Anda di halaman 1dari 28

POLITIK AGRARIA (agrarian policy)

M. Yamani, S.H.,M.Hum

 POLITIK Agraria = Agraria policy = kebijaksanaan


Agraria, yaitu kebijaksanaan agraria dlm kurun waktu
tertentu yg dilakukan oleh pemerintah, sebagai strategi
mewujudkan cita-cita bersama yg ingin dicapai melalui
pendayagunaan sumber daya agraria.

 Politik agraria adalah Kebijaksanaan Agraria, yaitu garis


besar kebijaksanaan yg dianut oleh negara dlm usaha
memelihara, melestarikan, memperuntukkan,
mengusahakan, mengambil manfaat, mengurus dan
membagi tanah dan sumberdaya agraria lainnya termasuk
hasilnya, utk kepentingan kesejahteraan rakyat dan negara.
Lanjutan
 Politik Agraria Indonesia merupakan refleksi dari politik, ekonomi,
sosial dan politik nasional negara, yang bertujuan utk menciptakan
kondisi politik sosial dan ekonomi yg menguntungkan utk
mewujudkan cita-cita nasional masyarakat adil dan makmur.

 Politik agraria Indonesia dilaksanakan melalui landasan yuridis


UUPA yg memuat asas-asas, dasar-dasar dan soal-soal pokok
agraria dlm garis besarnya, yang dalam pelaksanaannya dilengkapi
dgn peraturan-peraturan pelaksanaan.

 Perhatian politik agraria terpusat pada 3 faktor yg saling kait


mengait, yaitu:
 Faktor manusia dgn kompleksitas kegiatannya yg dinamis.
 Faktor hubungan manusia dgn tanah yg bersifat relatif abadi.
 Faktor tanah sebagai bagian dari sumberdaya agraria yg statis.
RUANG ANGKASA/
RUANG UDARA

BUMI
OBJEK
UUD NRI 1945
POLITIK Ps. 33 (3)
AGRARIA
AIR

KEKAYAAN ALAM YG
TERKANDUNG
DI DALAM BUMI, AIR,
RUANG ANGKASA
DESKRIPSI OBJEK POLITIK AGRARIA
AGRARIA/SUMBER DAYA ALAM (NATURAL RESOURCES)
BUMI a. Permukaan bumi = tanah  Flora, Fauna
 Lingkungan hidup & kekayaan alam lain
b. Lapisan atas dari tubuh  Unsur2 dlm tubuh bumi
bumi dan tubuh bumi  Sumber mineral (aneka bahan tambang)

c. Bumi di bawah air  Identik dgn yg terkandung dlm (a) dan (b)
AIR a. Air pedalaman  Ikan dsbnya
 Zat2 dan partikel2 yg penting bagi kehidupan
flora dan fauna air
 Kekayaan alam lainnya

b. Laut Indonesia  Identik dgn yg terkandung dalam (a)


RUANG a. Di atas bumi  Atmosfir, iklim dsbnya
ANGKASA  Zat2 maupun partikel2 yg penting bagi
kehidupan manusia flora dan fauna
 Kekayaan alam lainnya

b. Di atas air/laut  Identik dgn yg terkandung dlm (a)


POLITIK AGRARIA
MENGATUR OBJEK AGRARIA DALAM WILAYAH INDONESIA:
UNDANG-UNDANG NOMOR 43/2008 TTG WILAYAH NEGARA:

Pasal 6
(1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, dan
Timor Leste;
b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, Singapura,
dan Timor Leste; dan
c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan
batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan
hukum internasional.
(2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
(3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
MASALAH POKOK POLITIK AGRARIA

