Anda di halaman 1dari 46

GEOLOGI DAERAH SEKITAR PARAS,

KARANGSAMBUNG, JAWA TENGAH

LAPORAN AKHIR
Diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi Lapangan GL 3204
Disusun Oleh :
ANDRIAN HENDRIK SIBARANI
(12016010)
ii LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

ii
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 iii

SARI
Daerah Penelitian berada di daerah Karangsambung , Kabupaten Kebumen. Daerah
penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan dengan morfologi yang
disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang
menunjam (inclined anticline) ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang
khas ini memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-
sayap dari antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara
(G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan.
Satuan batuan pada daerah penelitian terdiri atas enam satuan batuan yakni dari tua ke
muda, Satuan batulempung berfragmen 1 yang disetarakan dengan Formasi Kompleks
Mellange Luk Ulo, Satuan batulempung berfragmen 2 yang disetarakan dengan Formasi
Karangsambung & Totogan, Satuan Intrusi Diabas , Satuan Breksi Volkanik yang disetarakan
dengan Formasi Waturanda, Satuan batupasir-batulempung yang disetarakan dengan Formasi
Penosogan dan Satuan Endapan Aluvial.
Daerah Penelitian berada pada zona simple shear yang mencakup daerah yang luas
dengan arah tegasan utama berarah Utara-Selatan . Struktur Geologi utama yang berkembang
di daerah penelitian berupa sesar, lipatan, dan kekar. Lipatan Utama terdapat di bagian tengah
amphitheatre berupa sumbu antiklin dan sumbu sinklin pada punggungan bagian utara dengan
arah sumbu barat-timur. Sesar utama terdapat di beberapa tempat berupa sesar mendatar di Kali
Mendala dan Sungai Luk Ulo yang memotong Punggungan Waturanda, sesar naik pada
kemenursan Kali Krembeng dan sesar normal pada Kali Soka.
Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai dari pengendapan satuan batulempung
berfragmen 1 di lingkungan palung laut dalam pada zona subduksi . Pada fase tektonik pertama
terjadi pengangkatan pada satuan batulempung berfragmen 1 dan selanjutnya diendapkan
secara tidak selaras diatasnya satuan batulempung berfragmen 2 pada lingkungan bathial dalam
proses yang disebut dengan olisostrom. Lalu satuan batulempung berfragme 2 diintrusi oleh
batuan beku diabas. Kemudian, satuan breksi volkanik terendapkan secara selaras pada
lingkungan laut dalam. Lalu, satuan batupasir dan batulempung terendapkan secara selaras
pada lingkungan neritik luar . Pada fase tektonik kedua terbentuk lipatan utama yang
sumbunya berarah barat-timur , dan sesar utama berupa sesar naik yang arah jurus nya tegak
lurus dengan sumbu utama. Diikuti dengan sesar normal dan sesar mendatar yang memotong
punggungan waturanda sehingga menjadi celah bagi sungai Luk Ulo untuk menembusnya.
Pada tahap akhir terendapkan endapan alluvial yang utama dibawah oleh sungai Luk Ulo yang
proses pengendapan nya masih berlangsung hingga resen.

iii
iv LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

iv
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 v

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME , atas berkat dan karunia-Nya setiap
kegiatan kuliah Geologi Lapangan di Karangsambung dapat diselesaikan dengan baik hingga
pada penyelesaian Laporan Akhir yang berjudul “Geologi Daerah Sekitar Paras ,
Karangsambung, Jawa Tengah”.
Tujuan penulisan laporan akhir ini ialah sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi
Lapangan (GL 3204) . Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan akhir ini.
Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril
maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini hingga
selesai, terutama kepada yang saya hormati:
1. Alm. Dr.Ir. Agus H. Harsolumakso yang telah membimbing kami Teknik Geologi
2016 sejak di kelas Geologi Fisik , Geomorfologi hingga pada kuliah geologi
lapangan karangsambung.
2. Bapak Dr. Ir. Chalid Idham Abdullah sebagai Koordinator kuliah geologi lapangan
Karangsambung
3. Bapak/Ibu Dosen pembimbing Kuliah Geologi Lapangan Karangsambung atas
semua ilmu dan bimbingan yang diberikan kepada kami.
4. Rekan kelompok selama pemetaan , Frans Jonathan, Theresa Tambunan,
Muhammad Rizaldi Utomo, Eka Febriani ,Seto Julianto ,Ryan atas segala
dukungan, kerjasama dan kebersamaan yang sangat melebihi ekspektasi saya pada
sebuah kelompok pemetaan.
5. Teman-teman satu angkatan Teknik Geologi ITB 2016 atas dukungan dan semangat
yang selalu diberikan setiap saat pada kegiatan di Kuliah Lapangan Karangsambung
6. Asisten-asisten yang memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan lapangan
dan menyusun setiap laporan pada kegiatan kuliah lapangan Karangsambung
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan atas bantuan nya baik dalam
melakukan kegiatan selama kuliah lapangan hingga ke penyusunan laporan akhir
ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berharap semoga Laporan Akhir ini dapat berguna bagi pihak-pihak
yang menggunakanya .
Penulis
Bandung, 12 Agustus 2019

Andrian Hendrik Sibarani

v
vi LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

vi
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 vii

DAFTAR ISI

SARI ................................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

BAB I ................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2

1.3 Lokasi Daerah Penelitian .............................................................. 2

1.4 Metode Penelitian ......................................................................... 3

1.4.1 Tahap Persiapan.................................................................................. 3

1.4.2 Tahap Pengambilan Data .................................................................... 3

1.4.3 Tahap Pengolahan Data ...................................................................... 3

1.4.4 Tahap Penyusunan Laporan ................................................................ 3

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 3

BAB II ............................................................................................................... 5

LINTASAN GEOLOGI...................................................................................... 5

BAB III .............................................................................................................. 7

GEOMORFOLOGI DAERAH PARAS .............................................................. 7

3.1 Fisiografi Regional ....................................................................... 7

3.2 Geomorfolgi daerah Paras ............................................................. 7

3.2.1 Satuan Lembah Antiklin ..................................................................... 8

3.2.2 Satuan Punggungan Sinklin ................................................................ 9

3.2.3 Satuan Punggungan Antiklin............................................................... 9

vii
viii LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

3.2.4 Satuan Lembah Homoklin .................................................................. 9

3.2.5 Satuan Perbukitan Bancuh .................................................................. 9

3.2.6 Satuan Perbukitan Intrusi ................................................................. 10

3.2.7 Satuan Dataran Aluvial .................................................................... 10

3.2.8 Satuan Punggungan Homoklin ......................................................... 11

BAB IV ............................................................................................................ 13

STRATIGRAFI DAERAH PARAS & SEKITARNYA .................................... 13

4.1 Stratigrafi Regional ..................................................................... 13

4.2 Stratigrafi Daerah Penelitian ....................................................... 14


4.2.1 Satuan Batulempung Berfragmen 1 ................................................... 15

4.2.2 Satuan Batulempung Berfragmen 2 ................................................... 15

4.2.4 Satuan Intrusi Diabas ........................................................................ 17

4.2.5 Satuan Breksi Volkanik .................................................................... 17

4.2.6 Satuan Batupasir-Batulempung ......................................................... 18

4.2.6 Satuan Endapan Aluvial .................................................................... 20

BAB V ............................................................................................................. 21

STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PARAS DAN SEKITARNYA ................ 21

5.1 Struktur Geologi Regional .......................................................... 21

5.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian ............................................ 22

5.2.1. Sesar ................................................................................................ 22

5.2.2. Lipatan ............................................................................................ 23

5.2.3 Kekar ................................................................................................ 24

BAB VI ............................................................................................................ 25

SEJARAH GEOLOGI DAERAH PARAS & SEKITARNYA .......................... 25

6.1 Sejarah Pengendapan .................................................................. 25

6.1.1 Pembentukan Satuan Batulempung Berfragmen 1 ............................. 25

6.1.2 Pembentukan Satuan Batulempung Berfragmen 2 ............................. 25

viii
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 ix

6.1.3 Pembentukan Satuan Intrusi Diabas .................................................. 25

6.1.4 Pembentukan Satuan Breksi Volkanik .............................................. 26

6.1.4 Pembentukan Satuan Batupasir-Batulempung ................................... 26

6.2 Sejarah Tektonik ......................................................................... 27


BAB VII ........................................................................................................... 29

POTENSI GEOLOGI DAERAH PARAS & SEKITARNYA ........................... 29

BAB VIII ......................................................................................................... 31

KESIMPULAN ................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33

ix
x LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

x
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Daerah lokasi pemetaan dilihat dari Google Earth ......................................................... 2

Gambar 3. 1 Fisiografi regional Jawa Tengah ( Van Bemmelen 1949), op.cit Hardiyansah, 2005 ....... 7
Gambar 3. 2 Fisiografi regional Jawa Tengah ( Van Bemmelen 1949), op.cit Hardiyansah, 2005 ....... 7
Gambar 3. 3 kenampakan Amphitheater Karangsambung dan lembah Antiklin dilihat dari Bukit Wagir
Sambeg (2 Juli 2019) .......................................................................................................................... 8
Gambar 3. 4 kenampakan lembah Antiklin dilihat dari (2 Juli 2019)................................................... 9
Gambar 3. 5 kenampakan Bukit intrusi sekitar G.Bujil ..................................................................... 10
Gambar 3. 6 Sungai Luk Ulo dan gosong pasir endapan alluvial yang dimanfaatkan warga sekitar
sebagai tambang pasir...................................................................................................................... 10

Gambar 4. 1 Stratigrafi umum daerah Lok Ulo ( modifikasi Harsolumakso et. al., 1996 dari Asikin
dkk., 1992 dalam Hadiyansyah, 2005). ............................................................................................ 13
Gambar 4. 2 a) Singkapan blok perselingan Rijang dengan barugamping merah di sungai Luk Ulo, b)
batulempung hitam tergerus sebagai matriks pada satuan batulempung berfragmen 1. c) fragmen
batuan metamorf ( batu filit). ........................................................................................................... 15
Gambar 4. 3 a) Singkapan batulempung berfragmen batugamping, di lembah antiklin karangsambung
b) batu konglomerat sebagai fragmen pada satuan batulempung berfragmen 2 yang ada di
Pasangrahan 1. c) fragmen berupa blok batugamping berukuruan hingga lebih dari 3 m yang ada di
sekitar Jatibungkus. d) batuan basalt dengan tekstur lavabantal disekitar K.Susu. ............................. 16
Gambar 4. 4 a) Singkapan intrusi Diabas yang ada disekitar G. Bujil . b) Kenampakan kekar rebah c.)
Singkapan Intrusi Diabas yang ada di sekitar G. Parang d) Efek bakar pada batulempung disekitar
G.Bujil ............................................................................................................................................. 17
Gambar 4. 5 a) Singkapan Breksi-Batupasir di tepi jalan Bukit Selaranda b) Singkapan perselingan
batupasir-batupasir breskian di sekitar G. Paras. c) Singkapan Breksi Vulkanik di sekitar G.
Bulukuning ...................................................................................................................................... 18
Gambar 4. 6 a) Singkapan perselingan batupasir-batulempung yang ada di sungai K.Gending. b)
Singkapan perselingan batupasir-batulempung yang ada di sungai K.Soka. c) Singkapan perselingan
batupasir-batulempung yang ada di sungai K.Gumarang .................................................................. 19
Gambar 4. 7 Satuan Endapan Aluvial dengan keberagaman fragmen batuan yang relatif membundar di
sungai Luk Ulo dekat daerah Pesanggrahan ..................................................................................... 20

Gambar 5. 1 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (Modifikasi Soeria-
Atmadja dkk 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996) ........................................................................ 21
Gambar 5. 2 Pola Struktur Pulau Jawa (Pulunggonno dan Martodjojo, 1994 dalam Fahmi,2007) ..... 22
Gambar 5. 3 a) kenampakan sesar menganan pada KaliGending . b) kenampakan offset dua antiklin
pada tepi kiri dan kanan sungai ....................................................................................................... 23
Gambar 5. 4 Foto udara yang memperlihatkan kenampakan amphitheater Karangsambung dan
penunjamannya .............................................................................................................................. 23
Gambar 5. 5 a) kenampakan lipatan rebah pada K.Peniron daerah Panangan . b) kenampakan lipatan
minor berupa antiklin pada kali Kedungbener.................................................................................. 24
Gambar 5. 6 a) kenampakan kekar gerus yang ada di Kali Kedungbener . b) kenampakan kekar gerus
yang ada di Tepi sungai Luk Ulo sekitar bendungan Kaligending....................................................... 24

xi
xii LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

Gambar 7. 1 a) Lokasi pertambangan breksi di sekitar Gunung Waturanda, b) Penambangan pasir di


sekitar sungai luk Ulo oleh warga sekitar karangsambung ................................................................ 29
Gambar 7. 2 Pemanfaatan sekitar lembah antiklin yang digunakan untuk areal persawahan dan
pertanian ........................................................................................................................................ 29
Gambar 7. 3 a) Keindahan alam dari puncak Gunung brujul di kawasan wisata Brujul Adventure Park.
b) Keindahan bentang alam dari Kawasan wisata Bukit Pentulu Indah sumber: www.tripzila.id ....... 30

xii
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemetaan geologi merupakan kegiatan berupa pengumpulan data dan informasi geologi
baik mengambilnya secara langsung pada daerah penelitian maupun dengan penginderaan jauh
seperti foto udara dan citra satelit . Data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah menjadi
suatu peta geologi yang dapat menggambarkan penyebaran batuan, struktur geologi , dan
kenampakan morfologi bentang alam. Hasil dari pengolahan data yang berupa peta nantinya
dapat menceritakan sejarah geologi dari daerah penelitian , potensi geologi, dan semua
informasi geologi yang dibutuhkan bagi penggunanya.
Daerah Karangsambung dan sekitarnya yang menjadi daerah penelitian salah satu
tempat yang menjadi tempat pembelajaran para geologiwan karena tersingkapnya berbagai
jenis batuan dan merupakan produk dari jalur subduksi purba pada Pre-Tersier yang
kemenerusan jalur subduksi ini dapat diamati mulai dari Ciletuh (Jawa Barat), Pegunungan
Serayu (Jawa Tengah) hingga ke Pegunungan Meratus (Kalimantan Tenggara). Kemenerusan
jalur ini disebabkan oleh proses subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng benua
Asia Tenggara. Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu
tempat tersingkap satuan batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang berumur
Kapur Akhir sampai Paleosen (Asikin, 1974; Wakita et al., 1994). Satuan batuan ini ditutupi
oleh sedimen-sedimen Paleogen, yaitu Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua
satuan batuan ini terdiri dari batulempung dengan fragmen-fragmen atau bongkah-bongkah
batuan asing yang tercampur di dalamnya, yang dianggap sebagai Olistostrom (Asikin, 1974;
Asikin et al., 1992). Secara umum satuan batuan ini mentmjukkan keadaan perlapisan yang
tidak teratur, hadirya bongkah asing (olistolit) yang beragam dan mempunyai sifat yang
bersisik (scaly) atau tergerus (sheared). Asikin (1974) menafsirkannya sebagai olisostrom ,
yang merupakan percampuran dari proses sedimentasi pelongsoran akibat gaya berat , pada
suatu cekungan yang aktif secara tektonik.
Daerah Karangsambung menjadi sebuah tantangan bagi seorang geologiwan dalam
menggali informasi dan tatanan geologi yang ada melalui pemetaan geologi. Keberagaman
jenis batuan , kompleksitas struktur dan keunikan morfologi bentang alamnya menjadi sebuah
kesatuan tatanan geologi yang menarik untuk menjadi pembelajaran bagi geologiwan terutama
bagi para pemula untuk mendapat sense seorang geologiwan. Pemetaan geologi ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman pola pikir seorang geologiwan .

1
2 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

1.2 Maksud dan Tujuan


Penelitian dan penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam
penilaian mata kuliah Geologi Lapangan (GL-3204) program studi Teknik Geologi, Fakultas
Ilmu dan Teknologi Kebumian , Institut Teknologi Bandung.
Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah memahami aplikasi ilmu dasar geologi di
lapangan, sehingga mampu melakukan pekerjaan geologi lapangan yang baku, serta mampu
membuat peta geologi suatu wilayah beserta laporan hasil pemetaannya. Mahasiswa mampu
melakukan pekerjaan geologi lapangan yang baku dan mampu membuat peta geologi suatu
wilayah beserta laporan hasil pemetaannya.

1.3 Lokasi Daerah Penelitian


Daerah Penelitian dilakukan di daerah Paras dan sekitarnya yang secara administratif
termasuk ke dalam 2 kecamatan yakni Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Sadang,
Kabupaten Kebumen , Provinsi Jawa Tengah . Sedangkan secara geografis terletak pada
koordinat 7°31’30”- 7°35’50” LS dan 109°39’30”- 109°42’45” BT dan atau dengan Proyeksi
UTM pada 352000-358000 , 9160000-9168000. Daerah Pemetaan meliputi daerah Paras dan
sekitarnya dengan luas sebesar 6 x 8 Km atau seluas 48 Km2 .

Sumber : www.earth.google.com

Gambar 1. 1 Daerah lokasi pemetaan dilihat dari Google Earth

2
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 3

1.4 Metode Penelitian


Metode penelitian terdiri dari empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengambilan data,
tahap pengolahan data dan penyusunan laporan . Skala peta yang digunakan dalam
pemetaan daerah penelitian ialah 1 : 25.000.

1.4.1 Tahap Persiapan


Pada tahap persiapan dilakukan penelitian awal yang mengacu pada peta regional, studi
literatur, serta jurnal penelitian sebelumnya yang mendukung. Selanjutnya pengamatan
pada peta topografi , foto udara atau citra satelit untuk menentukan rencana lintasan (
traverse) untuk mencari persebaran litologi serta target yang telah ditentukan.

1.4.2 Tahap Pengambilan Data


Tahap ini merupakan observasi dan perekaman data geologi di lapangan baik
menggunakan catatan lapangan, GPS, foto dengan kamera, maupun dengan aplikasi
yang tersedia pada smartphone. Pengambilan data geologi dapat dengan metode
lintasan geologi, pengukuran penampang stratigrafi maupun observasi tiap stasiun
yang tiap data nya di plot dalam peta lintasan geologi.

1.4.3 Tahap Pengolahan Data


Tahap ini merupakan analisis dari hasil perekaman data yang telah didapat dari tahap
pengambilan data. Analisis yang dilakukan menghasilkan beberapa peta berupa peta
geomorfolgi, peta lintasan, dan peta geologi daerah penelitian

1.4.4 Tahap Penyusunan Laporan


Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yaitu menyusun laporan penelitian
.Seluruh data hasil perekaman dan peta hasil pengolahan dirangkum dan disusun suatu
interpretasi berupa sintesis geologi daerah penelitian.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematikan penulisan laporan ini dibagi menjadi beberapa bagian , yaitu :

BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi daerah penelitian,
metode penelitian untuk mencapai tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Linatsan Geologi


Memuat rangkuman tentang lintasan geologi yang telah dilakukan selama pemetaan .
rangkuman memuat alur lintasan , lokasi pengamatan dan data geologi singkat yang didapat
BAB III Geomorfologi

3
4 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

Bab ini akan menguraikan fisiografi regional yang bersumber dari literatur dan
pembagian satuan geomorfologi daerah penelitian Gunung Paras
BAB III Stratigrafi
Bab ini akan membahas tentang stratigrafi regional yang bersumber dari literatur
dan stratigrafi daerah Paras, Karangsambung yang dideskripsi dan dianalisis
berdasarkan data yang didapatkan.
BAB IV Struktur Geologi
Bab ini akan membahas tentang struktur geologi daerah pemetaan pada
khususnya, yaitu daerah Gunung Paras, Karangsambung yang didasari oleh hasil
pemetaan di lapangan, analisis, dan interpretasi data penulis.
BAB V Sejarah Geologi
Bab ini akan membahas tentang sejarah geologi daerah pemetaan pada
khususnya, yaitu daerah Gunung Paras, Karangsambung yang didasari oleh hasil
pemetaan di lapangan, analisis, dan interpretasi data penulis.
BAB VI Potensi
Bab ini akan membahas tentang potensi daerah pemetaan pada khususnya, yaitu
daerah Gunung Paras, Karangsambung yang didasari oleh hasil observasi potensi
di lapangan pada saat melakukan pemetaan geologi
BAB VII Kesimpulan
Bab terakhir ini akan mencakup kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dipaparkan dalam laporan berdasarkan pengamatan observasi, analisis, dan
interpretasi dari pemetaan yang dilakukan penulis pada daerah pemetaan khusus,
Gunung Paras, Karangsambung.

4
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 5

BAB II
LINTASAN GEOLOGI
Pengambilan dan perekaman data geologi dilakukan selama total 14 hari pemetaan ,
dimana 2 hari merupakan pra-pemetaan yang masih dibimbing oleh dosen dan 12 hari
pemetaan mandiri. Dalam memetakan daerah penelitian , kelompok pemetaan yang tebentuk
terdiri dari 7 orang. Menelusuri lintasan tegak lurus dengan jurus lapisan dilakukan untuk
mencari perbedaan jenis litologi yang ada dan menelusuri lintasan searah dengan jurus lapisan
untuk mencari persebaran litologi tersebut. Berikut merupakan ringkasan lintasan geologi dari
hari pertama pra-pemetaan hingga hari terakhir pemetaan.
Kode Hari/Tanggal Lokasi Observasi Keterangan
4-WL-X Kamis/ K.Welaran-Jatibungkus- -Litologi : Batulempung
4 Juli 2019 G.Waturanda-Bendungan berfragmen, basalt, perselingan
K.Gending batupasir-breksi, perselingan
batupasir-batulempung
5-U-X Jumat/ Karangtengah-K.Warak- -Litologi : Batulempung
5 Juli 2019 K.Bengkong-K.Curug Berfragmen , perselingan
batupasir-breksi
- Struktur Slump , Antiklin
Karangsambung
6-KS-X Sabtu/ Watulawang- Tebing selatan -Litologi : Batulempung
6 Juli 2019 Paras- G.Bujil-K.Pelikon Berfragmen, batupasir
,perselingan batupasir-breksi,
diabas
-Intrusi diabas
7-P-X Minggu/ Plabanan - K.Dadap - -Litologi : Batulempung
7 Juli 2019 K.Gesing - Pencil- Berfragmen ,perselingan
G.Kembang-K. Tilampok batupasir-breksi, diabas,
basalt, batugamping
8-J-X Senin/ Gamel – K.Jembling – Tebing -Litologi : Batulempung
8 Juli 2019 Utara G.Paras – Desa Totogan berfragmen, Diabas,
perselingan batupasir- breksi
9-G-X Selasa/ K.Gending – Bukit Selaranda -Litologi : Perselingan
9 Juli 2019 – K.Jaya –K. Krembeng batupasir-batulempung,
perselingan batupasir-breksi
volkanik
- Slump , sesar naik krembeng
10-PK-X Rabu/ Pekalongan- K. kedungbener – -litologi : Perselingan
10 Juli 2019 Karangcengis – K. Krembeng batupasir-batulempung,
kalkarenit
-Sesar normal kemenerusan
K.Soka
11-KS-X Kamis/ Pekalongan – Kali Soka – -Litologi : Perselingan
11 Juli 2019 Eragombong – K.Gumarang batupasir-batulempung ,
perselingan batupasir-breksi
volkanik
12-KD-1 Jumat/ Jatibungkus – G.Gedog – -Litologi : Batugamping
12 Juli 2019 G.Bulukuning – Bedahan – terumbu, batupasir, breksi
K.Desa

5
6 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

volkanik, batulempung
berfragmen, basalt,
- Antiklin Karangsambung
13-BU-X Sabtu/ K.Terus – K.Penggung – - Litologi : Breksi Volkanik,
13 Juli 2019 Brujul – K. Peniron - Gayam Batupasir, perselingan
batupasir-batulempung, Tufa
- Sesar Naik kemeneursan
Krembeng
14-LU-X Minggu/ Bendungan K.Gending – -Litologi : Perselingan
14 Juli 2019 Clebak – Karanggude – K. batupasir-batulempung ,
Curugmuncar – K. Kandangan batupasir, breksi volkanik,
– K.Larangan - Pasangrahan konglomerat
15-ML- Senin/ Binangun – K. Sembir- Bukit -Litologi : Filit, Sekis ,
X 15 Juli 2019 Pagerbako – Trenggulun Kidul perselingan rijang-gamping
– Karangmangu merah, basalt, batupasir,
batulempung berfragmen ,
16-MA- Selasa/ K. Mandala- Parang –K. Jebug -Litologi : Batulempung
X 16 Juli 2019 - berfragmen, basalt, diabas ,
perselingan batupasir-
batulempung
- Sesar mendatar Kali mandala
17-TO-X Rabu/ Desa Totogan – Bukit Pentulu -Litologi : Serpentinite ,
17 Juli 2019 Indah Diabas

6
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 7

BAB III
GEOMORFOLOGI DAERAH PARAS
3.1 Fisiografi Regional
Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di
timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan
wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong.
Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan
Serayu Selatan ( Van Bemmelen, 1949 ) dan merupakan bagian dari cekungan Jawa tengah
bagian selatan yang diklasifikasikan sebagai cekungan depan busur yang dibatasi oleh
tinggian Gabon da Karangbolong di bagian Barat, tinggian Progo di bagian Timur serta
Antiklinorium Bogor di bagian Utara.

Gambar 3. 1 Fisiografi regional Jawa Tengah ( Van Bemmelen 1949), op.cit Hardiyansah, 2005

Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan morfologi yang disebut
sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam
Gambar 3. 2 Fisiografi regional Jawa Tengah ( Van Bemmelen 1949), op.cit Hardiyansah, 2005
(inclined anticline) ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini
memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari
antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras)
dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan.
3.2 Geomorfolgi daerah Paras
Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan
proses yang membentuknya yang dapat meliputi baik proses endogen maupun proses eksogen.
Bentang alam pada daerah karangsambung dan sekitarnya terdiri atas lembah, punggungan,

7
8 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

perbukitan, dan dataran . Pola bentang alam pada daerah karangsambung membentuk suatu
lembah yang dikenal dengan amphitheater . Bentukan amphitheater ini merupakan lembah
yang berbenutk seperti tapal kuda yang membuka kearah barat. Di sekeliling lembah ini
terdapat punggungan memiliki pola kerapatan kontur yang relatif lebih rapat dari lembah yang
berada di tengahnya. Kontrol struktur berupa pelipatan dan sesar merupakan control dominan
dalam bentukan amphitheater . Pelipatan ini menyebabkan bentukan bentang alam berupa
antiklinorium dengan punggungan antklin diselatan daerah penelitian (daerah waturanda) dan
punggungan sinklin di daerah paras dan sekitarnya.

Gambar 3. 3 kenampakan Amphitheater Karangsambung dan lembah Antiklin dilihat dari Bukit Wagir Sambeg (2 Juli 2019)

Pada Geomorfologi daerah Paras tampak kontur yang relatif rapat mengelilingi kontur
yang lebih renggang. Kontur yang rapat mengindikasikan komponen litologi penyusun berupa
batuan yang lebih resisten terhdap pelapukan dibanding dengan daerah dengan pola kontur
yang lebih renggang. Selain dari punggungan dengan pola kontur yang rapat, terdapat beberapa
pola kontur yang membentuk daerah terisolasi yang mengindikasikan litologi yang lebih
resisten dibanding litologi sekitarnya. Tahapan geomorfik pada daerah penelitian dikontrol
oleh struktur geologi , litologi , proses erosi dan sedimentasi. Baik berupa proses konstruktif
maupun proses yang bersifat destruktif. Keseluruhan tahapan geomorfik ini membagi daerah
penelitian menjadi 8 satuaan geomorfologi yaitu , Satuan Lembah Antiklin, Satuan
Punggungan Sinklin, Satuan Punggungan Antiklin, Satuan Lembah Homoklin, Satuan
Perbukitan Bancuh, Satuan Perbukitan Intrusi, Satuan Dataran Aluvial,dan Satuan
Punggungan Homoklin

3.2.1 Satuan Lembah Antiklin


Satuan ini menempati 40% daerah penelitian. Satuan ini berada di tengah daerah penelitian
yang dikelilingi oleh punggungan sinklin dan punggungan antiklin. Morfologi pada daerah ini
dicirikan dengan pola kontur yang renggang atau landai. Ketinggian sekitar 63-95 m. Sungai
secara umum berpola Trellis akibat dari struktur berupa antiklin. Pada tengah satuan lembah
ini terdapat perubahan kemiringan dari yang arah kemiringan kearah utara menjadi arah selatan
yang diindikasikan sebagi sumbu utama lipatan. Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan
pelapukan . Litologi yang terdapat pada satuan ini berupa batulempung berfragmern .

8
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 9

Gambar 3. 4 kenampakan lembah Antiklin dilihat dari (2 Juli 2019)

3.2.2 Satuan Punggungan Sinklin


Satuan ini menempati 15% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian utara daerah
penelitian. Morfologi pada daerah ini dicirikan dengan pola kontur yang rapat atau terjal.
Ketinggian sekitar 210-522 m. Sungai secara umum berpola Trellis akibat dari struktur berupa
sinklin. Pada tengah satuan lembah ini terdapat perubahan kemiringan dari yang arah
kemiringan kearah selatan menjadi arah utara yang diindikasikan sebagi sumbu sinklin lipatan.
Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan pelapukan . Litologi yang terdapat pada satuan
ini berupa breksi dan batupasir .
3.2.3 Satuan Punggungan Antiklin
Satuan ini menempati 20% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian selatan dari satuan
lembah antiklin. Morfologi pada daerah ini dicirikan dengan pola kontur yang rapat atau terjal.
Ketinggian sekitar 202-428 m. Sungai secara umum berpola Trellis akibat dari struktur berupa
punggungan antiklin. Kemiringan dari punggungan ini memiliki arah kea rah selatan.. Proses
eksogen yang terjadi berupa erosi dan pelapukan . Litologi yang terdapat pada satuan ini berupa
breksi dan batupasir .
3.2.4 Satuan Lembah Homoklin
Satuan ini menempati 5% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian paling utara dari
daerah penelitian. Morfologi pada daerah ini dicirikan dengan pola kontur yang renggang atau
landai. Ketinggian sekitar 180-205 m. Sungai secara umum berpola Trellis akibat dari struktur
berupa lipatan. Pada lembah ini kemiringan relatif hanya pada satu arah yakni kearah selatan
(homoklin) . Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan pelapukan . Litologi yang terdapat
pada satuan ini berupa batulempung berfragmern
3.2.5 Satuan Perbukitan Bancuh
Satuan ini menempati 5% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian barat laut dari daerah
penelitian. Morfologi pada daerah ini dicirikan dengan pola kontur yang bancuh atau tidak
teratur. Ketinggian sekitar 78-181 m. Sungai secara umum berpola radial namun tidak terlalu
tampak jelas akibat dari pola kontur yang tidak teratur. Pada lembah ini kemiringan lereng
menyebar secara tidak teratur ke berbagai arah . Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan
pelapukan . Litologi yang terdapat pada satuan ini merupakan campuran dari berbagai litologi
baik yang bersifat resisten seperti batuan metamorf dan beku ( filit, sekis, kuarsit ,dan basalt)
maupun batuan yang kurang resisten seperti batulempung.

9
10 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

3.2.6 Satuan Perbukitan Intrusi


Satuan ini menempati 5% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian tengah antar satuan
perbukitan bancuh dan satuan punggungan sinklin. Morfologi pada daerah ini dicirikan dengan
pola kontur yang relating rapat atau terjal. Ketinggian sekitar 156-273 m. Pola Sungai secara
umum hanya menuruni lereng tanpa membuat cabang sehingga tidak menunjukkan pola yang
khusus. Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan adanya gangguan manusia berupa
pertambangan batuan beku . Litologi yang terdapat pada satuan ini merupakan batuan beku
diabas yang berupa intrusi korok dan sill.

Gambar 3. 5 kenampakan Bukit intrusi sekitar G.Bujil

3.2.7 Satuan Dataran Aluvial


Satuan ini menempati 5% daerah penelitian. Satuan ini berada di sepanjang sungai Luk Ulo .
Morfologi berupa dataran rendah dengan kemiringan hanya berkisar 0-5°. Ketinggian sekitar
30-63 m. Pola Sungai secara umum ialah berkelok-kelok (meandering).Aliran air cukup
rendah, pada beberapa titik terdapat gosong-gosong pasir. Pengendapan intensif ini
menunjukkan tahapan geomorfik yang terjadi pada satuan ini termasuk pada tahap geomorfik
dewasa. Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan adanya gangguan manusia berupa
pertambangan pasir . Litologi yang terdapat pada satuan ini merupakan material lepas-lepas
baik berupa batuan metamorf, beku dan sedimen.

Gambar 3. 6 Sungai Luk Ulo dan gosong pasir endapan alluvial yang dimanfaatkan warga
sekitar sebagai tambang pasir

10
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 11

3.2.8 Satuan Punggungan Homoklin


Satuan ini menempati 8% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian paling selatan dari
daerah penelitian. Morfologi pada daerah ini dicirikan dengan pola kontur yang cukup rapat
dengan arah dip slope kearah selatan. Ketinggian sekitar 150-202 m. Sungai tidak memiliki
pola secara umum. Pada lembah ini kemiringan relatif hanya pada satu arah yakni kearah
selatan (homoklin) . Proses eksogen yang terjadi berupa erosi dan pelapukan . Litologi yang
dominan terdapat pada satuan ini berupa perselingan batupasir dan batulempung.

11
12 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

12
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 13

BAB IV
STRATIGRAFI DAERAH PARAS & SEKITARNYA
4.1 Stratigrafi Regional

Gambar 4. 1 Stratigrafi umum daerah Lok Ulo ( modifikasi Harsolumakso et. al., 1996
dari Asikin dkk., 1992 dalam Hadiyansyah, 2005).

Dalam skala regional, geologi daerah Karangsambung terkelompokkan dalam sub-cekungan


Banyumas (Banyumas Sub-Basin) yang tersusun atas berbagai formasi batuan dengan umur
pembentukan yang bervariasi dari zaman Creta-Paleosen akhir hingga zaman Holosenpada
periode Kuartener. Secara garis besar, geologi Karangsambung tersusun oleh berbagai macam
jenis batuan dengan struktur geologi yang kompleks. Kekomplekkan kondisi geologi
disebabkan karena daerah ini merupakan tempat penunjaman/subduksi antara lempeng
sumudera Hindia, Australia dengan lempeng benua Eurasia pada zaman Kapur — Eosen.
Stratigrafi daerah ini dimulai dari batuan tertua di Jawa yang mengalami pengangkatan dan
erosi maksimal sehingga muncul di kawasan Karangsambung. Menurut Asikin (1994)
stratigrafi daerah ini meliputi Komplek Melange Luk Ulo, Formasi Totogan-Karangsambung,
Formasi Waturanda, Formasi Penosogan, dan Formasi Halang.
4.1.1 Kompleks Melange Lok Ulo
Berbagai macam bongkah yang tercampur secara tektonik dalam masa dasar serpih hitam.
Bongkah –bongkah tersebut berupa grauwacke, sekis amfibol, mika, galukofan dan filit ,

13
14 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

serpentinit , gabrro , lava bantal bersusunbasal dan rijang radiolarian sebagai kepungan
tektonik.
4.1.2 Formasi Karangsambung
Merupakan formasi yang terdiri atas batulempung berstruktur sisik dengan bongkah
batugamping, konglomerat, batugamping dan basal. Dalam formasi ini ukuran bongkah dapat
berukuran sangat besar seperti pada Jatibungkus berupa batugamping . bongkah –bongkah ini
dinamakan olistolit yang merupakan produk dari olisostrom.
4.1.3 Formasi Totogan
Merupakan formasi degan litologi berupa Breksi dengan komponen batulempung, batupasir,
batugamping dan basal, masa dasar batulempung bersisik
4.1.4 Formasi Waturanda
Litologi pada bagian bawah berupa batupasir kasar, makin keatas berubah menjadi breksi
dengan komponen andesit ; basal dan masa dasar batupasir, tuf. Sebelum formasi Waturanda
terendapkan terdapat anggota tuf formasi waturanda yang terdiri dari perselingan tuf kaca, tuf
Kristal, batupasir gampingan, dan napal tufan.
4.1.5 Formasi Penosogan
Formasi ini diendapakan secara selaras diatas formasi waturanda . Formasi ini terdiri dari
perselingan batupasir gampingan, batulempung , tuf, napal, dan kalkarenit, dipengaruhi arus
turbid.
4.1.6 Endapan Aluvial

Endapan ini memiliki umur Holosen dan pembentukannya teru berlangsung hingga sekarang

4.2 Stratigrafi Daerah Penelitian


Satuan stratigrafi daerah Paras dan sekitarnya tersusun atas 6 satuan batuan tidak resmi
berurutan dari tua ke muda , yakni :
1. Satuan Batulempung Berfragmen 1
2. Satuan Batulempung Berfragmen 2
3. Satuan Intrusi Diabas
4. Satuan Breksi Volkanik
5. Satuan Batupasir-Batulempung
6. Satuan Endapan Aluvial

14
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 15

4.2.1 Satuan Batulempung Berfragmen 1


Satuan Lempung Berfragmen 1 merupakan satuan yang paling tua dan tersingkap dibagian
barat laut peta, yaitu di sekitar Bukit Pagerbako. Litologi berupa Batulempung hitam tergerus
dengan fragmen berupa blok-blok batuan yang terdiri dari :
-batupasir; abu-abu gelap , ukuran butir pasir halus dengan matriks pasir sangat halus, sangat
kompak
-Basalt; berwarna abu gelap mengalami breksiasi (monomik)
-Batuan metamorf berupa filit, sekis, kuarsit, dan serpentinit
-Rijang ; wanra merah kecokelatan , hadir dalam perselingan dengan batugamping merah

A Gambar 4. 2 a)
Singkapan blok perselingan
Rijang dengan barugamping
merah di sungai Luk Ulo, b)
batulempung hitam tergerus
sebagai matriks pada satuan
batulempung berfragmen 1. c)
fragmen batuan metamorf ( batu
filit).

B C

Satuan Lempung Berfragmen 1 memiliki hubungan stratigrafi yang tidak selaras dengan satuan
batulempung diatasnya. Terdapat struktur breksiasi, boudin, slickenside pada filit dan rijang,
dan juga ditemukan urat – urat kalsit pada rijang.
Dari litologi bongkah penysunnya seperti rijang dan batugamping merah, satuan ini
terendapkan di lingkungan laut dalam, yaitu pada palung zona subduksi yang memungkinkan
terbentuknya endapan mellange. Satuan ini memiliki umur relatif yang paling tua. Berdasarkan
ciri litologi, satuan ini disetarakan dengan Formasi Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur
Kapur Atas – Paleosen (Harsolumakso dkk, 1996).

4.2.2 Satuan Batulempung Berfragmen 2


Satuan batuan ini berumur relatif lebih muda dari satuan batulempung berfragmen 1 dan
diendapkan secara tidak selaras diatasnya. Satuan batuan ini dapat disetarakan dengan Formasi
Karangsambung dan Totogan. Litologi terdiri atas Batulempung berfragmen berwarna abu-abu
, bertekstur scaly dengan fragmen berukuran kerikil sampai dengan bongkah, berupa :

15
16 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

- Batugamping ;putih kelabu, massif –berlapis tebal


- Basalt , abu-abu gelap , massif afanitik dibeberapa tempat terdapat struktur lava bantal ,
amygdaloidal kalsit dan rijang, terbresksiasi.
- konglomerat ; abu terang , polimik, ukuran butir kerikil –kerakal , berupa litik , kuarsa ,rijang,
basalt, dalam matriks berupa pasir menengah sampai dengan kasar.
- dan batupasir sebagai sisipan
Endapan batulempung yang sangat tebal ini membutuhkan sebuah ruang yang sangat luas dan
mekanisme endapan berupa suspensi . Sehingga, kemungkinan satuan batuan ini diendapkan
di lingkungan laut dalam dengan bongkah-bongkah yang ada didalamnya disebut sebagai
olistolit dalam endapan olisostrom. Yang ditafsirkan sebagai percampuran dari proses
sedimentasi pelongsoran akibat gaya berat, pada suatu cekungan yang aktof secara tektonik
(Harsolumakso dkk, 1996)

A B

C D

Gambar 4. 3 a) Singkapan batulempung berfragmen batugamping, di lembah antiklin karangsambung b) batu konglomerat
sebagai fragmen pada satuan batulempung berfragmen 2 yang ada di Pasangrahan 1. c) fragmen berupa blok batugamping
berukuruan hingga lebih dari 3 m yang ada di sekitar Jatibungkus. d) batuan basalt dengan tekstur lavabantal disekitar
K.Susu.

16
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 17

4.2.4 Satuan Intrusi Diabas


Satuan batuan ini berada pada sekitar G. Parang, G. Bujil hingga ke bagian utara ke Jembling
dan K. Kayen. Litologi yang dapat diamati pada satuan ini ialah Diabas dan pada beberapa titik
juga dijumpai batuan basalt didekat satuan batuan intrusi diabas ini. Bentuk geometri yang
dapat diamati terlihat jelas melalui kekar tiang pada dike di G. Parang dan bentukan sill yang
ditunjukkan oleh kekar rebah pada G.Bujil. Kenampakan efek bakar ditemukan pada beberapa
lokasi ,diantarnya pada K.Jebug, Kali Mandala, G.Parang, G.bujil, dan sekitaran Jembling.
Kontak bakar ini ditemukan pada satuan batulempung berfragmen 1 dan 2. Sehingga
disimpulkan Satuan Intrusi Diabas ini menerobos Satuan Batulempung Berfragmen 1 dan 2
dan berumur relative lebih muda dari keduanya.

A B

C D

Gambar 4. 4 a) Singkapan intrusi Diabas yang ada disekitar G. Bujil . b) Kenampakan kekar rebah c.) Singkapan
Intrusi Diabas yang ada di sekitar G. Parang d) Efek bakar pada batulempung disekitar G.Bujil

4.2.5 Satuan Breksi Volkanik


Satuan batuan ini diendapkan secara selaras diatas satuan batulempung berfragmen 2. Satuan
batuan ini tersebar pada perbukitan yang mengelilingi lembah antiklin atau amphitheater
karangsambung. Litologi berupa Perselingan breksi dan batupasir breksi, coarsening upward
dan thickening upward pada breksi.
- Breksi ; abu gelap , ukuran fragmen kerakal hingga bongkah, menyudut hingga menyudut
tanggung, sortasi buruk, kemas terbuka, fragmen berupa basalt (porfiritik, vesikuler) juga
basalt afanitik dengan matriks batupasir ukuran pasir menengah , sortasi buruk, kemas tertutup,
porositas baik, terdiri dari litik , kuarsa, basalt, feldspar.
Lingkungan pengendapan satuan ini berada di dekat suatu lereng atau slope melalui mekanisme
arus turbidit pada lingkungan laut dalam yakni sub-marine fan. Fragmen pada batuan breksi

17
18 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

berupa batuan volkanik seperti basalt. Hal ini mengindikasikan suatu lingkungan yang dekat
dengan sumber gunung api bawah laut. Satuan ini disetarakan dengan Formasi Waturanda yang
berumur Miosen Awal – Tengah (Asikin, 1974 dalam Hadiyansyah, 2005).

A
B

Gambar 4. 5 a) Singkapan Breksi-Batupasir di tepi jalan Bukit Selaranda b) Singkapan perselingan batupasir-
batupasir breskian di sekitar G. Paras. c) Singkapan Breksi Vulkanik di sekitar G. Bulukuning

4.2.6 Satuan Batupasir-Batulempung


Satuan Batupasir-Batulempung diendapkan secara selaras diatas satuan Breksi Volkanik.
Satuan batuan ini tersebar cukup luas di selatan dari punggungan waturangda, meliputi
Pekalongan, Eragombong, Kaligending, Kalijaya, hingga Gayam. Litologi satuan batuan ini
berupa Perselingan batupasir- batulempung , thining upward dan fining upward pada batupasir.

- Batupasir, abu terang , ukuran butir pasir halus hingga sangat halus, porositas baik,
membundar tanggung hingga membundar, kemas tertutup, sortasi baik, porositas baik,
bioturbasi , parallel lamination, cross lamination, convolute, load cast & graded bedding, semen
karbonatan.
-batulempung , abu gelap , semen karbonatan, ketebalan 0.5-2 meter.
-kalkarenit , hadir sebagai sisipan pada bagian atas, putih kecokelatan , ukuran butir pasir halus,
semen karbonatan, kompak.
Pada beberapa tempat banyak dijumpaistruktur sedimen yang mencirikan endapan dengan
sikuen bouma . Sekuen Bouma merupakan indikasi dari endapan yang terbentuk melalui
mekanisme aus turbidit. Struktur sedimen berupa slump juga dapat dijumpai pada beberapa
lokasi seperti pad Kali Soka, Kaligending, Kalijaya dan K.Krembeng. Melalui sturktur sedimen

18
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 19

dan kandungan semen karbonatan pada batuan diduga lingkungan pengendapan satuan ini
yakni pada neritic luar.

B
A

Gambar 4. 6 a) Singkapan perselingan batupasir-batulempung yang ada di sungai K.Gending. b) Singkapan perselingan
batupasir-batulempung yang ada di sungai K.Soka. c) Singkapan perselingan batupasir-batulempung yang ada di sungai
K.Gumarang

19
20 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

4.2.6 Satuan Endapan Aluvial


Satuan ini merupakan satuan yang berumur paling muda dan diendapkan secara tidak selaras
diatas satuan batupasir-batulempung. Penyebaran utama satuan ini terdapat pada sekitaran
sungai Luk Ulo yang merupakan tipikal sungai bermeander. Proses pengendapan dari satuan
ini masih berlangsung hingga sekarang. Litologi dari satuan berupa material lepas-lepas dengan
fragmen sangat beragam , ukuran kerikil hingga bongkah . Fragmen yang dapat dijumpai
berupa basalt , andesit , batupasir, batulempung, kuarsit ,sekis, filit, batugamping ,
konglomerat dan rijang.

Gambar 4. 7 Satuan Endapan Aluvial dengan keberagaman fragmen batuan yang relatif membundar di sungai Luk Ulo dekat
daerah Pesanggrahan

20
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 21

BAB V
STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PARAS DAN SEKITARNYA
5.1 Struktur Geologi Regional
Struktur di daerah Karangsambung tempat batuan Pra-Tersier dan tersingkap , dapat dibedakan
adanya dua pola struktur utama, yaitu yang arahnya timur laut-barat daya dan barat-timur. Pola
yang berarah timur laut- barat daya merupakan batuan pre tersier yang terdiri dari kompleks
mélange yang berumur kapur atas –Paleosen (Sukendar Asikin, 1974) . Hubungan antara satu
batuan dengan yang lainnya memiliki lingkungan dan genesa pembentukan berbeda yang terdapat
di mélange, umumnya berupa sesar yang berarah timur laut-barat daya atau kea rah Meratus, Pola
yang berarah barat-timur terdiri dari pelipatan dan sesar, dan umumnya melibatkan batua berumur
tersier.

Gambar 5. 1 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (Modifikasi Soeria-Atmadja dkk 1994 dan
Simanjuntak & Barber 1996)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola yang arahnya timur laut – barat daya sangat
dominan di bagian timur Jawa Tengah ini, merupakan jejak tektonik Kapur-Paleosen yang berbentuk
jalur subduksi akibat interaksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Mikro Sunda . Jalur
tersebut juga merupakan kelanjutan dari jalur subduksi yang tersingkap di Ciletuh Jawa Barat.

Subduksi yang terjadi pada daerah Karangsambung terjadi pada dua tahap, yakni:

1. Zaman Kapur Akhir –Pliosen

Kejadian proses subduksi mempunyai struktru-struktur geologi yang mempunyai arah barat
daya- timur laut yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Meratus (Gambar 5.1). Struktur ini

21
22 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara Lempeng Eurasia dengan mikrokontinen
yang berasal dari Lempeng Indo-Australia.

2. Zaman Tersier

Proses subduksi yang terjadi di zaman ini mempunyai arah barat-timur .Proses yang tejadi di
zaman ini merupakan zona subduksi yang baru atau bisa dibilang masih berlangsung hingga
sekarang. Proses subduksi terjadi setelah proses subduksi yang pertama (pada Zaman Kapur
Akhir _Pliosen ) ini telah berhenti (tidak ada lagi kegiatan tektonik ) yang lebih dikenal
dengan sebutan Pola Jawa (Gambar. 5.1) . Pembentukan struktur Geologi ini terbentuk di
bagian selatan dari zona subduksi yang pertama.

Gambar 5. 2 Pola Struktur Pulau Jawa (Pulunggonno dan Martodjojo, 1994


dalam Fahmi,2007)

5.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian


Struktur geologi yang berkembang pada derah Paras dan sekitarnya dapat dibagi
menjadi dua fasa deformasi yaitu deformasi brittle yang menghasilkan struktur sesar dan kekar,
serta deformasi ductile yang mneghasilkan struktur lipatan. Kemiringan lapisan yang variatif
pada daerah pemetaan juga merupakan hasil dari aktivitas tektonik pada daerah ini. Struktur
utama pada daerah ini adalah Antiklin Karangsambung, Sesar Mengiri K.Mandala, Sesar Naik
krembeng, dan sesar turun menganan K.Soka . Sesar-sesar mendatar yang berarah relatif Timur
Laut-Barat Daya dan Barat Laut-Tenggara serta sesar naik dengan arah relatif Barat-Timur
menunjukkan daerah pemetaan mengalami deformasi dengan rezim kompresional dan
memiliki arah tegasan utama Utara-Selatan.
5.2.1. Sesar
Data sesar yang dipakai pada daerah pemetaan adalah data sesar-sesar minor yang
digabungkan untuk mendapatkan arah tegasan utam dan sesar utama yang dianalisis kemudian
dengan bukti kenampakan di lapangan. Sesar- sesar minor yang berkembang di daerah
penelitian didukung dengan adanya struktur gores-garis pada suatu bidang sear (slickenside) ,
maupun keterdpatan offset minor di lapangan.

22
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 23

A B

Gambar 5. 3 a) kenampakan sesar menganan pada KaliGending . b) kenampakan offset dua antiklin pada tepi kiri dan kanan
sungai

5.2.2. Lipatan
Kenampakan struktur perlipatan berupa antiklin dan sinklin baik itu berukuran kecil
hingga besar. Salah satu yang berukuran raksasa adalah kenampakan antiklin Karangsambung.
Antiklin Karangsambung pada anilisi geomorfologi Nampak terlihat pada scarp slope-dip
slope dan gawir yang menunjukkan kenampakan saling berlawanan dari scarp slope.
Interpretasi peta geomorfologi telah dibuktikan dengan data lapangan yaitu terdapat perubaha
kemiringan lapisan pada batuan pada bagian utara dan selatan gawir di daerah penelitian.
Antiklin Karangsambung memiliki sumbu antiklin yang memanjang dari Barat hingga Timur
dan menunjam kea rah Timur.

Gambar 5. 4 Foto udara yang memperlihatkan kenampakan amphitheater Karangsambung dan penunjamannya

23
24 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

Selain Antiklin pada lembah amphitheater , pada bagian selatan antiklin Karangsambung ,juga
ditemukan lipatan minor di beberapa lokasi pemetaan daerah Waturanda yang diinterpretasikan
akibat adanya rezim kompresional sehingga menghasilkan sesar naik. Lipatan-Lipatan minor
ini dapat diamati pada kemenrusan kali Krembeng, kali Soka, dan Kali Kedungbener.

A B

Gambar 5. 5 a) kenampakan lipatan rebah pada K.Peniron daerah Panangan . b) kenampakan


lipatan minor berupa antiklin pada kali Kedungbener

5.2.3 Kekar
Pada daerah penelitian ditemukan selain perlipatan dan sesar ditemukan struktur berupa
kekar-kekar yang berkembang . Kekar gerus yang berkembang pada daerah penelitian
merupakan struktur penyerta pada beberapa indikasi sesar yang ditemukan di daerah penelitian.

B
A

Gambar 5. 6 a) kenampakan kekar gerus yang ada di Kali Kedungbener . b) kenampakan kekar gerus yang ada di Tepi sungai Luk Ulo sekitar
bendungan Kaligending

24
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 25

BAB VI
SEJARAH GEOLOGI DAERAH PARAS & SEKITARNYA
Gambaran umum sejarah geologi daerah Paras diperoleh berdasarkan data-data geologi
meliputi data di lapangan, interpretasi dan penafsiran, serta data sekunder berupa ciri litologi,
umur dan lingkungan pengendapan, serta pola suruktur dan mekanisme pembentukannya
dalam suatu kerangka ruang dan waktu. Berdasarkan data stratigrafi yang diperoleh, urutan
satuan batuan tidak resmi dari yang lebih tua ke muda adalah Satuan Batulempung Berfragmen
1, Satuan Batulempung Berfragmen 2, Satuan Intrusi Diabas, Satuan Breksi Vulkanik, Satuan
Batupasir-Batulempung dan Satuan Endapan Aluvial.

6.1 Sejarah Pengendapan


6.1.1 Pembentukan Satuan Batulempung Berfragmen 1
Satuan lempung berfragmen 1 menjadi batuan dasar dalam urut – urutan stratigrafi.
Satuan lempung berfragmen 1 ini terendapkan di lingkungan laut dalam, yaitu pada palung
zona subduksi. Adanya subduksi ini memungkinkan terbentuknya suatu endapan massa batuan
yang tercampuradukkan secara tektonik, yang disebut endapan melange. Berdasarkan ciri
litologi, Satuan Lempung Berfragmen 1 ini disetarakan dengan Formasi Kompleks Melange
Luk Ulo yang berumur Kapur Atas – Paleosen.
6.1.2 Pembentukan Satuan Batulempung Berfragmen 2
Satuan batulempung berfragmen 2 diintepretasikan berada pada lingkungan laut dalam
dengan mekanisme suspense sehingga menghasilkan batulempung berfragmen yang sangat
tebal. Satuan ini dikatakan satuan batulempung berfragmen karena ditemukannya banyak
fragmen dari berbagai jenis batuan mulai dari yang berukuran kerikil hingga bongkah raksasa,
Satuan batulempung berfragmen 2 merupakan sedimen berumur Eosen yang menutupi Satuan
batulempung berfragmen 1 (batuan Kompleks Melange Luk ulo) yang berumur Kapur Akhir-
Paleosen. Karakter litologi dan struktur dari formasi ini, yang berupa batulempung bersisik,
dengan kandungan blok batugamping dan konglomerat, serta perlapisannya yang tak teratur,
mendorong beberapa ahli untuk menafsirkannya sebagai olistostrom.
Formasi Karangsambung merupakan hasil sedimentasi yang dipengaruhi gejala
pelengseran dengan melibatkan material dari tepi cekungan, yang kemudian mengalami
deformasi alabat tektonik anjakan yang diduga berlangsung antara kala Oligo-Miosen - Miosen
Awal.
6.1.3 Pembentukan Satuan Intrusi Diabas
Setelah pengendapan dan pembentukan satuan batulempung berfragmen terbentuk, terjadilah
25
26 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

proses intrusi diabas. Satuan ini dikatakan intrusi karena diketahui menerobos satuan
batulempung dengan ditemukannya kekar kolom rebah di bagian utara Gunung Bujil. Efek
bakar yang ditemukan berada sekitar intrusi dengan ditemukannya batulempung yang keras
pada selatan dari Gunung Bujil. Efek bakar juga ditemukan berada di sekitar daerah Jembling
dan K. Jebug. Kemenerusan intrusi diinteprerasikan juga terjadi di sekitar daerah Gunung
paras hingga Jembling dengan ditemukannya litologi batuan beku berupa Diabas yang memiliki
efek bakar dengan ditemukannya batulempung yang seolah-olah gosong dan keras bila diamati
dari bawah.

6.1.4 Pembentukan Satuan Breksi Volkanik


Pada Miosen Awal, Satuan ini terendapkan diatas satuan batulempung berfragmen
dengan menunjukkan gradasional mulai dari batupasir halus berubah menjadi kasar dan
kemudian menjadi breksi. Beberapa lokasi pemetaan menunjukkan bahwa batupasir dan breksi
pada satuan batuan ini memiliki kandungan karbonat walaupun dengan kadar yang sedikit dan
tidak intens, mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan masih berada di bawah laut.
Pengendapan breksi diintepretasikan tidak jauh dari sumber sedimennya karena dibutuhkan
arus yang kuat yang memugkinkan terjadinya transportasi yang singkat. Terdapat pula
perselingan yang gradasional dengan batupasir kasar karena ada perubahan kuat arus dalam
proses pembentukannya. Pembentukan satuan breksi1 - batupasir ini dapat dijelaskan secara
detail dengan menggunakan teori arus turbidt berdasarkan ditemukannya beberapa struktur
sedimen yang menunjukkan sekuen bouma. Komposisi fragmen dalam satuab Breksi
Volkanik ini juga mengindikasikan dekat dengan aktivitas volkanisme.

6.1.4 Pembentukan Satuan Batupasir-Batulempung


Satuan ini terendapkan diatas satuan breksi-batupasir dan terdiri atas perselingan
litologi batupasir karbonatan dan batulempung karbonatan. Batupasir karbonatan memiliki
ciri warna putih-coklat muda, sortasi dan porositas baik, terdapat beberapa struktur sedimen
berupa konvolut, perlapisan bersilang, perlapisan sejajar dan seringkali dijumpai slump.
Batulempung berkarbonat yang seringkali menjadi perselingan memiliki ciri-ciri abu-abu
lunak, mudah lepas, seringkali dijumpai foraminifera besar didalam kalsilutit. Perselingan
antara batupasir karbonatan dan kalsilutit mengindikasikan adanya perubahan arus yang
fluktuatif sehingga dapat terbentuk perselingan antara butuan dengan butir kasar hingga halus.
Pada beberapa tempat banyak dijumpai struktur sedimen yang membentuk sekuen bouma

26
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 27

yang juga mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan dengan mekanisme arus turbidit pula
6.2 Sejarah Tektonik
Kondisi tektonik yang kuat pada saat pengendapan Satuan Batuan Batulempung
Berfragmen terlihat dari adanya tekstur bersisik (scaly clay) pada batulempung. Satuan Intrusi
Diabas menerobos Satuan Batulempung yang telah terendapkan sebelumnya. Intrusi Basalt
diinterpretasikan sebagai hasil aktivitas magmatk yang disebabkan oleh perpindahan zona
subduksi ke arah Selatan dari zona subduksi Pra-Tersier ke zona subduksi Paleogen (Yuwono,
1997 op.cit. Hadiyansyah, 2005). Fase tektonik pertama yang menyebabkan pensesaran yang
terjadi dengan jenis sesar naik berarah Barat-Timur dan bersamaan dengan pengendapan
satuan Batupasir.
Fasa tektonik kedua memiliki tegasan utama berarah Utara-Selatan yang
menyebabkan terdapatnya sistem perlipatan simetri dengan sayap-sayap lipatan antara data
bidang tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Kemudian terdapat sesar mendatar dengan
pergerakan relatif menganan (?) dilihat berdasarkan kelurusan Sungai Luk Ulo. Tektonik yang
terjadi ini juga memberikan celah bagi Sungai Luk Ulo untuk melewati Gunung Brujul dan
Gunung Waturanda yang secara litologi memiliki kesamaan ciri dan berada dalam satuan yang
sama.

27
28 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

28
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 29

BAB VII
POTENSI GEOLOGI DAERAH PARAS & SEKITARNYA

Pemanfaatan daerah Paras dengan karakteristik litologi dan geologinya menjadi


potensi tersendiri yang dimanfaatkan warga sekitar dan daerah Karangsambung. Misalnya
pemanfatan litologi resisten yang dimanfaatkan sebagai area penambangan batuan atau yang
lazim disebut quarry. Lokasi penambangan terletak di Barat Gunung Waturanda dan juga
daerah Jembling hingga gunung Parang. Sepanjang dataran alluvial sisi sungai Luk Ulo juga
dimanfaatkan sebagai penambangan pasir rakyat serta fragmen-fragmen batuan penyusun
juga dimanfaatkan sebagian warga untuk batu hias.

A B

Gambar 7. 1 a) Lokasi pertambangan breksi di sekitar Gunung Waturanda, b) Penambangan pasir di sekitar sungai luk Ulo
oleh warga sekitar karangsambung

Pemanfaatan dataran rendah terutama sekitar lembah antiklin dimanfaatkan sebagai


areal persawahan oleh warga sekitar. Sedangkan pada lokasiyang lebih tinggi dimanfaatkan
warga untuk hutan produksi pinus yang diambil getahnya.

Gambar 7. 2 Pemanfaatan sekitar lembah antiklin yang digunakan untuk areal persawahan dan pertanian

29
30 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

Keberagaman kondisi geologi dan variasi litologi daerah Karangsambung dan


sekitarnya dapat dimanfaatkan sebagai Daerah Geowisata dan juga sarana pembelajaran
geologi dan ilmu kebumian lain. Pada G. Brujul dan G. Paras terdapat kawasan wisata yang
sedang dikembangkan oleh masyarakat seperti Brujul Adventure Park yang dikembangkan di
sekitar G. Brujul dan juga adanya wisata pemandangan alam di sekitar G. Paras yaitu Bukit
Pentulu Indah. Daerah Karangsambung dapat dijadikan sebagai geowisata dengan
menawarkan pengetahuan geologi tentang batuan dan singkapan yang ada. Dengan promosi
dan infrastruktur yang mumpuni dapat menunjang daerah Karangsambung menjadi objek
geowisata yang menarik.

A B

Gambar 7. 3 a) Keindahan alam dari puncak Gunung brujul di kawasan wisata Brujul Adventure Park. b)
Keindahan bentang alam dari Kawasan wisata Bukit Pentulu Indah sumber: www.tripzila.id

30
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 31

BAB VIII
KESIMPULAN
I. Berdasarkan hasil pemetaan pada daerah Waturanda, Satuan-satuan ini dibedakan
berdasarkan ciri morfologi yang terlihat berdasarkan foto udara dan peta topografi.
Satuan geomorfologi daerah Waturanda menurut penulis dapat dibedakan :

Daerah Waturanda terbagi atas 8


satuaan geomorfologi yaitu ,
1. Satuan Lembah Antiklin,
2. Satuan Punggungan Sinklin,
3. Satuan Punggungan Antiklin,
4. Satuan Lembah Homoklin,
5. Satuan Perbukitan Bancuh,
6. Satuan Perbukitan Intrusi,
7. Satuan Dataran Aluvial,dan
8. Satuan Punggungan Homoklin

II. Satuan stratigrafi daerah Waturanda tersusun atas 8 satuan batuan tidak resmi berurutan
dari tua ke muda, yakni :

7. Satuan Batulempung Berfragmen 1


8. Satuan Batulempung Berfragmen 2
9. Satuan Intrusi Diabas
10. Satuan Breksi Volkanik
11. Satuan Batupasir-Batulempung
12. Satuan Endapan Aluvial

Semua satuan-satuan tersebut diendapkan pada lingkungan laut dalam hingga laut dangkal
secara selaras kecuali pada Satuan Intrusi Diabas dan Satuan Endapan Aluvial.

III. Struktur geologi utama yang berkembang pada Daerah Waturanda adalah Antiklin
Karangsambung dengan sumbu lipatan berarah relatif Barat -Timur, Sesar Naik
Krembeng dengan jurus bidang sesar relatif Barat-Timur , Sesar Menganan Lok Ulo
yang memanjang dari Selatan hingga Utara, dan Sesar mengiri Kedungbener yang juga
memanjang dari Selatan ke Utara. Tegasan Utama berarah relatif Utara-Selatan.
IV. Sejarah geologi Daerah Waturanda diawali dari pengendapan Satuan Batulempung
Berfragmen pada laut dalam kemudian terjadi aktivitas magmatisme menghasilkan
Intrusi Basalt, dilanjutkan pengendapan Satuan Breksi1 - Batupasir, dan Satuan
Batupasir- Batulempung pada lingkungan pengendapan laut dalam. Kemudian terjadi
pendangkalan lingkungan pengendapan menjadi laut dangkal dan mengendapkan

31
32 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

Satuan Tuf yang muncul akibat aktivitas vulkanisme gunung api bawah laut, kemudian
terjadi pengendapan Satuan Batugamping dan Satuan Breksi 2. Setelah itu terjadi proses
tektonik kompresional akibat subduksi lempeng yang menghasilkan struktur lipatan dan
sesar pada daerah Waturanda. Kemudian diendapkan satuan yang paling muda yaitu
Satuan Endapan Aluvial yang diendapkan tidak selaras di atas satuan-satuan di
bawahnya.

V. Potensi Daerah Waturanda diantaranya adalah penambangan breksi,


penanambangan aluvial, pertanian, perkebunan, serta pemanfaatan
sebagai daerah geowisata.

32
LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019 33

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar, 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi
Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak
diterbitkan.

Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and Development Centre,
Bandung.

Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland

Hadiyansyah, Dian., 2005, Karakteristik Struktur Formasi Karangsambung, Daerah


Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karangayam, Kabupaten
Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Skripsi Sarjana S-1, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak
diterbitkan.

Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Noeradi, 1996, Deformasi


pada Formasi Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin
Geologi 26, 45-54.

Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology, an Introduction to Study of Landscapes. McGraw-


Hill Book Co., New York.

Catatan Lapangan dan Ekskursi Karangsambung 2019

Slide Kuliah Geomorfologi , 2018


Slide Kuliah Geologi Struktur, 2017

33
34 LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN KARANGSAMBUNG || 2019

LAMPIRAN

34

Anda mungkin juga menyukai