Anda di halaman 1dari 11

BAB III

TINGGI METASENTRIS
(METACENTRIC HEIGHT)
3.1 Pendahuluan
Pengetahuan dasar masalah stabilitas benda terapung seperti sebuah kapal
yang mengambang dipermukaan air merupakan hal yang sangat penting. Kondisi
kestabilan, netral, atau ketidakstabilannya dinyatakan berdasarkan tinggi titik
berat benda tersebut (ponton).
Dalam percobaan ini stabilitas benda (ponton) diketahui berdasarkan titik
beratnya pada ketinggian yang bervariasi. Percobaan ini juga memperbandingkan
hasil pecobaan dengan hasil perhitugan stabilitas secara analitis.
Suatu benda apung dalam zat cair statis akan menerima gaya apung, FB
seberat zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Gaya apung, FB selalu bereaksi
ke atas dan dalam bentuk persamaan dinyatakan dengan :
FB = ρ g V…………………………………………………………………...(3.1)
Dimana :
ρ = massa jenis zat cair
g = percepatan gravitasi
V = volume zat cair yang dipindahkan oleh benda apung.
Titik kerja benda apung disebut pusat apung atau titik B (center of
buoyancy). Jika titik berat benda apung, G berada pada titik B-nya maka benda
tersebut dalam kondisi stabil. Jika titik G berada di atas titik B maka
keseimbangan benda apung ditentukan oleh letak titik metasentrik, M yaitu titik
potong garis kerja gaya apung dengan garis tengah asli benda itu terhadap titik G,
apabila :
1. Titik M di atas titik G, benda apung dalam kondisi stabil.
2. Titik M di bawah titik G, benda apung dalam kondisi labil.
Jarak GM yang diketahui sebagai tinggi metasentrik merupakan ukuran langsung
bagi stabilitas benda apung.

42
43

Untuk menentukan jarak GM, digunakan rumus sebagai berikut :


∆w. x jarak tali pendulum
GM = arc tan θ=
W . tan θ tinggi tiang pendulum
I 1 3
BM = I= bh
Vp 12
GM = BM - BG
Keterangan:
GM = Tinggi Metasentris
BM = Jarak dari pusat kerja gaya apung ke metasentris
BG = Jarak dari pusat berat ponton ke metasentris
∆ w = selisih masa pengatur dan masa ponton
W = Gaya berat ponton
x = jarak perpindahan beban
Tan 𝛉= Sudut putar ponton
I = Momen inersia persegi
b = lebar persegi
h = tinggi persegi
3.1.1 Landasan Teori
Suatu benda apung dalam zat cair statis akan menerima gaya apung,
F nb seberat zat cair yang dipindah oleh benda itu. Gaya apung, F B selalu
beraksi vertikal ke atas dan dalam bentuk persamaan dinyatakan dengan :

FB = ρ.g.V……………...……………………………………………...(3.2)

Dimana:
ρ = rapat massa zat cair
g = percepatan gravitasi
V = Volume zat cair
Tinggi metasentris adalah tinggi potong antara garis vertikal yang
dilalui pusat apung Bo sesudah benda digoyang dengan garis vertikal Wo se
belum digoyang. Jika Mo terletak diantara Wo maka benda akan terbenam,
maksudnya benda akan terapung labil suatu benda apung dalam zat
cair statis akan menerimagaya apung seberat zat cair yang dipindahkan oleh
gaya itu. Letak Wo dipengaruhi oleh sudut putar ponton(θ).
44

Sudut penggoyangan diperhitungkan sedemikian rupa sehingga pusat


koordinat diambil G (pusat berat). Dengan demikian, ukuran stabilitas
didasarkan pada jarak :
N – G = tinggi metasentris.........................................................................(3.3)
Apabila:
M > 0 (N diatas G) = terapung stabil
M < 0 (N dibawah G) = terapung labil
M = 0 (N pada G) = terapung
3.1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mempelajari posisi stabilitas benda terapung
b. Menentukan letak metasentris
c. Membandingkan hasil analitis stabilitas benda terapung dengan hasil
percobaan
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Prosedur Percobaan
a. Mempersiapkan semua alat yang diperlukan.
b. Mengukur panjang, lebar dan tinggi ponton.
c. Mengapungkan ponton di atas wadah yang berisi air serta mematiskan
bahwa massa pengatur tepat pada tengahnya.
d. Memeriksa dan menetapkan garis acuan nol antara garis bandul atau
unting-unting dan mistar skala.
e. Menggeser massa pengatur kesebelah kiri atau kanan dari pusat
(dengan pertambahan sejauh 0,3 mm) sampai keujung mistar skala.
Mencatat perubahan sudut garis bandul untuk setiap kedudukan bandul
tersebut.
f. Mengulangi semua prosedur diatas untuk beban geser pada ketinggian
yang berbeda-beda, berarti pusat beratnya bervariasi.
45

