Anda di halaman 1dari 36

Panduan Praktis Merawat Jenaza

Panduan Praktis
Merawat Jenazah

Panitia Safari Ramadan Jember


Pondok Pesantren Lirboyo
Kota Kediri Jawa Timur
PSRJ
Panitia Safari Ramadan Jember
Pondok Pesantren Lirboyo
Kota Kediri Jawa Timur
.
Writer:
M. Kholilul Rahman M. Izzul Abid
M. Nabris Shidqi Arqom Badri
Lay out:
amanbfm

Designer Cover:
amanbfm
Finishing:
M. Kholilul Rahman
M. Nabris Shidqi
Disampaikan dalam acara:
Seminar Tajhizul Janaiz
Panitia Safari Ramadan Jember
Pondok Pesantren Lirboyo
Di Balai Desa Klungkung Sukorambi Jember

DAFTAR ISI

2
 Daftar isi
 Panduan Praktis Merawat Jenazah
 Perawatan menjelang ajal 4
 Perawatan setelah ajal 4
 Merawat jenazah
 Bayi prematur 6
 Prosesi Pertama
 Memandikan Jenazah 7
 Prosesi Kedua
 Mengkafani Jenazah 15
 Prosesi Ketiga
 Menyolati Jenazah 19
 Prosesi Keempat
 Memakamkan Jenazah 25
 Talqin 31
 Ta’ziyah 34
 Catatan 36

PANDUAN PRAKTIS MERAWAT JENAZAH

3
PERAWATAN MENJELANG AJAL
1. Membaringkan dengan posisi miring pada lambung
dan dihadapkan ke kiblat. Jika kesulitan maka di
terlentangkan dengan posisi wajah dan kedua
telapak kaki menghadap kiblat;
2. Dibacakan surah yasin agak keras dan surah ar-
ro’du agak pelan;
3. Ditalqin dengan kalimat tahlil atau dua kalimat
syahadat;
4. Mendorong agar berbaik sangka,bertaubat kepada
Allah.
5. Diberi minum (terlebih bila tampak tanda-tanda
menginginkan).

PERAWATAN SETELAH
AJAL
1. Memejamkan kedua matanya seraya
mengucapkan:
‫ِبْس ِم ِهللا َو َع َلى ِم َّلِة رسوِل ِهللا صلى هللا عليه وسلم‬
Jika sulit dilakukan maka tarik kedua lengan dan
kedua ibu jari kaki secara bersamaan, insyallah
mata akan terpejam secara sendirinya;
2. Mengikat rahang ke atas kepala;

4
3. Melemaskan persendian walaupun menggunakan
minyak jika dibutuhkan. Jika jenazah sulit
diluruskan (karena sakitnya lama) maka diurut
dengan air hangat yang dicampur teh tubruk (pahit
tanpa gula);
4. Melepaskan pakaiannya dengan pelan untuk
diganti dengan kain tipis;
5. Meletakkan sesuatu yang agak berat di atas perut
supaya perutnya tidak membesarnya, seperti botol
besar berisi air;
6. Meletakkan jenazah pada tempat yang agak tinggi
agar tidak terpengaruh kelembapan tanah;
7. Menaburkan wawangian di sekitar jenazah;
8. Segera membebaskan tanggungannya,
melaksanakan wasiatnya, dan mengumumkan
kematiannya;
9. Mengukur jenazah;
10. Segera melakukan prosesi tajhiz (merawat
jenazah) di mulai dengan memandikannya. Dan
sebelum proses memandikan sebaiknya sudah
menyiapkan kain kafan dan lain-lain.

MERAWAT JENAZAH

5
 BAYI PREMATUR (AS SIQTHU)
Keadaan bayi prematur ada tiga, yaitu :
1. Nampak jelas tanda-tanda kehidupan pada bayi
tersebut, seperti menjerit, bergerak atau sempat
bernafas. Hukum bayi semacam ini adalah
sebagaimana Hukum orang dewasa, sehingga
wajib dimandikan, dikafani, disholati dan
dimakamkan.
2. Tidak nampak tanda-tanda kehidupan pada bayi
tersebut, namun sudah nampak bentuk-bentuk
bagian anggota manusia seperti kepala, tangan
atau kaki. Maka ada perbedaan pendapat ‘ulama
mengenai hal ini.
 Menurut Imam Ibnu Hajar
 Hukum bayi ini adalah wajib di mandikan,
di kafani dan di makamkan dan tidak boleh
di sholati.
 Menurut Imam Romli diperinci :
 Jika lahir sebelum kandungan berusia
enam bulan maka wajib di mandikan, di

6
kafani, dan di makamkan, tidak boleh di
sholati.
 Jika lahir setelah kandungan berusia enam
bulan maka hukumnya seperti orang
dewasa. Yaitu wajib dimandikan, dikafani,
disholati dan dimakamkan.
3. Tidak nampak bentuk-bentuk bagian anggota
manusia, bahkan hanya berbentuk sepotong
daging. Maka tidak ada kewajiban apapun,
namun sunnah di bungkus dengan kain dan
menguburkannya.

PROSESI PERTAMA
MEMANDIKAN JENAZAH
 Syarat Pemandi Jenazah
1. Harus sejenis/ ada hubungan mahrom/ ada
ikatan suami istri kecuali bila jenazah anak kecil
yang belum mencapai usia menimbulkan
syahwat. Jika tidak ada yang memenuhi syarat
tersebut, maka boleh dilakukan oleh lain jenis
dengan selalu memejamkan mata, kecuali
darurat dan memakai alas kain atau cukup
ditayamumi;
2. Orang yang memandikan dan membantunya
harus mempunyai keahlian dan sifat amanah.

Tempat Memandikan

7
1. Meletakkan jenazah di tempat pemandian di atas
papan yang berlubang-lubang (ketika teknisnya
tidak di pangku) agar tidak ada percikan air yang
kembali mengenainya. dan menutupnya dengan
kain tipis, dengan posisi terlentang dan kedua kaki
menghadap kiblat dan dimandikan di tempat yang
sepi dan beratap serta wajah jenazah dalam
keadaan tertutup ketika diletakkan di pemandian;
2. Menaburi wewangian sejak awal prosesi
memandikan agar mengusir bau tidak sedap.

