Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL III
ANTROPOMETRI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Praktikum Terintegrasi

Disusun Oleh:
Nama/NPM : Davina Putri Dania Kesuma/10070221015
Eka Mutiara Maharani/10070221025
Kelompok : 22
Hari/Shift : Sabtu/2
Asisten : Rahma Aulianisa

PRAKTIKUM TERINTEGRASI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023 M / 1445 H
BAB I
PENDAHULUAN

Kenyamanan dan keamanan dalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh


fasilitas kerja yang digunakan, oleh karena itu desain fasilitas kerja yang ergonomis
sangat penting untuk memastikan proses produksi berjalan dengan baik. Perusahaan
harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan fasilitas kerja dengan kebutuhan dan
karakteristik dari operator atau pekerja, tetapi hal tersebut bukanlah tugas yang
sederhana karena ukuran dan proporsi tubuh manusia berbeda-beda. Akibatnya, jika
fasilitas kerja tidak sesuai dengan dimensi tubuh operator akan mempengaruhi
terhadap produktivitas pekerjaan dan menimbulkan ketidak nyamanan. Maka dari itu
untuk mendapatkan fasilitas kerja yang ergomonis diperlukan pendekatan
menggunakan ilmu Antropometri.
Antropometri dapat dengan jelas didefinisikan sebagai ilmu yang secara
spesifik terfokus pada pengukuran dan studi dimensi tubuh manusia. (Norfiza dan Infi,
2011). Antropometri adalah pengetahuan yang berfokus pada pengukuran dimensi
tubuh manusia, dan ini merupakan elemen penting dalam bidang ergonomi, terutama
dalam merancang peralatan dengan prinsip-prinsip ergonomi. Data antropometri
digunakan dalam perancangan sistem kerja dengan tujuan menciptakan sistem kerja
yang efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien. (Chandra, 2011).
Praktikum pada modul 3 ini yaitu melakukan pengamatan terhadap meja mesin
frais, dan nantinya akan ada perancangan inovasi dengan mempertimbangkan metode
antropometri. Langkah awal yang dilakukan ialah mengukur meja mesin frais dan
mengukur dimensi tubuh operator menggunakan segmometer, meteran, dan kursi
antropometri. Data yang dihasilkan digunakan sebagai acuan untuk melakukan
perbaikan perancangan fasilitas meja mesin frais, lalu data tersebut diolah dengan
langkah-langkah seperti menentukan anggota tubuh yang akan mengoperasikan
rancangan, menentukan dimensi tubuh, mengidentifikasi populasi terbesar,
menerapkan prinsip ukuran, menetapkan presentasi populasi, dan menentukan nilai
ukuran dari tabel data antropometri. Selanjutnya, dilakukan uji keseragaman data, uji
kenormalan data, dan uji kecukupan data. Hasil dari pengolahan data ini adalah inovasi
rancangan meja mesin frais yang mempertimbangkan metode antropometri. Tujuan
dari perbaikan ini ialah untuk memastikan operator merasa aman dan nyaman saat
melakukan pekerjaan mereka.

1
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran adalah suatu konsep atau konstruksi mental yang


digunakan untuk merumuskan, mengorganisasi, dan mengarahkan pemahaman serta
analisis terhadap suatu permasalahan atau topik tertentu (A, n.d.). Gambar 2.1
merupakan kerangka pemikiran pada modul III:
Mulai
A

Melakukan pengukuran
Data
dimensi tubuh operator 1
Antropometri
dan operator 2
Menghitung Nilai Persentil

Deskripsi dan
Data Fasilitas
Mengamati Fasilitas Kerja Kerja serta
Gambar 2D dan
3D Fasilitas Kerja Perhitungan Data Tidak
Perhitungan Data Normal
Normal

Tidak Data Set


Uji Keseragaman Data
Antropometri
Hasil Rancangan
Merancang Perbaikan
Fasilitas Kerja 2D,
Fasilitas Kerja
3D

Menghapus Data yang


Tidak Data Seragam?
Tidak Seragam

Visualisasi Menggunakan
Ya CATIA

Uji Kecukupan Data Analisis


Analisis Perbandungan
Fasilitas Kerja Kondisi
Sekarang dengan Kondisi
Ideal

Data Cukup?

Analisis Data Antropometri

Uji Kenormalan Data

Analisis Rancangan
Perbaikan Fasilitas Kerja

Kesimpulan

Selesai

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Praktikum Terintegrasi Modul III dimulai dengan melakukan pengukuran


dimensi tubuh operator 1 dan operator 2 dimana operator tersebut merupakan
praktikan di setiap kelompok. Proses pengukuran dimensi tubuh memiliki output
berupa data antropometri yang akan menjadi input pada proses uji keseragaman data.
2
Langkah selanjutnya adalah mengamati fasilitas kerja untuk mengetahui visualisasi
fasilitas kerja yang akan dilakukan perbaikan atau inovasi. Langkah tersebut memiliki
output berupa pendeskripsian dan data fasilitas kerja serta gambar 2D dan 3D Fasilitas
Kerja. Setelah mengamati fasilitas kerja, maka berikutnya adalah uji keseragaman data
dengan input berupa data set antropometri, apabila data sudah seragam maka bisa
dilanjut ke langkah selanjutnya yaitu uji kecukupan data, namun apabila data tidak
seragam maka data yang tidak seragam dihapus lalu mengulangi langkah uji
keseragaman data. Uji kecukupan data memiliki tahap yang mirip dengan uji
keseragaman data, jika data sudah cukup maka dilanjutkan ke langkah berikutnya yaitu
uji kenormalan data, tetapi jika data tidak cukup maka kembalu ke langkah awal yaitu
melakukan pengukuran dimensi tubuh lalu data tersebut diuji kembali
keseragamannya. Tahap selanjutnya yaitu uji kenormalan data dan dilanjut dengan
menghitung nilai persentil untuk menentukan distribusi data antropometri (ukuran
tubuh manusia) dalam kelompok populasi. Setelah menentukan persentil, maka
selanjutnya adalah melakukan perhitungan data normal dan perhitungan data tidak
normal, kemudian merancang perbaikan fasilitas kerja yang output-nya berupa hasil
rancangan fasilitas kerja dalam bentuk 2D dan 3D. Tahap berikutnya adalah
memvisualisakan hasil rancangan menggunakan software CATIA. Proses selanjutnya
berupa analisis, dimana analisis terdiri dari analisis perbandingan fasilitas kerja
kondisi sekarang dengan kondisi ideal, analisis data antropometri, dan analisis
rancangan perbaikan fasilitas kerja. Tahap terakhir adalah membuat kesimpulan
berdasarkan analisis dan proses praktikum modul III sudah selesai.

