1) Bak air
2) Pontoon dengan dasar yang rata
3) Pemberat
Gambar memperlihatkan sebuah benda padat terendam dalam dua jenis fluida dengan
diagram gaya apung (buoyant force) F1 dan gaya gravitasi W. Persamaan keseimbangan
benda tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Untuk mempelajari geometris dari pada gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda padat
yang terapung pada fluida, terutama yang berkaitan dengan jenis percobaan yakni
‘metacentric height’. Mari perhatikan contoh pada sebuah kapal atau pontoon terapung
seperti pada gambar dibawah ini.
Dapat dilihat bahwa pusat gaya apung atau ‘center of buoyant force’ dari benda terapung
selalu berada pada pusat volume benda cair/fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut,
yakni dalam hal ini adalah B. Namun, jika benda terapung tersebut dibebani pada salah satu
ujungnya sehingga miring seperti (b), maka pusat gaya apung atau center of buoyant force
dari benda terapung tersebut berpindah ke titik B’ yakni titik berat dari persegi ABCD dan
gaya apung (buoyant force) bekerja kearah atas melalui titik B’. Gaya gravitasi bekerja
kearah bawah melalui G, yang merupakan pusat gravitasi bagian daripada benda yang
terapung. Apabila melalui titik B’ ditarik garis vertikal, maka garis tersebut akan memotong
‘center line’ original, yang dalam hal ini adalah di titik M yang posisi nya diatas titik G, dan
keadaan ini menghasilkan momen yang mengakibatkan benda terapung tersebut berada pada
keadaan stabil/seimbang. Titik perpotongan antara garis kerja ‘buoyant force’ dengan center
line original disebut metacentre yang dalam hal ini diberi nitasi titik M. Apabila poisis titik
M diatas titik G, benda berada dalam kondisi stabil tapi bila titik M berada dibawah titik G
maka benda tersebut tidak stabil dan apabila berimpitan dengan titik G maka kondisinya
disebut dalam keseimbangan normal (normal equilibrium). Jarak MG disebut ‘metacentric
height’ dan merupakan suatu ukuran stabilitas sebuah benda terapung. Momen yang
dihasilkan akibat perpindahan titik pusat gaya apung adalah:
�� = �. �� ���∅…(2.3)
Dimana:
h = ketinggian pontoon terendam (m)
H = tinggi total pontoon (m)
b = panjang pontoon (m)
m = massa total/gross mass pontoon (kg); dan
g = percepatan gravitasi (m/���2 )
Selanjutnya perhatikan (b) bagian kiri dari pontoon terendam lebih dalam dibandingkan
dengan posisi (a). Perbedaan tersebut adalah sebesar ∆� yang menghasilkan sudut kemiringan
pontoon sebesar ϕ. Titik berat bagian pontoon yang tenggelam yakni ABCD dapat dihitung
dengan menghitung statis momen terhadap garis AB (sumbu y ) dan BC (sumbu x ) dan
diperoleh:
�= �� ∑� ��� � = ∑ �� ∑�
Dimana:
Sx= statis momen luasan terhadap sumbu x
Sy= statis momen luasan terhadap sumbu y
A = luas total bagian benda yang terendam (ABCD) x = absis titik berat trapezium ABCD
Y = koordinat titik berat trapezium ABCD
Selanjutnya perhatikan AEO dan B’PM, kedua segitiga tersebut adalah sama dan sebangun
sehingga:
∆�
= �' ��/��
� 2