Anda di halaman 1dari 6

KEKONGRUENAN DAN KESEBANGUNAN

OLEH :
DIRO BASTANTA SILALAHI
XII IPS 2
09
PENGERTIAN KEKONGRUENAN
Kongruen adalah keadaan dimana dua bangun datar memiliki ukuran yang sama dan
dikatakan sebangun. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa semua bangun datar
yang kongruen sudah pasti sebangun, namun bangun datar yang sebangun belum tentu
kongruen.
Dalam matematika, tanda kongruen dilambangkan dengan simbol "≡" atau “≅" yang disebut
“tanda sama dengan garis ganda”. Tanda ini artinya bahwa dua objek tersebut memiliki
kesamaan yang sama persis.
Penerapan kongruen dalam kehidupan sehari-hari adalah saat membuat jendela atau pintu
rumah. Lubang jendela harus kongruen dengan daun jendela. Sehingga, daun jendela dapat
terpasang dengan tepat dan rapi.

PENGERTIAN KESEBANGUNAN
Kesebangunan adalah istilah yang digunakan bila dua objek tersebut memiliki proporsi yang
mirip satu sama lain. Jika dua bangun memiliki bentuk yang sama dan ukuran yang berbeda-
beda maka dapat dikatakan sebangun.
Jika menggunakan contoh segitiga, maka segitiga yang sebangun memiliki sudut dengan
besaran yang sama. Dan ketiga sisinya bersesuaian dengan perbandingan yang sama.
Dalam matematika, kesebangunan ditandai dengan simbol “≈” yang dibaca sebagai
“sebangun dengan”. Tanda ini menunjukkan kalau dua objek tersebut merupakan objek yang
sebangun.
Penerapan kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari adalah saat pembuatan maket atau
miniatur.

SYARAT DAN SIFAT KEKONGRUENAN

Syarat-syarat tersebut bervariasi tergantung pada bidang matematika yang digunakan, seperti
teori bilangan, aljabar, atau geometri.
Selain syarat-syarat ini, ada juga beberapa sifat khusus yang berlaku dalam kekongruenan,
tergantung pada bidang matematika yang digunakan. Misalnya, dalam teori bilangan, teorema
kecil Fermat dan teorema Euler mengaitkan konsep kongruensi dengan perhitungan pangkat
modular.
Berikut adalah beberapa syarat dan Sifat kekongruenan yang umum berlaku :

1.Sifat Refleksif
Setiap objek kongruen dengan dirinya sendiri. Dalam konteks bilangan bulat, ini berarti
bahwa setiap bilangan bulat a adalah kongruen dengan dirinya sendiri. Ini dapat ditulis
sebagai a ≡ a (mod n), di mana a adalah bilangan bulat dan n adalah modulus.

2.Sifat Simetris
Jika dua objek memiliki kekongruenan satu sama lain, maka hubungan kongruen ini simetris.
Sehingga jika a kongruen dengan b, maka b juga kongruen dengan a. Dalam konteks bilangan
bulat, ini dapat ditulis sebagai a ≡ b (mod n) jika dan hanya jika b ≡ a (mod n).

3.Sifat Transitif
Jika dua objek kongruen satu sama lain, dan kedua objek tersebut juga kongruen dengan
objek ketiga, maka ketiga objek tersebut kongruen satu sama lain. Sehingga bila a kongruen
dengan b dan b kongruen dengan c, maka a juga kongruen dengan c. Dalam konteks bilangan
bulat, kekongruenan ini dapat ditulis sebagai jika a ≡ b (mod n) dan b ≡ c (mod n), maka a ≡ c
(mod n).

4.Sifat Penjumlahan
Jika dua objek kongruen modulo n, maka penjumlahan mereka juga kongruen modulo n.
Dalam konteks bilangan bulat dalam matematika, jika a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n), maka
a + c ≡ b + d (mod n).

5.Sifat Perkalian
Jika dua objek kongruen modulo n, maka perkalian mereka juga kongruen modulo n. Dalam
konteks bilangan bulat, jika a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n), maka a × c ≡ b × d (mod n).

6.Pembagian
Jika a ≡ b (mod n) dan n membagi habis a – b, maka a dan b kongruen modulo n. Dalam
konteks bilangan bulat, ini berarti jika a – b adalah kelipatan dari n, maka a dan b kongruen
modulo n.
7.Sifat Pangkat
Jika dua objek kongruen modulo n, maka pangkat mereka juga kongruen modulo n. Dalam
konteks bilangan bulat, jika a ≡ b (mod n), maka a^k ≡ b^k (mod n) untuk setiap bilangan
bulat positif k.

SYARAT-SYARAT KESEBANGUNAN
Dalam konteks bangun datar, syarat kesebangunan bangun datar juga ada dua. Yaitu sudut-
sudut yang bersesuaian harus sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian memiliki
perbandingan yang sama.

Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini:

1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar


Sama seperti syarat kongruen, dua objek yang sebangun harus memiliki sudut yang sama
besar. Dalam gambar di atas, kamu bisa melihat kalau ∠A = ∠S, ∠B = ∠T, dan ∠C = ∠U.

2. Sisi-sisi yang bersesuaian memiliki perbandingan yang sama


Selain itu, sisi yang bersesuaian harus memiliki perbandingan yang sama. Untuk
mengetahuinya, kamu bisa menghitung perbandingan setiap sisi yang bersesuaian. Sebagai
contoh:
Sisi ST dan AB memiliki perbandingan yang sama atau dapat ditulis ST/AB = 3/6 = ½
Sisi TU dan BC memiliki perbandingan yang sama atau dapat ditulis TU/BC = 3/6 = ½
Sisi SU dan AC memiliki perbandingan yang sama atau dapat ditulis SU/AC = 3/6 = ½
Dari perhitungan tersebut diketahui kalau ST/AB = TU/BC = SU/AC . Ketiga pasang sisi-sisi
yang bersesuaian pada gambar di atas memiliki perbandingan yang sama. Sehingga, segitiga
ABC sebangun dengan segitiga STU. Namun, karena panjang sisinya berbeda, maka segitiga
ABC tidak kongruen dengan segitiga STU.

PERBEDAAN KEKONGRUENAN DAN KESEBANGUNAN


Perbedaannya yaitu pada panjang sisi dua objek yang dibandingkan. Dua buah objek atau
bangun dapat dikatakan kongruen kalau sisi-sisi yang bersesuaian memiliki panjang yang
sama. Sedangkan, objek atau bangun dikatakan sebangun jika sisi-sisi yang bersesuaian
memiliki perbandingan yang sama besar.
Sehingga, dapat disimpulkan kalau dalam teori kekongruenan dan kesebangunan, setiap objek
yang kongruen sudah pasti sebangun. Namun, objek yang sebangun belum tentu kongruen.

CONTOH SOAL KEKONGRUENAN


Diketahui panjang SR adalah 8cm

Kongruensi dua segitiga siku-siku, tentukan lebih dahulu panjang PS gunakan teorema
phytagoras akan didapat angka 6 cm untuk panjang PS. Kemudian lakukan perbandingan sisi
yang sesuai:
CONTOH SOAL KESEBANGUNAN

Perhatikan gambar berikut!

Tentukan panjang DE

Pembahasan:

Kesebangunan dua segitiga siku-siku

Anda mungkin juga menyukai