Anda di halaman 1dari 13

79

BAB V
GESEKAN DALAM PIPA

5.1 Pendahuluan
Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang
mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan. Besarnya
hambatan aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa.
Menurut Sihombing (2010), dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa
semakin kasar dinding pipa semakin besar terjadinya penurunan atau kehilangan
tekanan aliran. Gesekan antara aliran fluida dengan permukaan sudut-sudut
dinding pompa menyebabkan sebagian energi yang diangkut oleh aliran air hilang
untuk mengatasi gesekan-gesekan tersebut (Soekardi, 2015).
Prinsip aliran fluida dalam pipa sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada :
1. Distribusi air dari PDAM ke rumah-rumah.
2. Sistem irigasi yang mengunakan aliran pipa.
3. Pengaliran air dari waduk ke turbin PLTA.
Dalam pengaliran tersebut akan terjadi kehilangan energi yang terdiri dari:
1. Mayor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh gesekan.
2. Minor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh pengaruh lokal seperti:
a. Ekspansi (pembesaran tiba-tiba)
b. Kontraksi (penyempitan tiba-tiba)
c. Belokan
d. Katup
Percobaan ini dilakukan untuk pengamatan langsung terhadap kehilangan energi
akibat gesekan yakni untuk Mayor losses.

5.1.1 Bilangan Reynolds


Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran dinamakan laminer, transisi atau turbulen. Osborn
Reynolds telah mempelajari untuk mencoba menentukan bila dua situasi aliran
yang berbeda akan serupa secara dinamik bila memenuhi:

79
80

1. Kedua aliran tersebut serupa secara geometrik, yakni ukuran-ukuran linear


yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang konstan.
2. Garis-garis aliran yang bersesuaian adalah serupa secara geometrik, atau
tekanan-tekanan di titik-titik yang bersesuaian mempunyai perbandingan
konstan.
Reynolds menyimak dua situasi aliran yang serupa secara geometrik dan
menyimpulkan bahwa aliran-aliran tersebut akan serupa secara dinamik jika
persamaan-persamaan diferensial umum yang menggambarkan aliran-aliran
tersebut identik.
Fluida air suatu aliran diasumsikan laminer bila aliran tersebut mempunyai
bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2000, untuk aliran transisi berada pada
bilangan Reynolds (Re) 2000-4000. Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai
bilangan Reynold (Re) lebih dari 4000 dan kalau berada diantara kedua nilai
tersebut maka disebut aliaran transisi.
( v ×d × ρ )
Re =
μ
v = Kecepatan aliran (m/dt)
d = Diameter pipa (m)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
μ = Viskositas dinamik (N.s/m3)

5.1.2 Jenis-Jenis Aliran


Jenis-jenis aliran pada pipa terbagi menjadi tiga, yakni:
1. Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak dalam
lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar
ataupun aliran laminer dapat diartikan sebagai aliran yang terjadi akibat tidak
adanya gangguan pada pengaliran fluida di tiap lapisan paralel. Adapun dalam
aliran laminer, garis-garis alir tidak saling berpotongan. Dalam aliran laminer ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif
antara lapisan, sehingga aliran laminer memenuhi pasti hukum viskositas Newton
yaitu : τ = μ (2-13). Aliran laminer ini mempunyai nilai bilangan Reynolds-nya
kurang dari 2000.
81

Gambar 5.1 Kecepatan Laminer pada Pipa Tertutup


2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen.
Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau viskositasnya berkurang (dapat
disebabkan temperatur meningkat) maka gangguan-gangguan akan terus teramati
dan semakin membesar serta kuat yang akhirnya suatu keadaan peralihan tercapai.
Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan, dan lain-lain
yang menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara 2000
sampai dengan 4000.
3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari
partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta
putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari
satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar di mana nilai
bilangan Reynoldsnya lebih besar dari 4000. Dalam keadaan aliran turbulen maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata di seluruh
fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.

Gambar 5.2 Aliran Turbulen pada Pipa Tertutup


82

5.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah untuk menyelidiki perubahan akibat gesekan
pada aliran dalam pipa bundar dengan kecepatan aliran rata-rata dalam pipa.

5.3 Dasar Teori

v12 hf
2g Sf
v22
P1 Sw 2g

P2

τ 0

Z1 W sin 

Z2
Datum W

Gambar 5.3 Ilustrasi Gesekan dalam Pipa


Keterangan Gambar :
 = Sudut kemiringan pipa
W = Besar volume air
Z 1−Z 2
Sin  =
L
P1 , P2 = Tekanan yang terjadi di titik 1& 2
v1 , v2 = Kecepatan aliran pada titik 1 & 2
hf = Kehilangan energi
L = Panjang pipa
Sf = Kemiringan garis energi
Sw = Kemiringan muka air

Rumus Bernoulli
P 1 v 21 P2 v12
+ + Z 1= + +Z 2 + hf
γ 2g γ 2g
jika diameter pipa sama maka:
Q
d 1 =d 2 →v 1=v 2 =
A
83

