Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Indonesia (datacatalog.worldbank.com, 2022) pada tahun 2021 memiliki jumlah


penduduk sekitar 276.361.788 penduduk dengan pendapatan per kapita (Gross Domestic
Product per capita) sebesar 4.000 USD pada tahun 2020 berdasarkan data dari world bank1.
Sedangkan (BKPM, 2022) mencatat jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada tahun
2019 tercatat sebanyak 65,47 juta unit2. Dalam siaran pers nya, kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian Republik Indonesia (Limanseto, 2022) menyatakan bahwa “peran
Usaha Mikro Kecil dan Menengah sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian di
Indonesia, dengan jumlahnya mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha. Kontribusi UMKM
terhadap PDB juga mencapai 60,5%, dan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah 96,9%
dari total penyerapan tenaga kerja nasional”3. Sedangkan jumlah kredit UMKM pada Juli
2021 menurut (Bank Indonesia, 2022) kredit bank umum untuk Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah sebesar Rp 1.102,66 triliun dengan pembagian Usaha Mikro sebesar
Rp.217.245.000.000.000, Usaha Kecil sebesar Rp.397.074.760.000.000 dan Usaha Menengah
sebesar Rp.488.335.520.000.0004 sedangkan (BKPM, 2022)“Menurut data dari Asosiasi
Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), pada 2020 terdapat sekitar 46,6 juta dari total
64 juta UMKM di Indonesia belum memiliki akses permodalan dari perbankan maupun
lembaga keuangan bukan bank”5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang selanjutnya dalam
penulisan ini akan disebut UMKM merupakan salah satu ujung tombak pemerintah Indonesia
demi meningkatkan perekonomian bangsa, namun dalam pelaksanaannya seringkali UMKM
memiliki keterbatasan pada akses permodalan baik dari perbankan maupun lembaga keuangan
bukan bank. Salah satu keterbatasan akses permodalan adalah status hukum dari UMKM yang
belum berbadan hukum sehingga kapasitas, modal dan kondisi UMKM tersebut oleh
perbankan atau lembaga keuangan bukan bank sulit memberikan pendanaan berdasarkan
prinsip 5c yaitu karakter (character), modal (capital), kapasitas (capacity), kondisi (condition),
jaminan (collateral). Untuk mengatasi hal tersebut, suatu terobosan yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia adalah membuat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta

1
https://datacommons.org/place/country/IDN?utm_medium=explore&mprop=count&popt=Person&hl=en#, ,
diakses pada tanggal 3 Oktober 2022 pukul 09.40WIB
2
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/berapa-jumlah-umkm-di-indonesia, diakses pada tanggal 3
Oktober 2022 pukul 10.05WIB
3
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai-critical-engine-perekonomian-
nasional-terus-mendapatkan-dukungan-pemerinta, diakses pada tanggal 3 Oktober 2022 pukul 10.15WIB
4
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/22/kredit-umkm-sebesar-rp-11027-triliun-pada-juli-
2021, diakses pada tanggal 3 Oktober 2022 pukul 10.45WIB
5
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/berapa-jumlah-umkm-di-indonesia, diakses pada tanggal 3
Oktober 2022 pukul 10.05WIB
Kerja (“UU Ciptaker”), yang merubah Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UU 40/2007”), dimana kategori Perseroan Terbatas ditambahkan bukan
hanya yang berupa persekutuan modal namun juga modal perseorangan dengan syarat-syarat
tertentu sehingga memungkinkan bagi para pengusaha UMKM yang tidak berbadan hukum,
mampu dan dapat berbadan hukum Perseroan Terbatas (“PT”).
Oleh karena itu, penulis akan membuat suatu makalah dengan judul “Perseroan
Terbatas Perseorangan Demi Kemajuan UMKM di Indonesia”.
PEMBAHASAN

Perseroan Terbatas merujuk pada definisi dalam UU 40/2007 adalah “badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”6. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa unsur Perseroan Terbatas dalam UU 40/2007 adalah :
1. Badan Hukum;
2. Suatu persekutuan modal;
3. Didirikan berdasarkan perjanjian;
4. Melakukan kegiatan usaha;
5. Memiliki modal dasar;
6. Memiliki saham(-saham); dan
7. Memenuhi persyarata sesuai undang-undang dan peraturan pelaksananya.
Dari pengertian dan unsur diatas, menurut penulis salah satu bagian yang penting dari konsep
UU 40/2007 tentang Perseroan Terbatas adalah persekutuan modal yang didirikan berdasarkan
perjanjian, oleh karenanya tidak dimungkinkan untuk suatu Perseroan Terbatas dimiliki dan
didirikan hanya oleh 1 (satu) orang saja, dengan demikian pelaku UMK perorangan akan sulit
untuk memulai suatu usaha seorang diri tanpa orang lain dalam bentuk bedan hukum Perseroan
Terbatas. Pemerintah Indonesia dalam menjawab kebutuhan para pelaku UMK perorangan
tersebut dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang mendukung kemudahan berusaha oleh
UMK antara lain : kemudahan berusaha melalui OSS (online single submission), kemudahan
perpajakan khusus bagi UMK dan pembentukan aturan yang mengakomodir bentuk Perseroan
Terbatas oleh seorang pelaku UMK melalui UU Ciptaker. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Satjipto Rahardjo bahwa “perkembangan yang terjadi di dunia mempengaruhi pembangunan
hukum nasional seperti : (1) bagaimana bahan transnasional bagi praktik hukum diciptakan;
dan (2) bagaimana kekuatan dari logika-logika yang bekerja dalam bidang ekonomi, negara
dan tatanan internasional juga berdampak pada bidang hukum, sehingga logika hukum
membentuk suatu microcosmos dari suatu fenomena yang lebih besar7.”
Pasal 1 ayat (1) UU 40/2007 dirubah oleh UU Ciptaker menjadi “Perseroan Terbatas,
yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