1) Keterbatasan Keadaan Alam


2) Keterbatasan Luas Tanah Wilayah Negara
3) Keterbatasan Kekayaan Alam yang
Terkandung Di Dalamnya
4) Jumlah Penduduk yang Makin Bertambah
5) Kemajuan Teknologi
6) Ancaman kelestarian Sumber Daya Alam
Kompleksitas MASALAH HUKUM
yang TIMBUL dlm Penggunaan TANAH sebagai Objek Agraria
 Hubungan manusia dengan tanah secara potensial mengandung masalah yang
sulit dipecahkan, yaitu jumlah manusia makin bertambah (dinamis), luas tanah
tetap (statis).
 Hubungan manusia dengan manusia yang mengenai tanah di mana tidak semua
orang mempunyai tanah, sehingga ada orang yang terpaksa mengolah tanah
milik orang lain.
 Penggunaan tanah, sebagai faktor produksi dan tempat permukiman, dan
kebutuhan tanah permukiman akan mengurangi tanah faktor produksi bahan
pangan.
 Jumlah penduduk yang terus meningkat, luas tanah relatif tetap, sehingga
harga tanah akan naik, hak milik petani makin sempit, dan mempengaruhi
pendapatan petani.
 Mengenai kualitas dan lokasi tanah yang mempengaruhi harga tanah.
 Mengenai lokasi penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah
negara.
 Mengenai kualitas SDM yg berpengaruh besar thd produktivitas tanah.
Apakah Tanah INDONESIA Sempit?
Data resmi Bakosurtanal:
 Luas daratan Indonesia 1.919.443 km persegi
(191.944.300 ha)
 Luas Pulau Jawa 132.187 km persegi
(13.218.700 ha) (Kompas, Februari 2008).
STRATEGI OPERASIONAL PENGATURAN TANAH
MELALUI PENDEKATAN YURIDIS DIATUR DALAM UUPA:
 Pasal 14 ayat (1):
“… pemerintah dlm rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu
rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan
bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya:
1. untuk keperluan negara;
2. untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sesuai
dengan dasar Ketuhanan yang Maha Esa;
3. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial,
kebudayaan dll kesejahteraan;
4. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian,
peternakan dan perikanan serta sejalan dengan itu;
5. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan
pertambangan.
Lanjutan
 Pasal 7:
Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka
pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui
batas tidak diperkenankan (asas larangan penguasaan
tanah luas = latifundia, groot grondbezit).

Pasal 10 ayat (1):


Setiap orang dan badan hukum yg mempunyai
sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya
diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya
sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara
pemerasan (asas tanah pertanian untuk petani =
land to the tiller).
Lanjutan
 Pasal 13 ayat (2):
Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam
lapangan agraria dari organisasi-organisasi dan
perseorangan yang bersifat monopoli swasta (asas
larangan monopoli).

 Pasal 15:
Memelihara tanah, termasuk menambah
kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah
kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi
yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu
dengan memperhatikan pihak yang ekonomis lemah
(asas penggunaan tanah berkelanjutan).
Apakah Sudah Terjadi Monopoli?
 Potret distribusi tanah pertanian hasil Sensus Pertanian 1993,
porsi tanah utk petani masih terlalu sempit, faktanya 17.978.451
RTP hanya menguasai tanah pertanian seluas 13.440.620,70 ha
(rerata 0,48 ha per RTP) (Sulistiyani, 2004: 55).
 Tanah pertanian masih terlalu luas dikuasai perkebunan besar
swasta dan perkebunan negara, faktanya tampak dari data luas
tanah perkebunan kelapa sawit Indonesia (1995-2004),
menunjukkan:
 Perkebunan rakyat seluas 1.960.395 hektar
 Perkebunan negara 672.331 hektar
 Perkebunan besar swasta 2.969.044 hektar
(General of Estate & Visidata Riset Indonesia, dalam Kompas, 25
Februari 2006).
BATAS MAKSIMUM LUAS TANAH PERTANIAN BERDASARKAN
UU NOMOR 56 Prp TAHUN 1960 tentang PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN
Yg Dapat Dikuasai dengan Hak Milik atau Hak Penguasaan

Sawah (hektar) Tanah kering


No Di daerah yang
(hektar)
1 Tidak padat 15 20
Padat
2
a. kurang padat 10 12
b. cukup padat 7,5 9
c. sangat padat 5 6