P 1−P2
+ ( Z 1 −Z 2 )=hf
γ
Keseimbangan gaya momentum yang terjadi pada aliran dalam pipa adalah
Fs = 0
τθ . L . . P
P1 . A−P2 −W . sinθ− =0
γ.A
Dimana:
τ0 = Tegangan geser pada dinding
P = Keliling basah dinding
( P1 −P2 ) A +γ . A . L . sinθ−τ 0 . L. P = 0
( P1−P2) A+γ . A . ( Z 1−Z 2) −τ 0 . L . P
=0
γ. A
P 1 . P2 τ 0 . L .0
+ ( Z 1 −Z 2 )− =0
γ γ. A
τ 0 . L. P
hf = =0
γ.A
ρ
τ 0= λ . v 2
Dimana: 2 maka:
ρ
λ. .v 2 . L. P
2
hf =
γ.A
ρ
λ . . v 2 . L. P
2
hf =
ρ.g. A
λ . v2 L
hf = .
2.g A
ρ
λ . v2 L
hf = .
2.g R
Dimana:
R = Jari hidrolis (m)
 = f adalah koefisien gesekan
84

 = Massa jenis air (kg/m3)


μ = Viskositas air (m2/s)
Untuk aliran dalam pipa R adalah:
2
π .d.
4
R=
π .d
d
R=
4
Jadi,

v2 L
h f =f . 4 . .
2. g d

Dikenal dengan rumus Darcy Weisbach


2.g.d. h f
f= 2
4. v .L
ρ. v . d
Dimana untuk pipa halus f =  (Rd) dan Rd = μ
32 . μ . L. v
= 2
Untuk aliran laminer f = 16/Rd, sehingga h1 g . ρ . d
Bisa juga dihitung dengan:
hf= (manometer (n +1) – manometer (n )) x raksa

5.4 Peralatan dan Prosedur Percobaan

5.4.1 Peralatan

Gambar 5.4 Peralatan yang Digunakan dalam Percobaan


Keterangan gambar:
1. Katup Udara : Tempat keluar masuknya udara
85

2. Manometer : Alat yang digunakan untuk menguji aliran dalam


gesekan
3. Inlet : Tempat untuk pengisi campuran
4. Tombol Power : Untuk menghidupkan alat
5. Tabung Raksa : Tempat menampung raksa
6. Katup Pengatur Debit : Mengatur tekanan debit
7. Pipa Lurus : Tempat mengalirnya campuran
Alat yang digunakan:
1. Stopwatch : Untuk mengukur lama debit
2. Termometer : Untuk melihat tinggi raksa
3. Bangku Hidrolik : Tempat berdirinya alat
4. Gelas Ukur : Mengukur air yang keluar

5.4.2 Prosedur Percobaan


1. Ukur kedua panjang pipa antara kedua selang untuk manometer.
2. Ukur diameter pipa uji.
3. Hubungkan alat percobaan dengan meja hidrolik.
4. Buka katup pengaturan aliran, aliri pipa benda uji dan pipa lainnya.
5. Gunakan pembacaan manometer air raksa untuk menentukan selisih
tekanan yang lemah antara 2 titik yang menjadi panjang pipa uji.
6. Buka penjepit pada manometer air/air raksa bila mengunakan pembacaan
salah satunya.
7. Buka dan atur keran pengatur air keluaran untuk menentukan macam-
macam debit aliran mulai dari aliran laminer sampai dengan aliran
turbulen.
8. Ukur volume aliran yang mengalir dalam pipa dengan gelas ukur.
9. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengisi gelas ukur tersebut dengan
stopwatch sehingga didapat harga debit.
10. Ukur suhu air untuk mendapatkan viskositas air dari tabel viskositas
terlampir.
11. Lakukan pembacaan maometer dan debit aliran setiap pengaturan debit
sebanyak 5 kali pembacaan.
86

12. Atur keran pengatur debit untuk masing-masing jenis aliran laminer,
transisi, dan turbulen.
13. Lakukan pengaturan debit untuk masing-masing jenis aliran sebanyak 5
(lima) kali.

5.5 Menentukan Bilangan Reynolds dan Koefisien Gesekan

5.5.1 Nilai Volume, Waktu, dan Manometer


Panjang pipa : 0,524 m
Diameter pipa : 0,003 m
Suhu : 21˚C
Tabel 5.1 Data Volume, Waktu, dan Manometer

Volume Waktu Manometer (mHg)


No
(m³) (s) 1 2
1 0,000025 12 0,08 0,086
2 0,000040 12 0,079 0,090
3 0,000055 12 0,07 0,098
4 0,000065 12 0,068 0,100
5 0,000075 12 0,062 0,105

A. Menentukan Viskositas Kinematik


Viskositas kinematik diperoleh dengan cara interpolasi pada ρ dan µ dengan
suhu 210C dapat dijabarkan sebagai berikut:

ρ 21° C= ( 30−20
30−21 ) =
996−998
996− X

ρ 21° C=(
30−21 ) 996− X
30−20 996−998
=

x¿ 997 , 6 kg /m3

( )
−6 −6
30−20 0,802 x 10 −1,005 x 10
v 21 ° C= = −6
30−21 1,005 x 10 −X
x¿ 8,426 x 10−7 kg /m3

( )
−3 −3
30−20 0,799 x 10 −1,003 x 10
µ21 ° C= = −3
30−21 0,799 x 10 −X
x¿ 6,358 x 10−4 m2 /s
87

B. Luas I (A)
 = 3,14
D = 0,003 m
1 2
A = ×3 , 14 × ( 0,003 )
4
= 0,000007065 m2

C. Debit Aliran (Q)


Volume = 0,000041 m3
Waktu = 12 s
0,000041
Q=
12
= 0,00000342m3 /s

D. Kecepatan (ν)
Q = 0 , 00000342m3/s
A = 0,000007065 m2
0,0000 0342
v =
0,000007065
= 0,48360 m/s

E. Kehilangan Energi (hf)


M2 = 0,090 mHg
M1 = 0,076 mHg
raksa = 13,6 kg/m3
hf = (0,090 – 0,076) × 13,6
= 0,1904 m

F. Koefisien Gesekan (f)


Diameter pipa = 0,003 m
Panjang pipa = 0,524 m
v2 = 0,23387 m2/s2
hf = 0,1904 m
2× 9 , 81× 0,003 ×0,1904
f =
4 ×0,23387 × 0,524
88

= 0,02286

G. Re
v =0,48360 m/s
d = 0,003 m
ρ air = 997 , 6 Kg/m3
 air = 0,0006358 m2/s
(0,48360 × 0,003× 997 , 6)
Re =
0,0006358
= 2230,76

H. Log Re
Nilai Re dari perhitungan diatas, kemudian di log- kan
Re = log  Log Re 2230,76 = 3,357
Tabel 5.2 Luas Penampang, Debit, Kecepatan, Kehilangan Energi, Koefisien Gesekan, f, Re dan Log Re
Q V V² hf
No. A V/s Q/A f Re Log Re
m³/s m/s m/s m
1 0,000007065 0,00000417 0,58976 0,34782 0,082 0,00659 2776 3,443
2 0,000007065 0,00000667 0,94362 0,89042 0,150 0,00472 4442 3,648
3 0,000007065 0,00000917 1,29748 1,68344 0,381 0,00635 6107 3,786
4 0,000007065 0,00001083 1,53338 2,35126 0,435 0,00520 7218 3,858
5 0,000007065 0,00001250 1,76929 3,13037 0,578 0,00519 8328 3,921

Tabel 5.3 Nilai Re dan f Grafik 5.1 Grafik Re dan f

Data 0.020
f Re 0.018
0.016
0,00659 2776 0.014
0,00472 4442 0.012
0.010
0,00635 6107 F
0.008 0.00659 0.00635
0.00472 0.00520 0.00519
0,00520 7218 0.006
0.004
0,00519 8328 0.002
0.000
2776 4442 6107 7218 8328
Re

89
90

5.6 Kesimpulan dan Saran


5.6.1 Kesimpulan
1. Semakin besar nilai volume maka nilai debit aliran (Q) dan kecepatan aliran
(v) semakin besar pula.
2. Semakin besar nilai debit (Q) maka perubahan tekanan akibat gesekan (h f)
menjadi semakin besar.
3. Perubahan bilangan Reynold (Re) pada fluida yang mengalir di dalam pipa
tidak menyebabkan perubahan koefisien gesekan (f).
4. Berdasarkan grafik f Vs Re dapat disimpulkan bahwa f dan Re dipengaruhi
oleh kecepatan aliran.
5. Berdasarkan percobaan kedua grafik mengalami kenaikan bilangan Re yang
signifikan hal ini terjadi karena pada saat praktikum pemutaran keran lebih
cepat dibanding percobaan sebelumnya sehingga debit alirannya lebih besar
dari sebelumnya. Debit yang besar berpengaruh pada kecepatan aliran yang
menghasilkan nilai bilangan Re semakin meningkat.

5.6.2 Saran
1. Ketika akan melakukan sebuah percobaan sebaiknya praktikan memahami
terlebih dahulu dengan percobaaan yang hendak dilakukan dengan membaca

90
terlebih dahulu modul atau referensi-referensi yang berhubungan dengan
percobaan tersebut.
2. Pembacaan nilai-nilai manometer Hg, hendaknya dilakukan lebih teliti oleh
beberapa orang sebagai pembanding sehingga peluang suatu kesalahan dapat
diminimalisir.
3. Pembacaan nilai-nilai manometer Hg, hendaknya dilakukan lebih teliti dan
tidak tergesa-gesa dikarenakan waktu yang dibutuhkan singkat yaitu 5 detik.
4. Pada saat sedang melakukan praktikum maka sebaiknya pembimbing dapat
mengontrol bagaimana jalannya praktikum, supaya pada proses pelaksanaan
praktikum tidak terjadi kesalahan.
90
91 91
91

Anda mungkin juga menyukai