Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kuliah Lapangan
Geologi dan Geofisika
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Penyusun : Kelompok I
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kepada Allah SWT
karena atas rahmat dan karunianya laporan akhir kuliah lapangan yang berjudul
“Pemetaan Geologi Wilayah Karangsambung, Jawa Tengah, Indonesia” telah
selesai dikerjakan.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Terselesaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang sudah mendukung baik berupa bantuan ataupun do’a. Sehingga
dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya teruntuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia – Nya kepada kita
semua.
2. Ibu Dr. Dini Fitriani, MT selaku dosen pembimbing dalam Mata Kuliah
Lapangan Geologi dan Geofisika.
Akhir kata, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak dan terutama bagi yang membacanya.
Sumedang, 12 Agustus 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................11
4
4.24 Stasiun 4.3..................................................................................................33
5.1 Kesimpulan..................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Fisiografi Jawa Tengah – Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949).........4
5
Gambar 2.2. Stratigrafi Regional Zona Selatan Jawa.............................................5
Gambar 4.1 Tanah lempung yang berada di amphiteater......................................11
Gambar 4.2. Batu konglomerat (tampak dekat)....................................................12
Gambar 4.3. Perlapisan konglomerat, batupasir, dan lanau (tampak dekat).........13
Gambar 4.4. Batu gamping klastik tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)..........14
Gambar 4.5. Batu lempung pasir tampak jauh (a) dan tampak dekat (b).............15
Gambar 4.6. Instrusi diabas dan struktur kekar....................................................16
Gambar 4.7. Batuan pasir tampak jauh (a) dan batuan pasir dengan diabas (b)...17
Gambar 4.8. Batu lempung pasir gampingan di watunumpang............................18
Gambar 4.9. Perselingan batu rijang dan gamping merah pada formasi melange
tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)....................................................................19
Gambar 4.10. Batu rijang (a), batu filit (b) dan batu greywicke (c).....................20
Gambar 4.11. Lava bantal di kali mandala...........................................................21
Gambar 4.12. Foto tampak jauh batas formasi totogan dan karangsambung.......22
Gambar 4.13. Foto tampak jauh batuan basalt terbreksiasi (a) dan foto tampak
dekat batuan konglomerat (b)................................................................................23
Gambar 4.14. Perselingan gamping merah dan rijang (a), Batuan filit (b), Batuan
Graywacke (c) dan patahan yang merupakan kemenerusan dari patahan yang
berada tepat di pinggir kali Luk Ulo dan Kali Mandala (d)...................................24
Gambar 4.15. Batu lempung (a), dan pillow lava serta bolder (b).......................25
Gambar 4.16. Foto tampak jauh batuan pasir (a) dan foto tampak dekat (b).......26
Gambar 4.17. Lempung pasir gampingan tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)27
Gambar 4.18. Foto tampak jauh batuan pasir.......................................................28
Gambar 4.19. Batu lempung gampingan tampak jauh (a) dan tampak dekat (b). 29
Gambar 4.20. Foto batuan tampak dekat (a) dan foto batuan tampak jauh (b).. . .30
Gambar 4.21. Batu lempung pada formasi karangsambung.................................31
Gambar 4.22. Batu sekis mika tampak jauh (a) dan tampak dekat (b).................32
Gambar 4.23. Batu lempung bersisik tampak jauh (a) dan tampak dekat (b).......33
Gambar 4.24. Lava bantal tampak dekat (a) dan perselingan rijang gamping
merah tampak jauh (b)...........................................................................................34
Gambar 4.25. Batu serpentinit tampak jauh (a) dan tampak dekat (b).................35
6
Gambar 4.26. Singkapan batuan marmer tampak jauh (a) dan tampak dekat (b).36
Gambar 4.27. Batu gamping coral tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)...........37
Gambar 4.28. Singkapan batu pasir tampak jauh (a) dan tampak dekat (b).........37
Gambar 4.29. Foto singkapan batuan lempung dari dekat (a) dan batuan lempung
pasiran dengan struktur graded bedding (b)...........................................................38
Gambar 4.30. Batu pasir gampingan tampak jauh................................................39
Gambar 4.31. Batu lempung, pasir dan gamping.................................................40
Gambar 4.32. Proses pengandapan secara fining.................................................41
Gambar 4.33. Struktur sungai emandering...........................................................42
Gambar 4.34. Zona pengendapan lok ulo.............................................................42
Gambar 4.35. Tumpukan batuan yang terendapkan.............................................43
Gambar 4.36. Peta geologi hasil pemetaan kelompok..........................................46
DAFTAR TABEL
7
BAB I
PENDAHULUAN
1
tercampur dan terhimpun selama jutaan tahun, sehingga memiliki elemen geologi
yang kompleks. Karangsambung juga merupakan lokasi yang tepat untuk
pembelajaran langsung di lapangan untuk mengaplikasikan ilmu geologi yang
sudah dipelajari.
2
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan kuliah lapangan geologi ini dilaksanakan di UPT Balai Informasi
dan Konservasi Kebumian, Karangsambung-LIPI, Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah dengan waktu kegiatan dari tanggal 6 April 2019 sampai 12 April
2019.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
batuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi. Secara garis besar,
4
stratigrafi daerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda
(Gambar 2.2), yaitu:
5
1. Satuan Dataran Alluvium Luk Ulo
Merupakan dataran yang dipengaruhi oleh aktivitas pengendapan sungai
lokulo. Luas area dipeta sadalah 10%. Dengan tipe geomorfik sungai lokulo
dewasa menuju tua ditandai oleh banyaknya point bar, meander, sungai yang
berbentuk huruf ‘U’, serta terdapatnya dataran banjir. Sungai ini banyak
mengikis atau merombak batuan yang dilewatinya. Dengan membawa
material dari kerakal sampai lempung yang diendapkan pada point bar.
Material- material ini secara terus- menerus ditambang oleh penduduk
sekitar sehingga dapat menimbulkan ancaman lingkungan yang cukup besar.
2. Satuan Bukit Soliter
Mempunyai total luas area dipeta yaitu 1%. Daerah ini mempunyai tinggian
yang sangat berbeda dengan daerah sekitarnya. Terdiri dari 2 bukit terisolir
yaitu bukit Bujil dan Jatibungkus. Litologi daerah bukit bujil adalah basalt
sedangkan jatibungkus yaitu batu gamping. 2 bukit ini berada pada formasi
karangsambung dan bertindak menjadi fragmen didalam massa dasar
lempung.
3. Satuan Perbukitan Lipatan
Memiliki luas total 20% pada peta trsebut. Dengan litologi berupa breksi.
Mengelilingi kampus karangsambung membentuk amphiteater. Daerah
perbukitan ini terdiri dari gunung parang, gunung paras, gunung prahu,
gunung bulukuning, gunung waturanda dan gunung brujul. Perbukitan ini
sering dijadikan patokan untuk menuju kampus. Jika dilihat pada sore hari
dari wagirsambeng terlihat struktur sinklin pada gunung paras.
4. Satuan Bergelombang lemah- kuat
Memiliki luas area dipeta sekitar 40%. Dengan litologi penyusun yaitu
batulempung. Disebut bergelombang lemah kuat karena terlihat dari
kerapatan kontur yang terdapat didaerah ini. Satuan ini banyak yang
dipengaruhi oleh aliran sungai lokulo ditandai dengan banyaknya dataran
alluvial.
6
Memiliki luas area dipeta yaitu 30%, terdiri dari gunung sigelap, gunung
puncak, gunung selepa, gunung gliwang, gunung cekep yang mempunyai
ketinggian 452 mdpl. Dengan litologi batuan bancuh atau mélange lokulo.
Memiliki kemiringan yang relatif sama.