Batas Minimal Memandikan Jenazah

1. Menghilangkan najis yang ada pada tubuh jenazah;


2. Mengalirkan air secara merata keseluruh tubuh
jenazah termasuk juga kemaluan wanita yang
sudah tidak perawan yang tampak ketika duduk
atau bagian dalam alat kelamin laki-laki yang belum
dikhitan (kucur);
3. Dan bibir dubur yang kelihatan ketika jongkok untuk
buang air besar.

Kesempurnaan Dalam Memandikan Jenazah

1. Ditidurkan dengan posisi terlentang. Haram


meletakkan jenazah dalam posisi telungkup;

8
2. Perut jenazah diurut berulang-ulang dengan tangan
kiri oleh orang yang memandikan, supaya kotoran
diperut jenazah dapat dikeluarkan;
3. Membersihkan kotoran pada kelamin dan dubur
jenazah dengan membasuhnya menggunakan
tangan kiri yang beralaskan kain basah,
memperbanyak menuangkan air, hingga sebisa
mungkin kotoran dan baunya hilang;
4. Wajib ditutupi dengan kain;
5. Membersihkan gigi jenazah dan kedua lubang
hidungnya dengan jari telunjuk tangan kiri yang
beralaskan dengan kain basah atau bisa dengan
menggunakan cotton bud;
6. Mewudhukan jenazah persis seperti wudhunya
orang yang hidup, baik rukun maupun sunnahnya.
Niatnya adalah :

‫ ِلَهِذِه اْلَم ْيَتِة ِهلل َتَع اَلى‬/‫َنَو ْيُت اْلُوُضَؤ اْلَم ْس ُنوَن ِلَهَذ ا اْلَم ِّيِت‬
“saya niat mewudhukan pada jenazah ini”

7. Mengguyurkan air ke kepala jenazah. Sebaiknya


dimulai dari kepala bagian atas;
8. Mengguyurkan air mulai dari leher sampai telapak
kaki sebelah kanan, kemudian menyusul bagian
depan sebelah kiri. Lalu jenazah agak dimiringkan
posisinya dengan menghadap pada orang yang

9
memandikan (lambung kiri dibawah), jangan
sampai telungkup;
9. Mengguyurkan air pada bagian belakang tubuh
jenazah bagian sebelah kanan mulai tengkuk
sampai telapak kaki kemudian disusul bagian
sebelah kiri;
10. Semua basuhan di atas memakai air yang
dicampur sabun atau daun bidara;
11. Mengguyur seluruh tubuh jenazah mulai kepala
sampai kaki dengan air yang murni (tidak dicampur
dengan sabun atau daun bidara) dengan cara
seperti basuhan pertama. Basuhan ini bertujuan
untuk membilas sisa-sisa daun bidara, sabun atau
sesuatau yang ada pada tubuh jenazah. Dengan
posisi jenazah dimiringkan;
12. Mengguyur seluruh tubuh jenazah untuk kesekian
kalinya, dengan memakai air yang dicampur sedikit
kapur barus atau apa saja yang bisa menolak
sejenis serangga. Yang tidak sampai merubah
kemutlaqan air. Mencampur air dengan kapur
barus ini, sunnah hukumnya bagi jenazah yang
tidak sedang melakukan ihrom;
13. Pada saat basuhan terakhir ini disunnahkan
membaca niat :
‫ َع َلْيَها‬/ ‫ َهِذِه اْلَم ْيَتِة اِل ْس ِتَباَح ِة اْلَّص َالِة َع َلْيِه‬/‫َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل َع ْن َهَذ ا اْلَم ِّيِت‬
“saya niat memandikan jenazah ini untuk
memperbolehkan menyolatinya”

10
14. Menyisir rambut dan jenggot jenazah yang tebal
dengan pelan-pelan (jika rambutnya acak-acakan)
memakai sisir yang longgar agar tidak ada rambut
yang rontok. Bila ada rambut yang rontok, maka
harus diambil dan ikut dikebumikan.
Kesunnahannya rambut tersebut dibungkus
dengan kain kafan kemudian dikebumikan bersama
jenazah.
15. Pelaksaan memandikan seperti diatas masih
dikategorikan sebagai batas minimal
kesempurnaan, karena yang dihitung sebagai
basuhan fardlu adalah basuhan (guyuran) yang
ketiga. Sebab air pada basuhan pertama dicampur
dengan daun bidara/ sabun yang menyebabkan air
tidak suci mensucikan. Sedang basuhan yang
kedua juga telah berubah ketika air tersebut
menyentuh jenazah yang masih banyak daun
bidara, sabun, atau shampo sebagai akibat
basuhan yang pertama.
16. Untuk kesempurnaan memandikan, proses
membasuh di atas diulangi 5, 7 atau 9 kali dengan
perincian basuhan sebagai berikut:
Jumlah Basuhan Basuhan Basuhan
basuhan menggunakan untuk dengan
daun bidara membilas campuran
sisa daun sedikit kapur

11
bidara
3 1 1 1
5 1 1 3
7 2 2 3
9 3 3 3

 Dalam memandikan 5 kali basuhan, selain cara


diatas juga diperbolehkan, yang pertama
dicampur daun bidara, kedua pembilas, ketiga
dicampur daun bidara lagi, keempat pembilas,
dan kelima baru air jernih atau dicampur sedikit
kapur barus. Pelaksanaan proses memandikan
seperti ini dikategorikan sebagai batas
kesempurnaan sedang.
 Cara memandikan dengan 7 kali basuhan ada
tiga:
a. Dicampur daun bidara, pembilas, dicampur
daun bidara, pembilas, air jernih, air jernih,
air jernih.
b. Dicampur daun bidara, pembilas, air jernih,
dicampur daun bidara, pembilas, pembilas,
air jernih.
c. Dicampur daun bidara, pembilas, daun
bidara, pembilas, daun bidara, pembilas, air
jernih.
 Urutan dalam 9 kali basuhan adalah dicampur
dengan daun bidara, pembilas, air jernih,

