Anda di halaman 1dari 63

1.

Morfologi Sungai
Lebih lengkap: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/b57b9_06._Modul_6_Morfologi_Sungai.pdf
 Sedimen transport : Delta,meander,
Jawaban:
a. Delta
benua di dunia kecuali di Antartika dan
Greenland, yang wilayahnya tertutup salju,
dimana terdapat pola penyaluran sungai
dengan dimensi yang luas dan jumlah material
sedimen yang besar (Boggs, 1987). Sedimen
merupakan faktor utama pembentuk delta.
Sedangkan yang memainkan peranan penting
Delta merupakan daratan yang terbentuk dari dalam mengangkut dan mengendapkan
hasil pengendapan sedimen yang dibawa oleh sedimen adalah karena adanya transpor
aliran sungai. Delta terbentuk hampir di semua sedimen.

Bentuk delta dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu proses fluvial, proses gelombang, dan dinamika pasang
surut.
Delta memiliki peran dan manfaat yang sangat penting di wilayah muara sungai, karena delta akan
membentuk sebuah ekosistem baru dan memiliki ciri khas yang berbeda dari ekosistem lain. Ciri khas
tersebut berupa vegetasi tumbuhan yang tumbuh di perairan payau (mangrove), seperti yang tumbuh
di wilayah Delta Sungai Rejoso. Selain itu lahan delta di Muara Sungai Rejoso juga dimanfaatkan
untuk tempat pemukiman, sawah irigasi, dan tambak.
Sumber: https://pgsp.big.go.id/transpor-sedimen-pembentuk-utama-delta-sungai/
b. Meander
Meander merupakan jenis sungai yang memiliki bentuk khas berkelok-kelok. Bentuk ini terjadi akibat
adanya pengendapan. Proses berkelok – kelok yang terjadi di sungai ini bermula dari sungai di bagian
hulu. Sedangkan pada bagian hulu, volume air sungai kecil serta tenaga yang terbentuk juga kecil.
Karena hal inilah, sungai mulai menghindari penghalang untuk mencari jalan yang paling mudah
dilewati. Sementara itu, pada bagian hulu sungainya masih belum terjadi pengendapan.
Lalu di bagian tengah, dengan wilayah yang datar, aliran airnya cenderung lambat, sehingga
mengakibatkan terbentuknya meander. Proses meander terjadi di tepian sungai, baik di bagian dalam
maupun di tepi luar. Lalu sungai yang memiliki aliran air cepat, akan terjadi pengikisan, sedangkan di
bagian tepi sungai dengan aliran air yang lamban, akan terjadi pengendapan. Proses demikian bila
berlangsung terus-menerus akan membentuk meander.
 Tanggul sungai
Jawaban:
Hujan lebat yang terjadi dapat mengakibatkan volume air meningkat dengan cepat. Ini mengakibatkan
banjir serta meluapnya air hingga ke tepi sungai. lalu ketika air surut, bahan-bahan yang terbawa air
sungai ini akan mengendap pada daerah tepi sungai yang mengakibatkan terbentuknya suatu dataran
di tepi sungai.

1
Timbulnya material yang tidak halus atau kasar pada di bagian tepi sungai. Inilah yang membuat tepi
sungai memiliki tinggi yang lebih jika dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam
tersebut dinamakan tanggul sungai.

 Pola sungai : denditik,dlll


Jawaban:
Paralel merupakan pola aliran sungai yang
terdapat pada suatu daerah yang luas dan
sangat miring. Akibat kemiringan ini, gradien
sungai menjadi besar sehingga dapat
mengalirkan air ke tempat terendah dengan
arah yang hampir lurus. Pola ini biasanya
terbentuk di daratan pantai yang masih muda
dengan lereng asli yang sangat miring ke arah
laut.
Pola aliran sungai paling sederhana yaitu pola
dendritik. Pola dendritik mempunyai banyak
anak cabang yang menjuru ke segala arah lalu
berkontribusi membentuk menyerupai ranting
pohon yang akhirnya bermuara ke sungai
induk. Aliran sungai pola ini mengikuti
kemiringan lereng dengan tipe bebatuan
homogen dan berada pada lembah berbentuk
V. Pola sungai jenis ini menyesuaikan dengan
jenis-jenis susunan bebatuan yang ada.

3. Radial
Pola aliran sungai semacam ini dapat ditemui
di beberapa sumber mata air di gunung
maupun pegunungan yang menyebarkan
sumber mata air nya ke segala arah aliran
sungai.
Selain mata air gunung, contoh lain dari pola
aliran sungai ini adalah pola aliran kawah atau
magma yang berada pada puncak gunung
Radial mempunyai arti kata yaitu menyebar ke
berapi. Pola yang dibentuk dari adanya kawah
segala arah. Sesuai dengan arti namanya,
tau magma ini cenderung mengikuti bentuk
pola ini merupakan pola aliran sungai dengan
alaminya yang cembung sehingga terbentuk
satu pusat sungai memiliki sebaran aliran
pola aliran kawah ini dalam bentuk bentangan-
sungai yang menyebar ke segala arah.
bentangan kubah.

2
percabangan anak sungai yang berasal dari
satu mata air atau induk sungai, pola radial
sentripetal sebaliknya, yaitu sebaran anak
sungai yang berkumpul pada satu induk
sungai. Aliran sungai dari berbagai macam
mata air berpusat menuju satu mata air.
Pola aliran radial sentripetal menyerupai
sebaran anak sunngai yang mengalir menuju
satu titik seperti sebuah cekungan besar.
Daerah yang mempunyai pola ini di antaranya

Aliran radial sentripetal mempunyai pola aliran yaitu yang terdapat pada wilayah Amerika

percabangan anak sungai ke segala arah yang Serikat bagian barat laut. Secara berproses

berpusat pada satu mata air. Bentuk dari pola pola ini seperti berkembang membentuk pola

radial sentripetal hampir menyerupai pola annular.

aliran radial. Jika pola radial merupakan

bentuk sungai yang tegak lurus dan


merupakan kumpulan dari saluran sungai yang
mengkuti pola struktur geologi bebatuan
tersebut.
Berkembangnya pola aliran rectangular terjadi
pada bebatuan dengan resistensi terhadap
Aliran rectangular memiliki pola aliran yang
erosi yang mendekati tipe seragam namun
dipengaruhi dan dikontrol oleh struktur geologi
dikontrol oleh rekahan dua arah yang saling
seperti struktur rekahan dan patahan.
tegak lurus. Percabangan dari aliran sungai ini
Biasanya bentuk pola sungai ini terjadi pada
umumnya berbentuk tumpul dengan sungai
daerah bebatuan dengan struktur batuan beku.
utama atau sungai induknya.
Pola ini mempunyai ciri bentuk yang lurus
mengikuti daerah patahan dan mempunyai
membentuk pola sejajar yang mengalir
mengikuti arah kemiringan lereng dan tegak
lurus dengan sungai utama atau saluran
utamanya. Saluran utama pada sungai ini
biasanya searah dengan sumbu lipatan.
Pola dari aliran trellis merupakan perpaduan
antara sungaii konsekuen dan subsekuen.
Biasanya bentuk dari pola aliran trellis banyak
Kata trellis biasa diartikan sebagai pagar. Pola ditemukan di sepanjang lembah yang paralel
aliran trellis mempunyai bentuk aliran yang dengan sabuk gunung lipatan. Pola dari aliran
menyerupai pagar yang dikontorl oleh struktur ini banyak melewati lembah hingga kemudian
geologi yait lipatan sinklin dan antiklin. Pola ini bergabung dengan saluran utamanya dan
mempunyai ciri-ciri yaitu kumpulan saluran air akhirnya bersama menuju muara sungai.

