NIM : 01656210063
Invensi ini berhubungan dengan sekering listrik dan secara lebih khusus, berhubungan dengan kawat
sekering yang dapat diganti yang digunakan didalam Gardu Travo listrik.
Klaim
Suatu sekering dengan kawat sekering yang dapat diganti yang terdiri dari:
Suatu rumahan sekering yang terbuat dari bahan isolasi tahan panas dimana pada kedua ujung
permukaan sebelah atas rumahan sekering tersebut dibentuk takik atau ceruk berbentuk “U” suatu rongga
pada rumahan sekering yang menghubungkan kedua takik berbentuk “U” tersebut sejumlah lubang baut
untuk mengikat rumahan sekering dengan gagang yang menembus permukaan atas rumahan sekering ke
permukaan bawah rumahan sekering tersebut. suatu pelat tekuk bentuk Z yang pada salah satu ujungnya
dibuat lubang laluan baut dan pada ujung yang lain diikat dengan sejumlah baut ulir ke rumahan sekering
bila dari tembaga yang menyatu dengan pelat tekuk bentuk Z pada ujung yang diikat dengan baut ulir suatu
kawat sekering yang memiliki kait sekering pada kedua ujungnya dimasukkan atau ditempatkan pada
rongga rumahan sekering untuk menghubungkan kedua ujung pelat tekuk bentuk Z dan diikat dengan baut
dan mur suatu sekering dengan kawat sekering yang dapat diganti sesuai dengan klaim dimana pada kedua
ujung kawat sekering tersebut dipasang kait sekering berbentuk huruf “U”. Suatu sekering dengan kawat
sekering yang dapat diganti sesuai dengan klaim dimana kawat sekering tersebut terbuat dari tembaga yang
dilapis dengan perak.
Suatu sekering dengan kawat sekering yang dapat diganti sesuai dengan dimana kawat sekering tersebut
dihubungkan/disatukan dengan kait sekering dengan pengelasan las perak. Suatu kawat sekering yang dapat
diganti sesuai dengan klaim dimana kait sekering tersebut dibuat dari tembaga.Suatu kawat sekering yang
dapat diganti sesuai dengan klaim dimana kait sekering tersebut dilapis dengan perak.
Menurut Kardinan (2000) tanaman selasih yang menghasilkan paling tinggi kadar minyaknya
dibandingkan dengan jenis lainnya adalah jenis selasih bunga dompol dan selasih unggu.
Tanaman selasih merupakan tanaman semusim, tegak, banyak bercabang dibagian atas, berbau harum,
tinggi 50 – 80 cm dengan batang berwarna coklat bersegi empat. Daun letaknya berhadapan dan berdaun
tunggal, bertangkai yang panjangnya 0,5 – 2 cm, helai daun bulat telur sampai memanjang, ujung runcing,
permukaan daun berambut halus dengan bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip. Bunganya berwarna
putih atau lembayung, tersusun dalam tandan yang panjangnya 5 – 30 cm yang keluar dari ujung
percabangan. Biji keras warnanya coklat tua, bila dimasukan ke dalam air akan mengembang seperti selai .
Tanaman selasih ungu dari daun dan bunganya dapat bersifat sebagai zat pemikat (atraktan) yang
mampu memerangkap lalat buah (Bactrocera dorsalis Hendel), bagian tanaman ini dapat digunakan melalui
beberapa cara diantaranya dengan menghaluskan bagian tanaman lalu dicampur dengan air kemudian secara
langsung dipakai untuk memerangkap lalat buah, namun cara ini hasilnya kurang efektif. Hasil yang lebih
baik atau paling efektif sebagai atraktan lalat buah adalah dengan cara diproses terlebih dahulu melalui
proses penyulingan sehingga akan dihasilkan minyak atsiri berupa minyak selasih (Kardinan, 2000).
