Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2017
Latar Belakang
Manajemen adalah cabang dari ilmu sosial. Semua ilmu dari cabang ilmu sosial pasti
mengalami perkembangan. Hal ini terjadi karena ilmu sosial bersifat dinamis yaitu selalu
mengikuti perkembangan zaman.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa hari ini tak kan ada tanpa ada masa lalu, maka
dari itu apapun yang ada di dunia ini pasti memiliki sejarah termasuk juga manajemen.
Sebelum kita mempelajari manajemen alangkah baiknya kita mempelajari sejarah
perkembangan manajemen agar kita lebih senang dalam mempelajari manajemen.
Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen
memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam
meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.
Dimana dalam ilmu manajemen dikemukakan ada beberapa aliran sebagai dasar
pemikiran yang dibagi berdasarkan aliran klasik, aliran hubungan manusiawi dan manajemen
modern yang merupakan cikal bakal teori manajemen yang berkembang terus dengan
berbagai aliran lainnya. Adapun aliran pemikiran klasik dikenal dengan pendekatan proses
dan produksi sedangkan aliran hubungan manusiawi lebih melihat dari sisi bagaimana
sumber daya manusia yang berada dalam organisasi. Seseorang manajer hendaklah
mempelajari dan memahami secara keseluruhan tentang perkembangan (evolusi) manajemen
yang telah rnenghasilkan teori-teori manajemen yang muncul dari berbagai aliran, sehingga
manajer dapat menggunakan teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu.
Pendahuluan
Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal.
• Drs. Oey Liang Lee: Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ilmu Manajemen pada sebelum abad 20 terjadi 2 peristiwa yang cukup penting.
Peristiwa pertama tahun 1776 saat Adam Smith memunculkan doktrin ekonomi klasic "The
Wealth of Nation yang dalam buku yang ia terbitkan mengemukakan tentang keungulan
ekonois yang akan didapat oleh organisasi atas pembagian kerja. Pembagian kerja atau
division of labor ini oleh Adam Smith yaitu mengenai perincian pekerjaan pekerjaan kepada
tugas yang lebih spesifik serta berulang. Dengan meneliti sebuah industri pabrik peniti
sebagai penelitian, Adam Smith mengungkapkan bahwa dengan 10 orang menjalankan tugas
khusus perusahaan bisa memproduksi sekitar 48 ribu peniti dalam sehari, namun apabila tiap
orang bekerja sendiri menyelesaikan pada tiap tiap bagian dari pekerjaan, menghasilkan 10
peniti saja sehari sudah sangat bagus. Adam Smith berkesimpulan bahwa suatu pembagian
kerja bisa meningkatkan tingkat produktifitas dengan :
1. Menghemat waktu
2. Menigkatkan keterampilan para pekerja
3. Menciptakan mesin serta penemuan yang lain yang bisa menghemat tenaga kerja
Peristiwa yang ke-2 adalah terjadinya Revolusi Industri di Britania. Revolusi industri
ini ditandai dengan banyaknya penggunaan mesin yang mengantikan peran manusia yang
kemudian mengakibatkan perpindahan aktivitas produksi yang awalnya dari rumah kerumah
menuju tempat yang khusus untuk produksi yang kita kenal sebagai "pabrik". Akibat kejadian
ini membuat para manajer kala itu memerlukan teori yang bisa membantu dalam meramalkan
permintaan, kecukupan bahan baku, memberikan tugas tugas untuk bawahan, mengarahkan
aktivitas sehari hari dan yang lainnya sehingga menyebabkan ilmu manajemen kemudian
mulai dikembangkan oleh ahli.
Era manajemen sains juga diramaikan oleh teori administratif, yaitu teori tentang hal
apa yang harus dilakukan oleh manajer serta bagaimana membentuk sebuah praktek
manajemen yang baik. Henry Fayol, seorang industriawan yang berasal dari Prancis
mengemukakan gagasan tentang Lima fungsi manajemen yang utama. fungsi fungsi
manajemen menurut Henry Fayol tersebut antara lain
1. Merancang
2. Mengorganisasi
3. Memerintah
4. Mengkoordinasikan
5. Mengendalikan
Gagasan fungsi manajemen menurut henry fayol ini kemudian dipergunakan sebaagai
kerangka kerja dalam buku ajar ilmu manajemen pada tahun 1950 dan terus berkembang
sampai saat ini.