3
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini membahas tentang pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam bab
ini, akan dibahas bagaimana data dikumpulkan, metode yang digunakan dalam
pengumpulan data, serta langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan.
Pengumpulan data adalah tahap awal dalam sebuah penelitian, sedangkan pengolahan
data merupakan langkah penting untuk menganalisis dan menghasilkan informasi yang
relevan dari data yang telah dikumpulkan.

3.1 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari pengamatan selama implementasi pada meja stasiun
kerja mesin frais serta mengukur 36 data dimensi tubuh. Namun, hanya 5 dari dimensi
tubuh ini yang dipilih untuk diproses dalam pengolahan data ini, yaitu Tinggi Siku
Berdiri (TSB), Rentang Tangan (RT), Jangkauan Tangan ke Depan (JTD), Lebar Kaki
(LEK), dan Tinggi Pinggul TTPG). Data tersebut akan digunakan dalam merancang
fasilitas kerja.
3.1.1 Deskripsi Fasilitas Kerja
Meja mesin frais yang digunakan dalam proses pengefraisan suatu produk
harus memastikan kenyamanan dan keamanan bagi operator yang menggunakannya.
Jika kenyamanan dan keamanan meja mesin frais tidak memenuhi standar yang
dibutuhkan, ini dapat berpotensi membahayakan operator yang menggunakannya.
Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko kecelakaan, diterapkan metode-metode
ergonomi atau antropometri dalam perancangan ulang meja mesin frais.
3.1.2 Data Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja meja mesin frais sangat penting untuk merancang lingkungan
kerja yang aman, efisien, dan produktif, serta memastikan bahwa operasi mesin frais
berjalan dengan lancar sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan produksi. Berdasarkan
hasil pengukuran terhadap meja mesin frais maka didapatkan ukuran tinggi meja
sebesar 75 cm, panjang meja 120 cm, lebar meja 78 cm, lebar pijakan 5 cm, dan tinggi
laci sebesar 55 cm. Berikut ini adalah data fasilitas kerja untuk meja mesin freis dalam
gambar 2D & 3D:

4
Gambar 3. 1 Gambar 2D Fasilitas Kerja Meja Mesin Frais

Gambar 3. 2 Gambar 3D Fasilitas Kerja Meja Mesin Frais

3.1.3 Data Antropometri


Sub bab ini menguraikan data antropometri, yang merupakan informasi tentang
ukuran dan proporsi tubuh manusia. Data ini diperoleh melalui pengukuran dimensi
tubuh. Data antropometri sangat berharga dalam berbagai bidang, termasuk desain
produk dan perancangan fasilitas kerja, karena memungkinkan pengembang untuk
memahami variasi fisik manusia dan merancang produk atau lingkungan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.
• Tinggi Siku Berdiri (TSB), digunakan untuk menentukan tinggi meja.
• Rentang Tangan (RT), digunakan untuk menentukan panjang meja.

5
• Jangkauan Tangan ke Depan (JTD), digunakan untuk menentukan lebar meja.
• Lebar Kaki (LEK), digunakan untuk menentukan lebar pijakan kaki.
• Tinggi Pinggul (TPG), digunakan untuk menentukan tinggi laci pada meja.
Berikut adalah data mengenai ukuran dimensi tubuh yang tersedia dalam Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Data Antropometri Dimensi Tubuh
Dimensi Tubuh Data Ukuran Dimensi Tubuh
100 100 103 114 115 113 109 103 100 111
97 100 103 104 107 103 94 103 112 109
TSB 112 113 108 111 111 103 103 108 109 95
95 111 112 111 116 99 111 100 101 108
106 107 100 111 97 98 100 115 116 114
140 155 160 166 158 160 167 153 149 165
140 145 152 152 161,5 155 139,5 146,5 147 158
RT 170 163 164,5 152 154 153 154 174 167 144
150 149 148 149 145 146 148 144 153 144
154 144 144 148 143 155 152 153 149 148
65 75 81 80 74 75 65 63 69 76
55 65 72 68 64 61 64 70 68 72
JTD 76 72 78 75 66 66 70 78 76 70
60 86 75 70 60 70 69 82 86 70
70 59 67 70 71 70 60 86 59 70
10 9 11 12 11 11 12 12 12 11
15 10 11 12 11 11 9,5 10 12 11
LEK 10 10 11 11 11 10 11 11 12 9
9 10 8 9 10 9 9 10 9 10
9 8 9 9 10 12 9 9 8 8
94 90 91 94 103 103 103 100 84 101
89 89 91 96 103 96 87,5 94 95 103
TPG 102 103 98 100 91 92 92 91 97 110
99 108 96 110 99 110 95 102 88 88
110 94 88 108 88 110 88 110 88 97

3.2 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk mengubah


data awal menjadi informasi yang memiliki makna dan manfaat lebih besar. Tahapan
pada sub bab ini ialah menguji keseragaman data, menguji kecukupan data, menguji
kenormalan data, menghitng nilai persentil dan merancang perbaikan fasilitas kerja.
Proses pengolahan data ini ditetapkan tingkat kepercayaan sebesar 95%, dan tingkat
ketelitian sebesar 5%.