12
dicampur dengan daun bidara, pembilas, air
jernih, dicampur daun bidara, pembilas, air
jernih. Boleh juga dengan basuhan air
jernihnya hanya sekali yang terakhir.
Pelaksaan proses memandikan seperti ini,
dikategorikan sebagai batas kesempurnaan
maksimal.
 Tambahan
1. Mendudukkan jenazah dengan posisi tubuh
agak condong kebelakang. Telapak kaki jenazah
menghadap ke kiblat;
2. Pundak jenazah disanggah tangan kanan orang
yang memandikan, dengan ibu jari diletakkan
pada tengkuk supaya kepala jenazah tidak
miring;
3. Punggung jenazah disanggah lutut kanan orang
yang memandikan;
4. Ketiga hal diatas diperuntukan jika yang
memandikan jenazah hanya seorang.

Peralatan yang dipersiapkan untuk memandikan


jenazah :
1 Gayung; 5 Kapas; 9 Gunting.
2 Jarik; 6 Shampo;
3 Kapur barus; 7 Sabun mandi;
4 Ember atau selang 8 Kursi atau meja;
air;

13
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Memandikan Jenazah
1. Haram melihat aurat jenazah kecuali untuk
kesempurnaan memandikan, seperti memastikan
air yang disiromkan sudah merata atau
menghilangkan kotoran yang dapat mencegah air
sampai kekulit jenazah;
2. Wajib memakai alas tangan ketika menyentuh
auratnya. Dan sunnah ketika menyentuh bagian
tubuh selain aurat;
3. Jenazah dimandikan dalam keadaan tertutup
semua anggota tubuhnya. Bila tidak
memungkinkan, maka auratnya saja yang ditutupi;
4. Sunnah memakai air dingin kecuali disaat cuaca
dingin;
5. Sunnah melemaskan persendian jenazah dan
menghandukinya setelah dimandikan;
6. Memandikan jenazah sunnah di lakukan oleh orang
yang dapat di percaya. Sehingga ketika melihat hal
yang baik, dia akan menyampaikannya dan ketika
melihat hal yang buruk, maka dia akan
menutupinya;
7. Yang lebih utama untuk memandikan jenazah laki-
laki adalah laki-laki. Dan yang lebih didahulukan
adalah yang paling ahli fiqh. Bagi suami

14
diperkenankan memandikan istrinya, begitupun
sebaliknya;
8. Jenazah wajib ditayamumi jika sulit dimandikan
karena tidak ada air atau badan jenazah akan
rontok jika dimandikan sebab terbakar atau
sejenisnya.

PROSESI KEDUA
MENGKAFANI JENAZAH
Hak Dalam Kafan
1. Hak Allah, yaitu bagian kafan yang menutup aurat.
Ukurannya berbeda-beda sesuai dengan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan. Bagian ini tidak
bisa gugur walaupun jenazah berwasiat untuk
menggugurkan.
2. Hak jenazah, yaitu bagian yang menutup selain
aurat dari lapisan kafan pertama. Menurut Imam
Ibnu Hajar, boleh untuk tidak memakaikannya jika
jenazah berwasiat untuk tidak memakaikannya.
Sedangkan menurut Imam Romli, bagian ini
merupakan hak dari jenazah sekaligus haknya
Allah sehingga tidak dapat di gugurkan.
3. Hak orang yang memiliki piutang (Ghuroma’), yaitu
kafan lapis kedua dan ketiga. Bagi ghuroma’ di
perkenankan menggugurkannya ketika harta

15
tinggalan (tirkah) jenazah tidak mencukupi untuk
melunasi hutang-hutangnya.
4. Hak ahli waris, yaitu kafan yang melebihi lapis
ketiga. Di perkenankan bagi ahli waris untuk
menggugurkannya

Batas Minimal Mengkafani Jenazah


 Minimal kewajiban kafan adalah selembar
kain yang menutup seluruh badan jenazah.
Baik laki-laki ataupun perempuan.

Kesempurnaan Dalam Mengkafani Jenazah


1. Jenazah laki-laki
 Tiga lembar kain lebar yang dapat menutupi
seluruh tubuh;
 Baju kurung ;
 Sorban.
2. Jenazah perempuan
 Dua lembar kain lebar yang dapat menutupi
seluruh tubuh;
 Sarung (kain yang menutupi anggota badan
antara pusar sampai lutut);
 Baju kurung;
 Kerudung.

16
3. Semua kain diatas sunnah diberi wewangian

Catatan:
Baik jenazah laki-laki atau perempuan, disunnahkan
ditambah kain pengikat pantat yang dibelah dua (kain
cawat). Cara mengikatnya ialah dengan meletakan
ujung yang telah dibagi dua tersebut dimulai dari arah
depan kelamin lalu di masukkan ke daerah di antara
kedua paha sampai menutupi bawah pantat,
kemudian kedua ujung bagian belakang diikatkan
diatas pusar dan dua ujung bagian depan diikatkan
pada ikatan tersebut.