Batas Minimum Luas Tanah Pertanian per RTP seluas 2 hektar


Lanjutan
Pasal 17 ayat (1):
Dengan mengingat ketentuan Pasal 7 maka untuk
mencapai tujuan yag dimaksud dlm Pasal 2 ayat (3)
diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang
boleh dipunyai dgn sesuatu hak tersebut dalam Pasal
16 oleh satu keluarga atau badan hukum (asas
pemerataan penguasaan tanah pertanian dan
permukiman).
Pasal 19 ayat (4):
Dalam PP diatur biaya2 yg bersangkutan dgn
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) di atas, dgn
ketentuan bahwa rakyat yg tidak mampu dibebaskan
dari pembayaran biaya2 tersebut (asas kepastian
hukum penguasaan tanah).
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH HUBUNGAN MANUSIA
DENGAN TANAH Sudut Pandang Akademis:

 Politik pertanahan (land policy), berusaha mengatur pembagian


tanah secara seimbang untuk aneka keperluan.
 Politik hukum agraria dan hukum agraria, menangani hubungan
manusia atas tanah dan cara mengaturnya.
 Politik pertanian (Agricultural policy), memperhatikan bidang
pertanian dan hubungannya dengan masyarakat dan negara.
 Ekonomi pertanian (Agricultural economics), memperhatikan
fenomena dan masalah yang berhubungan dengan pertanian mikro
dan makro, dari sudut ekonomi .
 Ekonomi pertanahan (land economics), mempelajari penggunaan
tanah, yang dibatasi oleh hak milik dan pranata masyarakat.
 Sosiologi pedesaan (rural sociologi), mempelajari seluk beluk dan
perkembangan masyarakat petani di pedesaan.
Lanjutan
Arahan praktis penggunaan tanah agar dpt
meningkatkan kesejahteraan rakyat, yaitu:
 Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah
yang SALAH TEMPAT.
 Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah
yang SALAH URUS (Terlantar).
 Mengusahakan PENGENDALIAN KEBUTUHAN
TANAH, dgn menghindari konflik kepentingan dalam
penggunaan tanah.
 Mengusahakan jaminan KEPASTIAN HUKUM bagi
hak atas tanah warga masyarakat (R.M. Sudikno
Mertokusumo)
PRINCIPLE OF MULTIPLE USE
(prinsip penggunaan aneka),
yaitu penggunaan tanah harus dpt memenuhi beberapa
kepentingan sekaligus pd satu kesatuan tanah

Strategi PRINCIPLE OF MAXIMUM PRODUCTION


Akademis (prinsip penggunaan maksimum),
Penggunaan yaitu penggunaan tanah harus diarahkan
Tanah Utk memperoleh hasil fisik yg setinggi2nya

PRINCIPLE OF OPTIMUM USE


(prinsip penggunaan optimum),
yaitu penggunaan tanah harus dpt memberikan
keuntungan ekonomis yg sebesar2nya kepada orang
yg mengusahakan tanah tanpa merusak sumber daya
tanah itu sendiri
Kompleksitas MASALAH HUKUM yang TIMBUL dalam
Penggunaan AIR sebagai Objek Agraria
 Program air bersih untuk kehidupan, mengancam stabilitas debit air waduk yg
diinvestasikan untuk pertanian tanah sawah (pangan).

 IPCC (Inter Governmental Climate Change) 1992 memprediksi secara global


muka laut akan naik pada akhir abad ini sampai 1 meter, & pada tahun 2025 air
laut masih akan naik dgn prediksi rerata 60cm, yg akan membuat sebagian
daratan rendah Indonesia hilang (tergenang, inundated).

 BPHN 2007, melaporkan, diperkirakan pada tahun 2080 akan terdapat 2 sampai
13,5 juta penduduk Indonesia yg akan mengalami kekurangan air, akibat
menurunnya persediaan air tanah.

 Ancaman kedaulatan Indonesia di laut territorial dan zona ekonomi eksklusif,


juga menimbulkan masalah hukum internasional.