6
3.2.1 Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data di mana dilakukan proses pengujian keseragaman pada
semua data dimensi tubuh yang telah terpilih. Berikut ini adalah hasil pengujian
keseragaman dari data antropometri dimensi tubuh Rentang Tangan (RT) pada Tabel
3.2.
• Uji Keseragaman 1
Tabel 3. 2 Data Antropometri Dimensi Tubuh RT
Dimensi Tubuh Data Ukuran Dimensi Tubuh
140 155 160 166 158 160 167 153 149 165
140 145 152 152 161,5 155 139,5 146,5 147 158
RT 170 163 164,5 152 154 153 154 174 167 144
150 149 148 149 145 146 148 144 153 144
154 144 144 148 143 155 152 153 149 148

1. Jumlah Seluruh Data :


𝑛
∑ = 140 + 155 + 160 + 166 + 167 + 153 + 149 + 165 + 140
𝑖=1

+ 145 + 152 + 152 + 161,5 + 155 + 139,5 + 146,5


+ 147 + 158 + 170 + 163 + 164,5 + 152 + 154 + 153
+ 154 + 174 + 167 + 144 + 150 + 149 + 148 + 149
+ 145 + 146 + 148 + 144 + 153 + 144 + 154 + 144
+ 144 + 148 + 143 + 155 + 152 + 153 + 149 + 148
= 7631
2. Rata-rata Sebenarnya :
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ = 𝑛
7631
= 50

= 152,62 cm
Dimana:
∑ 𝑥𝑖 = Data Antropometri
N = Banyak Data
3. Standar Deviasi dengan rumus :

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝜎= √
𝑛−1

7
(140−152,62)2 +(155−152,62)2 +(160−152,62)2 +(166−152,62)2 +(158−152,62)2 +
(160−152,62)2 +(167−152,62)2 +(153−152,62)2 +(149−152,62)2 +(165−152,62)2 +
(140−152,62)2 +(145−152,62)2 +(152−152,62)2 +(152−152,62)2 +(161,5−152,62)2 +
(155−152,62)2 +(139,5−152,62)2 +(146,5−152,62)2 +(147−152,62)2 +(158−152,62)2 +
(170−152,62)2 +(163−152,62)2 +(164,5−152,62)2 +(152−152,62)2 +(154−152,62)2 +
(153−152,62)2 +(154−152,62)2 +(174−152,62)2 +(167−152,62)2 +(144−152,62)2 +
(150−152,62)2 +(149−152,62)2 +(148−152,62)2 +(149−152,62)2 +(145−152,62)2 +
(146−152,62)2 +(148−152,62)2 +(144−152,62)2 +(153−152,62)2 +(144−152,62)2 +
(154−152,62)2 +(144−152,62)2 +(144−152,62)2 +(148−152,62)2 +(143−152,62)2 +
(155−152,62)2 +(152−152,62)2 +(153−152,62)2 +(149−152,62)2 +(148−152,62)2
= √ 50−1

= 8,272
4. Batas Kontrol Atas dan Kontrol Bawah (BKA/BKB)
α = 1 – 95%
= 0,05
α α
=2
2
0,05
= = 0,025
2

Z = 0,95 – 0,025
= 0,975
Luas kurva adalah 1 - 0,025 = 0,975, dan dengan menggunakan tabel distribusi
normal, nilai Z yang ditemukan adalah 1,96. Oleh karena itu, batas kendali atas
yang dihitung adalah sebagai berikut:
BKA = 𝑋̅ + 𝑍 𝜎
= 152,62 + (1,96×8,272)
= 168,833
BKB = 𝑋̅ − 𝑍 𝜎
= 152,62 - (1,96×8,272)
= 136,407
Berikut merupakan grafik uji keseragaman data pada dimensi tubuh Rentang
Tangan (RT) yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.

8
Uji Keseragaman RT
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

BKA BKB xi

Gambar 3. 3 Grafik Uji Keseragaman ke-1 Dimensi Tubuh Rentang Tangan (RT)

Berdasarkan hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa data diatas


tidak seragam, karena ada beberapa data yang melebihi batas atas maka data
dilakukan kembali pengujian keseragaman data.
• Uji Keseragaman 2
Tabel 3. 3 Data Antropometri Dimensi Tubuh RT
Dimensi Tubuh Data Ukuran Dimensi Tubuh
140 155 160 166 158 160 167 153 149 165
140 145 152 152 161,5 155 139,5 146,5 147 158
RT 163 164,5 152 154 153 154 167 144
150 149 148 149 145 146 148 144 153 144
154 144 144 148 143 155 152 153 149 148
1. Jumlah Seluruh Data :
𝑛
∑ = 140 + 155 + 160 + 166 + 158 + 160 + 167 + 153 + 149
𝑖=1

+ 165 + 140 + 145 + 152 + 152 + 161,5 + 155


+ 139,5 + 146,5 + 147 + 158 + 163 + 164,5 + 152
+ 154 + 153 + 154 + 167 + 144 + 150 + 149 + 148
+ 149 + 145 + 146 + 148 + 144 + 153 + 144 + 154
+ 144 + 144 + 148 + 143 + 155 + 153 + 153 + 149
+ 148
= 7287

9
2. Rata-rata Sebenarnya :
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ = 𝑛
7287
= 48

= 151,813 cm
Dimana:
∑ 𝑥𝑖 = Data Antropometri
N = Banyak Data
3. Standar Deviasi dengan rumus :

