Anda di halaman 1dari 4

Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengatahuan ilmiah atau ilmu adalah pengetahuan yang diproses menurut

metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan. Pengetahuan ilmiah diproses

lewat serangkaian langkah- langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh

kedisiplinan, karakteristik inilah membuat ilmu dikonotasikan sebagai disiplin. Disiplin

ilmu berkembang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan pengatahuan-

pengatahuan lainnya.1[3]

Pengatahuan ilmiah yang baru akan lahir dan memperkaya khasanah ilmu yang

ada, jika telah melakukan hipotesis secara formal dan teruji kebenarannya. Jika sebuah

pengetahuan ilmiah yang baru tersebut benar, maka pernyataan yang terkandung

dalam pengetahuan ini dapat dipergunakan sebagai premis baru dalam kerangka

pemikiran yang menghasilkan pengetahuan- pengetahuan ilmiah baru pula. Pada

dasarnya ilmu dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit sesuai kemampuan

para ilmuan memberikan sumbangan ilmunya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan

yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia

melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut bedasarkan

penjelasan yang ada. Secara garis besar terdapat 4 (empat) jenis pola penjelasan; (1)

Deduktif, (2) Probabilistik, (3) Funsional/teologis, dan (4) Genetik.2[4]

Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan

berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar

ramalan tersebut menjadi kenyataan atau tidak. Jadi pengetahuan ilmiah pada

hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan dan mengontrol.

2
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai

suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tujuan akhir dari tiap disiplin

keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan

konsisten. Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum- hukum. Dalam teori ilmu ekonomi

mikro misalnya kita mengenal hukum permintaan dan penawaran. Hukum pada

hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel

atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Secara mudah maka kita dapat

mengatakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan

tentang “mengapa” suatu gejala-gejala terjadi sedangkan hukum memberikan

kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi.

Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan “alat” yang dapat kita

pergunakan untuk mengontrol gejala alam.

Pengertian teoritis dikaitkan dengan gejala fisik yang dijelaskan oleh konsep

yang dimaksud; artinya makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan

yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata. Makin tinggi

keumuman sebuah konsep maka makin “teoritis” konsep tersebut.

Di samping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang

disebut prinsip. Prinsip diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi

sekelompok gejala- gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi,

umpamanya saja hukum sebab akibat sebuah gejala. Dalam ilmu ekonomi mengenal

prinsip ekonomi, fisika kita mengenal prinsip kekekalan energi. Dengan mengetahui

prinsip yang mendasarinya, maka tidak sukar bagi mereka yag mempelajari teknik-
teknik tersebut yang bernaung dalam payung konsep sistem, untuk memahami bukan

saja penjelasan teknis namun sekaligus pengkajian filsafati.

Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut postulat

dalam menyusun teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita

terima tanpa dituntut pembuktiannya. Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus

disahkan lewat sebuah proses yang disebut metode keilmuan.

Postulat berbeda dengan asumsi, asumsi harus ditetapkan dalam sebuah

argumentasi ilmiah.3[5] Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya

secara empiris dapat diuji. Dalam khasanah pengetahuan ilmiah ada beberapa macam

teori yang tersedia. Kita harus memilih teori yang terbaik dari sejumlah teori- teori yang

ada berdasarkan kecocokan asumsi yang dipergunakan. Itulah sebabnya dalam

pengkajia ilmiah seperti penelitian dituntut untuk menyatakan secara tersurat postulat,

asumsi, prinsip serta dasar- dasar pemikirah lainnya yang dipergunakan dalam

mengembangkan argumentasi.

Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang

sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian dasar.

Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang

telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan yang praktis dinamakan

penelitian terapan. Dengan menguasai pengetahuan ini maka manusia

mengembangkan teknologi atau peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang

memberi kem udahan dalam kehidupannya.

Diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menerapkan penemuan-

penemuan ilmiah yang baru kepada pemanfaatan yang berguna.terdapat selang waktu

3
selama 250 tahun antara percobaan yang pertama tentang magnet oleh William Gilbert

dengan dikembangkannya teori elektro magnetic oleh Clerk Maxwell sekitar 1870.4[6]

Terdapat selang beberapa waktu yang makin lama makin pendek antara penemuan

suatu teori ilmiah dengan penerapannya kepada masalah-masalah yang bersifat

praktis.

Sumber: [3] Jujun S Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. 2009. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, hal. 141
5
[4]Jujun S Suriasumantri. Loc. Cit,hal 142.
6
[5]Jujun S Suriasumantri. Loc. Cit,hal 155.
7
[6]Gerrard Beekman dan RA.Rifai”Filsafat Para Filsuf Berfilsafat”(Jakarta: Penerbit
Erlangga,1973)hal.73.

Anda mungkin juga menyukai