 Penguatan kewenangan daerah otonom (pesisir) dlm pengelolaan laut dan pesisir.
Mengapa Pengaturan Air (Laut) Menjadi Penting?
Urgensi penataan wilayah laut, paling tidak dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
 Pertama, secara sosial ekonomi wilayah laut termasuk pesisir memiliki arti
penting karena:
(a) sekitar 140 jt (60%) penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir, dgn
petumbuhan rerata 20% per tahun;
(b) sebagian besar kota (provinsi & kabupaten) terletak di kawasan pesisir;
(c) kontribusi kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06%; dan
(d) industri kelautan menyerap lebih dari 16 jt tenaga kerja langsung.

 Kedua, secara biofisik, wilayah laut Indonesia dan pesisir memiliki arti
penting karena:
(a) Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km , garis pantai
terpanjang di dunia setelah Kanada;
(b) sekitar 75% dari wilayahnya merupakan wilayah perairan (sekitar 5,8
juta km2 termasuk ZEE);
(c) Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau sekitar 17.508 pulau; dan
(d) memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar.
Lanjutan
Konsep laut nusantara sudah mendapat pengakuan dunia
internasional yg tercantum dalam UNCLOS-united nations
convention on the law of the sea (1982, yg memberikan
tanggungjawab besar kepada Indonesia dalam mengelola
laut,dgn memperhatikan:
(a)Kepentingan nasional sbg sumber perekonomian negara,
(b)Kondisi regional laut yg berbatasan dgn negara2 tetanggga yg
juga memiliki kepentingan mengelola laut, dan
(c)Kondisi internasional di mana perairan Indonesia merupakan
perairan vital yg dapat berpengaruh pada perdagangan,
kepentingan pertahanan global maupun keseimbangan
ekosistem laut global.
STRATEGI OPERASIONAL PENGATURAN AIR
Melalui Pendekatan Yuridis yang Diatur dalam UUPA:

 Pasal 47:
(1) Hak guna air ialah hak memperoleh air untuk keperluan
tertentu dan/atau mengalirkan air itu di atas tanah orang lain.
(2) Hak guna air serta pemeliharaan dan penangkapan ikan diatur
dengan peraturan pemerintah.

 Peraturan Perundang2an Lainnya yg Mengatur Air (Laut) a.l:


 UU 17/2019 ttg Sumber Daya Air.
 UU 1/1973 ttg Landas Kontinen Indonesia.
 UU 5/1983 ttg Zona Ekonomi Eklusif.
 UU 17/1985 ttg Pengesahan Konvensi PBB Ttg Hk Laut 1982.
 PP 19/1999 ttg Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Laut.
Lanjutan
UU 4 Prp/1960 ttg Perairan Indonesia, pada intinya menyatakan:

 Kepulauan dari perairan Indonesia menjadi satu kesatuan, sedangkan


laut yg menghubungkan pulau demi pulau merupakan bagian yg tidak
dapat dipisahkan dari daratnya, utk itu ditarik garis pangkal lurus yg
menghubungkan titik-titik terluar/bagian pulau-pulau terluar dlm wilayah
Indonesia.
 Perairan pada sisi dlm garis-garis pangkal/dasar tsb disebut perairan
pedalaman.
 Lebar laut wilayah dinyatakan 12 mil diukur mulai dari garis pangkal
tersebut menuju keluar.
 Kedaulatan Negara RI mencakup perairan Indonesia, ruang udara di
atasnya, dasar laut dan tanah di bawahnya, beserta sumber-sumber
kekayaan yg terkandung di dalamnya.
 Di perairan pedalaman dijamin hak lintas damai bagi kendaraan asing yg
pengaturannya akan ditentukan tersendiri.
STATUS BATAS MARITIM ANTARA NEGARA KEPULAUAN INDONESIA
DENGAN NEGARA TETANGGA, DAPAT DIKEMUKAKAN (BUDI SULISTIYO, 2004)