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝜎= √
𝑛−1
(140−151,813)2 +(155−151,813)2 +(160−151,813)2 +(166−151,813)2 +(158−151,813)2 +
(160−151,813)2 +(167−151,813)2 +(153−151,813)2 +(149−151,813)2 +(165−151,813)2 +
(140−151,813)2 +(145−151,813)2 +(152−151,813)2 +(152−151,813)2 +(161,5−151,813)2 +
(155−151,813)2 +(139,5−151,813)2 +(146,5−151,813)2 +(147−151,813)2 +(158−151,813)2 +
(163−151,813)2 +(164,5−151,813)2 +(152−151,813)2 +(154−151,813)2 +(153−151,813)2 +
(154−151,813)2 +(167−151,813)2 +(144−151,813)2 +(150−151,813)2 +(149−151,813)2 +
(148−151,813)2 +(149−151,813)2 +(145−151,813)2 +(146−151,813)2 +(148−151,813)2 +
(144−151,813)2 +(153−151,813)2 +(144−151,813)2 +(154−151,813)2 +(144−151,813)2 +
(144−151,813)2 +(148−151,813)2 +(143−151,813)2 +(155−151,813)2 +(152−151,813)2 +
(153−151,813)2 +(149−151,813)2 +(148−151,813)2
= √ 48−1

= 7,836
4. Batas Kontrol Atas dan Kontrol Bawah (BKA/BKB)
α = 1 – 95%
= 0,05
α α
=2
2
0,05
= = 0,025
2

Z = 0,95 – 0,025
= 0,975
Luas kurva adalah 1 - 0,025 = 0,975, dan dengan menggunakan tabel distribusi
normal, nilai Z yang ditemukan adalah 1,96. Oleh karena itu, batas kendali atas
yang dihitung adalah sebagai berikut:
BKA = 𝑋̅ + 𝑍 𝜎
= 151,813 + (1,96×7,836)
= 166,284
BKB = 𝑋̅ − 𝑍 𝜎
= 151,813 - (1,96×7,836)
10
= 137,341
Berikut merupakan grafik uji keseragaman data pada dimensi tubuh Rentang
Tangan (RT) yang dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Uji Keseragaman RT
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47

BKA BKB xi

Gambar 3. 4 Grafik Uji Keseragaman ke-2 Dimensi Tubuh Rentang Tangan (RT)

Berdasarkan hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa data diatas


seragam, maka data dapat dilanjutkan ke pengujian kecukupan data. Berikut
merupakan tabel rekapitulasi uji keseragaman terhadap seluruh dimensi tubuh
yang dipilih.
Tabel 3. 4 Rekapitulasi Uji Keseragaman Terhadap Seluruh Dimensi Tubuh
Dimensi Tubuh Lambang Rata-rata Standar Deviasi BKA BKB Keterangan
Tinggi Siku Berdiri TSB 106,020 6,255 118,279 93,7607 SERAGAM
Rentang Tangan RT 151,813 7,384 166,284 137,341 SERAGAM
Jangkauan Tangan ke Depan JTD 69,696 5,955 81,3673 58,024 SERAGAM
Lebar Kaki LEK 10,173 1,223 12,5702 7,77671 SERAGAM
Tinggi Pinggul TPG 97,170 7,460 111,791 82,5487 SERAGAM

3.2.2 Uji Kecukupan Data


Setelah data dianggap seragam, langkah berikutnya adalah melakukan
pengujian kecukupan. Berpegang kepada tabel distribusi normal diketahui nilai Z =
1,96 dan 𝜎 = 0,05 maka dapat dihitung:
2
(𝑧/𝑎)𝑥√𝑁x ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 2 )
𝑁′ = [ ]
∑ 𝑥𝑖

Sehingga,

11
𝑁′
2
48(1402 + 1552 + 1602 + 1662 + 1582 + 1602 + 1672 +
1532 + 1492 + 1652 + 1402 + 1452 + 1522 + 1522 +
161,52 + 1552 + 139,52 + 146,52 + 1472 + 1582 + 1632 +
164,52 + 1522 + 1542 + 1532 + 1542 + 1672 + 1442 +
1502 + 1492 + 1482 + 1492 + 1452 + 1462 + 1482 +
1442 + 1532 + 1442 + 1542 + 1442 + 1442 + 1482 +
(1,96/0,05)
1432 + 1552 + 1522 + 1532 + 1492 + 1482 ) −
(140 + 155 + 160 + 166 + 158 + 160 + 167 + 153 + 149 + 165
+140 + 145 + 152 + 152 + 161,5 + 155 + 139,5 + 146,5 + 147 +
158 + 163 + 164,5 + 152 + 154 + 153 + 154 + 167 + 144 + 150 +
149 + 148 + 149 + 145 + 146 + 148 + 144 + 153 + 144 + 154 +
√ 144 + 144 + 148 + 143 + 155 + 152 + 153 + 149 + 148)2
=
140 + 155 + 160 + 166 + 158 + 160 + 167 + 153 + 149 + 165 +
140 + 145 + 152 + 152 + 161,5 + 155 + 139,5 + 146,5 + 147 + 158 +
163 + 164,5 + 152 + 154 + 153 + 154 + 167 + 144 + 150 + 149 +
148 + 149 + 145 + 146 + 148 + 144 + 153 + 144 + 154 + 144 +
144 + 148 + 143 + 155 + 153 + 153 + 149 + 148

