Dostam Undip

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

PERMASALAHAN PERTANAHAN

EKO BUDI PRAYITNO (SEKRETARIS DPUPR KAB. TEMANGGUNG)

SEKOLAH VOKASI Prodi STr


Perencanaan Tata Ruang dan
Pertanahan Universitas
Diponegoro, 6 OKTOBER2023
DINAMIKA PENDIDIKAN

Kemendikbud-Ristek (2021) mencatat jumlah publikasi ilmiah Indonesia


mencapai 50.000. Angka itu sekaligus mendongkrak peringkat publikasi
i l m i a h I n d o n e s i a d a r i p e r i n g k a t 5 6 d u n i a ke p e r i n g k a t 2 1
dunia. (https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/3146-
transformasi-radikal-nadiem)
DINAMIKA PENDIDIKAN
1. Peringkat pendidikan Indonesia berada
diurutan ke-67 dari 209 negara
(worldtop20.org).
2. Hasil Skor Programme of Internasional
Student Assesment (PISA) Indonesia
menempati peringkat ke-73 dalam bidang
matematika, ke-74 dalam kemampuan
literasi, dan ke-71 dalam bidang sains dari
total 78 negara di dunia.
3. Dikutip dari berbagai jurnal penelitian, ada
beberapa alasan yang menjadi penyebab
pendidikan di Indonesia masih jauh dari
kata sempurna utamanya kualitas guru dan
sarana prasarana pendidikan.
DINAMIKA PENDIDIKAN

“ KUALITAS PENDIDIKAN TIDAK SELALU


BERBANDING LURUS DENGAN
KEBAHAGIAAN”

https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4n9y82wzk8o
DINAMIKA PENDIDIKAN
Indra Charismiadji (pakar dan tokoh pendidikan nasional) dalam
Rapat Panja Kebijakan Kurikulum Komisi X DPR RI Membahas
Kurikulum Merdeka:

1. Gonta Ganti Kurikulum Tidak Salah Tapi Tidak Waras: Melakukan


Hal Yang Sama Dan Berulang Tetapi Mengharapkan Hasil Yang
Berbeda (Albert Einstein);

2. Problem Pendidikan Indonesia Berupa Komplasensi; dan

3. Business As Ussual With More Money (Jurnal Center 4 Education


Economic ).
DINAMIKA PENDIDIKAN
Kemendikbudristek (2022): 13,33% (1.120.128 orang) lulusan perguruan tinggi masih
berstatus pengangguran 235.559 lulusan perguruan tinggi vokasi dan 884.759 lulusan
perguruan tinggi akademik
Howard Gardner (1993)
PERMASALAHAN (KONFLIK) PERTANAHAN
1. Permasalahan adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang
seharusnya (das sollen) dengan apa yang ada (das sein) dalam
kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia
atau antara harapan dengan kenyataan dsb. (yatim: 1996)
2. Menurut Jeffey Liker (2006), masalah merupakan peluang untuk
menuju kehidupan yang lebih baik.
3. Agraria berasal dari bahasa Latin ager yang berarti tanah atau
sebidang tanah.
4. Menurut KBBI, agraria berarti urusan pertanian atau tanah pertanian,
juga urusan pemilikan tanah.
5. Di Indonesia, istilah agraria di lingkungan administrasi pemerintahan
dipakai dalam arti tanah, baik tanah pertanian maupun nonpertanian.
agraria yang digunakan dalam UUPA justru mencakup arti yang sangat
luasmeliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.
PENATAGUNAAN
1. Penatagunaan tanah adalah pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem
untuk kepentingan masyarakat secara adil;
2. UUPA menyatakan hak-hak atas tanah: hak milik; hak guna usaha; hak guna bangunan; hak pakai;
hak sewa; hak membuka tanah; dan hak memungut hasil hutan;
3. UUPA memberikan pengakuan terhadap adanya hak ulayat dalam hukum pertanahan nasional.
“Hak ulayat merupakan hak penguasaan tertinggi dalam masyarakat hukum adat tertentu
atas tanah yang merupakan kepunyaan bersama para warganya. Meskipun demikian,
ketentuan dalam UUPA juga memberikan batasan terkait dengan eksistensi dari hak ulayat
masyarakat hukum adat. Adapun batasan tersebut adalah sepanjang menurut kenyataannya
masih ada, sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, serta tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”
KLUSTER KONFLIK

ü NEGARA-NEGARA
ü (ANTAR PEMDA/DESA)
ü NEGARA-KORPORAT
ü KORPORAT-KORPORAT
ü NEGARA-RAKYAT
ü KORPORAT RAKYAT
ü RAKYAT-RAKYAT
1. Tanah merupakan faktor produksi, peasent farmer
Indeks gini pertanahan adalah 0,59. (1 persen penduduk menguasai 59
persen lahan yang ada di negeri ini). Sementara yang jumlahnya 99
persen itu hanya menguasai 41 persen lahan yang ada di Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211213065509-20-
733152/jokowi-akui-1-persen-penduduk-kuasai-setengah-lahan-
indonesia;
2. BPS (2021) alih fungsi lahan sawah nasional bervariasi antara 60.000-
80.000 hektar per tahun; faktor : pendapatan petani yang semakin
menurun; ketersediaan air irigasi yang terus menurun; UU No
41/2009 tumpul di lapangan; dan sistem pewarisan hak milik sawah;
3. Tumpang tindih aturan misal LSD (UU NO 12 TAHUN 2011 diubah UU
13 TAHUN 2022) UUD 1945; TAP MPR; UU; PERPU; PP; 6. PERPRES; 7.
PERDA;
4. Mafia tanah (sistem publikasi pendaftaran tanah negatif)

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/01/09/konflik-agraria-meningkat-
sepanjang-2022-kemauan-politik-jadi-tumpuan-penyelesaian
1. PP No. 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah;
2. Perpres No. 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria dengan tujuan:
mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah dalam
rangka menciptakan keadilan; menangani sengketa dan konflik agraria;
menciptakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
yang berbasis agraria melalui pengaturan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah; menciptakan lapangan kerja
untuk mengurangi kemiskinan; memperbaiki akses masyarakat kepada
sumber ekonomi; meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan;
dan memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup.
REFORMA AGRARIA (Kemenko Perekonomian, 2023)
Program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektare:
1. Target Legalisasi Aset seluas 4,5 juta Hektar, yang terdiri dari:
a. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dengan target 3,9 juta Hektar (7,68 juta hektar); dan
b. Sertipikasi Hak Milik Tanah Transmigrasi dengan target 0,6 juta Hektar (126.945 hektar).
2. Target Redistribusi Aset seluas 4,5 juta Hektar, yang terdiri dari:
a. Penerbitan Sertipikat tanah dari Ex-Hak Guna Usaha (HGU), Tanah Terlantar, dan Tanah Negara
lainnya dengan target 0,4 juta Hektar (1.148.477,25 juta hektar); dan
b. Penerbitan Sertipikat tanah dari Pelepasan Kawasan Hutan sebagai sumber TORA dengan target 4,1
juta Hektar (320.930,66 hektar).
Sekian
Terimakasih :)

Anda mungkin juga menyukai