Negara Status Batas Maritim


Laut Teritorial Zona Tambahan ZEE Landas Kontinen
Australia Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian Perth, 16-03-1977 Canberra, 18-05-1971,
dan Jkt, 09-10-1972

India Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian Blm ada perjanjian Keppres 51/1974
Keppres 26/1977

Filipina Tdk perlu perjanjian Blm ada perjanjian Blm ada perjanjian Blm ada perjanjian

Malaysia UU No. 2/1973 Blm ada perjanjian Blm ada perjanjian Keppres 24/1978
Keppres 89/1969

Papua Nugini UU No. 6/1973 Tdk perlu perjanjian Keppres 21/1982 UU No. 6/1973

Singapura UU No. 7/1973 Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian

Thailand Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian Blm ada perjanjian Keppres 21/1972
Keppres 1/1977

Timor Leste Tdk perlu perjanjian Blm ada perjanjian Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian

Vietnam Tdk perlu perjanjian Tdk perlu perjanjian Blm ada perjanjian Hanoi, 26-06-2003
(blm diratifikasi)
Lanjutan
KEWENANGAN DAERAH PROVINSI DI LAUT (UU 23/2014):
Pasal 27 ayat (3):
Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam
di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling jauh 12 (dua
belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau
ke arah perairan kepulauan.

Pasal 27 ayat (2):


Kewenangan daerah provinsi untuk mengelola sumberdaya di laut
meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan
b. kekayaan laut di luar minyak dan gas bumi;
c. pengaturan administratif;
d. pengaturan tata ruang;
e. ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan
f. ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Lanjutan

UU 41/1999 TTG KEHUTANAN, Pasal 50 ayat (3) huruf c:

Setiap orang dilarang:


Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius
atau jarak sampai dengan:
1. 500 meter dari tepi waduk atau danau;
2. 200 meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
3. 100 meter dari kiri anan tepi sungai;
4. 50 meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
5. 2 kali kedalaman jurang di tepi jurang;
6. 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi
pantai.
Kompleksitas MASALAH HUKUM yang TIMBUL dalam
Penggunaan RUANG UDARA sebagai Objek Agraria
 Konvensi Paris 1919, setiap negara mempunyai kedaulatan atas ruang
udara, diamandemen lewat Konvensi Paris 1929 mengakui hak lintas damai di
ruang udara suatu negara (boleh melintas tanpa izin negara berdaulat).

 Konvensi Chicago 1944, menolak hak lintas damai, dan menentukan


bahwa tiap negara mempunyai kedaulatan yg komplit dan ekslusif atas ruang
udara yang ada di atas wilayahnya.

 ANDREW C.HALEY 1955, International unamity theory, bila tidak ada


protes dari negara lain yang ruang udaranya dilewati satelit, maka disimpulkan
hal itu disetujui oleh negara yang bersangkutan.

 COOPER, teori kedaulatan ruang udara, “Tiap negara berdaulat atas ruang
udara dengan batas-batas yang ditentukan oleh kesanggupan negara yang
bersangkutan untuk mempertahankan ruang udara di atas wilayah negaranya.
Lanjutan

COOPER, MEMBAGI RUANG UDARA DALAM 3 ZONA:


 ANGKASA TERRITORIAL TINGGI 6 MILL DI MANA SETIAP NEGARA
BERDAULAT PENUH.
 ANGKASA TAMBAHAN, DLM WILAYAH DAERAH DGN KETINGGIAN
600 MIL YG ADA DI BAWAH KEDAULATAN NEGARA, TETAPI ADA
HAK LINTAS DAMAI BAGI PESAWAT NEGARA ASING.
 RUANG ANGKSA.
 INDONESIA MELALUI UUPA MENGKLAIM BATAS KEDAULATAN
RUANG ANGKASA (BAR+K), artinya de jure Indonesia berdaulat
atas ruang angkasa sehingga dapat memprotes jika ada aktivitas
negara lain yang melanggar wilayah yurisdiksi udara Indonesia.
28

Anda mungkin juga menyukai