Anda di halaman 1dari 12

MODUL 2

METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING BODIES


(METACENTRIC HEIGHT PADA BENDA TERAPUNG)
2.1 Pendahuluan
Stabilitas dari sebuah benda terapung, khususnya benda terapung yang dipergunakan
untuk memikul dan/atau membawa beban seperti kapal, pontoon, dan sejenisnya adalah
sangat penting. Teori dibalik stabilitas haruslah benar-benar dipahami pada tahap
perencanaannya.
Prinsip hokum Archimedes mengatakan bahwa gaya apung (buoyant force) pada sebuah
benda padat di dalam fluida besarnya sama dengan berat fluida yang dipindah oleh benda
padat tersebut dan arahnya vertikal ke atas atau berlawanan dengan arah gravitasi. Titik
tangkap daripada gaya buoyant force tersebut adalah pada titik berat daripada volume
fluida yang dipindahkan oleh benda padat tersebut.
2.2 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan karakteristik kesimbangan benda terapung
apabila titik berat benda diluar titik berat benda terapung apabila titik berat benda diluar titik
berat benda tersebut.
2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan ini terdiri dari:

1) Bak air
2) Pontoon dengan dasar yang rata
3) Pemberat

Muhammad Raihan Fajari (210404055)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
OK Anugrah Adam (220404117)
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.4 Persiapan Peralatan
Persiapan ponton/vesel kedap air yang dasarnya rata yang dilengkapi dengan peralatan
berupa tiang/mast dan penyangga horizontal/bridge . Tiang vertikal digunakan untuk tempat
beban yang bisa digeser ke atas dan ke bawah demikian juga besi bulat peyangga horizontal
/bridge digunakan untuk tempat beban yang bisa digeser ke kiri dan ke kanan.
Ponton harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga ponton dapat diapungkan (set-up)
pada bak/tangki air dan mampu memukul beratnya sendiri plus tiangnya dan pemberat yang
bervariasi. Bandul tiang timbang tegak lurus /plumb-bob line ditempatkan pada tiang/mast
dan alat ukur/scale di pasang pada bagian dengan penyangga/bridge, sehingga ponton pada
saat di bebani (keadaan diam/seimbang) dapat langsung diukur yakni dengan membaca
besarnya ayunan (swing) pada alat ukur (scale) terpasang
Ponton yang dipergunakan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Tinggi, H = 170 mm ; Panjang, L = 380 mm ; Lebar, B = 250 mm
Jarak antara titik berat pontoon dengan tempat sangkutan pemberat x = 123 mm dan titik
berat pontoon dengan tiang/mast w = 300 gram dan posisi ketinggian tiang/mast diatas
permukaan air pada saat dibebani dari dasar pontoon = 790 mm.
2.5 Landasan Teori
Resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda oleh fluida statis, baik benda tersebut
terapung atau tenggelam disebut “Buoyant Force” atau gaya apung. Gaya apung tersebut
arahnya selalu keatas atau berlawanan dengan gravitasi.

Gambar memperlihatkan sebuah benda padat terendam dalam dua jenis fluida dengan
diagram gaya apung (buoyant force) F1 dan gaya gravitasi W. Persamaan keseimbangan
benda tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Muhammad Raihan Fajari (210404055)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
OK Anugrah Adam (220404117)
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
�1 + ��1 = � ��� �2 + ��2 = �…(2.1)
atau
�1 − �2 �1�1 − �2�2
�= �=
�2 − �1 �2 − �1
Dimana:
F1 = buoyant force benda pada fluida -1
F2 = buoyant force benda pada fluida -2
W = gaya gravitasi benda padat; dan
�2�1 = unit gravity force untuk fluida -1 dan fluida -2

Untuk mempelajari geometris dari pada gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda padat
yang terapung pada fluida, terutama yang berkaitan dengan jenis percobaan yakni
‘metacentric height’. Mari perhatikan contoh pada sebuah kapal atau pontoon terapung
seperti pada gambar dibawah ini.
Dapat dilihat bahwa pusat gaya apung atau ‘center of buoyant force’ dari benda terapung
selalu berada pada pusat volume benda cair/fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut,
yakni dalam hal ini adalah B. Namun, jika benda terapung tersebut dibebani pada salah satu
ujungnya sehingga miring seperti (b), maka pusat gaya apung atau center of buoyant force
dari benda terapung tersebut berpindah ke titik B’ yakni titik berat dari persegi ABCD dan
gaya apung (buoyant force) bekerja kearah atas melalui titik B’. Gaya gravitasi bekerja
kearah bawah melalui G, yang merupakan pusat gravitasi bagian daripada benda yang
terapung. Apabila melalui titik B’ ditarik garis vertikal, maka garis tersebut akan memotong
‘center line’ original, yang dalam hal ini adalah di titik M yang posisi nya diatas titik G, dan
keadaan ini menghasilkan momen yang mengakibatkan benda terapung tersebut berada pada
keadaan stabil/seimbang. Titik perpotongan antara garis kerja ‘buoyant force’ dengan center
line original disebut metacentre yang dalam hal ini diberi nitasi titik M. Apabila poisis titik
M diatas titik G, benda berada dalam kondisi stabil tapi bila titik M berada dibawah titik G
maka benda tersebut tidak stabil dan apabila berimpitan dengan titik G maka kondisinya
disebut dalam keseimbangan normal (normal equilibrium). Jarak MG disebut ‘metacentric
height’ dan merupakan suatu ukuran stabilitas sebuah benda terapung. Momen yang
dihasilkan akibat perpindahan titik pusat gaya apung adalah:
�� = �. �� ���∅…(2.3)