[ ]
𝑁 ′ = 3,56
Dari perhitungan yang telah dilakukan di atas, ditemukan bahwa untuk dimensi
tubuh Rentang Tangan (RT) nilai 𝑵′ adalah sekitar 3,56 dari jumlah data 𝑵 yang
awalnya adalah 48. Hal ini menunjukkan bahwa nilai 𝑵′ lebih kecil daripada 𝑵, dan
dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data untuk dimensi tubuh Rentang Tangan
(RT) cukup valid atau cukup mewakili populasi yang diteliti. Berikut merupaka
rekapitulasi hasil uji kecukupan data untuk setiap dimensi tubuh.
Tabel 3. 5 Rekapitulasi Hasil Uji Kecukupan Data Untuk Setiap Dimensi Tubuh
Dimensi Tubuh Lambang Z/a Xi (Xi)2 N N' Keterangan
Tinggi Siku Berdiri TSB 39,2 5301 2,8E+07 50,00 5,24 CUKUP
Rentang Tangan RT 39,2 7287 5,3E+07 48,00 3,56 CUKUP
Jangkauan Tangan ke Depan JTD 39,2 3206 1E+07 46,00 10,97 CUKUP
Lebar Kaki LEK 39,2 498,5 248502 49,00 21,75 CUKUP
Tinggi Pinggul TPG 39,2 4858,5 2,4E+07 50,00 8,88 CUKUP

12
3.2.3 Uji Kenormalan Data
Pengujian akhir adalah pengujian kebernormalan data. Dibawah ini merupakan
perhitungan uji kenormalan data pada dimensi tubuh Tinggi Siku Berdiri (TSB).
a. Menentukan Jumlah Kelas
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 50
= 6,6 ≈ 6
b. Menentukan Retang Kelas
R = Data Maksimum – Data Minimum
= 116 – 94
= 22
c. Menentukan Panjang Kelas Interval
I =R/K
= 22 / 6
= 3,7
d. Menentukan Kelas Interval dan Kelas Boundaries
Di bawah ini adalah hasil penentuan interval kelas dan kelas boundaries, yang
dapat dilihat dalam Tabel 3.6.
Tabel 3. 6 Kelas Interval dan Kelas Boundaries
Class Limit Class Boundaries
No fi fi kum
Bawah Atas Bawah Atas
1 94,0 97,6 93,95 97,65 3 3
2 97,7 101,3 97,65 101,35 6 9
3 101,4 105,0 101,35 105,05 0 9
4 105,1 108,7 105,05 108,75 4 13
5 108,8 112,4 108,75 112,45 6 19
6 112,5 116,10 112,45 116,15 4 23
Jumlah 23
*Catatan:
- Class Limit (Batas Kelas) = Didapatkan dari data minimum + panjang kelas
interval
- Class Boundaris (Tepi Kelas) = Didapatkan dengan untuk batas bawah
dikurangi dengan satuan dari panjang kelas interval yang dibagi 2 sedangkan
batas atas ditambah dengan satuan dari panjang kelas interval yang dibagi 2

13
e. Menghitung Nilai Z1 dan Z2
𝑩𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒃𝒐𝒖𝒏𝒅𝒓𝒂𝒊𝒔−𝒙
Z1 = 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒗𝒊𝒂𝒔𝒊
93,95−106
Z11 = = −1,93
6,255
97,65−106
Z12 = = −1,338
6,255
101,35−106
Z13 = = −0,747
6,255
105,05−106
Z14 = = −0,155
6,255
108,75−106
Z15 = = 0,436
6,255
112,45−106
Z16 = = 1,028
6,255
𝑩𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒃𝒐𝒖𝒏𝒅𝒓𝒂𝒊𝒔−𝒙
Z2 = 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒗𝒊𝒂𝒔𝒊
97,65−106
Z21 = = −1,338
6,255
101,35−106
Z22 = = −0,747
6,255
105,05−106
Z23 = = −0,155
6,255
108,75−106
Z24 = = 0,436
6,255
112,45−106
Z25 = = 1,028
6,255
116,15−106
Z26 = = 1,62
6,255

Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil perhitungan dimensi tubuh diatas:


Tabel 3. 7 Rekapitulasi Perhitungan Nilai Z1 dan Z2
No Z1 Nilai Z2 Nilai
1 Z11 0,027 Z21 0,090
2 Z12 0,090 Z22 0,228
3 Z13 0,228 Z23 0,438
4 Z14 0,438 Z24 0,669
5 Z15 0,669 Z25 0,848
6 Z16 0,848 Z26 0,947
f. Menentukan Luas Kurva
P ( Z1 < Z < Z2 )
Berdasarkan tabel Z maka luas kurva dapat dihitung sebagai
berikut:
• P1 ( Z11 < Z < Z21 ) = P(Z<Z21) – P(Z<Z11)
= P(Z< 0,09) – P(Z< 0,027)

14
= 0,09 – 0,027
= 0,063
• P2 ( Z12 < Z < Z22 ) = P(Z<Z22) – P(Z<Z12)
= P(Z<0,228) – P(Z<Z0,09)
= 0,228 – 0,09
= 0,138
• P3 ( Z13 < Z < Z23 ) = P(Z<Z23) – P(Z<Z13)
= P(Z<0,438) – P(Z<0,228)
= 0,438 – 0,228
= 0,21
• P4 ( Z14 < Z < Z24 ) = P(Z<Z24) – P(Z<Z14)
= P(Z<0,669) – P(Z<0,438)
= 0,669 – 0,438
= 0,231
• P5 ( Z15 < Z < Z25 ) = P(Z<Z25) – P(Z<Z15)
= P(Z<0,848) – P(Z<0,669)
= 0,848 – 0,669
= 0,179
• P5 ( Z16 < Z < Z26) = P(Z<Z26) – P(Z<Z16)
= P(Z<0,947) – P(Z<0,848)
= 0,947 – 0,848
= 0,099
g. Menentukan Nilai ei
ei = N x Luas Kurva
Dimana :
ei = Frekuensi yang diharapkan
N = Banyaknya Data
Berikut ini adalah perhitungan dari frekuensi yang diharapkan:
e1 = 50 × 0,0636
= 3,18
e2 = 50 × 0,1372
= 6,861
e3 = 50 × 0,2107