3
pada dome atau kaldera stadium dewasa serta
terdapat sungai konsekuen, subsekuen,
resekuen, dan obesekuen. Pola annular yaitu
pola yang awalnya adalah dalam bentuk radial
namun setelahnya muncul sunngai obsekuen
menyebabkan sungai tersebut sejajar dengan
sungaii resekuen sehingga aliran tersebut
akhirnya akan mengarah ke pusat
berkumpulnya aliran.
Pola aliran annular merupakan variasi dari
pola aliran radial. Pola ini biasanya terdapat

 Bangunan pengaman Sungai : Krib, Bronjong, Groundsill, sheetpile,

Bronjong

Bronjong adalah anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau galvanis. Anyaman kawat baja
ini membentuk sebuah kotak atau balok. Bagian dalamnya diisi dengan batu-batu berukuran besar
untuk mencegah erosi. Biasanya dipasang pada area tebing atau tepi sungai yang menjalani
pekerjaan normalisasi serta untuk mengatasi gerusan akibat arus sungai. Karena kekuatan kawat baja
ini cukup tinggi, maka untuk menganyam dan membentuknya membutuhkan tenaga mesin.
Groundsill
mengurangi kecepatan arus dan meningkatkan
laju pengendapan sedimen di bagian hulu
groundsill. Hal ini dimaksudkan untuk
mengamankan pondasi jembatan atau
bangunan yang ada di hulu groundsill,
sehingga struktur bangunan yang berada di
Groundsill adalah bangunan yang dibangun bagian hulu sungai seperti jembatan atau
melintang sungai yang bertujuan untuk bangunan air lainya aman terhadap erosi.
Sheetpile

4
Sheet Pile adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah dan untuk
menahan masuknya air ke dalam lubang galian.

 Bangunan Ada di sungai : Sabo dam, Bendung, Bendungan,


a. Bangunan dam sabo biasanya terletak di sungai di dekat gunung vulkanik yang berfungsi
mengontrol banjir debris. Sabodam merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar
yang dibangun melintang pada alur sungai. Prinsip kerja Bangunan Sabo adalah
mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan material / pasir
yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.
b. Bendung adalah suatu bangunan yang melintang pada aliran sungai (palung sungai), yang
terbuat dari pasangan batu kali, bronjong, atau beton, yang berfungsi untuk meninggikan muka
air agar dapat dialirkan ke tempat yang diperlukan.
c. Bendungan adalah bangunan air yang dibangun melintang pada badan sungai yang dimaksud
untuk mendapatkan tampungan, yang disebut waduk.
 Kantong Lumpur
Kantong lumpur adalah pembesaran potongan melintang saluran (diperdalam atau diperbesar)
sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada
sedimen untuk mengendap sebelum menuju saluran irigasi.
 Tikungan sungai
Gerusan di tikungan sungai akan terjadi di daerah awal masuk tikungan, sedangkan
pengendapan dimulai dari bagian tengah tikungan hingga akhir tikungan.

5
2. Irigasi
 Saluran Irigasi :Primer,sekunder, tersier
Jawaban menurut KP 01 Tahun 2015
a. Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan
ke petak petak tersier yang diairi.
b. Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada
bangunan sadap terakhir.
c. Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan
utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks
bagi kuarter yang terakhir.
 Cara Menghitung debit:
Q= V.A
 Alat Ukur saluran, Drempel, Chipoletti,

 Lining saluran : Tabel de vos

6
 Pola tata tanam : berapa hari, Perkolasi, Kebutuhan air tanaman, Evaporasi, dll
Jawaban:
1. Berapa hari: 3 periode: 10-10-10
2 periode: 15-15
2. Perkolasi ditentukan oleh jenis tanah. Biasanya 2-3 mm/hari

 Jenis pintu : Skott balok,Romijin, sorong,angkat,


Jawaban:
a. Skott Balok
Pintu skot balok (stoplog) adalah balok kayu yang dapat dipasang pada alur pintu/sponeng
bangunan. Pintu ini berfungsi untuk mengatur muka air saluran pada ketinggian tertentu.
Bila muka air lebih tinggi dari pintu skot balok, akan terjadi aliran di atas pintu skot balok
tersebut.

7
b. Romijin
Menurut KP 08 Tahun 2015
Pintu Romijn adalah pintu dengan konstruksi daun pintu ganda, daun pintu atas dengan
pelat meja ukur sebagai pengukur debit aliran diatasnya, sedang daun pintu bawah
dipergunakan untuk menggelontor saluran yang dipasangi pintu tersebut. Direktorat Irigasi
memandang perlu tetap mempertahankan daun pintu bawah untuk penggelontoran dalam
perencanaan standar.
Pintu Romijn dikonstruksi daun pintu ganda mempunyai masalah kebocoran apabila pintu
dalam keadaan tertutup dan terdapat kelonggaran cukup.
Pada perencanaan pintu Romijn standar masalah kebocoran diatasi dengan
mempergunakan perapat karet. Tetapi bagian perapat karet harus dijamin dengan
pemeliharaan yang teratur.
c. Sorong
Pintu ulir/sorong adalah pintu yang terbuat dari plat besi/kayu/fiber, bergerak vertikal dan
dioperasikan secara manual. Fungsinya adalah untuk mengatur aliran air yang melalui
bangunan sesuai dengan kebutuhan, seperti menghindari banjir yang datang dari luar dan
menahan air di saluran pada saat kemarau panjang.
Menurut KP 08 Tahun 2015
Kelebihan lain adalah bahwa pintu lebih mudah dioperasikan, mengontrol muka air dengan
lebih baik dan dapat dikunci di tempat agar setelahnya tidak diubah oleh orang yang tidak
berwenang.
Kelemahan utama yang dimiliki oleh pintu sorong adalah bahwa pintu ini kurang peka
terhadap perubahan tinggi muka air dan, jika dipakai bersama dengan bangunan pelimpah
(alat ukur Romijn), bangunan ini memiliki kepekaan yang sama terhadap perubahan muka
air. Jika dikombinasi demikian, bangunan ini sering memerlukan penyesuaian.

d. Angkat
Pintu air angkat merupakan tipe pintu air sorong
baja untuk irigasi, pintu air ini berbeda dengan
tipe pintu air double spinde, single spindle dan
single horizontal. Perbedaan dari ketiga tipe pintu
air diatas adalah terletak pada mekanisme kerja
pintu air, pintu air angkat hanya tinggal menarik
lurus vertikal untuk mengangkat daun pintu,
sehingga dalam penyebutan nama ada yang
menyebut “Pintu Air Angkat Tekan”

8
 Mercu Bendung

 Saluran intake
Saluran intake bendung terletak pada awal saluran irigasi yang berfungsi untuk memasukan air
dari bendungan kesaluran irigasi sesuai kebutuhan
 Jenis Bendung : Bendung tetap, Bendung Gerak

 Saluran Pembuang Irigasi


Jawaban menurut KP Tahun 2015:
Definisi Saluran Pembuang: Saluran pembuang adalah saluran dan bangunan yang membuang
kelebihan air dari petak-petak sawah ke jaringan pembuang utama.
a. Jaringan Saluran Pembuang Tersier - Saluran pembuang kuarter terletak didalam satu
petak tersier, menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam
saluran pembuang tersier. - Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak
tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik
dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam
jaringan pembuang sekunder.
b. Jaringan Saluran Pembuang Utama - Saluran pembuang sekunder menampung air dari
jaringan pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau
langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi. - Saluran pembuang
primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder ke luar daerah irigasi.
Pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan
air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut.
 Kolam Olak :USBR,dll

9
Jawaban:
1. USBR Tipe I
Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5

2. USBR Tipe II
Syarat :
1. Debit persatuan lebar (q) >45 m3/dt/m
2. Bilangan Froude (Fr) > 4,5

3. USBR Tipe III


Syarat :
1. Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
2. Bilangan Froude (Fr) > 4,5

4. USBR Tipe IV
Syarat : Bilangan Froude (Fr) 2,5 – 4,5

10
5. Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam
Syarat : Kedalaman hilir sangat besar dibanding kedalaman normal hilir

6. Peredam Energi Tipe Vlughter

Syarat :
Keterangan:
hc =
g√
q2
3

hc = kedalaman air kritis (m)


q = debit per lebar satuan (m2/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

 Bangunan Bagi, Bangunan Bagi sadap


a. Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk membagi air dari saluran
primer atau saluran sekunder ke dua buah saluran atau lebih yang masing-masing debitnya
lebih kecil.
b. Bangunan Bagi Sadap

11
Bangunan bagi-sadap adalah sebuah bangunan yang berfungsi membagikan air dan
menyabang dari :
1. Saluran primer ke saluran primer yang lain dan atau dari saluran primer ke saluran
tersier.
2. Saluran primer ke saluran sekunder dan atau saluran sekunder ke saluran tersier.
3. Saluran sekunder yang satu ke saluran sekunder yang lain dan atau saluran sekunder ke
saluran tersier.

12
3. Waduk / Bendungan
 Pengertian Bendungan, waduk
Jawaban menurut https://simantu.pu.go.id/:
a. Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton dan/atau
pasangan batu yang dibangun untuk menampung air, limbah tambang, atau lumpur
sehingga terbentuk waduk (PP 37/2010).
b. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya suatu bendungan.
Waduk adalah buatan manusia dengan membendung aliran sungai guna mengendalikan
aliran untuk memenuhi kebutuhan air atau mengendalikan banjir.
 Muka Air Normal, Muka Air banjir, Muka Air efektif

 Tampugan Mati
Jawaban:
Tampungan mati adalah tampungan yang digunakan untuk menampung sedimen (besarnya
laju sedimentasi) selama usia guna waduk yang ditentukan (juta m3)
 Tubuh Bendungan, Cofferdam, Sal Pengelak, Sal Peluncur, Kolam olak, Loncatan Hidrolis,
Pengambilan, Pengarah. Spillway, PLTA

13
 Penstock PLTA

 Operasi Waduk

14
4. Hidrolika
 Jenis Aliran : Turbulen, Laminer
Bilangan Reynold adalah bilangan yang tidak mempunyai dimensi, yang menyatakan
perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya kekentalan. Percobaan yang dilakukan
pada tahun 1884 oleh Osborn Reynolds dapat menunjukkan sifat-sifat aliran laminar dan
turbulen.
Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak seperti gerakan
serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel, maka alirannya disebut aliran laminer.
Sebaliknya jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur yang tidak beraturan, baik ditinjau
terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya disebut aliran turbulen.
Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh relatif antara gaya kekentalan
(viskositas) dan gaya inersia. Jika gaya viskositas dominan, alirannya laminer, jika gaya inersia
yang dominan, alirannya turbulen.
Nisbah antara gaya kekentalan dan inersia dinyatakan dalam bilangan Reynold (Re), yang
didefinisikan sebagai :

V .L
Re =
ν
dengan V = kecepatan aliran (m/det),
L = panjang karakteristik (m), pada saluran muka air bebas L = R,
R = Jari-jari hidraulik saluran
 = kekentalan kinematik (m2/det).
VR
Re =
 Aliran Laminer ( ν < 500 )
VR
Re =
Aliran Turbulen ( ν > 2.000 )
 V kritis dan Bilangan Froude
Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan gelombang gravitasi
dengan amplitudo kecil. Gelombang gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah kedalaman.
Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis, dan
jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, alirannya disebut superkritis.
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah nisbah antara gaya gravitasi
dan gaya inertia, yang dinyatakan dengan bilangan Froude (Fr). Untuk saluran berbentuk
persegi, bilangan Froude didefinisikan sebagai :

V
Fr=
√g . h
dengan V = kecepatan aliran (m/det),
h = kedalaman aliran (m),
g = percepatan gravitasi (m/det2)

√ g.h .= kecepatan gelombang dangkal

15
5. Sedimentasi
 Bed Load, Suspended load

 Bangunan Pencegah sedimen : Sabo,kantong lumpur


Bangunan dam sabo biasanya terletak di sungai di dekat gunung vulkanik yang berfungsi
mengontrol banjir debris. Sabodam merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar
yang dibangun melintang pada alur sungai. Prinsip kerja Bangunan Sabo adalah
mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan material / pasir
yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.
Kantong lumpur adalah pembesaran potongan melintang saluran (diperdalam atau diperbesar)
sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada
sedimen untuk mengendap sebelum menuju saluran irigasi.
 Rumus menghitung Sedimen : MPM,

16
 Erosi : Penyebab erosi contoh kemeringan,jenis tnh, tata guna lahan.
Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan
merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Permukaan
kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan
sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu
berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat,
sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun
kemudian (Suripin, 2002).
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh
aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai,
saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada
mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau (Arsyad, 2012).
Ada pun uraian faktor-faktor yang dapat menyebabkan erosi dan limpasan permukaan (iklim,
topografi, vegetasi, tanah dan manusia), adalah sebagai berikut:
1. Faktor iklim
Faktor iklim yang penting dalam proses erosi curah hujan dan suhu. Karena curah hujan
dan suhu tidak banyak berbeda di tempat tempat yang berdekatan, maka pengaruh iklim

17
terhadap sifat-sifat tanah baru dapat terlihat jelas bila dibandingkan daerah-daerah yang
berjauhan dan mempunyai iklim yang berbeda nyata. Pengaruh iklim dalam proses erosi
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung misalnya dalam
proses pelapukan, pencucian, translokasi, dan lain-lain. Sedang pengaruh tidak langsung
terutama adalah melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi (Nursa’ban, 2006).
Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-butiran hujan
yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregatagregat tanah yang diakibatkan
oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar. Jumlah hujan
yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya
hujan lebat dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujan
hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang
terjadi cenderung tinggi (Fitria, Sakka, Samsu, 2012).
Pada intensitas 80 mm/jam erosi yang terjadi pada tanah uji lebih besar dibandingkan
dengan intensitas 60 mm/jam. Hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas hujan maka
tanah akan menerima semakin banyak air hujan yang jatuh sehingga erosi yang terjadi juga
semakin besar (Sucipto, 2007).
2. Topografi
Faktor topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang dan
kecuraman lereng. Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan volume air
permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam saluran-saluran (sungai),
atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan (datar) sehingga kecepatan dan
volume dipencarkan ke berbagai arah (Triwanto, 2012).
Panjang lereng berperan terhadap besarnya erosi yang terjadi, semakin panjang lereng
maka semakin besar volume aliran permukaan yang terjadi. Kemiringan lereng memberikan
pengaruh besar terhadap erosi yang terjadi, karena sangat mempengaruhi kecepatan
limpasan permukaan. Makin besar nilai kemiringan lereng, maka kesempatan air untuk
masuk kedalam tanah (infiltrasi) akan terhambat sehingga volume limpasan permukaan
semakin besar yang mengakibatkan terjadinya bahaya erosi (Dewi, Ni Made, Tatiek, 2012).
Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng.
Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan
energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar kemiringan
lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau erodibilitas
tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai erodibilitas suatu
tanah (Bukhari, Kemala, Alinda, 2015).
3. Vegetasi
Dalam penelitian Widianto, Didik, Herman, Rudi, Pratiknyo, Meine (2002) menyatakan
bahwa penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang habis mengakibatkan
kerusakan tanah khususnya di lapisan permukaan dengan ditandai antara lain penurunan
kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan jumlah ruangan pori makro.
Kerusakan menjadi semakin parah setelah beberapa tahun karena minimnya perlindungan
terhadap permukaan tanah. Kandungan bahan organik terus menurun karena proses
pelapukan semakin cepat, hilang terangkut bersama erosi dan tidak adanya vegetasi yang

18
memberikan seresah sebagai tambahan sumber bahan organik tanah. Pada periode ini
bisa terjadi peningkatan limpasan permukaan dan erosi dibanding keadaan sebelumnya.
Dalam skala lebih luas (kawasan) akumulasi limpasan permukaan yang besar dari petak-
petak kecil membentuk luapan aliran permukaan yang sangat besar berupa banjir. Hal
seperti ini telah terjadi di berbagai daerah (khususnya di Pulau Jawa) pada awal tahun 2002
yang lalu yang bisa dihubungkan dengan penebangan habis pepohonan dari berbagai
lahan hutan maupun perkebunan secara besar-besaran selama tahun 1999-2001. Menurut
Sallata (2013) menerangkan bahwa Keberadaan tegakan pinus kelas umur tua lebih
berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah dengan implikasi meningkatnya kapasitas
infiltrasi tanah yang diperlukan dalam menjaga kestabilan wilayah DAS. Peran tegakan
pinus terhadap erosi tanah dan aliran permukaan sangat ampuh, karena pada umumnya
lapisan bawah tertutup dengan guguran daun pinus yang terkenal lambat terurai, sehingga
dapat melindungi permukaan lahan dari pukulan langsung air hujan ataupun aliran
permukaan. Di sisi lain lapisan guguran daun pinus yang kadang menumpuk tebal
menyebabkan kemasaman tanah turun
4. Tanah
Ada pun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik,
kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah. Berbagai tipe tanah
mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbedabeda. Kepekaan erosi tanah atau
mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia
tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah (1) sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan (2) sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur, terhadap dispersi, dan penghancuran
agregat tanah oleh tumpukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad, 2012).
Menurut Ashari (2013) menerangkan bahwa Nilai erodibilitas tanah ditentukan oleh
berbagai faktor. Tekstur berkaitan dengan kapasitas infiltrasi serta kemudahan tanah untuk
terangkut pada saat terjadi erosi. Bahan organik selain menyuburkan tanah juga
memperkuat agregat tanah. Struktur merupakan susunan saling mengikat antar butir tanah,
sehingga semakin kuat struktur maka semakin tahan terhadap erosi. Permeabilitas
berkaitan dengan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh terhadap nilai
Indeks Erosi, sedangkan nilai Indeks Erosi tidak dapat ditunjukkan hanya dengan
permeabilitas tanah. Dimana, semakin besar persentase tekstur tanah debu (silt), maka
semakin besar pula nilai indeks erosi dan semakin kecil persentase tekstur tanah liat (clay)
maka semakin besar nilai Indeks Erosi, sedangkan untuk persentase tekstur tanah pasir
(sand) tergantung dari komposisi tekstur tanah debu (silt) dan tekstur tanah liat (clay).
Selain itu, semakin besar persentase kandungan bahan organik tanah maka semakin kecil
nilai indeks erosi (Sulistyaningrum, Liliya, Bambang, 2014). Menurt Arifin (2010)
menerangkan bahwa sifat fisik yang dipengaruhi oleh bahan organik dalam kaitannya
dengan erodibilitas tanah adalah struktur, tekstur dan permeabilitas tanah. Pengelolaan
tanah yang intensif secara terus menerus tanpa mengistirahatkan tanah dan tanpa
penambahan bahan organik berakibat merusak struktur tanah. Selanjutnya berakibat pada

19
permeabilitas tanah. Pada tanah tertentu permeabilitas tanahnya menjadi lambat.
Permeabilitas lambat dan laju infiltrasi yang rendah mengakibatkan tingginya limasan
permukaan yang pada akhirnya mempertinggi limpasan permukaan dan berakibat pada
meningkatnya kehilangan tanah (erosi). Tanah dengan partikel tanah berukuran besar akan
tahan terhadap erosi karena sukar diangkut, sedangkan tanah yang didominasi oleh partikel
yang berukuran halus peka terhadap erosi karena adanya pengikisan bahan semen oleh
hujan. Jadi tanah yang mudah tererosi adalah tanah berdebu.
5. Manusia
Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan atau
pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau gembalaan. Perubahan
topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan
pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah
(Suripin, 2002).

20
6. Sistem Polder
 Pengertian Sistem Polder

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/
98918_Perencanaan_Sistem_Polder_dan_Kolam_Retensi.pdf

 Sistem Pompa
Kelengkapan sarana fisik pada sistem polder antara lain : saluran air atau kanal atau
tampungan memanjang dan waduk, tanggul, serta pompa. Saluran air atau tampungan
memanjang dan waduk dibangun sebagai sarana untuk mengatur penyaluran air ketika
elevasi air di titik pembuangan lebih tinggi dari elevasi saluran di dalam kawasan.Yang kedua
ialah tanggul yang dibuat di sekeliling kawasan yang berguna untuk mencegah masuknya air
kedalam kawasan, baik yang berasal dari luapan sungai, limpasan permukaan atau akibat
naiknya muka air laut. Sebaliknya dengan adanya tanggul, air yang ada di dalam kawasan
tidak dapat keluar. Tanggul dibuat dengan ukuran yang lebar, besar, dan tinggi serta dapat
difungsikan sebagai jalan. Yang ketiga ialah pompa air yang berfungsi sebagai pengering air
pada badan air, dan bekerja secara otomatis apabila volume atau elevasi air melebihi nilai
perencanaan.
 Keuntungan dan kekurangan sistem polder

21
7.Bangunan Pengaman Pantai
 Sea Wall, Jetty, Break water dlll

 Sedimentasi di pantai : Spit, Bar, tombolo


Beach
Banyak bahan-bahan yang dikikis dari tanjung-tanjung tidak terbawa keluar dan masuk ke
dalam air yag lebih dalam, tetapi dihanyutkan oleh arus pasang yang datang ke bagian head
(tanjung) dan sides (sisi) teluk sehingga terbentuk “Bay Head Beach” dan “Bay Side Beach”.
The long shore current mengalir, terutama menghindari ketidakberaturan pantai, sehingga
mengalir memotong di mulut teluk. Head Land Beach; terbentuk kalau materi-materi itu
diendapkan di muka tanjung-tanjung.

Bars
Bar adalah gosong-gosong pasir penghalang gelombang yang terbentuk oleh endapan dari
gelombang dan arus. Bar merupakan bagian dari beach, yang tampak pada saat air surut. Bar

22
diberi nama sesuai dengan tempat terjadinya. Bay Mouth Bar ialah bar yang terbentuk dan
berpangkal dari tanjung yang satu ke tanjung yang lain di mulut teluk. Arus yang berhasil masuk
ke dalam teluk membentuk Bay Head Bar dan Mid Bay Bar.Cuspate Bar dan Looped Bar;
adalah bar yang berbukit yang juga dibangun oleh arus. Sebuah Cuspate Foreland menyerupai
Cuspate Bar, hanya di situ tidak mempunyai lagoon, karena semua materi-materi mengendap
membentuk beach.
Off Shore Bars yang berbeda-beda di dalam jumlahnya, biasanya hanya merupakan suatu lajur
(gosong) pasir yang muncul di atas permukaan laut pada saat laut surut. Di suatu daerah yang
luas off shore bars terdiri dari dua atau tiga mil, dipisahkan oleh bukit-bukit pantai (beach
ridges) dan bukit-bukit pasir (sand dunes).
Adalah lumrah bila diketemukan dua atau lebih dari dua bars berkembang sejajar dengan
pantai. Bars yang lebih dalam terbentuk pertama kali oleh gelombang yang lemah yang dapat
maju lebih jauh ke arah (bagian) laut yang lebih dangkal.

Spit
Biasanya arus yang masuk ke dalam sebuah teluk lebih kuat daripada arus yang keluar menuju
ke laut. Akibatnya ujung spit yang pada laut terbuka (pada mulut teluk) menjadi melengkung
masuk arah ke teluk. Spit yang demikian disebut “Recurved Spit”. Spit yang melengkung, yang
terbentuk pertama, biasanya mempunyai lengkungan yang lebih hebat daripada spit
melengkung yang terbentuk berikutnya.Complex Spit dihasilkan dari perkembangan spit kecil
atau spit sekunder yang menumpang pada ujung dari spit yang utama. Cape Cod dan Sandy
Hook, kedua-duanya adalah Complex Spit yang sebaik dengan Compound-spit.

Tombolo
Tombolo ialah bar yang menghubungkan sebuah pulau dengan daratan utama. Tombolo itu ada
yang single, double, triple; dan ada pula yang berbentuk huruf “V”, yaitu apabila pulau
dihubungkan dengan daratan oleh dua bar. Kompleks tombolo terbentuk bila beberapa pulau
dipersatukan dengan yang lain dan dengan daratan oleh sederetan bars.

23
Tidal Inlet dan Tidal Delta
Tidal Inlets. Kebanyakan off shore bars (spit) tidak mempunyai sifat yang bersambungan, tetapi
diantarai atau diselingi oleh terusan-terusan yang dikenal sebagai “tidal inlets”. Tidal inlets ini
merupakan pintu-pintu tempat keluar dan masuknya air laut antara laut bebas dengan lagoon
sesuai dengan gerak pasang-surut. Jumlah dan tempat inlets atau teluk-teluk dapat memberi
hubungan langsung dengan long shore currents karena arus ini adalah tetap membawa muatan
material untuk membangun bars.Dalam perkembangan lanjut (mature stage), jumlah dari inlets
atau teluk-teluk lambat laun bertambah jauh dari lokasi sumber di mana arus memperoleh
muatan material. Tidak hanya gelombang-gelombang yang kurang keras untuk memberi arus
itu dengan muatan material yang berasal dari runtuhan, tetapi bar itu sendiri yang lebih kecil
dan lebih mudah dilalui oleh gelombang dan air pasang.
Pada kebanyakan teluk, lagoon lebih mudah ditumbuhi rumput-rumput rawa. Kondisi ini terjadi
karena keadaan yang sesuai dengan kadar garam yang tetap dipertahankan oleh adanya
hubungan langsung dengan lautan. Lagoon-lagoon yang besar dan terpisah dari lautan (tanpa
inlets), airnya tidak dapat ditumbuhi oleh tumbuhan marine.
Tidal Deltas.
Arus pasang-surut yang keluar-masuk pada tidal inlets membawa pasir masuk ke dalam lagoon
dan juga pasir ke luar laut. Arus yang masuk itu kemudian mengendapkan material muatannya
ke dalam lagoon di mulut inlets dan membentuk delta; dan disebut “Tidal Delta”. Hampir semua
bars menahan sebuah deretan delta yang terbentuk pada sisi dari lagoon.
Bahan-bahan yang tererosi oleh gelombang laut akan diangkut dan diendapkan pada dua
bagian kawasan. Sebagian diendapkan ke arah darat (coastal) ketika terjadi swash; dan
sebagian lainnya lagi diangkut oleh arus balikan yaitu backwash untuk selanjutnya diteruskan
oleh arus kompensasi untuk diendapkan ke bagian dasar yang lebih dalam.

Beach Ridges
Beach ridge (punggung / bukit-bukit tepi pantai) menggambarkan kedudukan yang dicapai dari
majunya garis pantai. Tekanan-tekanan atau depression yang terjadi antara bukit-bukit atau

24
ridges dikenal sebagai Swales, Slashes or furrows. Ridges dan swales dapat terjadi pada
sembarang pantai.

 Mawar Angin instrumentasi apa aja

25
8. Rawa
 Pengertian rawa
 Secara tata bahasa Indonesia rawa didefinisikan adalah lahan genangan air secara ilmiah
yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai
ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.
 Dari segi hidrologi, pedologi dan ekologi, rawa tercakup dalam pengertian lahan basah.
 Menurut sifat airnya, rawa dapat dibagi menjadi rawa air tawar dan rawa air payau.
 Menurut letaknya, rawa dapat dibagi menjadi rawa pedalaman dan rawa pantai. Menurut
gerakan airnya, rawa dibagi menjadi rawa bergenangan tetap, lebak, bonorowo, dan rawa
pasang surut.
 Alkali tanah

 Kualitas air rawa tinggi belerang ,cara mengatasi untuk dijadikan sawah
Untuk tetap dapat memanfaatkan lahan rawa sebagai lahan pertanian dengan baik, setelah
pekerjaan tata air selesai, maka sampai saat ini sistem reklamasi lahan rawa pasang surut
menganut sistem usikan minimum. Prinsip sistem ini adalah mengusahakan agar perubahan
kondisi tanah terjadi secara perlahan-lahan dengan pengaturan tinggi muka air tanah, dan
menggunakan sistem pengolahan tanah minimum tillage. Dengan cara demikian pelepasan
kemasaman jumlahnya relatif sedikit akibat Oksidasi terbatas akan mudah tercuci atau
terhanyutkan melalui saluran pembuang. Cara ini cukup jitu bila tidak ada penghambatan pada
sistem tata airnya. Tetapi seringkali jumlah dan kualitas air sangat bervariasi (terutama akibat
musim), yang berakibat pada percepatan proses oksidasi. Semakin sering frekuensi fluktuasi air
tersebut semakin cepat pula proses degradasi tanah akan terjadi.
Sistem reklamasi lain yang pernah dilakukan adalah dengan membuat saluran dalam, sehingga
muka air tanah jauh dari permukaan tanah dan lahan tidak/jarang terluapi. Kejadian ini bila
disertai dengan pengolahan tanah intensif akan sangat memacu proses oksidasi, sehingga
dalam waktu yang relatif singkat sebagian besar potensi kemasaman akan dapat dikeluarkan.
 Reklamasi
Reklamasi rawa adalah upaya meningkatnya fungsi dan pemanfaatan rawa untuk kepentingan
masyarakat luas. Konservasi rawa ditujukan untuk mempertahankan dan melindungi ekosistem
rawa sebagai sumber air, serta meningkatkan fungsi dan manfaatnya. Konservasi rawa meliputi
usaha perlindungan, pengawetan, peningkatan fungsi dan manfaat rawa melalui tahapan
perencanaan, pelaksanaan, eksploitasi dan pemeliharaan serta pengendalian. Perlindungan
rawa dimaksud untuk melindungi sistem penyangga kehidupan pada wilayah konservasi rawa.

26
Tujuan reklamasi lahan rawa adalah penciptaan lingkungan baru yang sesuai dengan
lingkungan yang dikehendaki oleh sistem pertanaman, terutama tanaman pangan. Penciptaan
lingkungan ini berkaitan dengan pembuangan kelebihan air yang mampu membuat imbangan
serasi air-udara dalam tanah. Karena kondisi alamiah rawa yang langka udara (reduktif),
pengubahan suasana ke arah oksidatif akan membawa konsekuensi perubahan perwatakan
tanah. Proses perubahan ini terutama terjadi secara kimiawi, di samping perubahan biologis
dan mekanis/fisik. Perubahan yang timbul merupakan kebalikan kejadian/proses yang telah
berlangsung sewaktu terbentuknya tanah rawa tersebut. Kalau pada waktu pembentukan terjadi
perubahan suasana oksidatif ke reduktif yang banyak mengeluarkan alkalinitas, maka proses
oksidasi dalam reklamasi akan mengeluarkan kemasaman. Mengingat proses pembentukan
tanah rawa memakai ukuran waktu geologis, maka proses reklamasi pun tentunya juga
memerlukan jangka waktu cukup lama untuk mencapai taraf kesudahan (ultimate stage).
Konstruksi bangunan keteknikan sering hanya mengandalkan mekanisme pergerakan air, tanpa
mengindahkan perubahan perwatakan sifat lahan rawa itu sendiri. Tiap tipologi/ jenis tanah
lahan rawa akan membutuhkan pengelolaan yang dapat sangat berbeda dengan jenis/tipologi
lainnya. Keragaman jenis tanah yang didasarkan atas satuan pengelolaan atau unit reklamasi
sangat sukar didapatkan, berbagai interaksi proses dapat berlangsung selama rawa tersebut
dibentuk.
Proses reklamasi di tanah mineral pada umumnya berlangsung sangat cepat pada awalnya (3-6
bulan setelah saluran pengatus berjalan) dan cenderung menurun pada periode berikutnya.
Proses tersebut tetap berjalan sampai dicapai kesetimbangan sewaktu mencapai kondisi
aerobik seperti halnya di tanah bukan rawa. Di tanah gambut kondisinya hampir sama, hanya
saja kelangsungan degradasi lanjutan memerlukan waktu yang sangat lama. Kelanjutan proses
dekomposisi/degradasi bahan organik tersebut disamping akan menyisakan bahan-bahan yang
resisten terhadap dekomposisi.
Selama air atusan yang keluar dari tanah gambut masih berwarna kuning kecoklatan, dapat
diartikan bahwa proses reklamasi masih terus berlanjut. Selama proses berlangsung akan
terproduksi sumbersumber kemasaman tanah (baik ion H maupun ion Al), yang secara
berkesinambungan berfungsi sebagai ion penukar pada kation lain yang berada dalam tapak
pertukaran. Kesudahannya dapat diduga bahwa tanah bereaksi semakin masam dan kejenuhan
aluminium semakin meningkat.
 Saluran irigasi di lahan rawa
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/1ed5b_MS06_System_Planning_Jaringan_Irigasi_Rawa.pdf

27
28
9.Pondasi
 Jenis Jenis Pondasi : dalam,dangkal
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/8e38d_6._pondasi_jembatan.pdf

29
 Penurunan Pondasi : lateral dll

http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/92580/mod_resource/content/1/MATERI%20SESI
%20II_Pekerjaan%20Pondasi%20RUSUN.pdf

30
10.Biopori
 Pengertian Biopori,fungsi,manfaat
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas
organisma di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya.
Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di
dalam tanah.
Biopori adalah metode alternatif untuk meresapkan air hujan dan mengolah sampah organik,
sampah yang dimasukkan ke dalam lobang akan memancing fauna-fauna di dalam tanah
untuk membuat terowongan kecil sehingga air cepat meresap
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32004/mod_resource/content/1/04-Pengolahan
%20Lahan.pdf

31
 Cara membuat Biopori

32
11. Sumur Resapan
 Pengertian Sumur, Fungsi manfaat
Sumur resapan adalah sumur yang dibuat sebagai tempat penampungan air hujan berlebih
agar memiliki waktu dan ruang untuk meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi.
(Suripin).
https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/superman/post/
20181127161117__F__KMS_BOOK_20180723014034.pdf

http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/60717/mod_resource/content/1/03.%20Melaksanakan
%20Pekerjaan%20Bangunan%20Air%20Limbah%20Permukiman.pdf

 Cara merencanakan Sumur resapan


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/
fe61d_Modul_Perlindungan_dan__Pelestarian_Sumber_Air.pdf

33
 Kontruksi Sumur resapan : Ijuk,batu pecah, Batu bata
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/
fe61d_Modul_Perlindungan_dan__Pelestarian_Sumber_Air.pdf

34
12. Drainase
 Pengertian, Jenis Drainase ,
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32408/mod_resource/content/1/2005-07-Dasar-dasar
%20Perencanaan%20Drainase%20Jalan.pdf

35
 Cara Design drainase

 Bentuk drainase, Sistem drainase


http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32641/mod_resource/content/1/2011-04-Pelaksanaan
%20%20Pengawasan%20Pekerjaan%20Tanah%29.pdf

36
37
Konstruksi saluran sistem drainase bawah permukaan dapat berupa :
1. Pipa / paralon/beton/baja
2. Bentuk bisa bulat/segi empat
Dapat juga saluran tersebut berupa galian seperti parit memanjang dengan penampang
tertentu, kemudian diurug dengan material porous.
Perencanaan subsurface drainage digunakan pada : tanah yang drainasinya jelek, ground
water table nya tinggi

38
13. PSDA
 UU SDA Yang terbaru: UU SDA No 17 Tahun 2019
 Pengelolaan SDA
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/60699/mod_resource/content/1/01.%20Kebijakan
%20Pengelolaan%20Sumber%20Daya%20Air.pdf

39
14.Air Tanah
 Pengertian
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/b59ca_03._Modul_3_Geologi_dan_Hidrogeologi.pdf

 Cekungan air tanah : bebas, tertekan

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/5d671_3._Modul_Hidrogeologi.pdf

40
 Jenis Pemompaan : drilling

41
42
 Irigasi Air tanah :sumur pompa
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/
b8996_11._Modul_11_Bangunan_Pendukung_Air_Tanah.pdf

 Muka Air tanah

43
15. Beton
 Pengertian Beton
Beton (concrete) merupakan material konstruksi yang paling banyak dipakai untuk konstruksi
bangunan sipil seperti gedung, jalan, bendungan dan lain-lain.
Karena beton dibuat dengan cara dicetak, maka kualitas kekuatan tekan beton sangat
tergantung kepada banyak faktor, antara lain: kualitas bahan, proses pembuatan, cuaca dan
lain-lain.

Beton seperti juga halnya baja adalah suatu material (agregat kasar, agregat halus, semen
dan air serta bahan pembantu) yang banyak digunakan untuk bangunan-bangunan sipil.
Maksud kekuatan tekan beton adalah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda
uji kubus yang berisi 15 + 0,06 cm pada umur 28 hari.
 Arti Beton K 125,K 225 dll
Mutu kuat tekan beton umumnya dilambangkan dengan simbol K (misal K225, K300) atau f’c
(misal f’c = 22,5 Mpa).
Kelas dan mutu beton mulai dari K-100 sampai K-500, dimana K= kekuatan tekan beton per
cm2, angka 100 dan 500 menunjukan kg. Beton K-100 artinya mutu beton yang memiliki
kekuatan tekan 100 kg/cm2.
Mutu beton digolongkan ke dalam 3 kelas mutu, yaitu beton kelas I, beton kelas II, dan beton
kelas III. Beton kelas I : K-100, K125, K-150, K-175, dan K-200 digunakan untuk bukan
pekerjaan struktur. Beton Kelas II : K-225, K-250, dan K-275 digunakankan untuk pekerjaan
struktur seperti lantai, jalan, pondasi, sloof, kolom, dll. Beton Kelas III : K-325, K-350, K-375,
K450, dan K-500 adalah beton khusus, misalnya untuk balok dan lantai jembatan, landasan
pesawat, dll.
 Test Beton : core, Slump tes,
1. Tes Uji Kuat Tekan (Compression test)
Tes Uji Kuat Tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan
maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Cara
pengujian yaitu:
a. Siapkan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
b. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya
diolesi dengan pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya.
c. Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam cetakan yang
dibagi menjadi 3 lapisan yang sama.
d. Tusuk-tusuk 25 kali per tiap lapisan.
e. Ratakan bagian atas dan beri tulisan tanggal dan jam pembuatan pada bagian atas.
f. Diamankan selama 24 jam dan direndam dalam air selama waktu tertentu, kemudian dibawa
ke laboratorium untuk diuji.
g. Pengujian tes beton menggunakan mesin compressor yang sudah dikalibrasi.

44
h. Catat pengujian tiap beberapa hari yang sudah ditentukan.
2. Slump test
Pengujian Slump test bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan
mutu beton. Salah satu pengujian yang dilakukan menggunakan kerucut abraham. Cara
pengujian yaitu:
a. Menyiapkan peralatan uji Slump yaitu yang mempunyai ukuran diameter atas 10 cm dan
diameter bawah 20 cm, sedangkan tingginya 30 cm.
b. Kerucut abraham diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air.
c. Adukan beton yang dicampur merata dimasukkan kedalam kerucut sambil ditekan kebawah
penyokong-penyokongnya.
d. Adukkan beton dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya,dan setiap lapisan
ditusuk sebanyak 25 kali dengan menggunakan tongkat baja diameter 16 mm panjang 600
mm dengan ujung yang bulat agar adukan yang masuk kedalam kerucut lebih padat.
e. Adukan yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dengan
kerucut ditarik vertikal dengan hati-hati.
f. Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula.
g. Hasil pengukuran ini disebut hasil uji Slump dan merupakan hasil kekentalan (kadar air) dari
beton tersebut.
h. Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh untuk digunakan.

3. Tes uji Core Drill


Pengujian Core Drill dilakukan dengan mengambil sampel dari beton yang sudah dibuat.
Pengambilan beton menggunakan alat yaitu core drill. Metode ini diusahakan jangan sampai
merusak struktur dari beton tersebut. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk di
pengujian crusing test. Pengujian ini sangat akurat karena diambil dari bahan yang sudah
dibuat dilapangan. Pengambilan strukturnya sangat beresiko karena bisa mengurangi struktur
dari beton dan bisa saja mengenai tulangan dari beton tersebut.
4. Hammer test
Hammer Test dilakukan untuk mendapatkan kekuatan / tegangan karakteristik beton yang
sudah ada. Test material digunakan dengan alat hammer test merk proceq pada elemen
struktur seperti kolom, balok dan plat lantai.

45
Tahapan sebelum hammer test dimulai yaitu: sebelum tes dimulai permukaan dari elemen
struktur yang belum rata harus dihaluskan menggunakan gerinda agar didapatkan permukaan
yang rata agar pembacaan rebound dari alat hammer test lebih teliti dan tepat. Di setiap titik
hammer test dilakukan sebanyak 20 kali shooting per lantai. Hasil tes dianalisa menggunakan
standard deviasi untuk penentuan mutu beton.
5. Ultrasonic non Destructive
Pengujian ultrasonik telah digunakan oleh beberapa negara. Di indonesia digunakan sejak
tahun 1980’an. Tujuan dari penelitian menggunakan pengujian ultrasonik yaitu:
a. Mendeteksi kedalaman dan keretakannya.
b. Homoginitas pada beton.
c. Kerusakan permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh kimiawi.
d. Perubahan sifat dari masa ke masa.
e. Kuaalitas/mutu beton.
f. Kerusakan lain pada beton (Honeycombing/Void)
g. Modulus Elastisitas beton.
 Pembuatan Beton : Campuran apa aja?
1. Semen
2. Agregat kasar dan halus
3. Air
 Alat pembuat Beton :
Concrete Mixer

Concrete mixer adalah Merupakan sebuah alat untuk memproduksi beton ready mix, dengan
volume yang kecil akan tetapi dari segi kualitas beton tetap seragam dan sesuai proporsi
material yang telah ditentukan dalam desain mix. Truk khusus yang dilengkapi dengan concrete
mixer berfungsi untuk mengaduk/mencampur campuran beton ready mix yang cara kerjanya
mirip dengan molen.
Di dalam drum terdapat bilah bilah baja, pada saat perjalaanan menuju lokasi proyek, drum ini
berputar perlahan secara berlawanan dengan arah jarum jam sehingga adukan mengarah
kedalam. Perputaran yang ada didalam bertujuan agar tidak terjadi pergeseran ataupun
pemisahan agregat sehingga adukan tetap homogen. Dengan demikian mutu beton akan selalu
terjaga sesuai dengan kebutuhan rencana. Ketika telah sampi di lokasi pekerjaan dan
pengecoran berlangsung, arah putaran drum dibalikkan searah dengan arah jarum jam dan

46
kecepatan putaran diperbesar sehingga adukan beton keluar. proses pengiriman beton ready
mix diatur dengan memperhatikan jarak, kondisi lalu lintas, cuaca dn suhu sebab dapat
mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran.
Truck Molen

Dalam dunia kontruksi terdapat beberapa alat yang menujang, salah satunya yaitu truck
pengaduk beton ini. Pengaduk beton merupakan mesin yang digunakan untuk mengaduk
beton. Mesin ini dapat berupa mesin statis, semi – mobile maupun full mobile (mixer truck).
Truck mixer ini disebut juga truck molen memiliki beragam jenis dengan fungsi sama, yaitu
mengangkut beton dari pabrik semen ke lokasi konstruksi sambil menjaga konsistensi beton
agar tetap cair dan tidak mengeras dalam perjalanan. Truck jenis ini merupakan alat tranportasi
khusus yang digunakan untuk beton cor curah siap pakai (Ready mix concrete) yang dirancang
untuk mengangkut campuran beton curah siap pakai (Ready mix concrete) dari Batching Plant
(Pabrik Olahan Beton) ke lokasi pengecoran. Biasanya truk ini digunakan dalam sebuah proyek
besar.

47
16. Jenis Alat Berat
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32379/mod_resource/content/1/2006-05-Alat%20Berat.pdf
Alat berat yang umum dipakai dalam proyek kostruksi antara lain :
– Dozer,
– Alat gali (excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell;
– Alat pengangkut seperti loader, truck dan conveyor belt;
– Alat pemadat tanah seperti roller dan compactor, dan lain lain.

 Excavator
Excavator adalah alat penggali tanah dan juga
dapat digunakan sebagai alatpemindah dan
pengangkut material ke dalam truck.

 Dump truck
Dump Truck berfunsi sebagai alat angkut
material-material bangunan (tanah, besi
tulanagn, semen, batu bata, dll)

48
 Girder

 Crane
Mobile Crane, sejenis excavator yang
digunakan untuk mengangkat material
bangunan, sepertihalnya besi tulangan, batu
bata, dan material-material bangunan lainnya.
Mobile crane berbeda dengan Tower Crane,
Mobile Crane bersifat moving (dapat berpindah
tempat) sedangkan Tower Crane bersifat
tetap.

 Dozer
Bulldozer berfungsi sebagai alat pembersih
lapangan, biasanya dengan cara menggusur
material agar lapangan siap digunakan untuk
proyek. Bulldozer memiliki blade di bagian
depan. Blade inilah yang dapat memotong dan
menggusur material-material (tanah, dll) yang
dianggap mengganggu dalam pelaksanaan
proyek.

49
17 Mektan
 Uji tanah : Konsolidasi, Sondir, Hand Bor, CBR
Consolidation Test
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat pemadatan suatu jenis tanah, karena proses
keluarnya air dari pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan tekanan vertical yang bekerja pada
tanah tersebut.
Alat dan Bahan
 Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan sel konsolidasi
 Arlogi pengukur (ketelitian)

Sondir
Pengeboran sondir lakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung
maupun daya lekat setiap kedalaman, alat yang digunakan adalah Ducth Cone Penetrometer dengan
bikonus jenis kapasitas maksimum 200 kg/cm2. Pekerjaan sondir dihentikan apabila ditemui keadaan
sebagai berikut:
a. Bacaan pada manometer 3 kali berturut-turut menunjukan nilai > 150 kg/cm2.
b. Alat Sondir terangkat ke atas sedangkan bacaan manometer belum menunjukan angka
maksimum, maka alat sondir diberi pemberat.
Pengujian Sondir ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konnus dari variasi kedalaman
pada lapisan-lapisan tanah. Alat sondir yang digunakan berkapasitas sedang, dan dapat membaca
nilai maksimum perlawanan konus sebesar 250 kg/cm2.
Mata sondir yang digunakan adalah Biconus sehingga akan diperoleh hasil nilai perlawanan
konus dan nilai letaknya (local friction).
tujuan dari kegiatan sondir adalah :
 Untuk menentukan daya dukung tanah, apakah tanah yang bersangkutan kuat untuk menahan
beban pondasi tanpa terjadi keruntuhan.
 Untuk menentukan lapisan tanah keras, yang dapat dibaca melalui grafik PK (Penetrasi Konus),
semakin besarharga PK maka tanah tersebut termasuk tanah keras dan begitu juga sebaliknya.
 Untuk menentukan kedalaman lapisan tanah, jika harga PK hampir sama maka tanah tersebut
termasuk dalam satu lapisan. Hal ini bisa di lihat dari grafik yang telah kami buat berdasarkan
praktikum penyelidikan lapangan dengan sondir tersebut.
 Menentukan secara tepat kedalamn dari bermacam-macam lapisan tanah.

50
Visualisasi Pelaksanaan Sondir di Lapangan

Hand Boring ~ Soil Sampling


Tujuan Percobaan
Untuk mendapatkan gambaran tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan
visual.Pengambilan contoh tanah untuk penyelidikan yang lebih teliti mengenai sifat-sifat lapisan tanah
ini tidak mengalami perubahan yang berarti dalam struktur, kadar air maupun susunan kimianya.
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah ini adalah :
 Mata bor (auger)
 Stang bor atau pipa bor (rods)
 Pengunci tabung sample (stick aparat)
 Alat Pemutar (handle)
 Kunci pipa
 Kop Pemukul
 Tabung sampel, berupa tabung silinder yang panjangnya 30, 40, dan 50 cm
 Ujungnya dari silinder berulis sedang yang lainnya meruncing

California Bearing Ratio (CBR) Test


Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan CBR tanah dan campuran tanah agregat yang
dipadatkan di Laboratorium pada kadar air tertentu. CBR adalah perbandingan antara beban
penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan penetrasi dan kecepatan
penetrasi sama.
Alat dan Bahan

51
 Ayakan ukuran No.4
 Alat pengukur CBR
 Peralatan untuk percobaan pemadatan
 Piringan pemisah
 Alat pengukur pengembangan/swelling (untuk CBR Soaked)
 Keping beban
 Timbangan ketelitian 0.1 gr

 Sifat fisik tanah


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/cf47f_04_Mekanika_Tanah_Rawa.pdf

52
 Karakteristik tanah : Lempung, Pasir dll

53
18. Konservasi SDA
 Konservasi Sungai
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/6d048_Modul_3_Konservasi_Sumber_Daya_Air.pdf

 Konservasi tanah
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/83f3d_09._Modul_9_Konservasi_DAS_dan_Tata_Ruang.pdf

54
55
19. Hidrologi
 Curah hujan

 Intensitas hujan : mononobe, Ishiguro

56
 Stasiun Hujan
Stasiun hujan adalah tempat yang mencatat dan mengamati curah hujan di suatu tempat/ DAS.
 Hidrograf
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/740a8_6._MODUL-3_ANALISIS_HIDROLOGI_DAN__SEDIMEN.pdf

57
Sama ada juga nakayasu.
 Uji Konsistensi, Smirnov, Chi Square
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/740a8_6._MODUL-3_ANALISIS_HIDROLOGI_DAN__SEDIMEN.pdf

 DAS Artinya apa


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/740a8_6._MODUL-3_ANALISIS_HIDROLOGI_DAN__SEDIMEN.pdf

58
 Metode Perhitungan Isohyet, Aritmatika , Poligon thieesen

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan
wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm (Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.27).
Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Cara-
cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah
sebagai berikut (Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.27).
1. Cara Rata-Rata Aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di sekitar
daerah yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sosrodarsono &
Takeda, 2003, p.27):
1
R R R R
= N ( 1 + 2 + …. + N)
Keterangan:
R = curah hujan daerah (mm)
N = jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan
R1 + R2 + …. + RN = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan cara
lain, jika titik pengamatan itu banyak dan tersebar merata di seluruh daerah itu. Keuntungan
cara ini ialah bahwa cara ini adalah obyektif yang berbeda dengan umpama cara isohiet, di

59
mana faktor subyektif turut menentukan (Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.27).

Contoh Metode Aritmatika


Sumber: Soewarno (2000, p.207).
2. Cara Thiessen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara perhitungan
curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan. Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut
(Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.27):
A 1 R1 + A 2 R2 +. ..+ A N R N
R A 1 + A2 +.. . A N
=

A 1 R1 + A 2 R2 +. ..+ A N R N
A
=

+ +…. +
W1R 1 W2R 2 WN R N
=

Keterangan:
R = curah hujan daerah (mm)
R1 , R2 , RN = curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik-titik
pengamatan.
A1 , A2 , A N = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan.
Bagian-bagian daerah A1, A2, …, AN ditentukan dengan cara seperti berikut:
1. Cantumkan titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah itu pada peta topografi
skala 1: 50.000, kemudian hubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus
(dengan demikian akan terlukis jaringan segi tiga yang menutupi seluruh daerah).
2. Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam poligon-poligon yang didapat dengan
menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga tersebut di atas. Curah hujan dalam
tiap poligon itu dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam tiap poligon itu.
Luas tiap poligon itu diukur dengan planimeter atau dengan cara lain. Cara Thiessen ini
memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar rata-rata. Akan tetapi, penentuan titik
pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat.
Kerugian yang lain ialah umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat
kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.

60
Contoh Metode Poligon Thiessen
Sumber: Soewarno (2000,p.207).
3. Cara Garis Isohiet
Peta isohiet digambar pada peta topografi dengan perbedaan (interval) 10 sampai 20 mm
berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah yang
dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis isohiet yang berdekatan diukur dengan
planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis isohiet yang berdekatan yang termasuk
bagian-bagian daerah itu dapat dihitung. Curah hujan daerah itu dapat dihitung menurut
persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.29):
A 1 R1 + A 2 R2 +. ..+ A N R N
R
=
A 1 + A2 +.. . A N
Keterangan:
R = curah hujan daerah (mm)
R1, R 2, R N = curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1, A2, …, An
A1, A2, AN = luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet.
Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis isohiet dapat digambar dengan teliti.
Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak dan variasi curah hujan di daerah
bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohiet ini akan terdapat kesalahan pribadi
(individual error) si pembuat peta (Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.29).
Jika tiap pengamatan mencakup beberapa ratus km2 maka penggunaan peta topografi skala
l:20.000 sampai 1:500.000 adalah kira-kira cukup. Peta itu harus mencantumkan antara lain
sungai-sungai utamanya dan garis-garis kontur yang cukup. Pada pembuatan peta isohiet,
maka topografi, arah angin dan lain-lain di daerah bersangkutan harus turut dipertimbangkan.
Jadi untuk membuat peta isohiet yang baik, diperlukan pengetahuan atau keahlian yang
cukup (Sosrodarsono & Takeda, 2003, p.29-30).

Cara Garis Isohiet


Sumber: Sosrodarsono & Takeda (2003, p.29).

 Arti Probabilitas

61
 Run off

 Perhitungan Banjir Rancangan

62
63

Anda mungkin juga menyukai