringkan
didalam oven suhu 60°C hingga kadar air 2-4 % selama 60 menit.
f. Diayak granul kering dengan ayakan mesh no. 16, kemudian ditambahkan
amilum, talkum dan magnesium stearat melalui ayakan mesh no. 40, aduk
homogen 5 menit.
g. Dilakukan evaluasi terhadap granul, meliputi uji kadar lembab dan sifat alir
granul.
27
h. Dicetak dengan mesin tablet singgle punch dengan bobot rata-rata tablet 350
mg.
Evaluasi Granul
a. Kadar Lembab
Ditimbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot
konstan (105 °C) selama 2 jam.
Perhitungan :
b. Sifat Alir
Ditimbang 25,0 g granul, tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam keadaa
n tertutup. Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 k
ali. Persyaratan : 100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik.
a. Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika dihitung satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar d
ari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya me
nyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. jika perlu dapat di
gunakan 10 tablet dan tidak 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-r
ata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.
b. Keseragaman Ukuran
28
Diambil 20 tablet, ukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong.
Hitung rata-rata dan SD nya.Persyaratan: kecuali dinyatakan lain, diameter tidak l
ebih dari 3 kali dan tidak kurang dari ¾ kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumn
ya tidak lebih besar dari 50% diameter.
c. Kekerasan
Diambil 20 tablet, ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata-
rata dan SD nya. Persyaratan: Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2,
maksimal 10 kg/cm2.
d. Waktu Hancur
Dimasukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu hancur,
masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air sebagai medi
a dengan suhu 37±20C. semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet t
idak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif, yaitu berupa data hasil uji keserag
aman bobot, keseragaman ukuran (diameter dan ketebalan), kekerasan tablet dan
waktu hancur. Kemudian disesuaikan dengan persyaratan tablet yang terdapat dala
m Farmakope Indonesia edisi IV.
Data sifat fisik tablet parasetamol yang diperoleh dianalisis dengan analisis statisti
k deskriptif dan inferensial/induktif. Statistika inferensial yang digunakan adalah a
nalisis variansi (ANAVA/ANOVA) dengan tingkat kebermaknaan 5% (α=0,05). J
ika hasil uji ANAVA berbeda nyata (P<0,05) terhadap sifat fisik yang diukur, ma
ka akan dilanjutkan dengan analisis Least Significant Difference (LSD) untuk me
ngetahui lebih lanjut kelompok mana saja yang berbeda nyata.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Abu Izza, Li, Look, Parr dan Schineller. 2009. “A review on recent patents on fast disso
lving drug delivery system” dalam International Journal of PharmTech Research.
(hlm. 790-798). North Gujarat: Sphinx
Anggraeni, Yuni., Sulistiawati, Farida., Astria, Dwi. “Pengaruh Plasticizer Gliserol dan
Sorbitol terhadap Karakteristik Film Penutup Luka Kitosan-Triolifosfat yang Me
ngandung Asiatikosida” dalam Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (hlm. 128-134)
Ansel, HC. 1995. Introduction to pharmaceutical dosage forms. Philadelphia: Lea and F
ebiger.
Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat.
Direktur Jendral POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Gangadhar, Z. A., Bhaskar, D. A., Bhaskar, G. S., & Bhanudas, S. R. (2014). Preparatio
n and Characterization of Ibuprofen Cocrystals by Using Solvent Drop Grinding
Method. World Journal of Pharmaceutical Research, 3(4), 1392–1402.
I. Kusrian, R. Hemi Rahmawati, Ira Musfiroh, “Kusriani: Karakterisasi Pati Buah Duria
n, Biji Buah Nangka, dan Biji Buah,” vol. 1, no. 1, pp. 8–11, 2015.
Lachman, L., Lieberman.H.A, & Kanig, J. L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II (Edisi Ketiga) (Siti Suyatmi, Trans). Jakarta: UI-Press
31
PERNANDO, F. (2021). EFEKTIVITAS VARIASI SUHU PENGERINGAN YANG
BERBEDA TERHADAP MUTU KIMIA TEPUNG BIJI DURIAN (Durio
zibethinus Murr.) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUL
TAN SYARIF KASIM RIAU).
Qiu, Yihong, Chen, Yisheng, & Zhang, G.G.Z. 2009. Developing Solid Oral Dosage Fo
rms Pharmaceutical Theory and Practice. USA : Elsevier.
Rustan M, N. (2021). Pembuatan Pati Resisten Tipe III dari Tepung Ubi Jalar Ungu
(Ipomea batatas L.) Termodifikasi= Study of The Making of Resistant Starch Ty
pe III Based on From Modified Purple Sweet Potato Flour (Ipomea batatas L.)
(Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Sipatu, Y. S., & Ani, N. (2023). Formulasi Tablet Paracetamol Menggunakan Pati Biji
Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Bahan Pengikat Secara Kempa Langsun
g: Paracetamol Tablet Formulation Using Durian Seed Starch (Durio zibethinus
Murr) As A Binding Material By Direct Compression. Jurnal Sains dan Kesehat
an, 5(5), 568-575.
Suarti, B., Fuadi, M., & Siregar, B. H. (2013). Pembuatan pati dari biji durian melalui p
enambahan natrium metabisulfit dan lama perendaman. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 18(1).
Sugiyono, S., Afriliana, H. S., & Windriati, Y. N. (2013). Pengaruh Penggunaan Amilu
m Biji Durian (Durio Zibethinus L.) sebagai Bahan Penghancur yang ditambahk
an secara internal-Eksternal Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tablet Ibuprofen. Ju
rnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 10(1), 31-35.
Sweetman S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th. In London: The
Pharmaceutical Press.
Thomas, N. A., Ramadhani, F. N., Akuba, J., & Hutuba, A. H. (2022). Variasi Konsentr
asi Bahan Pengikat Dari Pati Biji Durian (Durio Zibethinus) Terhadap Mutu Fisi
k Pada Formulasi Tablet Hisap Vitamin C. Journal Syifa Sciences and Clinical R
esearch, 4(2).
32
Triziska, T. (2016). PEMBENTUKAN DAN KARAKTERISASI SISTEM BINER
IBUPROFEN-ASAM GLUTARAT DENGAN TEKNIK SOLVENT DROP
GRINDING (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Wade, Ainley, Weller, Paul J., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients second e
dition, 71-73, 204-206, 229-231, 310-313, 538-540. London: Pharmacheutical P
ress
33