Muhammad Raihan Fajari (210404055)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
OK Anugrah Adam (220404117) BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
Dimana:
Mp = momen perlawanan
W = gaya gravitasi dari pada benda terapung
Φ = sudut kemiringan benda akibat pembebanan
Cara menghitung dan menentukan ‘metacentric height’
Benda prismatic terapung dengan ukuran panjang = b meter, tinggi = h meter dan lebar, B
= 1 meter. Tinggi bagian pontoon yang tenggelam, h dapat ditung dengan:
ℎ = �� �. �. 1 �…(2.4)

Dimana:
h = ketinggian pontoon terendam (m)
H = tinggi total pontoon (m)
b = panjang pontoon (m)
m = massa total/gross mass pontoon (kg); dan
g = percepatan gravitasi (m/���2 )
Selanjutnya perhatikan (b) bagian kiri dari pontoon terendam lebih dalam dibandingkan
dengan posisi (a). Perbedaan tersebut adalah sebesar ∆� yang menghasilkan sudut kemiringan
pontoon sebesar ϕ. Titik berat bagian pontoon yang tenggelam yakni ABCD dapat dihitung
dengan menghitung statis momen terhadap garis AB (sumbu y ) dan BC (sumbu x ) dan
diperoleh:

�= �� ∑� ��� � = ∑ �� ∑�

Dimana:
Sx= statis momen luasan terhadap sumbu x
Sy= statis momen luasan terhadap sumbu y
A = luas total bagian benda yang terendam (ABCD) x = absis titik berat trapezium ABCD
Y = koordinat titik berat trapezium ABCD
Selanjutnya perhatikan AEO dan B’PM, kedua segitiga tersebut adalah sama dan sebangun
sehingga:
∆�
= �' ��/��
� 2

Muhammad Raihan Fajari (210404055)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
OK Anugrah Adam (220404117)
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
Dapat dihitung jarak titik M ke titik P yakni:
�� = �' �/ ∆�/ � 2
Dengan demikian maka besarnya ‘Metacentric Height’ adalah:
�� = �� − ��
2.13 Prosedur Percobaan
1) Pasang (asamble) pontoon/vessel dengan menempatkan penyangga horizontal/bridge
dan tiang vertikal/mast pada tempatnya, contohnya: Tempatkan tiang vertikal/mast pada
lobang yang disediakan pada dasar pontoon dan ikatkan/clam penyangga
horizontal/bridge dengan baut ke lobang yang tersedia pada bagian sisi pontoon/vessel.
2) Timbang pontoon termasuk pemberat pada tiang vertikal/mast dan cari titik beratnya
terhadap garis tiang vertikal/mast dengan menyeimbangkan tuas/mast tersebut dengan
indicator bandul yang ujungnya tajam, dan ukur jarak dari ujung tajam bandul tersebut
ke bagian dasar pontoon bagian luar.
3) Isi hydraulic bench atau bak/tangki dengan air, dan apungkan pontoon didalamnya. Atur
posisi yang diperlukan di batang penyangga horizontal/bridge piece sehingga pontoon
terapung tanpa ada kemiringan sedikitpun. Kondisi ini diindikasikan melalui bandulan
timbang tegak lurus yang berada pada tanda bacaan nol.
4) Masukkan beban seberat 50 gram pada pin tempat beban pada lengan penyangga
horizontal/bridge, tempatkan/geser beban tersebut ke arah salah satu sisi pontoon/vessel,
kemudian ukur jarak titik berat beban tersebut ke garis titik berat pontoon dengan
menggunakan mistar yang terpasang/mistar sendiri dan catat sudut kemiringan pada alat
baca yang tersedia yang dilengkapi dengan bandul dan busur pengukur sudut
kemiringan.
5) Lakukan pembacaan seperti pada nomor (4) dengan variasi pembebanan 100,150 dan
200 gram. Lakukan prosedur yang serupa dengan menempatkan beban pada sisi pontoon
yang berlawanan.
6) Hitung GM secara praktek. Gambarkan hubungan antara (sumbu x) dan MG (sumbu y),
tentukan MG ketika sama dengan nol.
7) Hitung MG secara teoritis
8) Ulangi prosedur diatas untuk kondisi penambahan beban pada pontoon/ballast loading
yakni dengan menempatkan beban pada tiang vertikal/mast, contohnya ��1 (gram) dan
��2 (gram).

Muhammad Raihan Fajari (210404055)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
OK Anugrah Adam (220404117)
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.7 Hasil dan Perhitungan

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.8 Gambar Alat

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.9 Foto Alat

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.10 Foto Dokumentasi

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.11 Foto Gelombang

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.12 Aplikasi

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)
2.13 Kesimpulan

Muhammad Raihan Fajari (210404055)

OK Anugrah Adam (220404117)


METACENTRIC HEIGHT OF FLOATING
BODIES
Nahdhal Khair (220404119)

Anda mungkin juga menyukai