15
= 10,537
e4 = 50 × 0,2304
= 11,519
e5 = 50 × 0,1793
= 8,964
e6 = 50 × 0,099
= 4,965
Perhitungan antara χ2 Hitung dengan χ2 Tabel memperhatikan nilai harapan untuk setiap
selang. Nilai harapan untuk setiap interval menjadi pertimbangan utama. Jika ada nilai
ei (nilai harapan aktual) yang kurang dari lima, maka frekuensi dan nilai harapan
tersebut digabungkan dengan frekuensi sebelum atau sesudahnya. (Eko Nurmianto,
1996).
Tabel 3. 8 Rekapitulasi Uji Kenormalan Data Sesudah Penggabungan
Class Boundaries Nilai Z tabel
No fi fi kum Luas Kurva ei Gabungan ei X^2 hitung
Bawah Atas Z1 Z2
1 93,95 97,65 5 0,027 0,090 0,0636 3,1799
15 10,0411 2,449
2 97,65 101,35 10 0,090 0,228 0,1372 6,8612
3 101,35 105,05 8 8 0,228 0,438 0,2107 10,5368 10,5368 0,611
4 105,05 108,75 6 6 0,438 0,669 0,2304 11,5186 11,5186 2,644
5 108,75 112,45 13 0,669 0,848 0,1793 8,9639
21 13,9293 3,589
6 112,45 116,15 8 0,848 0,947 0,0993 4,9654
Jumlah 50 46,026 9,293

• Menghitung χ2 Hitung
1. Hipotesis

H0 = χ2Hitung ≤ χ2 Tabel

H1 = χ2 Hitung > χ2 Tabel

2. α = 0,05
Daerah kritis = χ2 Hitung > χ2 Tabel

Dimana χ2 Tabel dapat dilihat dapat dilihat pada tabel distribusi normal.
Derajat Kebebasan (V) = K-1

=6-1

=5

χ2 Tabel =χ
2
(1-α)(v)

16
= χ2 (1-0,05)(5)

= 11,070

3. Perhitungan

χ2 Hitung =∑
(𝑓𝑖−𝑒𝑖 𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)2
𝑒𝑖
(15−10,041)2 (8−10,537)2 (6−11,519)2
χ2 Hitung = 10,041
+ 10,537
+ 11,519
+
(21−13,93)2
13,93

χ2 Hitung = 2,449 + 0,611 + 2,644 + 3,589

χ2 Hitung = 9,293
Keterangan:
H0 ditolak jika χ2Hitung ≤ χ2 Tabel

H1 diterima jika χ2 Hitung > χ2 Tabel

X^2 hitung Daerah


X^2 tabel Penolakan

9,293 11,070
2
Gambar 3. 5 Kurva x Dimensi Tinggi Siku Berdiri
Keputusan:

H0 diterima karena χ2 Hitung < χ2 Tabel yaitu 9,293 < 11,070. Maka, dapat
disimpulkan bahwa data dimensi tubuh Tinggi Siku Berdiri (TSB) berdistribusi
normal. Berikut merupakan rekapitulasi hasil uji kenormalan data.
Tabel 3. 9 Rekapitulasi Uji Kenormalan Data
Distribusi
Dimensi x^2 hitung x^2 tabel
Data
TSB 9,293 11,070 Normal
RT 3,735 11,070 Normal

17
JTD 4,489 12,592 Normal
LEK 16,041 11,070 Tidak Normal
TPG 5,028 12,592 Normal

3.2.4 Perhitungan Nilai Persentil


Penghitungan persentil memiliki nilai signifikan dalam perencanaan produk
atau fasilitas kerja, dengan tujuan agar produk tersebut dapat sesuai dengan ukuran
tubuh manusia yang akan menggunakannya. Contoh dari nilai persentil yang
signifikan meliputi yang tertinggi, seperti persentil 90, 95, dan 99, serta yang terendah,
seperti persentil 1, 5, dan 10, yang diperoleh dari distribusi data Antropometri yang
tersedia.
1. Rumus persentil untuk Data Normal
X = M + (Z x S)
Keterangan:
X = Nilai persentil
M = 𝑋̅ = P50
Z = Fakor pengali pemakaian nilai persentil
S = Standar Deviasi
Tabel 3. 10 Faktor Pengali Untuk Perhitunga Persentil
Persentil Z (Faktor Pengali)
1st -2.326
2.5th -1.960
5th -1.645
10th -1.282
25th -0.674
50th 0
75th +0,674
90th +1282
95th +1,645
95.5th +1.960
99th +2.326

• Tinggi Siku Berdiri (TSB):


Diketahui :
𝑥̅ = 106,02

18
S = 6,255
Maka:
- Persetil 5 (P5) = 106,02 + (-1,645 x 6,255)
= 95,731
- Persentil 50 (P50) = 106,02 + (0 x 6,255)
= 106,02
- Persentil 95 (P95) = 106,02 + ( 0 x 1,645)
= 116,309
2. Rumus persentil untuk Data Tidak Normal
𝒊.𝒏/𝟏𝟎𝟎−∑ 𝑭
Pi = Li + k [ ]
𝑭𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒍

Dimana:
LI = batas bawah kelas boundaries
K = panjang kelas interval
i = 1, 2, 3,....., 99
Fpersentil = frekuensi kelas presentil
∑𝑓 = jumlah frekuensi sebelum kelas median
n = jumlah data
• Dimensi Lebar Kaki (LEK)
𝑖.𝑛/100−∑ 𝐹
- Persetil 5 (P5) = Li + k [ ]
𝐹𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙

5.49/100−0
= 7,95 + 6,6 [ ]
4

= 8,38
𝑖.𝑛/100−∑ 𝐹
- Persentil 50 (P50) = Li + k [ ]
𝐹𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙

50.49/100−17
= 7,95 + 6,6 [ ]
11

= 10,53
𝑖.𝑛/100−∑ 𝐹
- Persentil 95 (P95) = Li + k [ ]
𝐹𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙

95.49/100−41
= 7,95 + 6,6 [ ]
8

= 11,94

19
Tabel 3. 11 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Tubuh yang Digunakan

Dimensi Keseragaman Data Kecukupan Data


No Distribusi Data P5 P50 P95
Tubuh
Xbar BKA BKB Ket N N' Ket

1 TSB 106,020 118,2793324 93,76066755 SERAGAM 50 5,241 CUKUP NORMAL 95,731 106,020 116,309
2 RT 151,813 166,2843213 137,3406787 SERAGAM 48 3,559 CUKUP NORMAL 139,667 151,813 163,958
3 JTD 69,696 81,36726203 58,02404232 SERAGAM 46 10,974 CUKUP NORMAL 59,900 69,696 79,491

4 LEK 10,173 12,57022414 7,776714637 SERAGAM 49 21,748 CUKUP TIDAK NORMAL 8,379 10,527 11,936
5 TPG 97,170 111,7912692 82,54873083 SERAGAM 50 8,875 CUKUP NORMAL 84,899 97,170 109,441

3.2.5 Rancangan Perbaikan Fasilitas Kerja


Meja mesin frais sebelumnya telah mengalami sejumlah perbaikan karena
dianggap kurang ergonomis dalam mendukung pekerjaan. Sebagai hasilnya, beberapa
usulan telah diajukan untuk dimensi tubuh yang telah dipilih. Di bawah ini adalah
beberapa perbaikan yang telah ditentukan.
1. Persentil yang Digunakan
Tabel 3. 12 Persentil yang Digunakan pada Rancangan Perbaikan Fasilitas Kerja
Dimensi
Persentil
Tubuh Ukuran
yang
No Dimensi Fasilitas yang Rancanga Alasan
Digunaka
Digunaka n (cm)
n
n
Menyesuaikan
tinggi siku rata-
Tinggi rata operator
Siku agar
1 Tinggi Meja 95,731 P5
Berdiri memudahkan
(TSB) operator
mengoperasika
n mesin
Menyesuaikan
Rentang
dengan panjang
2 Panjang Meja Tangan 151,813 P50
rentangan
(RT)
tangan operator
Menyesuaikan
Jangkauan
dengan panjang
Tangan ke
3 Lebar Meja 79,491 P50 jangkauan
Depan
tangan ke
(JTD)
depan
Lebar pijakan
dibuat sesuai
Lebar Pijakan Lebar Kaki dengan
4 8,379 P5
Kaki (LEK) persentil kecil
agar tidak
terlalu lebar

20
Tabel 3. 12 Persentil yang Digunakan pada Rancangan Perbaikan Fasilitas Kerja
Dimensi Ukuran Persentil
Dimensi
No Tubuh yang Rancangan yang Alasan
Fasilitas
Digunakan (cm) Digunakan
Menyesuaikan
dengan tinggi
Tinggi pinggul agar
5 Tinggi Laci 84,899 P5
Pinggul (TPG) tidak terlalu
tinggi atau
rendah
2. Toleransi yang ditentukan
Tabel 3. 13 Toleransi yang Digunakan pada Rancangan Perbaikan Fasilitas Kerja
Dimensi Ukuran
Dimensi Toleransi/Ketetapan Alasan Penetapan
No Tubuh yang Jadi
Fasilitas (cm) Toleransi
Digunakan (cm)
Menyesuaikan tinggi
rata-rata operator dan
Tinggi Siku
agar memudahkan
1 Tinggi Meja Berdiri 2,269 98
dalam pengukuran
(TSB)
meja untuk membuat
meja
Menyesuaikan dengan
panjang rentangan
Panjang Rentang tangan operator agar
2 1,188 153
Meja Tangan (RT) memudahkan dalam
pengukuran meja untuk
membuat meja
Menyesuaikan dengan
panjang jangkauan
Jangkauan
tangan ke depan agar
3 Lebar Meja Tangan ke 2,509 82
memudahkan dalam
Depan (JTD)
pengukuran meja untuk
membuat meja
Lebar pijakan dibuat
sesuai dengan persentil
kecil agar tidak terlalu
Lebar Lebar Kaki
4 1,621 10 lebar agar
Pijakan Kaki (LEK)
memudahkan dalam
pengukuran meja untuk
membuat meja
Menyesuaikan dengan
tinggi pinggul agar
Tinggi tidak terlalu tinggi atau
5 Tinggi Laci Pinggul 1,101 86 rendah agar
(TPG) memudahkan dalam
pengukuran meja untuk
membuat meja

21
• Hasil Rancanagan Fasilitas Kerja 3D

Gambar 3. 6 Hasil Rancanagan Fasilitas Kerja 3D


• Hasil Rancangan Fasilitas Kerja 2D

Gambar 3. 7 Hasil Rancangan Fasilitas Kerja 2D

22
• Visualisasi menggunakan software CATIA

Gambar 3. 8 Visualisasi Menggunakan CATIA

Gambar 3. 9 Visualisasi Menggunakan CATIA Tampak Depan

23
Gambar 3. 10 Visualisasi Menggunakan CATIA Tampak Kanan

24
Gambar 3. 11 Visualisasi Menggunakan CATIA Tampak Atas

25
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Perbandingan Fasilitas Kerja Kondisi Sekarang dengan Kondisi


Ideal

Fasilitas kerja yang menjadi fokus analisis dalam modul ini adalah meja mesin
freis. Meja mesin freis ini memiliki sejumlah kekurangan yang signifikan dan tidak
memenuhi standar ergonomi yang diperlukan untuk menjalankan proses pengefreisan
dengan efektif. Meja mesin freis memiliki kekurangan salah satunya adalah ketidak
ergonomisan ukurannya. Kondisi ini mengakibatkan ketidaknyamanan bagi operator
saat menjalankan kegiatan pengefreisan, dan ada risiko cedera yang dapat berdampak
buruk pada produktivitas perusahaan.
Perbaikan yang dilakukan menggunakan lima data dimensi tubuh yang telah
dipilih, diantaranya Tinggi Siku Berdiri (TSB) yang digunakan untuk menentukan
tinggi meja, Rentang Tangan (RT) yang digunakan untuk menentukan panjang meja,
Jangkauan Tangan ke Depan (JTD) yang digunakan untuk menentukan lebar meja,
Lebar Kaki (LEK) yang digunakan untuk menentukan lebar pijakan kaki dan Tinggi
Pinggul (TPG) digunakan untuk menentukan tinggi laci pada meja. Kondisi awal pada
meja mesin freis dinilai memiliki kekurangan yang signifikan dan meja tersebut
kurang memperhatikan standar ergonomi, setelah meja dilakukan perbaikan sesuai
dengan standar ergonomi dan antropometri, ada beberapa perubahan yang dilakukan
seperti pelebaran, penambahan panjang, serta perubahan bentuk meja dengan
mempertimbangkan dimensi tubuh rata-rata operator. Selain itu, ditambahkan juga
beberapa fitur tambahan, seperti laci penyimpanan untuk alat yang dibutuhkan selama
proses pengefreisan, tempat penyimpanan pelumas untuk mesin freis dan corong untuk
pembuangan scrap.

4.2 Analisis Data Antropometri

Data antropometri yang telah didapatkan kemudian dilakukan uji keseragaman


data, uji kecukupan data dan uji kenormalan data. Langkah awal yang dilakukan ialah
uji keseragaman data untuk mengetahui apakah variasi data dalam suatu kelompok
seragam atau tidak seragam. Uji keseragaman pada data antropometri ini dihasilkan
beberapa data seragam tetapi pada data Rentang Tangan (RT), Jangkauan Tangan ke
Depan (JDT) dan Lebar Kaki (LEK) perlu dilakukan dua kali uji keseragaman.

26
Langkah kedua yang dilakukan pada pengolahan data ialah melakukan uji kecukupan
data untuk mengetahui data tersebut mencukupi atau dapat mewakili seluruh populasi.
Dihasilkan seluruh data mencukupi dan dapat mewakili seluruh populasi dikarenakan
N‘< N. Langkah terakhir yang dilakukan ialah uji kenormalan data untuk mengetahui
data tersebut berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Uji kenormalan pada
data antropometri ini dihasilkan seluruh data berdistribusi normal kecuali data Lebar
2 2
Kaki (LEK) tidak berdistribusi normal karena χ Hitung > χ Tabel.

4.3 Analisis Rancangan Perbaikan Fasilitas Kerja

Rancangan perbaikan yang dilakukan pada meja mesin freis yang telah
diberikan yaitu ditambahkan pelebaran pada meja, penambahan panjang, serta
perubahan bentuk meja dengan mempertimbangkan dimensi tubuh rata-rata operator
dan ditambahkan juga beberapa fitur, seperti laci penyimpanan untuk alat yang
dibutuhkan selama proses pengefreisan, tempat penyimpanan pelumas untuk mesin
freis dan corong untuk pembuangan scrap. Rancangan perbaikan tersebut di pengaruhi
oleh nilai persentil, dimana nilai persentil untuk dimensi tubuh Tinggi Siku Berdiri
(TSB) menggunakan P5 karena untuk menyesuaikan tinggi siku rata-rata operator agar
memudahkan operator mengoperasikan mesin, untuk dimensi tubuh rentang tangan
(RT) menggunakan nilai persentil P50 karena untuk menyesuaikan dengan panjang
rentangan tangan operator, untuk dimensi tubuh Jangkauan Tangan ke Depan (JTD)
menggunakan P50 karena untuk menyesuaikan dengan panjang jangkauan tangan ke
depan agar memudahkan dalam pengukuran meja, untuk dimensi tubuh Lebat Kaki
(LEK) menggunakan nilai persentil P5 karena untuk meneyesuaikan lebar pijakan
dibuat sesuai dengan persentil kecil agar tidak terlalu lebar agar memudahkan dalam
pengukuran meja dan untuk dimensi tubuh yang terakhir adalah dimensi tubuh Tinggi
Pinggul (TPG) menggunakan P5 karena untuk menyesuaikan dengan tinggi pinggul
agar tidak terlalu tinggi atau rendah agar memudahkan dalam pengukuran meja.

27
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pengumpulan dan analisis data pada Modul III Antropometri, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
• Fasilitas kerja Meja mesin freis kondisi awal dirasa kurang meperhatikan
keergonomisan bagi seorang operator yang bekerja, dikarenakan ukuran meja
mesin freis belum sesuai dengan dimensi tubuh operator yang akan
mengoperasikan mesin freis.
• Berdasarkan pengumpulan data didapatkan beberapa data antropometri tubuh
yang digunakan untuk perbaikan diantaranya Tinggi Siku Berdiri (TSB),
Rentang Tangan (RT), Jangkauan Tangan ke Depan (JTD), Lebar Kaki (LEK),
Tinggi Pinggul (TPG).
• Perbaikan yang dilakukan terhadap fasilitas kerja meja mesin freis yaitu
menambahkan tempat untuk pelumas mesin, menambahkan corong untuk
pembuangan scrap dan penambahan laci. Perbaikan dan penambahan fitur
tersebut dilakukan agar operator dapat melakukan pekerjaan secara aman,
sehingga dapat menciptakan proses perakitan yang efektif dan efisien.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anon., n.d. Antropometri Indonesia. [Online]


Available at: http://antropometriindonesia.org/index.php/detail/sub/5/5/62/1/meja_3
[Accessed 30 October 2023].
Nurmianto. (1996). Ergonomi: Konsep Dasar & Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.

29
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai