Anda di halaman 1dari 15

BAB III POLA ALIRAN

3.1 Pengertian Pola Aliran

Sungai adalah aliran air yang berukuran besar dan memanjang yang mengalir terus
menurus dari hulu menuju hilir. Sungai tidak harus berupa aliran air dipermukaan
tanah, namun dapat pula berada dibawah tanah atau disebut underground river.

Jenis sungai dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah air, genetik, serta sumber air
yang mengalir berikut ini:

 Sungai berdasarkan jumlah airnya, yaitu sungai permanen, sungai periodik,


sungai interminttent dan sungai ephemeral.

 Sungai berdasarkan genetiknya, yaitu sungai konsekwen, subsekwen, obsekwen,


insekwen, resekwen, andesen, dan anaklinal.

 Sungai berdasarkan sumber airnya, yaitu sungai hujan, sungai gletser, dan sungai
campuran.

Aliran sungai secara alami membentuk pola secara alami mengikuti topografi, jenis
tanah dan batuan, geologi, kemiringan serta faktor lainnya. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai jenis-jenis aliran sungai.

Pola aliran sungai adalah kumpulan dari sungai yang memiliki bentuk sama yang
menggambarkan keadaan profil dan genetik sungai tersebut. Terbentuknya pola aliran
air sungai disebabkan oleh faktor-faktor alami seperti morfologi, jenis tanah dan
batuan, tingkat erosi dan struktur geologi. Seiring berjalannya waktu, sistem jaringan
sungai akan membentuk pola aliran yang bercabang-cabang dan menyesuaikan
dengan faktor lingkungannya.

Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai
tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut
sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur
geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang
pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan
ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi
iklim.

Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama
pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada
permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan
menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi
dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis,
sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar,
kekar, arah dan bentuk perlipatan.

Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan pola
pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai
berikut:

1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah
yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap
pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran
permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola
dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari
pola dasar setempat.

Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan
struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau
dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola
erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial,
angular (sub angular), tralis dan rektangular termasuk pola erosional, sedangkan pola
- pola lurus (elongate) , menga - nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo,
rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus
dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan
karst (gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap
khusus.

Tabel 3.1 Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

Pola Aliran Dasar Karakteristik


Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket batuan
kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan
terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran
Dendritik
memiliki kemiringan landai, jenis pola pengaliran
membentuk percabangan menyebar seperti pohon
rindang.
Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng
sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula
pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang.
Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik dengan
Paralel
pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang
memanjang dengan pola pengaliran paralel
mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh
perlipatan.
Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan
(dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan
Trallis metasedimen derajat rendah dengan perbedaan pelapukan
yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya berhadapan
pada sisi sepanjang aliran subsekuen.
Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan,
Rektangular tidak memiliki perulangan lapisan batuan dan sering
memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus.

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa


Radial
erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut
sebagai pola pengaliran multi radial.

Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu


sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik pusat),
berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau
kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah
titik pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut
berbentuk cekungan.
Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemungkinan
Anular
retas (stocks)
Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan
perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar,
Multibasinal
merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan
gamping dan lelehan salju (permafrost)

Tabel 3.2 Pola Pengaliran Modifikasi


Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan
jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta
lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan
(perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol
struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif.
Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang
memudahkan terja- dinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.

Tabel 3.3 Kontrol struktur terhadap bentuk sungai

Kontrol Struktur Bentuk sungai

Dinamik

 Teras
 Lembah gelas anggur
 Lembah memanjang
 Sungai terputus
Sesar Aktif  Saluran "OFFSET"
 Saluran menyebar
 Sungai subsekuen
 Membentu genangan
 Lembah terjal
 Sungai anteseden
 Pembelokkan sungai secara
Perlipatan Aktif
 Sungai konsekuen
 tajam.
 Pola aliran radial
Kegiatan Vulkanik
 Dasar sungai curam
Pasif
 Teras
 Lembah gelas anggur
 Lembah memanjang
 Sungai terputus
 Sungai subsekuen
Teras Sesar
 Saluran menyebar
 Lembah terjal
 Membentuk genangan
 Saluran "OFFSET'
 Aliran paralel
 Sungai subsekuen
 Aliran sepanjang lereng kemiringan

Kemiringan  Pola tralis


 Aliran konsekuen
 Aliran pada tebing pendek
 Pola radial
 Pola anular
Kubah
 Sungai konsekuen
 Sungai subsekuen
 Pola tralis
Antiklin Sinklin  Pembelokkan sungai
 Sungai subsekuen.
 Lembah asimetri
Kelurusan Sungai  Kelurusan saluran
 Sungai subsekuen
 Pola rektangular
Kekar
 Sungai subsekuen
3.2 Pembentukan Pola Aliran

Terdapat berbagai bentuk atau tipe aliran sungai. Berikut ini adalah 12 bentuk aliran
beserta penjelasannya:

 Sungai Konsekuen Lateral, yaitu sungai yang alirannya mengarah menuruni


lereng-lereng asli di permukaan bumi, seperti dome, block, mountain atau
daratan yang baru terangkat.

 Sungai Konsekuen Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan


antiklinal atau bagian puncak gelombang pegunungan.

 Sungai subsekwen adalah sungai yang terbentuk pada sungao konsekuwen lateral
yang mengalami erosi mundur hingga ke puncak lerengnya. Sungi ini akan
mengalami erosi ke samping dan memperluas lembah sehingga muncul aliran
baru mengikuti arah patahan.

 Sungai Superimposed, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar
yang menutupi lapisan batuan batu dibawahnya. Jika terjadi peremajaan, maka
sungai tersebut akan mengikis lapisan penutup dan memotong formasi batuan
awal, sehingga alirannya tidak sesuai dengan struktur batuan.

 Sungai Anteseden, yaitu sungai yang arah alirannya tetap karena mengimbangi
pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya terbentuk bila pengangkutan
berjalan lambat.

 Sungai Resekuen adalah sungai yang alirannya menuruni kemiringan patahan


atau dip slope. Alirannya searah dengan sungai resekwen lateral dan bisa
umumnya terbentuk dari aliran sungai subsekwen.

 Sungai Obsekwen, yakni sungai yang alirannya turun dari permukaan patahan
dan berlawan dengan dip dari formasi-formasi patahan.

 Sungai Insekwen, yaitu sungai yang alirannay terbentuk tanpa penyebab nyata.
Sungai ini mengalir tanpa mengikuri lapisan batuan. Alirannya tidak menenti dan
mengikuti pola aliran dendritis.
 Sungai Reserve adalah sungai yang tidak mampu mempertahankan arah
alirannya melawan pengangkatan, sehingga arahnya dapat berubah dan
menyesuaikan diri.

 Sungai Komposit, yaitu sungai yang mengalir dari daerah dengan struktur
geologi berlainan. Contohnya adalah sungai-sungai besar ang ada di Indonesia.

 Sungai Anaklinal adalah sungai yang mengalir pada permukaan dengan


kecepatan lambat, terangkat dan arahnya pengangkatan berlawanan dengan arus
sungai.

 Sungai Compound adalah sungai yang membawa air dari daerah yang memiliki
geomorfologi berlawanan.

3.3 Jenis – jenis Pola Aliran

Klasifikasi pola aliran dasar menurut Howard (1967) :

 Pola dendritiSeperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah


dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak
terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan
horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.

Gambar 3.1 Pola Dendrit

 Parallel
Terbentuk dari aliran cabang – cabang sungai yang sejajar atau parallel pada
bentang alam yang memanjang serta mencerminkan kelerengan yang cukup
besar dan hampir seragam.

Gambar 3.2 pola parallel

 Pola trellis
Percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai
utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau
terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.

Gambar 3.3 pola trelis

 Pola rectangular
Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya
membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang
pada daerah rekahan dan patahan.

Gambar 3.4 pola rectagular

 Pola radial
Pola radial dibedakan menjadi dua, yaitu Radial Sentrifugal dan Radial
Centripetal. Radial Sentrifugal adalah pola aliran sungai yang mengalir ke segala
arah dari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome. Sedangkan Radial
Centripetal adalah pola aliran sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.

Gambar 3.5 pola radial centrifugal


Gambar 3.6 pola radial centripetal

 Pola annular
Sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir
tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan
keras.

Gambar 3.7 pola annular

 Multibasinal
Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar yang tererosi. Ditandai adanya
cekungan – cekungan yang kering, atau terisi air yang saling terpisah aliran yang
berbeda – beda. Teradapat pada daerah aktif gerakan tanah, vulkanik, dan
pelarutan batugamping.
Gambar 3.8 pola multibasinal

 Contorted
Terbentuk dari aliran cabang – cabang sungai yang relative tegak lurus terhadap
sungai induk subsekuen yang melengkung. Dibedakan dari recurved trellis,
dengan ciri daerahnya yang tidak teratur, dikontrol oleh struktur sesar, lipatan
menunjam, atau pada daerah labil.
3.4 Jenis-Jenis pola aliran ubahan
Dasar teori Pola pengaliran ubahan adalah pola pengaliran dengan perubahan yang
masih memperlihatkan ciri pola pengaliran dasar.Hubungan pola dasar dan pola
perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan struktur geologi sangat erat, tetapi
tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau dikurangi. Roy Syaffer membuat
klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan polakhusus.
Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular
termasukpola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate), menganyam
(braided), berkelok(meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk
pola pengendapan. Klasifikasi polakhusus dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal
seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst(gamping) dan pola "palimpset" atau
"berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.
 Ubahan pola pengaliran dendritik
a. Subdendritik
 modifikasi dari pola dendritik , karena pengaruh dari topografi dan struktur
 topografi sudah miring , struktur geologi sudah berperan tetapi kecil
b. Anastomatik jaringan saluran saling mengikat, terdapat di daerah banjir, delta
dan rawa pasang surut
c. Pinnate
 tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut
 tidak ada kontrol struktur pada daerah landai dengan litologi bertekstur halus (
batu lanau , batu lempung ,dll )
d. Distributary bentuknya menyerupai kipas, terdapat pada kipas aluvial dan delta.
 Ubahan pola pengaliran paralel
a. Coliniar dicirikan oleh kelurusan sungai da aliran yang selang seling antara
muncul dan tidak, memanjang diantara pegunungan bukit pasir pada daerah loess
dan gunung pasir landai.
b. Subparallel kemiringan lereng sedang, dikontrol oleh subparallel, lereng litologi
dan struktur.
 Ubahan pola pengaliran trellis
a. fault trellis kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar.
menunjukan graben dan horst secara bergantian.
b. Joint trellis kontrol strukturnya adalah kekar.ditandai oleh aliran sungai yang
pendek-pendek lurus dan sejajar. joint trellis
c. Directional trellis anak sungai yang menuju sungai utama lebih panjang di satu
sisi, umumnya di daerah homoklin atau lereng pada beting pantai yang paralel.
 Ubahan pola pengaliran rectangular
a. angulate
 pola menyudut ditandai kelokan bersudut tajam , anak sungai berkelit-kelit
seperti kawat berduri.
 makna geologinya, cabang-cabang kecil sejajar dikendalikan oleh kekar pada
batuan berbutir dengan kedudukan hampir horisontal. angulate
 Ubahan pola pengaliran radial
centripetal Arah aliran menuju pusat depresi, biasanya berhubung- an dengan
kaldera. Sentripetal
3.5 Pola aliran sungai menurut umur
Sungai juga dapat diklasifikasi menurut usianya. Ada beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan umur sungai, salah satu metode yang digunakan
adalah mempertimbangkan sungai dari sudut geomorfologi. Sungai diklasifikasi
menjadi sungai tua, dewasa dan sungai muda.
Sungai muda adalah bentuk awal alur sungai. Alur terbentuk di permukaan tanah
oleh aliran air. Biasanya bentuk alur seperti “huruf V”, alur tidak beraturan dan terdiri
dari beberapa bagian, bagian tertentu mudah tererosi dan bagian lain tidak mudah
tererosi. Sebagai contoh sungai muda adalah sungai-sungai yang terletak di
pegunungan beserta anak-anak sungai yang terbentuk oleh aliran permukaan.
Sungai dewasa adalah perkembangan selanjutnya dari sungai muda, dengan sifatsifat
lembah sungai yang cukup lebar, kemiringan dasar sungai relatif flat/datar, dan
formasi tebing terbentuk dari hasil longsoran tebing sebelah hulu. Material dasar
sungai terbentuk dari material bergradasi hasil dari endapan angkutan sedimen.
Sungai dewasa mempunyai bantaran yang relatif sempit, dan biasanya meander
sungai sudah terbentuk. Dataran sungai dewasa biasanya sudah
mempunyai lebar yang cukup, sehingga ditempat tersebut lahannya sudah banyak
yang dimanfaatkan oleh masyarkat, baik untuk pertanian maupun pemukiman.
Untuk mencegah labilnya alur sungai dewasa, maka ditempat-tempat tertentu
banyak dilakukan usaha stabilisasi sungai dan perlindungan tebing sungai untuk
mencegah perubahan/ perpindahan alur sungai.
Sungai tua merupakan perkembangan selanjutnya dari sungai dewasa. Sebagai
akibat dari proses erosi dan sedimentasi yang terus menerus, lembah sungai
terbentuk dengan lebar sungai menjadi lebih lebar dan kemiringan dasar sungai
menjadi lebih landai. Meander dan panjang meander yang terbentuk masih lebih
sempit dari lembah sungainya. Ciri lain dari sungai tua adalah di kanan-kiri sungai
terbentuk tanggul alam dan banyak terbentuk rawa-rawa. Banyak terjadi anak sungai
yang terbentuk sejajar dengan induk sungainya pada jarak yang cukup panjang
sebelum bermuara kembali ke induk sungainya.

Gambar 3.9 Bentuk sungai

Anda mungkin juga menyukai