3.2.2 Alat Percobaan


a. Ponton

Gambar 3.1 Ponton


Ponton adalah alat utama untuk praktikum.
b. Tiang vertikal

Gambar 3.2 Tiang Vertikal Ponton


Fungsi tiang vertikal adalah untuk mengatur pusat geser.
c. Massa pengatur transversal

Gambar 3.3 Massa Pengatur Transversal Ponton


Fungsi massa pengatur transversal adalah untuk mengatur massa.
46

d. Skala derajat kemiringan

Gambar 3.4 Skala Derajat Ponton


Fungsi skala derajat kemiringan adalah untuk mengetahui kemiringan
ponton.
e. Unting-unting untuk mengatur pusat geser

Gambar 3.5 Unting-unting Pada Ponton


Fungsi unting- unting adalah untuk mengatur pusat geser
f. Wadah berisi air

Gambar 3.6 Wadah Air


Fungsi Wadah berisi air adalah sebagai tempat pengapungan ponton
47

g. Mistar untuk mengukur tinggi tiang vertikal.

Gambar 3.7 Mistar


Fungsi mistar adalah untuk mengukur tinggi tiang vertikal
3.2.3 Data Hasil Pengamatan
1. Data ponton
Panjang(L) = 35 cm
Lebar(B) = 20 cm
Tinggi(H) = 7,5 cm
2. Tinggi tiang vertical = 40 cm
3. Posisi titik berat dari dasar ponton (AG) = 35 cm
4. Ketinggian bagian tercelup dari dasar ponton (h) = 2,5 cm
5. Titik pusat apung dari dasar ponton (AB) = 1,25 cm

Tabel 3.1 Tabel Hasil Percobaan


Posisi Jarak Tali
Jarak Massa Sudut Putar
Pusat Pendulum dari
Pengatur X (m) Ponton 𝛉 (° )
Massa Titik Awal Y (m)
(m) Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
0,35 0,015 0,015 0,028 0,020 4 3,5
0,35 0,018 0,018 0,032 0,028 4,5 4,2
0,35 0,021 0,021 0,036 0,031 5,5 5
0,35 0,024 0,024 0,042 0,035 6 5,5
0,35 0,027 0,027 0,045 0,042 6,5 6,2
48

3.3 Analisa Perhitungan


Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Data Percobaan
No. Jarak X (m) Sudut Miring Tinggi Metasentris Sudut Miring Tinggi Metasentris
Sisi Kiri Ponton GM Sisi Kanan Ponton GM
1. 0,015 4 168,748 3,5 192,928
2. 0,018 4,5 179,920 4,2 192,823
3. 0,021 5,5 171,567 5 188,824
4. 0,024 6 179,631 5,5 196,076
5. 0,027 6,5 186,421 6,2 195,518

Persamaan yang digunakan :


∆w. x
GM = ……….............................................….......…………
W . tan θ
(3.4)
Keterangan :
GM = Tinggi Metasentris (mm)
∆w = selisih masa pengatur dan masa ponton (1180 g)
W = Gaya berat ponton (1500 g)
x = jarak perpindahan beban
Tan 𝛉 = Sudut putar ponton

A. Analisa Perhitungan Tinggi Metasentris Sisi Kiri


Diketahui:
∆w = 1180 g
x = 15 mm
W = 1500 g
𝛉 =4
∆w×x
GM Kiri =
W × tanθ
1180×15
=
1500× tan ⁡(4 )
= 168,748
B. Analisa Perhitungan Tinggi Metasentris Sisi Kanan
Diketahui:
∆w = 1180 g
x = 15 mm
49

W = 1500 g
𝛉 = 3,5
∆w×x
GM Kanan=
W × tanθ
1180× 15
=
1500× tan ⁡(3 , 5)
= 192,928
Berikut adalah perhitungan teoritis sebagai pembanding dengan perhitungan pada
percobaan.

GM = BM-BG

Keterangan:
GM = Tinggi Metasentris (mm)
BM = Jarak dari pusat kerja gaya apung ke metasentris (mm)
BG = Jarak dari pusat berat ponton ke metasentris (mm)

C. Mencari BM
I0
BM =
V ap
Keterangan:
I0 = Inersia permukaan ponton
V ap = Volome ponton tercelup

Perhitungan :
1 3
I0 = .35 .20
12
= 23333 , 3 cm4

V ap = 35 . 20 . 2,5
= 1750 cm3

23333 ,3
BM =
1750
=13,33331 cm

D. Mencari BG
50

H h
BG = H− −
2 2
7 ,5 2 ,5
= 7− −
2 2
= 2 cm

Untuk menggambarkan hubungan variasi sudut putar ponton terhadap tinggi


metasentris akan ditunjukkan oleh diagram berikut :

Grafik Hubungan GM dan Sudut Putar


Ponton (Kiri)
Tinggi Metasentris (mm)

190,000
185,000
180,000
175,000
170,000
165,000
160,000
155,000
4 4,5 5,5 6 6,5
Sudut Putar Ponton

Grafik 3.1 Hubungan variasi sudut putar ponton terhadap tinggi metasentris
(beban digeser ke kiri).

Grafik Hubungan GM dan Sudut Putar


Ponton (Kanan)
Tinggi Metasentris (mm)

198,000
196,000
194,000
192,000
190,000
188,000
186,000
184,000
3,5 4,2 5 5,5 6,2
Sudut Putar Ponton

Grafik 3.2 Hubungan variasi sudut putar ponton terhadap tinggi metasentris
(beban digeser ke kanan).
51

3.4 Penutup
3.4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan maka dapat dilihat adanya hubungan letak pusat
gravitasi dengan titik letak metasentris. Nilai tinggi metasentris yang
bervariasi tapi sejalan dengan perubahan sudut miring ponton.
Dari percobaan dan perhitungan diperoleh perbedaan hasil perhitungan
analitis dengan hasil percobaan. Hal ini terjadi karena kekurang telitian
praktikum dalam melakukan percobaan (pembacaan hasil percobaan atau
kurang tepatnya alat percobaan dikalibrasikan).

3.4.2 Saran
1. Sebelum memulai praktikum alangkah baiknya berdoa terlebih dahulu
agar di berikan kemudahan, keselamatan dan kelancaran dalam
melakukan kegiatan praktikum.
2. Praktikan diharapkan mempelajari modul yang diberikan atau mencari
referensi-referensi lain agar praktikum dapat mudah dimengerti dan
dilaksanakan dengan baik.
3. Disaat praktikum difarapkan tertib dan fokus terhadap praktikum yang
dilakukan, dan tidak berisik maupun banyak bermain disaat praktikum.
4. Pada saat pembacaan sudut usahakan untuk membacanya lebih teliti
dan dilakukan secara berulang agar data yang didapat lebih akurat.
Setelah itu, lakukan pencatatan hasil pembacaan sudut dengan teliti
agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan perhitungan.
5. Penggunaan satuan dan menulis data-data hasil praktikum harus
dilakukan dengan teliti untuk meminimalisir kesalahan data.
6. Saat melakukan praktikum tinggi metasentris harus dipastikan saat
membaca sudut ponton tidak boleh mengenai sisi bak yang berisi air,
karena hal tersebut dapat mengurangi akurasi hasil yang didapat.
52

7. Setelah praktikum selesai hendaknya perakatan yang digunakan saat


praktikum dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula supaya
laboratorium tidak berantakan dan rapi seperti semula.

3.4.3 Daftar Pustaka


Zahro, F., Ambarwati, T. S., & Septianingrum, J. (2023). Efektivitas
Penggunaan Media Alat Peraga “Perahu Rakit” dan Laboratorium
Maya pada Materi Hukum Archimedes. Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pembelajaran, 1(2), 66-76.

Anda mungkin juga menyukai