PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Era modern manajemen adalah sebutan bagi abad ke-21. Pada era modern
manajemen ini juga ditandai dengan adanya konsep manajemen kualitas total di
akhir abad ke-20, pada saat ini diperkenalkan oleh seorang ahli manajemen yang
bernama W. Edwards Deming dan Joseph Juran.
Deming juga sering disebut sebagai Bapak Kontrol Kualitaspada saat itu, yang
mana ia telah mengemukakan bahwasanya mayoritas dari permasalahan di dalam
hal kualitas bukan berasal dari kesalahan para pekerja, tetapi terdapat pada
sistemnya. Beliau juga menekankan betapa pentingnya peningkatan kualitas
dengan menyusun teori 5 langkah reaksi berantai. Dan apabila kualitas tersebut
dapat ditingkatkan, maka :
Pada akhir era manajemen sains ditandai dengan adanya madzab perilaku dalam
pemikiran tentang manajemen. Mahzab ini tidak memperoleh pengakuan luas
hingga tahun 1930-an.
Ahli lainnya. Mary Parker Follet menerbitkan bukunya yang berjudul “Creative
Experience” – 1924 berisikan suatu filosofi bisnis yang lebih mengutamakan
integrasi sebagai sebuah cara dalam mengurangi konflik tanpa dominasi maupun
kompromi. Follet berpendapat bahwa tugas pemimpin adalah menentukan tujuan
sasaran organisan serta mengintegrasikannya dengan tujuan kelompok dan
tujuan individu, organisasi harus berdasarkan pada etika kelompok daripada
individualisme.
Penerapan prinsip yang kaku justru mengurangi tingkat efektivitas dan efisiensi
dalam mencapai tujuan. Berikut prinsip-prinsip yang perlu dilakukan oleh
pemimpin atau manajemen.
1. Inisiatif
2. Egaliter
4. Kesatuan Arah
5. Disiplin, Pembagian Kerja, Wewenang dan Tanggung Jawab.
6. Sentralisasi, Ketertiban, Stabilitas Masa Kerja, Espirit de Corps, dan beberapa
prinsip lainnya.
3. Teori Manajemen Birokrasi
Max Weber, seorang sosiolog dari Jerman, mengemukakan teori manajemen
birokrasi agar sebuah organisasi memiliki aturan sehingga organisasi memiliki
tata kelola yang jelas. Dalam menerapkan teori manajemen birokrasi, diperlukan
prinsip-prinsip yang meliputi rantai komando, pembagian kerja yang jelas dan
bertanggung jawab, pemisahan aset pribadi pemilik dengan organisasi, aturan
yang konsisten dan ketat, dokumentasi dan pencatatan yang cermat, serta seleksi
dan kenaikan jabatan karyawan berdasarkan kinerja dan kontribusi untuk
perusahaan.
4. Teori Manajemen Hubungan Antar Manusia
Teori manajemen ini dijelaskan oleh Elton Mayo dalam teorinya yang
menjelaskan hubungan antar manusia. Ia melakukan eksperimen yang mencari
hubungan antara perubahan lingkungan kerja dengan produktivitas yang
didapatkan.
5. Teori Manajemen Sistem
Teori manajemen berikutnya berfokus pada bagaimana agar sebuah sistem dapat
berfungsi secara optimal dengan mengharmoniskan komponen-komponen
penyusunnya. Dalam teori manajemen sistem, sinergisitas dan sinkronisasi antar
subsistem sangat ditekankankan agar sistem dapat berjalan dengan baik.
6. Teori Manajemen Kontingensi
Teori yang dikembangkan oleh Fred Fiedler ini menyatakan bahwa tidak ada
gaya kepemimpinan yang terbaik.
7. Teori Manajemen X dan Y
Teori manajemen X digunakan oleh manajer untuk menghadapi karyawan yang
tidak bertanggung jawab dan apatis terhadap pekerjaan mereka sendiri ataupun
perusahaan. Sementara teori manajemen Y digunakan oleh manajer yang percaya
bahwa karyawannya bertanggung jawab, memiliki motivasi, berkomitmen, dapat
diandalkan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi pengorganisasian yang dalam bahasa Inggrisnya organizing
berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur dengan
bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga
hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap
keseluruhannya.
c. Pengarahan (actuating)
Fungsi pengarahan (actuating) merupakan fungsi terpenting dan paling
dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan
setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada.
d. Pengoordinasian (coordinating)
Setelah dilakukan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerja
kepada para karyawan oleh manajer, langkah selanjutnya adalah
pengoordinasian. Koordinasi itu sangat penting di dalam suatu
organisasi. Beberapa alasan mengapa organisasi sangat penting, yaitu :
1) Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan
kekembaran atau kekosongan pekerjaan.
2) Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan
untuk pencapaian tujuan perusahaan/organisasi.
3) Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
4) Supaya semua unsur manajemen (6M) dan pekerjaan masing-
masing individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan
organisasi.
Menurut Henry Fayol ada beberapa tipe-tipe koordinasi, antara
lain :
1) Koordinasi vertical
Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-
unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah dan
tanggungjawabnya.
2) Koordinasi horizontal
Koordinasi horizontal adalah mengoordinasikan tindakan-
tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan
yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat
organisasi (aparat) yang setingkat.
e. Pengendalian (controlling)
Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat
menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengendalian ini berkaitan erat
dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal
yang saling mengsisi, karena :
1) Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan.
2) Pengendalain baru dapat dilakukan jika ada rencana.
3) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian
dilakukan dengan baik.
4) Tujuan baru dapat diketahuan tercapai dengan baik atau
tidak setelah pengendalian atau penilaian dlakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA