PENDAHULUAN
Suatu penelitian dilakukan tentu memiliki tujuan agar lebih terstruktur dan terarah, adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui simbol-simbol yang terdapat dalam novel “Imaji Dua Sisi” oleh
Sayfullan
1.3.2 Mengetahui penggunaan tanda-tanda semiotik oleh penulis memengaruhi persepsi
pembaca terhadap karakter, plot, dan tema dalam novel
1.3.3 Mengetahui implikasi dari analisis semiotik
1.3.4 Melakukan Analisis Semiotik
1.3.5 Mengetahui penerapan teori semiotik Roland Barthes dalam analisis novel “Imaji
Dua Sisi”
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan akan memperkuat pemahaman dalam bidang sastra secara umum
dan khususnya dalam domain semiotika, terutama dalam analisis karya sastra prosa.
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan akan menjadi sumber referensi dan
motivasi untuk mengembangkan pemahaman teori sastra yang dipelajari di perguruan
tinggi.
2. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi dalam
pengembangan teori terkait konsep semiotika dalam berbagai konteks penelitian.
1.5 Definisi Istilah
Analisis Semiotik Roland Barthes adalah pendekatan analisis yang digunakan untuk
memahami makna dalam sebuah teks, baik itu teks verbal (seperti novel, puisi, dll.) maupun
teks non-verbal (seperti gambar, film, dll.). Metode ini dikembangkan oleh Roland Barthes,
seorang ahli semiotik asal Prancis, dan bertujuan untuk mengungkapkan lapisan-lapisan
makna yang tersembunyi di dalam sebuah karya.
Novel “Imaji Dua Sisi” karya Sayfulan adalah sebuah karya sastra yang menjadi objek
analisis dalam konteks ini. Implikasinya adalah bahwa analisis semiotik Roland Barthes dapat
digunakan untuk memahami bagaimana simbol-simbol, bahasa, dan narasi digunakan dalam
novel tersebut untuk menyampaikan makna kepada pembaca. Dengan menerapkan analisis
semiotik, pembaca dapat menggali makna-makna yang tersembunyi di balik tanda-tanda yang
digunakan dalam teks, serta memahami implikasi lebih dalam dari karya sastra tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.6 Kajian Teori
1.6.1 Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V, analisis adalah proses
penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk memahami keadaan sebenarnya.
Komaruddin (2001) menjelaskan bahwa analisis adalah kegiatan berpikir untuk
memecah suatu keseluruhan menjadi komponen-komponen yang dapat
mengungkap tanda-tanda, hubungan, dan fungsi masing-masing dalam
keseluruhan yang terpadu. Nazir (2017) mengartikan analisis sebagai
pengelompokan, pengurutan, manipulasi, dan penyusutan data agar mudah dibaca.
Dengan demikian, analisis merupakan proses penyelidikan untuk memecah data
menjadi komponen-komponen guna memperjelasnya sehingga data tersebut
mudah dipahami.
1.6.2 Semiotika
Istilah semeiotics diperkenalkan oleh Hippocrates, penemu ilmu medis barat, yang
mengartikan gejala sebagai semeion, bahasa Yunani untuk menunjuk atau tanda
fisik. Semiotika, berasal dari bahasa Inggris “semiotics”, adalah ilmu tentang
sistem tanda yang berkembang secara bertahap. Penelitian semiotika mencakup
tubuh, pikiran, dan kebudayaan, dengan tujuan mengungkap makna di balik tanda-
tanda tersebut. Terdapat dua aliran semiotika yang signifikan, yaitu semiotika
continental Ferdinand de Saussure dan semiotika Amerika Charles Sander Pierce,
yang memiliki hubungan yang dinamis. Semiotika signifikasi, terkait dengan
Saussure, dan semiotika komunikasi, terkait dengan Pierce, saling mempengaruhi
dan tidak terlepas dari dasar-dasar semiotika struktural yang dikembangkan oleh
Saussure.
Saussure dan pengikutnya menjelaskan semiotika dalam “Course in General
Linguistics” sebagai ilmu yang mempelajari peran tanda dalam kehidupan sosial.
Saussure memandang tanda sebagai gabungan dua bidang, yaitu penanda untuk
bentuk dan petanda untuk makna, yang tidak dapat dipisahkan. Ia menekankan
perlunya konvensi sosial dalam penggunaan tanda dan makna, yang disebut
sebagai signifikasi. Pierce, di sisi lain, melihat subjek sebagai bagian tak
terpisahkan dari proses signifikasi, di mana tanda adalah sesuatu yang mewakili
sesuatu bagi seseorang dalam kapasitas tertentu. Semiotika komunikasi, menurut
Umberto Eco, menekankan produksi tanda daripada sistem tanda. Pierce
menganggap tanda selalu dalam proses perubahan tak terbatas, yang dikenal
sebagai semiosis tak terbatas. Dari penjelasan ini, semiotika merupakan ilmu yang
mempelajari tanda dalam konteks komunikasi manusia yang memiliki makna.
Tanda-tanda adalah dasar dari semua komunikasi manusia.
1.6.3 Teori Semiotika
Roland Barthes, seorang ahli semiotika terkenal, lahir di Cherbourg pada tahun
1915 dan meninggal pada tahun 1980 karena kecelakaan mobil di Paris sebulan
sebelum kematiannya yang ke-64. Ia terkenal karena mengadopsi model linguistik
dan semiologi Saussurean, serta sebagai seorang intelektual dan kritikus sastra
Prancis yang terkemuka pada era 1960-an dan 1970-an. Buku-buku karyanya,
seperti “Le degree zero de l’ecriture” (1953) yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan judul “Writing Degree Zero” (1977), serta “The Fashion System”
(1967), menjadi rujukan penting dalam studi semiotika, khususnya di Indonesia.
Barthes mengembangkan teori semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu
denotasi dan konotasi, di mana denotasi menjelaskan makna eksplisit dan
langsung, sedangkan konotasi memberikan makna tidak langsung dan terbuka
terhadap berbagai tafsiran. Barthes menekankan peran pembaca dalam proses
pemaknaan, terutama dalam konteks sistem pemaknaan tataran kedua yang
dibangun atas sistem pertama, seperti bahasa dalam sastra. Sistem ini, disebut
konotatif, berbeda dari sistem denotatif atau pemaknaan tataran pertama.
Dalam buku “Semiotik Dalam Analisis Karya Sastra” oleh Zaimar dan Oke
Kusuma Sumantri (2012), Barthes mengidentifikasi lima kode yang dapat
digunakan untuk memahami sastra secara menyeluruh. Pertama, kode teka-teki,
yang merupakan pertanyaan dalam pikiran pembaca yang memicu keinginan
untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang mendasar. Contohnya, sebuah
puisi yang penuh dengan ambiguitas, metafora, lambang, dan mitos. Kedua, kode
konotatif, mengacu pada makna tambahan dalam karya sastra yang timbul dari
pengalaman sehari-hari yang dimodifikasi dan diinterpretasikan sesuai dengan
konteks penulis. Ketiga, kode simbolik, menyoroti dunia lambang, seperti
personifikasi manusia dalam mencari makna hidup. Contohnya, puisi surealisme
yang penuh dengan simbol atau cerita rekaan dengan elemen-elemen seperti
belenggu atau dua dunia. Keempat, kode aksian, yang menuntut tokoh untuk
melakukan tindakan baik secara langsung maupun lisan. Terakhir, kode budaya,
yang terkait dengan latar belakang sosial dan budaya yang terdapat dalam karya
sastra. Contohnya, cerita rekaan seperti “Upacara” karya Korrie Layun Rapan
yang memperkaya dengan informasi budaya Dayak Kalimantan.
1.6.4 Novel
Menurut Nugriyantoro (2009:10), istilah “novel” secara harfiah berasal dari
bahasa Italia “novella” yang berarti “sebuah barang baru”. Novel saat ini
dijelaskan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang memiliki panjang yang cukup,
tidak terlalu pendek namun juga tidak terlalu panjang. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi V mendefinisikan novel sebagai karangan prosa yang panjang
yang menggambarkan rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang
di sekitarnya, dengan menonjolkan watak dan sifat dari setiap pelaku.
Dengan demikian, novel dapat disimpulkan sebagai karya sastra prosa fiksi yang
menggambarkan rangkaian cerita kehidupan dengan menekankan perwatakan
tokoh. Novel merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di seluruh dunia
karena kemampuannya dalam berkomunikasi dengan luas terhadap masyarakat.
Sebagai hasil karya sastra, novel juga merupakan bagian dari kebudayaan yang
memiliki makna yang erat hubungannya dengan kehidupan dan budaya. Novel
terdiri dari dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Kokasih (2012:60) mengartikan novel sebagai karya imajinatif yang menceritakan
gambaran lengkap tentang masalah kehidupan seseorang atau beberapa tokoh.
Cerita dalam novel umumnya menggambarkan peristiwa penting yang dialami
oleh penulis atau tokoh cerita, yang kemudian akan mengubah nasib hidup
mereka.
1.7 Penelitian Terdahulu
Aini (2013) menulis sebuah artikel yang diterbitkan dalam sebuah jurnal berjudul
“Analisis Semiotika Terhadap Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata Sebagai
Alternatif Bahan Pengajaran Sastra di SMA”. Persamaan antara penelitian ini dan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa keduanya meneliti novel
menggunakan teori semiotika, namun perbedaannya terletak pada judul novel yang
diteliti dan teori semiotika yang digunakan. Peneliti menggunakan teori semiotika
Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda menjadi tiga jenis yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tekstual. Hasil analisis menemukan banyak tanda ikon, indeks, dan simbol
tersebar pada subjudul dalam novel tersebut, dengan tanda indeks menjadi yang
paling dominan, membahas makna seperti kostum, nama, kekayaan, dan kemiskinan.
Sudarto, dkk (2015), dalam jurnal mereka yang berjudul “Analisis Semiotika Film
Alangkah Lucunya Negeri Ini”, juga menggunakan teori semiotika Roland Barthes,
namun fokus penelitian berbeda yaitu setiap segmen dalam film tersebut. Perbedaan
lainnya terletak pada sumber yang diteliti, dimana penelitian ini memusatkan pada
novel Imaji Dua Sisi. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang
membagi sistem pertandaan menjadi denotatif dan konotatif, serta menambahkan
aspek ketiga yaitu mitos. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adegan-
adegan dari film Alangkah Lucunya Negeri Ini yang mengandung unsur-unsur
semiotika.
Hammadi (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Semiotic Analysis of Threat and
Warning Symbols in George Orwell’s Novel 1984” melakukan analisis semiotik
terhadap simbol-simbol ancaman dan peringatan dalam novel George Orwell “1984”.
Persamaan antara penelitian ini dan penelitian lainnya adalah bahwa keduanya
membahas novel dengan menggunakan analisis semiotika, walaupun terdapat
perbedaan dalam judul novel yang diteliti dan teori semiotika yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan teori semiotika Saussure, sementara peneliti lain
menggunakan teori semiotika Barthes. Penelitian ini fokus pada analisis simbol
ancaman dan peringatan dalam novel, dengan peneliti mengeksplorasi makna
tersembunyi dari simbol-simbol tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian
besar simbol ancaman dalam novel bersifat ironis, sementara simbol peringatan
memberikan pesan tentang tindakan negatif di masa depan.
Yulianti (2017), dalam jurnalnya yang berjudul “Semiotika dalam Novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye”, juga membahas novel menggunakan
analisis semiotika, namun menggunakan aliran semiotika Barthes. Penelitian ini
menyoroti penggunaan bahasa sebagai simbol semiotik dalam novel tersebut. Metode
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pembacaan novel
“Rembulan Tenggelam di Wajahmu” karya Tere Liye, dan teknik analisis yang
digunakan meliputi telaah pustaka, dokumentasi, dan analisis.
Kholifah (2017), dalam artikelnya yang diterbitkan di jurnal dengan judul “Semiotik
Pada Novel Belenggu Karya Armajn Pane Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA”, juga membahas novel dengan menggunakan analisis
semiotika, namun menggunakan aliran semiotika Barthes. Penelitian ini membagi
pertandaan menjadi tiga jenis yaitu ikon, indeks, dan simbol, dan menemukan aspek
semiotik dalam novel tersebut meliputi indeks, simbol, dan ikon.
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Abrams (1979:3) dan Teeuw (1988:50), terdapat empat pendekatan terhadap
karya sastra, yaitu (1) pendekatan objektif yang melihat karya sastra sebagai entitas
yang otonom, terlepas dari pengaruh lingkungan, pengarang, pembaca, atau dunia
sekitarnya. (2) Pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu. (3) Pendekatan ekspresif yang melihat karya sastra
sebagai ungkapan perasaan, pikiran, dan pengalaman penulis. (4) Pendekatan mimetik
yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam atau kehidupan. Dalam konteks
ini, keempat pendekatan ini disingkat menjadi OPEM.
Proses penelitian ini melibatkan pengumpulan data berupa kata, kalimat, atau paragraf
yang memuat unsur semiotik Barthes dalam novel Imaji Dua Sisi karya Sayfullan.
Data tersebut kemudian dianalisis dengan pendekatan objektif dan metode deskriptif
untuk menghasilkan temuan mengenai unsur semiotik Barthes dalam karya tersebut,
serta menjelaskan implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel “Imaji Dua Sisi” karya Sayfullan. Data
penelitian yang dianalisis adalah teks-teks dalam novel tersebut yang mengandung
unsur-unsur semiotik menurut pendekatan Roland Barthes. Unsur-unsur semiotik
tersebut dapat mencakup berbagai aspek, seperti simbol, ikon, indeks, konotasi, dan
denotasi
Penelitian ini akan menganalisis teks-teks tertentu dalam novel “Imaji Dua Sisi”
untuk mengidentifikasi dan menguraikan unsur-unsur semiotik yang terkandung di
dalamnya, serta menjelaskan makna dan implikasinya. Analisis semiotik Roland
Barthes akan digunakan untuk menafsirkan bagaimana teks-teks dalam novel tersebut
menghasilkan makna dan mempengaruhi pemahaman pembaca.
Implikasi dari analisis semiotik terhadap novel “Imaji Dua Sisi” akan dibahas dalam
konteks pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini mencakup bagaimana pemahaman
terhadap unsur-unsur semiotik dalam novel dapat memperkaya pemahaman siswa
tentang bahasa dan sastra, serta memperluas wawasan mereka dalam memahami
makna di balik teks sastra. Selain itu, implikasi ini juga dapat berdampak pada
pendekatan pembelajaran sastra di sekolah menengah atas, di mana pemahaman
terhadap analisis semiotik dapat menjadi bagian integral dari pembelajaran sastra.
1. Membaca dan menyimak novel “Imaji Dua Sisi” karya Sayfullan secara
menyeluruh hingga selesai.
2. Memberi tanda pada kata, kalimat, atau paragraf yang mengandung unsur
semiotik Barthes.
3. Mencatat semua data yang ditemukan dari sumber data, yaitu novel “Imaji
Dua Sisi” karya Sayfullan.
Langkah-langkah yang diikuti dalam penelitian terhadap novel “Imaji Dua Sisi” karya
Sayfullan adalah sebagai berikut:
- Tahap Prapenelitian:
Pada tahap ini, merupakan langkah awal dalam penelitian yang meliputi persiapan, seperti
pemilihan pendekatan, pemilihan objek penelitian (novel), pencarian jurnal, perumusan judul,
pengajuan judul, pembacaan novel, dan penyusunan proposal skripsi.
- Tahap Penelitian:
a. Tahap Pengumpulan Data:
Setelah proposal disusun, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik baca,
simak, dan catat. Data yang dikumpulkan berupa kata, kalimat, atau paragraf yang
mengandung unsur semiotik sesuai dengan teori Roland Barthes yang terdapat dalam novel
“Imaji Dua Sisi” karya Sayfullan.
Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teori semiotika Roland Barthes sebagai kerangka analisis.
c. Tahap Pascapenelitian:
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah Nur Aini. 2013. “Analisis Semiotik Terhadap Novel Laskar Pelangi KaryaAndrea
Hirata sebagai Alternatif Pembelajaran Sastra di SMA”. NOSI. 2 (1), 80-86.Ambarini,
Nazia
Maharani Umaya. 2018. Semiotika Teori Dan Aplikasi Pada Karya Sastra. Semarang:
UPGRIS PRESS.Anderson Daniel Sudarto. 2015. “Analisis Semiotika Film Alangkah
LucunyaNegeri Ini”. Journal Acta Diurna. 1 (4), 90020.
Lina Miarti Simbolon. 2009. “The Study of Semiotics In Cinta dalam Gelas NovelBy Andrea
Hirata As Literature Reading Material In Senior High School”.International Journal
Of Education, Learning and Development. 5 (7), 21-34.
Sayfullan. 2014. Imaji Dua Sisi. Jogjakarta: de TEENS.Sobur, Alex. 2006. Semiotika
Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.Sugihastuti. 2009. Rona Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.Suroso, Puji santoso, dan
Pardi Suratno. 2009. Kritik Sastra. Yogyakarta:Elmatera.Yanti Dwi Yulianti. 2017.
“Semiotika dalam Novel Rembulan Tenggelam diWajahmu Karya Tere Liye”. Journal
Literasi. 2 (1), 65-72.
Zaimar, Oke Kusuma Sumantri. 2012. Semiotik Dalam Analisis Karya Sastra.Depok: PT
KOMODO BOOKS