7
Miocene Awal batulempung, batupasir dan
(36,6-23,7 juta batugamping
tahun yang lalu)
4 Formasi Waturanda Miocene Awal – Batupasir vulkanik dan breksi
Miocene vulkanik
Tengah (23,7-
13 juta tahun
yang lalu)
6 Formasi Panosogan Miocene Awal – Perselingan batupasir,
Miocene batulempung, tufa, napal dan
Tengah (23,7- kalkarenit
13 juta tahun
yang lalu)
BAB III
METODE PENELITIAN
8
Untuk memudahkan peneliti melakukan penelitiannya berikut beberapa
metode yang digunakan.
9
peta topografi. Catatan hasil observasi lapangan dibuat beserta deskripsi batuan
yang ditemukan di area pemetaan. Kemudian lokasi singkapan ditentukan dengan
menggunakan kompas serta membuat sketsa singkapan dan mendokumentasikan
melalui kamera dengan skala perbandingan tertentu untuk mengetahui besar
bongkahan batuan. Selain itu juga melakukan proses resection dan intersection
untuk menentukan lokasi titik pengamatan dengan menggunakan kompas bidik.
Hasil akhir dari suatu pemetaan geologi lapangan adalah suatu peta geologi
yang menampilkan batas – batas antar formasi yang terdapat pada daerah
Karangsambung beserta penampang geologinya yang mencakup uraian dan
penjelasan dari bentuk – bentuk bentang alam atau satuan geomorfologinya,
susunan batuan atau stratigrafinya, struktur geologi yang berkembang beserta
waktu pembentukannya dan sejarah geologinya.
BAB IV
12
Gambar 4.3. Perlapisan konglomerat, batupasir, dan lanau (tampak dekat)
13
(a) (b)
Gambar 4.4. Batu gamping klastik tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
14
merupakan antiklin yang mengalami pembalikan karena adanya retakan-
retakan pada bagian puncak dan tererosi.
(a) (b)
Gambar 4.5. Batu lempung pasir tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
15
menghasilkan kekar-kekar karena batu pasir yang sebelumnya ada pada
wilayah tersebut tererosi membentuk mineral muscofit, sementara magma
yang keluar masih panas, sehingga terjadi proses pendinginan yang sangat
cepat dan magma mengkerut dan terbentuk kekar-kekar.
16
(a) (b)
17
Gambar 4.8. Batu lempung pasir gampingan di Watutumpang
18
(a) (b)
Gambar 4.9. Perselingan batu rijang dan gamping merah pada formasi melange
tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
19
berkelok. Tempat aliran sungai tersebut menabrak disebut totogan dan
terdapat batu marmer.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.10. Batu rijang (a), batu filit (b) dan batu greywacke (c)
20
antara batuan tersier yang merupakan batuan sedimen dan pra tersier yang
merupakan batuan melange.
21
Gambar 4.12. Foto tampak jauh batas formasi totogan dan karangsambung
22
(a) (b)
Gambar 4.13. Foto tampak jauh batuan basalt terbreksiasi (a) dan foto tampak
dekat batuan konglomerat (b)
23
sungai yang mengarah ke bukit yang berada di lekungan tajam pada barat
sungai Lok Ulo, yang ditandai dengan batuan yang bercampur serta rapuh
dan memiliki dip yang tidak menentu seperti pada Gambar 4.14.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.14. Perselingan gamping merah dan rijang (a), Batuan filit (b), Batuan
Graywacke (c) dan patahan yang merupakan kemenerusan dari
patahan yang berada tepat di pinggir kali Luk Ulo dan Kali Mandala
(d)
24
Deskripsi :
Stasiun ini berlokasi di Sungai Kali Mandala atau lebih tepatnya berada di
sebelah selatan sungai ditemukan batuan, yaitu jenis batuan sedimen.
Batuan sedimen yang berada di sebelah selatan ini adalah jenis batuan
lempung gampingan. Batuan lempung gampingan ini mengandung CaCO3
karena ketika ditetesi larutan HCL akan menghasilkan buih. Kemudian di
sebelah utara sungai ditemukan batuan beku berupa lava dan juga
ditemukan batuan andesit dengan ukuran yang cukup besar yang dapat
disimpulkan bahwa merupakan batas bolder seperti pada Gambar 4.15.
Pada saat berada di lokasi, kondisi cuaca cukup cerah sehingga dapat
memudahkan kami untuk menemukan singkapan.
(a) (b)
Gambar 4.15. Batu lempung (a), dan pillow lava serta bolder (b)
25
Deskripsi :
Stasiun ini terletak di sebelah timur Gunung Parang. Pada stasiun ini
terdapat intrusi diabas yang menabrak batupasir seperti pada Gambar 4.16.
Batuan intrusif adalah batuan yang proses pembekuannya berlangsung di
bawah permukaan bumi. Ukuran mineral batuan intrusif kasar dengan
ukuran antara 1 mm sampai 5 mm karena mengalami pembekuan yang
lambat. Batuan intrusif juga biasa disebut batuan plutonik. Berdasarkan
kandungan silikanya, batuan beku intrusif terbagi menjadi gabro, diorit,
granit, dan pegmatit.
(a) (b)
Gambar 4.16. Foto tampak jauh batuan pasir (a) dan foto tampak dekat (b)
26
Gambar 4.17. Singkapan batuan lempung pasir gampingan dicirikan dengan
batuan yang memiliki warna kehijauan. Di sekitar lokasi juga ditemukan
beberapa singkapan batu gamping yang menandakan bahwa lokasi ini masih
berada pada formasi Totogan. Formasi Totogan didominasi oleh batuan
gamping dan lokasinya banyak ditumbuhi oleh pohon jati yang menjulang
tinggi.
(a) (b)
Gambar 4.17. Lempung pasir gampingan tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
27
yang mengikat butiran-butiran pasir dan biasanya terdiri dari partikel matriks
yang menempati ruang antar butiran pasir.
28
(a) (b)
Gambar 4.19. Batu lempung gampingan tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
29
(a) (b)
Gambar 4.20. Foto batuan tampak dekat (a) dan foto batuan tampak jauh (b)
30
Gambar 4.21. Batu lempung pada formasi karangsambung
Stasiun ini berada di Kali Brengkok, Sadang Kulon. Pada stasiun ini terdapat
batuan sekis yang menjadi sekis mika akibat suhu dan tekanan yang tinggi
seperti pada Gambar 4.22. Batuan pada stasiun ini berwarna abu-abu terang
dan tidak mengkilap. Umur batuan ini tidak ditentukan dengan fosil,
melainkan menggunakan metode carbon dating. Batuan sekis merupakan
batuan yang berasal dari batuan lempung.
31
(a) (b)
Gambar 4.22. Batu sekis mika tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
Cuaca : Cerah
Deskripsi :
Stasiun ini berada di Kali Cacaban, Desa Seboro. Pada batuan ini ditemukan
singkapan batu lempung yang pecah-pecah seperti sisik ikan (lempung
bersisik) dengan warna hijau kehitaman dari Formasi Karangsambung
seperti pada Gambar 4.23. Pada stasiun ini, batuan lempung terkena tektonik
yang kuat. Pada stasiun ini juga ditemukan bongkahan batupasir, batu rijang,
batu gamping, dan batuan beku yang merupakan batuan ex-situ.
32
(a) (b)
Gambar 4.23. Batu lempung bersisik tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
33
(a) (b)
Gambar 4.24. Lava bantal tampak dekat (a) dan perselingan rijang gamping
merah tampak jauh (b)
34
(a) (b)
Gambar 4.25. Batu serpentinit tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
35
(a) (b)
Gambar 4.26. Singkapan batuan marmer tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
(a) (b)
36
Gambar 4.27. Batu gamping coral tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
(a) (b)
Gambar 4.28. Singkapan batu pasir tampak jauh (a) dan tampak dekat (b)
37
Strike/Dip : N 2550 E / 600
Cuaca : Cerah
Deskripsi :
Lokasi stasiun 5.1 berada pada arah tenggara kampus LIPI, atau lebih
tepatnya berada pada Kali Wuluh dengan koordinat 3540390 E dan 91653090
N. Pada lokasi ini ditemukan adanya singkapan batu lempung pasiran yang
memiliki warna kehijauan dan memiliki strike dan dip N255 0E/600 seperti
pada Gamabr 4.29. Dari sample yang telah diambil, singkapan batu lempung
ini menunjukan bahwa batuan ini tersusun secara gradded badding
ditunjukan oleh gambar (b), dimana setiap susunan lapisan dari batuannya
sangat terlihat jelas. Susunan batuan yang terlihat pada singkapan batuan ini
dari bawah keatas adalah, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus dan paling
atas adalah lempung. Keberadaan singkapan batu lempung ini memberikan
informasi bahwa pada wilayah tenggara dari kampus LIPI merupakan
formasi Karangsambung.
(a) (b)
Gambar 4.29. Foto singkapan batuan lempung dari dekat (a) dan batuan lempung
pasiran dengan struktur graded bedding (b)
38
4.30 Stasiun 5.2
Lokasi : Dakah
Koordinat : 353848; 9166276
Batuan : Pasir gampingan
Cuaca : Cerah
Deskripsi :
Stasiun ini berada di timur laut kampus LIPI Karangsambung. Singkapan
yang terdapat di stasiun ini adalah batu pasir gampingan seperti pada
Gambar 4.30. Batu pasir gampingan termasuk batuan sedimen. Batuan
sedimen merupakan batuan yang telah mengalami proses pelapukan oleh air,
udara, maupun lainnya. Batuan yang terdapat pada stasiun ini lebih dominan
batu pasir deengan selipan gamping. Warna batu pasir gampingan ini adalah
cenderung abu-abu kehitaman yang disebabkan oleh pelapukan karena cuaca
matahari.
39
dari lempung, pasir, dan gamping seperti pada Gambar 4.31. Singkapan pada
stasiun ini berada tepat di pinggir sungai sehingga cukup sulit untuk
mengambil sampel batuannya. Warna batuan ini cenderung abu-kehitaman
dengan ukuran yang cukup besar.
40
Silt
Batu pasir
Gravel
Aluvial yang terdapat di bagian hilir memiliki ciri yaitu sungainya yang
lebar karena batuannya lempung namun kedalamannya dangkal, sehingga
akan membentuk suatu meander. Sebaliknya, di bagian hulu memiliki ciri
yaitu sungainya yang lebih kecil dan membentuk seperti huruf “V” karena
erosinya mengikis lebih banyak ke arah vertikal.
Pada bagian meander ini dikontrol oleh slope, apabila slopenya kecil
maka meandernya makin besar. Di bagian hulu, kelokan sungainya kecil
namun jumlahnya banyak dan memiliki struktur braded (anyaman).
Sedangkan meander di bagian hilir, kelokan sungainya lebar namun
jumlahnya sedikit yaitu biasanya hanya satu seperti pada Gambar 4.33.
Kelokan sungai yang kecil disebut low sinusity braded, sedangkan kelokan
sungai yang besar disebut high sinusity meandering channel.
41
Gambar 4.33 Struktur sungai meandering
42
4.34 Stasiun 6.3
Pada stasiun ini terdapat daratan yang berada di tengah – tengah
sungai Luk Ulo seperti pada Gambar 4.35. Namun yang menjadi pusat
perhatian yaitu tumpukan batuan yang berada di tengah dekat dengan rakit.
Struktur yang terlihat merupakan struktur yang bertumpuk dan berlawanan
dengan arah dari arus sungai itu sendiri.
43
dengan formasi Totogan di sebelah timur ditemukan di Kali Jebug dan Kali
Wuluh dengan ditemukannya batuan lempung-gampingan di pinggiran kali.
Kemudian pada air terjun ditemukan singkapan batuan lempung dan pasir
yang diduga sebagai batas utara formasi Karangsambung dan berbatasan
dengan formasi Waturanda dengan ciri batuan pasirnya. Selain dengan
analisa batuan, formasi Karangsambung juga ditentukan berdasarkan
vegetasi dan geomorfologinya. Formasi Karangsambung memiliki
geomorfologi datar dan banyak dimanfaatkan sebagai lahan pesawahan
karena sifat batuan lempung yang kedap air.
44
Formasi Totogan ditemukan dengan mencari batuan lempung-pasir-
gampingan. Batuan dengan ciri ini ditemukan sepanjang sebelah selatan Kali
Mandala. Selain itu juga ditemukan singkapan bongkah batuan lempung-
pasir-gampingan di tengah sawah sebelah utara gunung Parang.
Kemenerusan formasi ini diduga sebagai formasi Totogan luar/utara. Untuk
formasi Totogan dalam ditemukan berupa singkapan batuan gamping dengan
ciri berlubang-lubang di tepian Kali Jebug yang menjadi batas dengan
formasi Karangsambung. Namun kami tidak menemukan keberadaan batuan
ciri formasi Totogan di bagian barat peta. Geomorfologi dari formasi
Totogan sangat mudah terlihat karena memiliki geomorfologi curam dan
vegetasinya dicirikan dengan pohon jati dan bambu yang memiliki akar
tunggang sehingga dapat menerobos batuan jenis gamping yang diketahui
berlubang-lubang sehingga keberadaan air tanahnya sangat dalam.
45
Penggabungan batas-batas tiap formasi yang ditemukan kemudian
diinterpolasi sesuai penginderaan jauh mengenai tata guna lahan dan
geomorfologinya sehingga diperoleh peta geologi lokal seperti Gambar 4.36.
46
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemetaan geologi yang telah dilakukan, maka
didapatkan batas-batas formasi yang berada di wilayah Karangsambung. Formasi-
formasi yang dipetakan antara lain Formasi Karangsambung, Formasi Waturanda,
Formasi Totogan, dan Kompleks Melange. Batas-batas Formasi Karangsambung
sebelah Barat ditemukan pada aliran sungai Luk Ulo dekat jembatan gantung
dengan ditemukannya singkapan batuan pasir dengan suksesi mengasar kebawah
yang diduga sebagai bagian dari formasi Waturanda. Pada bagian tenggara berada
di KaliSalak desa Banjarsari yang ditandai dengan adanya singkapan batuan
lempung. Batas formasi dengan formasi Totogan di sebelah timur ditemukan di
Kali Jebug dan Kali Wuluh dengan ditemukannya batuan lempung-gampingan di
pinggiran kali. Formasi Karangsambung berbatasan dengan Formasi Waturanda
pada bagian utara yang ditandai dengan batupasir. Formasi Waturanda diapit oleh
Formasi Totogan. Formasi Waturanda diketahui sebagai formasi pengisi dari
sinklin yang terbentuk pada Formasi Totogan. Sinklin ini mungkin dapat terbentuk
akibat proses geologi kompleks yang terjadi pada wilayah penelitian akibat proses
tektonik maupun sedimentasi.
47
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S. 1992. Geologic Map
Of Kebumen Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Bandung: Geologycal
Research and Development Centre
Bemmelen, R.W. Van,. 1949. The Geology of Indonesia Vol. 1 A. The Hauge :
Government Printing Office
Handoyo, Agus dkk. 2006. The Luk Ulo Karangsambung Complex of Central
Java; from Subduction to Collisional. Bandung: Intstitut Teknologi Bandung
48
49