Cara lain yang dilakukan di BPTPH VII Denpasar penggunaan tanaman selasih untuk atraktan lalat
buah adalah dengan cara daun selasih sebanyak 10 – 20 helai dibungkus kain strimin kemudian
dihancurkan dengan cara diremas-remas lalu dimasukan ke dalam botol perangkap, atau cara lainnya
dilakukan dengan cara mencincang daun selasih yang selanjutnya hasil cincangan tersebut dibungkus kain
strimin dan disimpan di dalam botol perangkap 20 tanaman selasih yang ditanam di halaman rumahnya
dengan alat berupa jaring plastik yang bagian ujung jaring tersebut dibentuk secara kerucut, penjaringan
dilakukan secara rutin setiap pagi sampai menjelang pukul 7.30. Selanjutnya melalui kegiatan penjaringan
tersebut mengakibatkan gesekan sehingga tanaman tersebut mengeluarkan aroma yang khas dari
metileugenol. Hasil tangkapan tersebut selama 2 bulan, tiap hari tertangkap lalat buah antara 100 – 150 ekor
dengan hasil total tangkapan selama 2 bulan mencapai 6.000 ekor, menurut pengalaman beliau tanaman
selasih mampu menarik respon lalat jantan sampai sejauh 800 meter.
Kegunaan lain dari tanaman selasih menurut H.M Hembing Wijayakusumah (1996), tanam selasih dari
seluruh herba berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya demam, nyeri lambung,
gangguan pencernaan, haid tidak teratur, luka terpukul. Sedangkan bijinya berkhasiat mengobati radang
mata, bercak putih pada selaput bening mata (Corneal opacity) cara pemakaian untuk seluruh herba jika
untuk diminum 10 – 15 gr direbus, atau ditumbuk, diperas airnya. Sedangkan untuk obat luar herba
dilumatkan dan ditempelkan ke tempat sakit dan untuk bijinya dapat dijadikan campuran minuman dengan
cara biji direbus dan dicampurkan dengan sirup atau minuman.
Dari hasil analisis di laboratorium bahwa daun selasih berumur 2 (dua) bulan mengandung sekitar 80%
air dan 20% bahan kering dengan rendemen minyak sekitar 0,15%, yang berumur 3 (tiga) bulan
mengandung rendemen minyak sebesar 0,3% dan yang berumur 4 (empat) bulan mengandung
rendemen minyak sebesar 0,8%. Minyak dari daun mengandung sekitar 64,5% metileugenol, 5,2% eugenol,
4% sineol, 2,3% linalol, sedangkan dari bunga mengandumg metileugenol sebesar 74,5%.
Sex fheromone merupakan sarana penting untuk mendeteksi atau memantau populasi hama selain itu
pula dapat digunakan untuk menekan tingkat populasi hama secara langsung .Menurut Metcalf feromon
adalah senyawa yang digunakan untuk komunikasi interspesifik antara individu-individu dari spesies
binatang yang sama, kemudian menimbulkan reaksi khusus, misalnya proses pertumbuhan dan tingkah laku
tertentu. Selain itu pula menyatakan bahwa Sex fheromone yaitu feromon yang dihasilkan oleh serangga
betina atau jantan pada kelenjar yang terletak pada ujung abdomen. Respon lalat akan terjadi karena
ketertarikan serangga terhadap sumber aroma sehingga indra penciumannya mampu mendeteksi suatu
senyawa kimia yang berada di udara. Sistem syaraf pencium terdiri dari neuron yaitu penerima rangsang,
penyalur dan perantara untuk mendeteksi sumber aroma yang ada di udara dalam bentuk gas.
Alat perangkap lalat buah yang biasa digunakan para petani untuk memerangkap lalat buah adalah alat
perangkap yang terbuat dari bekas botol air mineral (Aqua, Vit, Sari Cup, dan lain-lain) yang bagian dinding
botol tersebut diberi lubang dan di dalamnya terdapat kapas yang digantung dengan kawat sebagai tempat zat
atraktan. Zat atraktan tersebut disuntikan dengan dosis tertentu dengan menggunakan alat penyuntik dan
untuk membunuh lalat buah yang tertangkap di dalam botol, hal ini dapat digunakan pestisida Furadan 3G
atau dengan kamper yang ditempatkan di dasar botol perangkap. Penempatan botol perangkap dilakukan
dengan cara menggantungkannya di dalam tajuk tanaman sehingga lalat buah yang ada di sekitar arel
tersebut dapat tertarik dan masuk ke dalam botol akhirnya lalat yang tertangkap akan mati di dalam botol
perangkap.
Pemasangan atraktan secara luas dalam jumlah yang cukup yaitu antara 20 – 25 botol perangkap per
hektar dan dikombinasikan dengan pemakaian insektisida akan meningkatkan efektifitas dalam upaya
pengendalian lalat buah. Cara ini dimaksudkan untuk menangkap sejumlah lalat jantan sehingga kesempatan
kawin bagi lalat betina makin terbatas dan akhirnya lalat buah tidak dapat melanjutkan keturunannya. Bahan
pemikat serangga khususnya lalat buah Batrocera dorsalis Hend Batrocera umbrosus yang biasa digunakan
adalah feromon yang diperoleh dari seranga lawan jenisnya (betina) dan dibuat secara sintetis. Mengingat
untuk membuat atau memproduksi feromon sintetis sulit dan membutuhkan biaya yang mahal, maka
dibuatlah atau dicari alternatif zat yang memiliki kesamaan dengan dengan feromon dengan memanfaatkan
tanaman selasih yang mempunyai zat yang menyerupai feromon yaitu metileugenol yang diekstraksi dari
daun dan bunga tanaman selasih dalam bentuk minyak selasih. Invensi ini bertujuan menyediakan zat
pemikat alat buah yang mudah diperoleh dan ketersedian bahan baku yang dapat diperbaharui. Invensi ini
juga bertujuan menyediakan suatu proses untuk menghasilkan minyak selasih dengan cara yang mudah dan
tidak mahal.
Contoh:
10 kg tanaman selasih (bunga dan daun pucuknya) dilayukan selama 1-2 malam, kemudian
dimasukan ke dalam ketel yang telah diisi air dipanaskan sampai mendidih terus-menerus sampai terbentuk
uap uap dilairkan ke alat pengkondensasi uap dan dihasilkan cairan yang mengandung minyak selasih yang
ditampung dalam bejana mempunyai keran dibagian bawahnya air dan minyak selasih akan terpisah sesuai
dengan berat jenisnya, air di bagian bawah dan minyak di bagian atas; minyak dipisahkan dengan membuka
keran dan mengalirkan airnya sehingga tersisa minyak selasih dari proses ini dapat menghasilkan
minyak selasih antara 5 – 30 ml.
Klaim:
Suatu proses ekstraksi minyak tanaman selasih yang terdiri dari tahap-tahap:
- mempersiapkan bahan baku berupa daun dan bunga tanaman selasih
- melayukan daun dan bunga selasih selama 1 – 2 malam
- memasukkan daun dan bunga selasih yang telah dilayukan ke dalam ketel penyulingan yang telah diisi air
dan menutup tutup ketel penyulingan dengan rapat
- memanaskan ketel penyulingan yang berisi selasih hingga mendidih dan menghasilkan uap terus
menerus
- mengalirkan uap yang dihasilkan dari ketel melalui pipa ke ketel pendingin dan mengkondesasikan uap
menjadi cairan yang mengandung minyak selasih dan ditampung dalam bejana yang memiliki kran
dibagian bawahnya
- memisahkan fase minyak selasih dan air sulingan berdasarkan berat jenisnya dari bejana penampung
- memindahkan minyak selasih yang tersisa dalam bejana kedalam botol yang dapat ditutup rapat dan siap
digunakan sebagai zat pemikat lalat buah.
Invensi ini berhubungan dengan suatu bagian konstruksi bangunan, terutama suatu dinding yang terbuat
dari kombinasi antara busa stiro (styrofoam) dan rakitan batang gram besi serta metode pembuatannya.
Ringkasan Invensi
Bertujuan untuk menyediakan suatu bagian konstruksi bangunan terutama suatu dinding yang berbahan
dasar styrofoam yang memiliki kelebihan-kelebihan dari bagian konstruksi bangunan yaitu dinding
sebelumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dinding menurut
invensi ini terdiri dari lapisan inti berupa lembaran styrofoam dan lapisan luar kiri dan lapisan luar
kanan berupa penyemenan, dimana pada masing-masing bagian luar lapisan inti yaitu diantara lapisan luar
kiri atau lapisan luar kanannya terdapat suatu rakitan batang ram besi.
Tujuan lain dari invensi ini adalah menyediakan suatu dinding berbahan dasar styrofoam yang memiliki
ketebalan dan kerapatan styrofoam tertentu dengan diamater batang ram besi tertentu dimana batang ram
tersebut dirakit menjadi suatu jaring-jaring ram besi dengan ukuran tertentu pula.
Invensi ini berhubungan dengan komposisi fungisida. Khususnya fungisida berbahan aktif ekstrak daun
trembesi (Samanea saman)dan daun alamanda (Allamanda cathartica) dalam suatu campuran cairan yang
bermanfaat terutama untuk menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici pada
tanaman paprika sehingga paprika terhindar dari penyakit layu Fusarium.
Tanaman paprika merupakan salah satu komuditi sayuran penting bagi kehidupan masyarakat sehari-
hari. Peluang pasar buah paprika cukup baik, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk
ekspor. Budidaya tanaman paprika umumnya dilakukan di dalam rumah plastik. Pada budidaya tanaman
paprika adanya penyakit latu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici,
merupakan kendala sangat besar bagi produksi tanaman paprika. Tanaman yang terserang penyakit ini layu
mendadak, dan akhirnya mati. Persentase tanaman mati bisa mencapai 60% dari total populasi, sehingga
penyakit ini sangat merugikan.
Pengendalian penyakit layu Fusarium sampai saat ini umumnya dilakukan menggunakan fungisida
sintetis, terutama yang berbahan aktif tembaga (Cu), tetapi belum bisa mengendalikan penyakit secara
signifikan. Selain itu, penggunaan fungisida sintetis yang mengandung Cu beresiko terhadap residu Cu pada
buah, yang bisa berakibat ditolaknya buah paprika terutama untuk ekspor.
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan agen alamiah yang ramah
lingkungan yaitu fungisida yang mengandung ekstrak tanaman. Sebanyak 100 jenis tanaman dari berbagai
famili diuji untuk mengetahui daya hambatnya terhadap jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici.
Penelitian dilanjutkan di lapangan yaitu di dalam rumah plastik, dimana petani secara umum menanam
paprika. Penelitian dilakukan di 3 (tiga) lokasi di wilayah Bedugul.
Invensi ini bertujuan untuk menyediakan suatu fungisida yang ramah lingkungan.
Invensi ini juga bertujuan menyediakan suatu fungisida dengan bahan aktif alami khususnya yang
mengandung ekstrak daun trembesi (Samanea saman) dan daun alamanda (Allamanda cathartica)
dalam suatu campuran cairan untuk menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici
pada tanaman paprika sehingga tanaman paprika terhindar dari penyakit layu.
Ekstrak daun trembesi mengandung suatu senyawa berupa tanin, flavonoid, saponin, steroid,dan
terpenoid. Ekstrak daun alamanda (Allamanda cathartica) mengandung suatu senyawa yaitu alkaloid,
flavonoid dan saponin. Kandungan senyawa-senyawa tersebut merupakan anti jamur, dimana pertumbuhan
jamur/fungi yang secara sporadik mampu dihambat karena jenis jamur/fungi tersebut tidak mampu tumbuh
dan berkembang dimedia yang mengandung senyawa-senyawa tersebut di atas. Oleh karena itu disini kami
sebut dengan istilah menghambat bukan mematikan. Apabila pertumbuhan dan perkembangannya
terhambat, jenis fungi tidak dapat bertahan berada dimedia yang mengandung senyawa tersebut di
atas, dengan demikian akan mati dengan sendirinya. Dengan begitu tanaman (dalam hal ini difokuskan pada
paprika) akan dapat bertahan dari serangan fungi, dan tanaman itu sendiri tidak terpengaruh oleh senyawa
alami dari komposisi cairan yang mengandung campuran ekstrak daun trembesi (Samanea saman)dan
daun alamanda (Allamanda cathartica).
Dalam penelitian awal yang dilaksanakan di laboratorium, berbagai jenis tanaman yang tumbuh di Bali
diuji untuk menghasilkan ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum
f.sp. capsici. Hasil pengujian awal menunjukkan bahwa ekstrak daun trembesi dan ekstrak daun alamanda
mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici. Penelitian dilanjutkan di
lapangan yaitu dengan menguji campuran/komposisi tersebut pada penanaman paprika di rumah plastik
yang dibangun di wilayah Bedugul,Bali yang merupakan wilayah pertanian sayur mayur yang cocok
ditanami paprika. Hasil pengujian yang dilakukan di 3 (tiga) lokasi menunjukkan bahwa komposisi cairan
yang mengandung ekstrak daun trembesi dan daun alamanda menghambat pertumbuhan jamur Fusarium
oxysporum f.sp.
Komposisi ekstrak ini tidak bisa digunakan untuk mengobati tanaman paprika yang sudah sakit
(terserang berat), tetapi bisa digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit sebelum terjadinya serangan.
Komposisi yang sudah diencerkan10 kali di siramkan pada pangkal batang tanaman paprika (masing-
masing rumpun disiramkan 300 ml). Penyiramaan dilakukan sebanyak 3 kali mulai tanaman berumur 2
minggu setelah tanam dengan interval waktu 2 minggu Komposisi fungisida yang mengandung ekstrak daun
trembesi
(Samanea saman) dan daun alamanda (Alamanda cathartica) dalam suatu campuran cairan yang
bermanfaat terutama untuk menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici pada
tanaman paprika sehingga paprika terhindar dari penyakit layu.
METODE PENGOLAHAN BERAS SIAP TANAK BERKALSIUM TINGGI
Invensi ini berkaitan dengan metode pengolahan beras siap tanak berkalsium tinggi, untuk nasi putih,
nasi gurih dan nasi kuning.
Latar Belakang Invensi.
Metode pengolahan beras siap tanak yang sudah ada antara lain beras siap tanak diolah dengan
cara melembabkan beras sampai kadar air antara 17-32 %, kemudian dikeringkan, sehingga dihasilkan beras
cepat tanak (quick cooking rice) beras cepat tanak diproses dengan pengukusan pada bejana bertekanan
hingga mencapai kadar air 30-75%, selanjutnya beras dikeringkan. Beras yang dihasilkan sudah
tergelatinisasi sempurna. Demikian juga pada, pengolahan dilakukan dengan cara mengalirkan udara
dengan tekanan uap jenuh pada suhu 100 oC pada beras agar sebagian pati beras mengalami gelatinisasi.
Beras yang dihasilkan lebih cepat matang ketika ditanak.
Paten yang diajukan tentang beras siap tanak berbeda dengan paten yang sudah ada yaitu tentang
pengolahan beras instan (quick cooking rice), sebab metode pangolahan beras siap tanak melalui tahap
fortifikasi kalsium, sedangkan beras instan tidak, metode pengolahan beras siap tanak termasuk untuk
pengolahan nasi gurih dan nasi kuning sudah diberi bumbu dan rempah, sedangkan beras instan tidak
ada yang untuk nasi gurih atau nasi kuning, metode pengolahan beras siap tanak tidak menggunakan bahan
kimia, sedangkan pembuatan beras instan umumnya menggunakan bahan kimia.
Latar belakang permasalahan yang mendorong dikembangkannya invensi ini diantaranya adalah beras
komersial di Indonesia umumnya masih mengandung sejumlah kotoran antara lain berupa butiran gabah,
serpihan sekam dan bekatul, sehingga perlu dicuci sebelum ditanak. Pencucian yang tidak terkendali dapat
menyebabkan kehilangan unsur gizi yang berlebihan dari beras, dan bagi golongan masyarakat tertentu
mencuci beras dirasa merepotkan. Proses fortifikasi beras yang dilakukan dengan cara powderenrichment
kurang sukses sebab penanakan nasi umumnya didahului dengan pencucian beras, sehingga
menyebabkan tercucinya senyawa fortifikan. Fortifikasi kalsium pada beras siap tanak dapat menghindarkan
hilangnya kalsium, karena tidak memerlukan pencucian beras sebelum ditanak.
Penambahan bumbu dan rempah pada beras siap tanak untuk nasi gurih dan warna kuning untuk nasi
kuning merupakan pekerjaan yang sering menyulitkan lebih-lebih bagi kelompok masyarakat yang tidak
punya banyak waktu atau sibuk. Ketidak tepatan penambahan bumbu, rempah dan kunyit sebagai pewarna
kuning alami akan menghasilkan nasi gurih atau nasi kuning yang citarasa dan warnanya tidak seperti
yang diinginkan.
Tujuan invensi ini adalah untuk mendapatkan metode pengolahan beras siap tanak dan menyediakan
beras siap tanak berkalsium tinggi untuk mencukupi kebutuhan asupan kalsium.
Ringkasan Invensi
Metode pengolahan beras siap tanak berkalsium tinggi diproses dari beras komersial yang terdiri dari
tahapan-tahapan :
pencucian
fortifikasi kalsium
pengukusan
pengeringan
pengemasan
Pencucian dengan rasio air bersih : beras = 2 : 1 dengan 3 kali bilas, tujuannya adalah untuk
menghasilkan beras yang bebas kotoran, namun unsur zat gizi yang hilang tidak berlebihan.
Fortifikasi menggunakan kalsium laktat (Ca-laktat) atau 5 kalsium phosphat (Ca-phosphat) sebanyak
1,0 – 2,0% (b/b). Proses ini dapat menghasilkan kandungan kalsium pada beras siap tanak antara 150 -
200mg/100 g beras.
Pengukusan beras dilakukan dalam retort atau dandang pada suhu 100oC sampai kadar air
mencapai 30-35% selama 5-10 menit. Dalam proses ini terjadi pra-gelatinisasi pati dan fiksasi bahan-
bahan yang ditambahkan Pra- gelatinisasi pati akan mempercepat waktu pamasakan dari beras siap tanak.
Pengeringan dilakukan dengan fluidized bed dryer pada suhu 40 - 60oC dan kecepatan 2-3 m/det
sampai kadar air 13-14% (bb) 15 dan aktivitas air 0,3 – 0,35. Pengemasan dilakukan dengan menempatkan
beras siap tanak berkalsium tinggi dalam kantong pengemas fleksibel (plastik) kapasitas 100 - 1000g. Untuk
beras siap tanak nasi gurih dan nasi kuning, ke dalam pengemas disertakan santan kental terkemas dalam
sachet yang jumlahnya proporsional dengan berat beras. Beras siap tanak berkalsium tinggi yang dicirikan
kadar kalsium antara 150-200mg/100g beras siap tanak, pemasakan tanpa melalui proses pencucian dan lama
penanakan menggunakan rice cooker antara 11-13 menit. Invensi ini bertujuan untuk mendapatkan beras
siap tanak yang cara penanakannya tidak memerlukan pencucian dan beras siap tanak berkalsium tinggi
untuk mencukupi kebutuhan asupan kalsium tubuh.
Fortifikasi kalsium
Beras yang sudah dicuci, dalam kondisi masih basah diberi tambahan bubuk Ca-laktat atau Ca-phosphat
sebanyak antara 1,0 - 2,0% (b/b). Setelah ditambah bubuk kalsium, dilakukan pencampura sampai seluruh
bubuk kalsium terserap air di antara butir beras dan tersebar merata pada seluruh permukaan beras.
Prosedur ini menghasilkan kadar kalsium antara 150 - 200 mg/100g beras siap tanak. Khusus beras siap
tanak untuk nasi gurih dan nasi kuning, penambahan kalsium dilakukan setelah penambahan ekstrak kunyit,
gula, garam dan rempah.
Penambahan gula, garam, rempah-rempah Lapisan beras diatur agar penetrasi uap panas selama
pengukusan dapat berjalan lancar dan merata, untuk itu ketebalannya diatur bervariasi antara 3 – 10 cm.
Pengukusan diakhiri ketika kadar air beras mencapai antara 35 – 40%. Pengeringan Beras yang sudah
mengalami pengukusan, dikeringkan menggunakan fluidized bed dryer dengan udara bersuhu 40 – 60oC dan
kecepatan 2 – 3 m/detik, sampai kadar air akhir 13 – 14% (bb). Beras siap tanak untuk nasi putih dan
nasi gurih berwarna putih,sedangkanberas siap tanak untuk nasi kuning berwarna kuning Pengemasan
dilakukan dengan menempatkan beras siap tanak berkalsium tinggi dalam kantong pengemas fleksibel
(plastik) kapasitas 100 - 1000g. Untuk beras siap tanak nasi gurih dan nasi kuning, ke dalam pengemas
disertakan santan kental terkemas dalam sachet yang jumlahnya proporsional dengan berat beras.
Pembuatan ekstrak kunyit Rimpang kunyit (Curcuma longa) yang masak optimal, dicuci, dikupas dan
diparut. Hasil pemarutan kunyit ditambah air bersih dengan rasio berat kunyit : air = 1 : 2, dicampur dengan
blender sehingga diperoleh bubur kunyit. Bubur kunyit diperas di dalam kain saring ukuran 200 mesh
secara manual, diperoleh ekstrak kunyit berwarna kuning tua.
Metode pengolahan beras siap tanak berkalsium tinggi sesuai klaim 1, dimana pencucian dengan rasio
air bersih : beras = 2 : 1, dengan 3 kali bilas. Metode pengolahan beras siap tanak berkalsium tinggi sesuai
klaim 1, dimana pengukusan beras dilakukan dalam retort atau dandang pada suhu 100oC sampai kadar air
mencapai 30 - 35% selama 5-10 menit. Metode pengolahan beras siap tanak berkalsium tinggi sesuai klaim
1, dimana pengeringan dilakukan dengan fluidized bed dryer pada suhu 40 - 60oC dan kecepatan 2-3 m/det,
sampai kadar air 13-14% (bb) dan aktivitas air 0,3 – 0,35.
Invensi ini berhubungan dengan sabun mandi padat, khususnya sabun mandi padat yang terdiri dari
bagian sabun pada lapisan permukaan luarnya dan bagian inti yang terbuat dari bahan bukan sabun.
Ringkasan Invensi
Invensi ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dijumpai pada penggunaan sabun
mandi padat berukuran 20 kecil serta sabun mandi padat berukuran lebih besar yang biasa digunakan di
rumah-rumah. Tujuan lain dari invensi ini yaitu tersedianya suatu sabun mandi padat yang sangat signifikan
mengurangi kerugian dalam hal pembuangan sabun sekali pakai yang biasa digunakan di tempat-tempat
penginapan seperti hotel.
Masih tujuan dari invensi ini adalah karena bagian inti mudah dibuat dalam berbagai bentuk yang lebih
rumit dari bentuk-bentuk sabun mandi padat yang ada sekarang ini, ringan dan tidak membutuhkan cetakan-
cetakan yang lebih rumit. Komposisi yang digunakan untuk pembuatan sabun mandip adat menurut invensi
ini dapat menggunakankomposisi yang telah dikenal dalam pembuatan sabun mandi padat atau sabun mandi.
Perlu diketahui bahwa ketebalan bagian sabun di atas permukaan luar bagian inti dapat diatur sesuai
dengan keinginan atau sesuai permintaan. Dengan menggunakan sabun mandi padat menurut invensi ini,
biaya sabun dapat dikurangi karena bahan sabun yang digunakan lebih sedikit. Sisa sabun yang biasa
dibuang sebelum sabun benar-benar habis terpakai, juga menjadi lebih sedikit bila menggunakan sabun
menurut invensi ini.