Tata Cara Mengkafani Jenazah


1. Letakkan jenazah yang telah diberi wewangian
dengan posisi terlentang dan kedua tangannya
disedekapkan diatas dada (tangan kanan
memegang tangan kiri) atau dibiarkan terbujur
disamping lambungnya. Telapak kaki menghadap
kiblat;
2. Memberi kapas yang telah diberi wewangian pada
anggota tubuh yang berlubang dan pada anggota
sujud, yaitu kedua telinga, kedua mata, kedua
lubang hidung, dua kemaluan (jangan sampai
dimasukkan, cukup diletakkan diluarnya saja),
mulut, dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan
sela-sela jari kaki serta anggota yang terluka;

17
3. Dua pantat jenazah diikat agak kuat dengan kain
yang dibelah dua seperti tata cara diatas;
4. Kain kafan dilipat dari sisi kiri kekanan kemudian
sisi kanan kekiri. Sedangkan untuk lapis kedua dan
ketiga sebagaimana lapis pertama. Bisa pula
lapisan pertama, kedua dan ketiga diselang-seling.
Hal tersebut dilakukan setelah pemakaian baju
kurung, sorban, kerudung, dan sarung;
5. Lebihan kain bagian kepala disunnahkan lebih
banyak dari pada bagian kaki, selanjutnya untuk
diikat (dipocong);
6. Setelah jenazah dibungkus sebaiknya diikat
dengan beberapa ikatan agar tidak mudah terbuka
saat dibawa kepemakaman. Ikatan dilakukan
pada :
 Ujung kain diatas kepala (pocong);
 Pundak;
 Pinggul (pantat);
 Lutut;
 Ujung kain dibawah telapak kaki.
Hal ini berlaku bagi jenazah yang selain berihram
(muhrim). Bila jenazah berstatus muhrim maka tidak
boleh diikat dan bagian kepalanya dibiarkan
terbuka. Sedang untuk wanita yang muhrimah
wajahnya saja yang dibiarkan terbuka.

18
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Seandainya jenazah disholati sebelum dikafani
maka hukum sholatnya sah namun makruh.
Seandainya dimakamkan tanpa di kafani, maka
tidak boleh digali lagi. Berbeda jika dimakamkan
sebelum dimandikan;
2. Setiap jenazah yang dikafani dengan hartanya
sendiri dan tidak mempunyai hutang yang
menghabiskan seluruh harta tinggalannya, maka
wajib untuk dikafani dengan tiga lapis kafan;
3. Tidak boleh mengkafani jenazah kecuali dengan
sesuatu yang boleh dia kenakan saat masih hidup.
Sehingga haram mengkafani jenazah laki-laki
dengan kain sutra dan kain yang diwarnai dengan
za’faran, dan tidak haram bagi jenazah perempuan.
Dan tidak diperkenankan pula mengkafani dengan
bahan najis. Sedangkan kafan yang terkena najis

19
boleh digunakan selama tidak menemukan kafan
yang suci.

PROSESI KETIGA
MENYOLATI JENAZAH
Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Sholat Jenazah
Waktu Rukun
Syara Kesunnahan
t

1. Waktu
Waktu sholat jenazah adalah setelah dimandikan
atau ditayamumi. Bila setelah dimandikan dan
sebelum disholati keluar najis dari tubuh jenazah
maka harus dihilangkan terlebih dahulu kecuali
najis yang keluarnya terus menerus, maka jenazah
tetap disholati. Dengan cara najis tersebut terlebih
dahulu dengan kapas atau yang lainnya dan
segera disholati kecuali karena ada hal-hal yang
berkaitan dengan kemaslahatan sholat, seperti
menunggu banyaknya orang yang menyolati atau
menunggu untuk berjamaah. Sedangkan bila
keluarnya najis setelah sholat maka hanya
disunnahkan untuk dihilangkan. Namun menurut
pendapat Imam Ar Romli tetap diwajibkan
menghilangkan.

20
2. Syarat Sholat Jenazah
a. Orang yang menyolati telah memenuhi syarat-
syarat sah melakukan sholat;
b. Posisi orang yang menyolati berada di belakang
jenazah;

c. Jarak antara orang yang menyolati dengan


jenazah tidak melebihi 300 dzira’ (144 m), bila
sholat dilaksanakan di luar masjid;
d. Antara jenazah dan orang yang menyolati tidak
ada penghalang kecuali jenazah dalam keranda
yang ditutup dan tidak dipaku atau dilaksanakan
di dalam masjid;
e. Orang yang menyolati berada di dekat jenazah
jika jenazah tidak ghoib.

3. Rukun Sholat Jenazah


1. Niat;

21
2. Berdiri bagi yang mampu;
3. Takbir 4 kali dengan menghitung takbiratul
ihram;
4. Membaca surat al fatihah, dilakukan setelah
takbir pertama;
5. Membaca sholawat Nabi Muhammad saw.
setelah takbir kedua;
6. Mendoakan jenazah setelah takbir ketiga;
7. Membaca salam pertama ditambah ‫وبركاته‬.

BACAAN NIAT SHOLAT


‫ َهِذِه الَم ِّيَتِة َفْر َض ِكَفاَيٍة َاْر َبَع َتْك ِبْيَر اٍت‬/ ‫ُأَص ِّلى َعلى َهذا اَلمِّيِت‬
‫ َم ْأُم وًم ا ِهلِل َتَعاَلى‬/ ‫ِإَم اًم ا‬
“Saya niat menyolati pada mayit ini dengan empat
takbir sebagai makmum atau imam, fardlu kifayah
karena Allah”

UNTUK SHOLAT GHOIB


‫ُأَص ِّلى َع َلى َم ْن َم اَت َو ُغ ِس َل ِم َن اْلُم ْسِلِم ْيَن ِفي َأْقَطاِر اَألْر ِض َاْر َبَع‬
‫ َم ْأُم وًم ا َفْر َض ِكَفاَيٍة ِهلِل َتَعاَلى‬/ ‫َتْك ِبْيَر اٍت ِإَم اًم ا‬
“Aku menyolati orang yang meninggal dan telah
dimandikan dari orang-orang islam di penjuru bumi
dengan empat takbir, fardlu kifayah dengan menjadi
imam atau makmum karena Allah”
atau,
‫ُأَص ِّلى َع َلى َم ْن َص َّلى َع َلْيِه اِإْلَم اُم َاْر َبَع َتْك ِبْيَر اٍت َم ْأُم وًم ا َفْر َض ِكَفاَيٍة ِهلِل‬
‫َتَعاَلى‬

22
‫‪“Aku menyolati mayit yang disholati oleh imam empat kali‬‬
‫‪takbir, fardlu kifayah dengan menjadi makmum karena‬‬
‫”‪Allah‬‬