Pada era ini, Max Weber, seorang ahli sosiologi asal Jerman mengambarkan sebuah
tipe ideal bagi organisasi yang disebut dengan birokrasi. bentuk oraganisasi yang bercirikan
dengan pembagian kerja, hirarki yang didefinisikan secara jelas, peratran serta kettapan yang
sangat rinci, dan sejumlah hubungan impersonal. Namun begitu, Max Weber sadar bahwa
birokrasi yang ideal tidaklah ada dalam realita. Max Weber bermaksud menggambarkan tipe
organisasi itu dengan menjadikan landasan dalam berteori mengenai bagaimana pekerjaan
bisa dijalankan dalam kelompok yang besar. Teori tersebut telah menjadi contoh bagi banyak
organisasi besar pada masa sekarang.
Pada tahun 1940 an, Patrick Blackett menelurkan ilmu tentang riset operasi yang
merupakan ilmu kombinasi dari mikroekonomi dan teori statistika. Riset operasi ini lebih
familiar dikenal dengan 'manajemen sains' dengan mencoba pendekatan ilmiah dalam
menyelesaikan masalah yang ada pada manajemen khususnya dibidang operasi danllogistik.
Tahun 1946, Peter F Drucker menerbitkan buku mengenai manajemen terapan. "Concept of
the Corporation". Buku ini menugaskan penelitian mengenai organisasi.
Pada akhir era manajemen sains ditandai dengan adanya madzab perilaku dalam
pemikiran tentang manajemen. mahzab ini tidak memperoleh pengakuan luas hingga tahun
1930-an. yang menjadi katalis utama atas kelahiran mahzab ini adalah studi penelitian yang
dikenal dengan eksperimen Hawthrone. Eksperimen ini dilaksanakan pada tahun 1920 an
hingga 1930 an yang bertempat di Pabrik Hawthrone yang dimiliki Western Electric
Company. Pada awalnya, kajian ini hanya bertujuan untuk mempelajari pengaruh penerangan
lampu terhadap produktifitas kerja. Dan hasil kajiannya mengindikasikan insentif semisal
jabatan, lama jam kerja, upah, periode istirahat memiliki pengaruh yang sedikit terhadap
output para pekerja dibandingkan tekanan kelompok, rasa aman dan penerimaan kelompok.
Peneliti kemudian menyimpulkan bahwa norma sosial atau standar kelompok adalah penentu
yang utama perilaku kerja tiap individu
Era Modern
Pada perkembangan peradaban rnanusia, ilmu terbagi dalam tiga kelompok besar,
yaitu :
• Ilmu yang mempelajari setia/seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya yang erat
hubungannya dengan alam beserta isinya dan secara universal mempunyai sifat yang
pasti dan sarna serta tidak dipisahkan oleh ruang dan waktu, disebut ilmu eksakta,
contoh : fisika, kimia dan biologi.
• IImu yang mempelajari seluruh gejala rnanusia dan eksistensinya dalam hubungannya
pada setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dinamakan
ilmu sosial/non eksakta, misalnya : ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum,
administrasi dan lain-lain.
IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Pada tahun 1886
Frederick W. Taylor melakukan suatu percobaan time and motion study dengan
teorinya ban berjalan. Dari sini lahirlah konsep teori efisiensi dan efektivitas.
b. Perspektif humanistik
Timbul karena aliran klasik dianggap tidak dapat meyelesaikan masalah secara tuntas.
Tokohnya adalah Hugo Munsterberg dan Elton Mayo. Perspektif ini menekankan
keterbukaan, empati, perilaku suportif dan kesamaan. Pada umumnya sifat-sifat ini akan
membantu interaksi menjadi lebih berarti, jujur, memuaskan.
Keterbukaan
Sifat keterbukaan paling tidak menunjukkan ada 2 aspek tentang komunikasi antar
pribadi. Aspek pertama, dan mungkin yang paling jelas yaitu bahwa kita harus terbuka pada
orang-orang yang berinteraksi pada kita. Hal ini ini tidak berarti bahwa kita harus dengan
serta merta menceritakan semua latar belakang tentang kehidupan kita. Namun yang penting
ada kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum. Dari sini orang lain akan
mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita.Sehingga aspek komunikasi akan mudah
dilakukan.
Aspek kedua dari keterbukaan menunjukkan pada kemauan kita untuk membertikan
tanggapan tehadap orang lain dengan jujur dan terus terang dengan segala sesuatu yang
dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, kita ingin orang lain untuk memberikan tanggapan
secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang ia katakan. Disini keterbukaan
diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap
komunikasi dan umpanbalik orang lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dengan mudah
dilakukan dan dapat menimbulkan keslahpahaman orang lain seperti marah atau tersinggung.
Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau
posisi orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu
memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha
melihat dan merasakan seperti apa yang dilihat dan dirasakan orang lain.
Satu hal yang perlu ditambahkan disini, bahwa empati berbeda dengan simpati.
Simpati berarti seseorang mempunyai perasaan terhadap orang lain. Misalkan Anda tidak
lulus ujian. Dalam simpati, saya hanya merasa kasihan dan sedíh. Sedangkan dalam empati,
saya berusaha untuk ikut serta merasakan apa yang dirasakan dan dialami Anda.
Mungkin yang paling sulit dari sifat-sifat komunikasi hádala mencapai kemampuan
untuk berempati terhadap pengalaman orang lain. Karena dalam empati, seseorang sebaiknya
tidak melakukan penialian terhadap perilaku orang lain dan harus dapat mengetahui perasaan,
kesukaan, nilai, sikap dan perilkau orang lain.
Perilaku Suportif
Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif.
Artinya, seseorang dalam menghadapi statu masalah tidak bersikap bertahan (defensif).
Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif.
Menurut Jack R Gibb menyebutkan 3 perilaku yang menimbulkan perilaku suportif yakni
deskriptif, spontanitas dan profesionalisme. Sebaliknya dalam perilaku defensif ditandai
dengan sifat-sifat: evaluasi, strategi dan kepastian.
a. Deskriptif
Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif dibanding dengan suasana
evaluatif. Artinya, orang yang memilki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau
deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini ,biasanya orang tidak merasa dihina
atau ditantang, tetapi merasa dihargai. Sedangkan orang ynag memiliki sifat evaluatif
cenderung menilai dan mengecam orang lain dengan menyebutkan kelemahan-kelemahan
perilakunya.
Biasanya kata-kata yang diguankan hádala goblok, ngawur, tidak pernah becus dan
sebagainya. Sifat semacam ini cenderung membuat orang mebjadi bersikap mempertahankan
diri. Namur demikian, hal ini bukan berarti bahwa semua komunikasi evaluatif akan
menimbulkan tanggapan bertahan. Kadangkala seseorang yang sudah mengetahui watak
orang lain yang bersikap evaluatif,ia akan menanggapinya sebagai sesuatu yang wajar.
b. Provisionalisme
Seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memilki sikap berfikir, sifat
terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima
pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.
Perilaku Positif
Komunikasi antar pribadi akan efektif kita memiliki perilkau positif.Sikap positif
dalam komunikasi antarpribadi menunjuk paling tidak pada 2 aspek, yaitu: pertama,
komunikasi antarpribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri.
Kedua, mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi.
a. Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Dikenal sebagai Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah
berupa pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas.Dalam
bukunya “Psychology and Indutrial Efficiency”, ia memberikan 2 cara untuk meningkatkan
produktivitas:
1. Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan
yang akan dikerjakannya.
2. Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk
memaksimalkan produktivitas.
b. Elton Mayo (1880 -1949)
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana manusiawi
menggambarkan manajer berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi buruk,
hubungan dalam organisasi pun akan memburuk
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen merupakan
kerjasama dengan orang-orang untuk menentukan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).
Contoh Kasus Manajemen
Sebuah perusahaan akan mengalami kondisi pasang surut dalam menjalankan
kegiatan ekonominya. Dalam hal perkembangan perusahaan, mulai dari berdiri hingga
mampu bertahan, kondisi pasang surut tersebut bisa jadi merupakan suatu proses menuju
keberhasilan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Merupakan hal yang wajar bila kondisi
tersebut terjadi karena kegiatan ekonomi bukanlah sesuatu yang berjalan konstan dari waktu
ke waktu dan juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti daya beli masyarakat hingga
budaya masyarakat yang mempengaruhi keinginan pasar. Dengan situasi dan kondisi
tersebut, manajemen perusahaan memiliki peranan penting dalam menjalankan roda kegiatan
perusahaan. Bisa dikatakan bahwa keberhasilan perusahaan tergantung pada kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan mulai dari karyawan hingga kegiatan - kegiatannya.
Manajemen perusahaan yang baik juga pasti akan dipengaruhi oleh sosok manajer yang
handal di dalamnya yang menjadi pusat segala arahan, koordinasi hingga instruksi kepada
seluruh karyawan guna tercapainya tujuan perusahaan.
Di awal tahun 1993, perusahaan komputer raksasa dari Amerika IBM melakukan
pergantian di tingkat atas kepemimpinan perusahaan (Slater, 2001:12). Lou Gerstner ditunjuk
menjadi pimpinan dan CEO IBM yang baru menggantikan John Akers. Pergantian ini bukan
tanpa alasan, sebab tahun - tahun sebelumnya IBM telah merugi dari sisi pendapatan dan
pangsa pasar yang semakin berkurang.