‫‪Bacaan Sholawat Nabi‬‬


‫أللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫‪Atau lebih lengkapnya‬‬
‫أللهم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى‬
‫َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِس ِّيِد َنا‬
‫ِإْبَر اِهْيَم ِفْي الَعاَلِم يَن ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬
‫‪Baik juga ditambah hamdalah dipermulaan‬‬

‫‪Bacaan Do’a Pada Jenazah Setelah Takbir Ketiga‬‬


‫الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلُه‪/‬لَها ‪َ ،‬و اْر َح ْم ُه‪َ /‬ها ‪َ ،‬و َعاِفِه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و اْعُف َع ْنُه‪َ/‬ها‬

‫‪Atau lebih lengkapnya‬‬


‫الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلُه‪/‬لَها ‪َ ،‬و اْر َح ْم ُه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و َعاِفِه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و اْعُف َع ْنُه‪َ/‬ها ‪،‬‬
‫َو َأْك ِرْم ُنُز َلُه‪َ/‬ها َو َو ِّسْع ُم ْد َخ َلُه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و اْغ ِس ْلُه‪َ/‬ها ِباْلَم اِء َو الَّثْلِج‬
‫َو اْلَبَرِد ‪َ ،‬و َنِّقِه‪َ/‬ها ِم َن اْلَخ َطاَيا َك َم ا ُيَنَّقى الَّثْو ُب اَألْبَيُض ِم َن الَّد َنِس ‪،‬‬
‫َو َأْبِد ْلُه‪َ/‬ها َداًر ا َخ ْيًر ا ِم ْن َداِر ِه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و َأْهال َخ ْيًر ا ِم ْن َأْه ِلِه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و َز ْو ًج ا‬
‫َخ ْيًر ا ِم ْن َز ْو ِج ِه‪َ/‬ها ‪َ ،‬و َأْد ِخ ْلُه‪َ/‬ها اْلَج َّنَة ‪َ ،‬و َأِع ْذ ُه‪َ/‬ها ِم ْن َع َذ اِب اْلَقْبِر ‪،‬‬
‫َوِم ْن َع َذ اِب الَّناِر‬

‫‪Bila jenazah yang disholati belum baligh, maka sunnah‬‬


‫‪ditambah‬‬

‫‪23‬‬
‫َو ُذ ْك ًر ا وِع َظًة َو اْع ِتَباًر ا وَش ِفيًعا وَثِّقْل‬, ‫َها‬/‫َها َفَر ًطا َأِلَبَو يِه‬/‫اللهّم اْج َعْلُه‬
‫ُمَو اِزيَنُهَم ا وَأْفِرِغ الَّصْبَر َع َلى ُقُلوِبِهَم ا و اَل َتْفِتْنُهَم ا‬, ‫َها‬/‫ِبِه‬
‫َها‬/‫َو اَل َتْح ِرْم ُهَم ا َأْج َرُه‬, ‫َها‬/‫َبْعَدُه‬

Kesunnahan Sholat Jenazah


1. Bila jenazah laki-laki maka bagi imam munfarid
(sholat sendiri) sebaiknya berdiri tepat pada kepala.
Bila jenazah perempuan posisinya tepat pada
pinggul atau pantat;
2. Membaca doa setelah takbir keempat sebelum
salam sebagaimana berikut:
‫َها‬/‫ َو َال َتْفِتَّنا َبْعَدُه‬، ‫َها‬/‫الَّلُهَّم َال َتْح ِرْم َنا َأْج َرُه‬
3. Membaca salam kedua;
4. Dilaksanakan di dalam masjid;
5. Memperbanyak shaf sholat jenazah minimal 3 shaf.

Catatan
1. Orang yang paling utama untuk menyolati jenazah
adalah orang yang terdekat dari jalur ‘Ashobah
kemudian dari jalur Dzawil Arham;
2. Jika makmum tertinggal dua takbir dari imam tanpa
‘udzur, maka sholatnya batal. Karena itu sama
dengan tertinggal dua rukun fi’li (rukun yang berupa
pekerjaan);
3. Ketika makmum takbir dan hendak membaca Al
Fatihah, kemudian imam takbir yang kedua dan
makmum belum sempat selesai membaca Al

24
Fatihah maka hukum Al Fatihah itu gugur dan dia
hukumnya seperti makmum masbuq;
4. Sholat Ghoib diperkenankan ketika ada seseorang
meninggal di luar daerah musholli (orang yang
sholat). Jika masih dalam satu daerah (berada
didekat orang yang meninggal) dengan musholli
maka tidak diperkenankan melakukan sholat ghoib.
Syarat sah sholat ghoib adalah orang yang terkena
kewajiban menyolati saat jenazah meninggal dunia;
5. Diperkenankan menyolati jenazah yang sudah di
kubur dengan syarat orang yang menyolati
termasuk orang yang terkena kewajiban saat
jenazah meninggal dunia. Tidak masalah walaupun
jenazah sudah rusak (membusuk).

PROSESI KEEMPAT
MEMAKAMKAN JENAZAH
Membawa Jenazah Ke Pemakaman
1. Jenazah segera dibawa ke pemakaman setelah
disholati;
2. Tidak boleh mengusung jenazah dengan cara
meremehkan jenazah (tidak manusiawi) atau
dikhawatirkan jatuh;
3. Posisi kepala jenazah berada di depan.

Para Pengiring Jenazah

25
1. Sebaiknya berada di depan jenazah dengan jarak
yang tidak terlalu jauh sekira bila menoleh masih
dapat melihat usungan jenazah;
2. Sunnah mempercepat jalan (antara jalan biasa dan
lari) agar jenazah segera sampai di pemakaman;
3. Saat membawa jenazah sunnah untuk diam dan
memikirkan tentang kematian. Namun setelah
melihat realita yang ada, bahwa banyak orang-
orang yang mengiring jenazah menyibukkan diri
dengan berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat,
maka sebagian ulama’ menilai bahwa yang lebih
baik adalah mengeraskan suara dengan berdzikir;
4. Bagi wanita makruh mengiring jenazah.

Ukuran Liang Kubur


Panjang : Sepanjang jenazah ditambah kira-kira
setengah meter.
Lebar : Kurang lebih satu meter.
Dalam : Setinggi postur tubuh manusia biasa
normal ditambah kira-kira setengah meter.

26
Tipe Liang Kubur
1. Liang cempuri, yakni liang kuburan yang tengahnya
digali (seperti menggali sungai), tipe ini
diperuntukkan bagi tanah yang lunak.
2. Liang landak ( lahat ) yakni, liang kuburan yang sisi
sebelah baratnya digali sekira cukup untuk
membaringkan jenazah. Tipe ini diperuntukkan untuk
tanah yang keras.
Batas Minimal Penguburan
 Liang yang dapat menghalangi penyebaran bau
jenazah dan dapat melindunginya dari penggalian
binatang buas.

Teknis Penguburan Jenazah


1. Setelah jenazah sampai di tempat pemakaman,
keranda diletakkan di arah posisi kaki jenazah
(untuk Indonesia pada arah selatan pemakaman);
2. Kemudian secara
perlahan jenazah
dikeluarkan dari
keranda. Dimulai
dari kepalanya
lalu diangkat
dalam posisi agak miring dan kepala menghadap
kiblat;

27
3. Kemudian diserahkan pada orang yang ada di
dalam kubur yang sudah siap untuk
menguburkannya. Ini bisa dilakukan oleh tiga
orang, yang pertama bertugas menerima bagian
kepala, orang kedua bagian lambung, dan orang
ketiga bagian kaki serta dianjurkan yang pertama
masuk keliang kubur adalah kedua kaki jenazah.
Bagi orang yang menyerahkan jenazah
disunnahkan membaca do’a:
‫َلَها في‬/‫َها وَو ِّسْع َلُه‬/‫َها وَأْك ِرْم َم ْنِزَلُه‬/‫اللهم اْفَتْح َأْبَو اَب الَّس َم اِء ِلُر وِح ِه‬
‫َها‬/‫َقْبِر ِه‬
4. Bagi yang meletakan disunnahkan membaca do’a:
‫ِبْس ْم ِْهللا الَّرْح َمِن الَّرِح يِم َو َعلى ِم َّلِة َر ُس وِل ِهللا َص َلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه‬
‫َو َس َّلِم‬
5. Kemudian jenazah diletakkan pada dasar makam
dengan posisi menghadap (miring) kearah kiblat
serta kepala diarah utara. Tali-tali, terutama yang
ada pada bagian atas supaya dilepas, agar wajah
jenazah terbuka. Kemudian pipi jenazah
ditempelkan pada tanah.
6. Kepala, punggung serta kakinya diganjal dengan
bantalan dari tanah/ gelu (red. jawa) agar jenazah
tidak menenelungkup atau terlentang. Dalam
membuat bantalan dari tanah disunnahkan dengan
hitungan ganjil seraya membaca surah Al Qadr;

28
7. Mengumandangkan adzan dan iqomah ditelinga
kanan jenazah dengan suara pelan;
8. Menutup liang kubur dengan papan agar tanah
uruk tidak mengenai jenazah;
9. Setelah liang kubur ditutup dan sebelum ditimbun
tanah, bagi penta’ziah (orang sekeliling)
disunnahkan untuk mengambil tiga genggaman
tanah bekas penggalian kubur, kemudian
menaburkannya kedalam kubur melalui arah
kepala jenazah. Pada taburan pertama Sunnah
membaca:
‫ِم ْنَها َخ َلْقَناُك ْم اللهم َلِّقْنُه ِع ْنَد اْلَم ْس َأَلِة ُح َّج َتُه‬
Pada taburan kedua:
‫َها‬/‫وِفْيَها ُنِع ْيُد ُك ْم اللهم اْفَتْح َأْبَو اَب الَّس َم اِء ِلُر وِحِه‬
Pada taburan ketiga:
‫َها‬/‫وِم ْنَها ُنْخ ِرُج ُك ْم َتاَر ًة ُأْخ َر ى اللهم َج اِف اَأْلْر ِض َعْن َج ْنَبْيِه‬

29
10. Setelah kubur ditimbun dengan tanah, disunnahkan
memasang dua nisan;
11. Disunnahkan meletakan pelepah yang masih
basah, menaburkan bunga, memberi minyak
wangi, meletakan kerikil, serta memercikan air
diatas makam;
12. Selanjutnya salah satu wakil keluarga atau orang
yang ahli ibadah mentalqin jenazah, bagi yang
mentalqin duduk dengan posisi menghadap ke
timur dan lurus dengan kepala jenazah. Dan bagi
penta’ziah sebaiknya berdiri.
13. Selesai talqin pihak keluarga dan penta’ziah
sebaiknya tidak bergegas untuk pulang, akan tetapi
tinggal sebentar untuk mendo’akan jenazah agar
dipermudah oleh Allah SWT. Dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar
dan Nakir.

Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Pemakaman


1. Haram satu liang kubur digunakan untuk mengubur
dua orang yang berlainan jenis kecuali suami istri
atau ada hubungan mahrom, maka hukumnya
makruh. Hal ini selama tidak ada kebutuhan
mendesak seperti banyaknya orang yang
meninggal sementara pemakamannya sempit;
2. Bila ketika menggali liang kubur ditemukan tulang
jenazah lama maka harus diuruk dan berpindah

30
ketempat lain. Sedang bila tulang tersebut
ditemukan setelah penggalian selesai maka boleh
diletakan di sebelah sisi liang kubur kemuadian
meletakan jenazah baru di sampingnya;
3. Haram membangun makam atau mengkijing
dengan permanen di pemakaman umum (bukan
tanah milik pribadi). Kecuali mkam para nabi, orang
mati syahid, dan orang yang sholeh boleh untuk
dibangun karena agar diziarahi dan diambil
berkahnya;
4. Makruh menginjak atau duduk di atas makam
orang muslim kecuali ada darurat;
5. Tidak diperbolehkan memindah jenazah dari
daerah tempat meninggalnya sebelum disholati.
Memandikan, mengkafani, dan menyolati
merupakan tanggungjawab masyarakat tempat
meninggal.

Contoh Talqin:
. ‫ َلُه ْالُح ْك ُم َو ِإَلْيِه ُتْر َجُعْو َن‬،‫ ُك ُّل َش ْي ِء َهاِلٌك ِإَّال َو ْج َهُه‬. ‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم‬
‫ َفَم ْن ُز ْح ِزَح َع ِن‬،‫ُك ُّل َنْفٍس َذ اِئَقُة اْلَم ْو ِت َو ِإَّنَم ا ُتَو َّفْو َن ُأُجْو َر ُك ْم َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
‫ ِم ْنَها َخ َلْقَناُك ْم‬. ‫ َوَم ا اْلَحَياُة الُّد ْنَيا ِإَّال َم َتاُع اْلُغ ُرْو ِر‬، ‫الَّناِر َو ُأْد ِخ َل اْلَج َّنَة َفَقْد َفاَز‬
،‫ ِم ْنَها َخ َلْقَناُك ْم ِلَأْلْج ِر َو الَّثَو اِب‬،‫َو ِفْيَها ُنِع ْيُد ُك ْم َوِم ْنَها ُنْخ ِرُج ُك ْم َتاَر ًة ُأْخ َر ى‬
،‫ ِبْس ِم ِهللا‬.‫ َو ِم ْنَها ُنْخ ِر ُج ُك ْم ِلْلَع ْر ِض َو اْلِحَس اِب‬،‫َو ِفْيَها ُنِع ْيُد ُك ْم ِللُّد ْو ِد َو الُّتَر اِب‬
‫ َهَذ ا َم ا‬. ‫ َو َع َلى ِم َّلِة َرُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،‫ َو ِإلَى ِهللا‬،‫ َو ِم َن ِهللا‬،‫َو ِباِهلل‬
‫ ِإْن َكاَنْت ِإَّال َص ْيَح ًة َّواِح َد ًة َفِإَذ ا ُهْم َجِم ْيٌع‬. ‫َو َعَد الَّرْح َم ُن َو َصَدَق اْلُم ْر َس ُلْو َن‬
. ‫َّلَدْيَنا ُم ْح َضُرْو َن‬

31
‫هي فالن ‪ ........‬ساإيكي سيرا ووس ماتي‪ ،‬لن ساإيكي سيرا ووس عاليه‬
‫ماراع عالم قبر‪ ،‬ياإيكو عالم برزح‪ .‬سيرا أجا عانتي اللي فركارا كع سيرا‬
‫أوكمي نليكا سيرا فيساه كارو كيطا كابيه‪ ،‬ياإيكو نكسيني يين تمن أورا أنا‬
‫فعيران كع حق كجابا كوستي هللا تعالى‪ .‬لن نكسيني كوستي كنجع نبي محمد‬
‫إيكو أوتوساني هللا تعالى‪ .‬هي فالن‪ ،‬سيع عاتي‪-‬عاتي يين سيرا دي تكاني‬
‫مالئكة لورو كع دي فسراهي يوبا ماراع سيرا‪ ،‬سيرا أجا كاكت لن أجا‬
‫كومتر‪ ،‬عرتييا سأتمني كع بكال نكاني مراع سيرا إيكو‪ ،‬إيا فدا‪-‬فدا مخلوقي‬
‫هللا‪ .‬هي فالن‪ ،‬يين مالئكة لورو معكو تاكون مراع سيرا معكني‪ :‬سفا‬
‫فعيرانمو؟ أفا أكامامو؟ سفا نبيمو؟ أفا اعتقادمو؟ لن أفا كع سيرا سوعكمي‬
‫نليكا سيرا ماتي؟ يين سيرا دي تكوني كيا معكونو جوابو‪ :‬فعيرانكو كوستي‬
‫هللا‪ ،‬يين دي كفيع فيندوني تاكوني جوابو منيه‪ :‬كستي هللا إيكو فعيرانكو‪ ،‬يين‬
‫دين كفيع تلوني تاكوني إيا إيكو فتاكون فوعكاسان‪ ،‬سيرا جوابو تكاس‪ ،‬أجا‬
‫كومتر لن أجا كواتير‪ :‬كوستي هللا إيكو فعيرانكو‪ ،‬أكاما إسالم إيكو أكماكو‪،‬‬
‫كوستي محمد إيكو نبيكو‪ ،‬كتاب القراءن إيكو فانوتانكو‪ ،‬صالة سمبهياع‬
‫إيكو كواجبانكو‪ ،‬ووع إسالم كبيه إيكو سدولوركو‪ ،‬نبي إبراهيم إيكو فر‬
‫ساسات بفاءكو‪ ،‬أكو أوريف لن متي نتفي أوجافان‪ :‬ال إله إال هللا محمد‬
‫رسول هللا‪.‬‬
‫هي فالن‪ ،‬حجة‪-‬حجة كع إعسون واراهاكي مراع سيرا إيكو جكالنا كع‬
‫تمن‪ ،‬عرتييا يين سيرا بكال ماعكون إع عالم قبر عنتي بيسوك دينا قيامة‪،‬‬
‫ياإيكو ديناني ووع‪-‬ووع أهل قبر فدا دي تاعيأكي‪ ،‬هي فالن‪ ،‬يين فاتي إيكو‬
‫حق‪ ،‬ماعكون إغ قبر‪ ،‬فيتاكوني منكر نكير أنا إع قبر‪ ،‬ديناني تاعي سكيع‬
‫قبر‪ ،‬أناني حساب‪ ،‬تراجو‪/‬تيمباعان‪ ،‬ووط صراط المستقيم‪ ،‬نراكا لى‬
‫سواركو إيكو كبيه حق مسطي أناني‪ ،‬ستوهوني كوستي هللا إيكو بكال‬
‫ناعيأكي وعكع أنا إع عالم قبر‪.‬‬
‫‪Hei Fulan! Saiki siro wus mati, lan saiki siro wus ngalih marang‬‬
‫‪alam qubur, yoiku alam barzakh, siro ojo nganti lali perkoro‬‬
‫‪kang siro ugemi naliko siro pisah karo kito kabeh, yoiku nekseni‬‬
‫‪yen temen ora ono pengeran kang haq kejaba gusti Alloh ta’ala,‬‬
‫‪lan nekseni yen gusti kanjeng Nabi Muhammad iku utusane‬‬
‫‪Alloh ta’ala. Hei Fulan! Sing ngati-ngati yen siro ditekani‬‬

‫‪32‬‬
malaikat loro kang dipasrahi nyubo marang siro, siro ojo kaget
lan ojo gumeter, ngertio saktemene kang bakal nekani marang
siro iku iyo podo-podo makhluqe Alloh. Hei Fulan! Yen malaikat
loro mengko takon marang siro mangkene: Sopo pengeranmu?
Opo agamamu? Sopo Nabimu? Opo I’tiqodmu? Lan opo kang
siro sungkemi naliko siro mati? Yen siro ditakoni mengkono
jawabo: pangeranku gusti Alloh, yen dikaping pindoni pitakone
jawabo maneh,gusti Alloh iku pengeranku, yen di kaping teloni
pitakone yoiku pitakon pungkasan, siro jawabo teges, ojo
gumeter lan ojo kuatir, gusti Alloh iku pengeranku, agama Islam
iku agamaku, kanjeng Nabi Muhammad iku nabiku, kitab Al-
Quran iku panutanku, sholat sembahyang iku kewajibanku,
wong Islam kabeh iku sedulurku, nabi Ibrohim iku persasat
bapakku, aku urip lan mati netepi ucapan: ‫ال إله إال هللا محمد رسول‬
‫هللا‬.
Hei Fulan! Hujjah-hujjah kang ingsun warahake marang siro iku
cekelono kang temen, ngertio yen siro bakal manggon ing alam
qubur nganti besok dino qiyamat, yoiku dinane wong-wong ahli
qubur podo ditangeake.
Hei Fulan! Yen pati iku haq, manggon ing qubur, pitakone
Munkar Nakir ono ing qubur, dinane tangi saking qubur,
anane hisab, traju/timbangan, wot/shirothul mustaqim,
neroko lan swargo iku kabeh haq meshti anane, setuhune
gusti Alloh iku bakal nangiake wong kang ono ing alam
qubur.

‫ آِنْس‬،‫ َوَي ا َح اِض ًر ا َلْيَس ِبَغْيٍب‬، ‫ الَّلُهَّم َيا َأِنْيَس ُك ِّل َوِح ْي ٍد‬،‫َو َنْس َتْو ِد ُعَك َيا ُهللَا‬
،‫ َو َال َتْفِتَّن ا َبْع َدُه‬،‫ َو َلِّقْن ُه ُح َّج َت ُه‬،‫ َو اْر َح ْم ُغ ْر َبَتَن ا َو ُغ ْر َبَت ُه‬،‫َو ْح َدَتَنا َوَو ْح َدَت ُه‬
‫ الَّلُهَّم َج اِف‬،‫ الَّلُهَّم َعْب ُدَك َر ٌّد َع َلْي َك َف اْر َأْف ِب ِه َو اْر َح ْم ُه‬،‫َو اْغ ِف ْر َلَن ا َو َل ُه‬

33
، ‫ َو َتَقَّبْلُه ِم ْنَك ِبَقُبْو ٍل َح َس ٍن‬،‫ َو اْفَتْح َأْبَو اَب الَّس َم اِء ِلُرْو ِح ِه‬،‫ْاَألْر َض َعْن َج ْنَبْيِه‬
‫ َو ِإْن َك اَن ُم ِس ْيًئا َفَتَج اَو ْز َعْن‬،‫الَّلُهَّم ِإْن َك اَن ُم ْح ِس ًنا َفَض اِع ْف ِفي ِإْح َس اِنِه‬
‫ َو َس َالٌم‬، ‫ ُسْبَح اَن َرِّبَك َر ِّب اْلِع َّز ِة َع َّم ا َيِص ُفْو َن‬، ‫ َيا ُهللَا َيا َر َّب اْلَعاَلِم ْيَن‬.‫َسِّيَئاِتِه‬
.‫ آِمْين‬. ‫ َو اْلَح ْم ُد ِهلِل َر ِّب اْلَعاَلِم ْيَن‬، ‫َع َلى اْل ُم ْر َسِلْيَن‬

TA’ZIYAH
 Pengertian Ta’ziyah
Secara bahasa, ta’ziyah mempunyai arti berusaha
untuk bersabar dan menghibur lara. Sedangkan secara
istilah, yakni memerintah dan mendorong untuk
bersabar, mencegah agar tidak mengeluh,
mendo’akan untuk jenazah agar mendapatkan pahala
dan untuk orang yang terkena mushibah agar diberi
ganti yang lebih baik.

 Hukum Ta’ziyah
Di sunnahkan ta’ziyah pada kerabat jenazah selain
yang wanita muda dan tidak ada ikatan mahram, maka
tidak di sunnahkan ta’ziyah padanya kecuali bagi
suami dan mahramnya.
 Keutamaan Ta’ziyah
Rasulullah SAW.Bersabda :“Tidak ada seorang
Muslim yang menghibur (ta’ziyah) saudaranya yang
terkena mushibah kecuali Allah akan mengenakan
perhiasan kemulian padanya di hari kiamat”.dan
“Barang siapa menghibur orang yang terkena
mushibah, maka dia akan mendapatkan pahala yang
sama seperti pahalanya orang yang terkena
mushibah”. dan “Barang siapa menghibur orang yang

34
kesusahan, maka dihari kiamat akan dipakaikan
selimut padanya”.

 Waktu Ta’ziyah
Bagi orang yang mukim, waktu ta’ziyah dimulai
setelah pemakaman sampai tiga hari, sedangkan bagi
orang yang sedang bepergian, maka dimulai dari
kedatangannya dari bepergian sampai tiga hari.
Sedangkan setelah batas waktu itu hukumnya makruh.

Catatan :
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________

35
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________

36

Anda mungkin juga menyukai