6
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
7
Andrew Betlehn, Bahan kuliah Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, pertemuan ke-3, halaman 7
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham atau Badan Hukum perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
mengenai Usaha Mikro dan Kecil” melalui perubahan pada pasal tersebut, pendirian
Perseroan Terbatas tidak lagi dibatasi oleh suatu persekutuan modal dan melalui perjanjian,
melainkan dapat didirikan oleh pemegang saham tunggal dengan syarat wajib memenuhi
kriteria usaha mikro dan kecil. Merujuk pada Bagian Ketiga Pasal 87 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pada Pasal 6 UU Ciptaker Jo. Pasal 6 Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, Dan
Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah “Kriteria Usaha Mikro dan
Kecil adalah berdasarkan rentang jumlah modal usaha yaitu mulai dari Rp.0 sampai dengan
Rp.5.000.000.000 (lima milyar Rupiah)” artinya Perseroan Terbatas Perorangan adalah badan
hukum yang didirikan oleh 1 (satu) orang dengan modal usaha maksimal sebesar
Rp.5.000.000.000 (lima milyar Rupiah). Dengan demikian para pelaku UMK perseorangan
memiliki kesempatan untuk memiliki usaha yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, dan
memiliki kesempatan dan/atau kemudahan untuk mendapatkan akses permodalan dari
perbankan atau lembaga keuangan non bank, karena telah memiliki status badan hukum.
Selain itu, salah satu keuntungan memiliki usaha yang berbadan hukum perseroan
terbatas adalah adanya pemisahan harta kekayaan dari pemiliknya dengan badan hukumnya,
dimana berdasarkan prinsip tanggung jawab terbatas yang dianut oleh UU 40/2007 para
pemegang saham, Perseroan Terbatas memiliki tanggung jawab terbatas yaitu Pemegang
saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat Perseroan dan atas
kerugian Perseroan melebihi jumlah saham yang dimiliki8. Dalam hal ini pelaku Usaha UMK
tidak perlu khawatir akan mengalami total loss termasuk pada harta kekayaan pribadinya,
karena melalui skema perseroan terbatas, kekayaan pribadi pemegang saham dilindungi dan
dipisahkan dari kekayaan perseroan9. Skema Perseroan Terbatas Perorangan ini bukanlah suatu
hal baru dalam sistem hukum di negara-negara lain, karena selain Indonesia beberapa negara
seperti Uni Eropa, Inggris, Malaysia dan Singapura telah terlebih dahulu menganut sistem sole
proprietorship with limited liability dengan berbagai macam sebutan pada masing-masing
negara, dimana walaupun pengaturannya berbeda-beda, namun konsepnya tetap sama yaitu
pemegang saham tunggal dengan tanggung jawab terbatas, perubahan ini merupakan terobosan

8
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
9
Pasal 153J UU Ciptaker tentang Perubahan UU 40/2007
besar bagi dunia usaha di Indonesia yang membuka ruang usaha bagi masyarakat Indonesia
demi berkembangnya ekonomi nasional dalam tantangan globalisasi.
Pemerintah Indonesia lebih lanjut memberikan aturan aturan turunan dari skema
Perseroan Terbatas Perorangan dengan menerbitkan beberapa peraturan yang mendukungnya
yaitu :

1. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2021 Tentang Modal Dasar Perseroan Serta


Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan Yang Memenuhi
Kriteria Untuk Usaha Mikro dan Kecil (“PP 8/2021”);
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2021 Tentang Kemudahan, Pelindungan, Dan
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (“PP 7/2021”);
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM No 21 Tahun 2021 tentang Syarat dan Tata Cara
Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas
(”Permenkumham 21/2021”)

Berdasarkan aturan-aturan turunan tersebut Perseroan Terbatas Perorangan juga memiliki


kemudahan pendirian badan hukum, melalui Permenkumham 21/2021 dijelaskan perseroan
terbatas dibagi menjadi 2 yaitu (1) Perseroan Terbatas persekutuan modal; dan (2) Perseroan
Terbatas Perorangan, dan aturan-aturan terhadap keduanya telah dibedakan dalam beleid ini.

Kemudahan Pendirian Perseroan Terbatas Perorangan

I. Pendirian Perseroan Terbatas Perorangan tidak diperlukan suatu akta notaris


sebagaimana halnya pendirian Perseroan Terbatas Persekutuan Modal, pemilik hanya
perlu mengisi form pernyataan pendirian yang dapat dilakukan secara elektronik
melalui SABH yang telah disiapkan oleh kementerian hukum dan HAM RI10.
II. Status badan hukum Perseroan Terbatas Perorangan tidak perlu dilakukan melalui
pengesahan oleh menteri, melainkan langsung diperoleh setelah mendaftarkan
pernyataan pendirian pendirian11
III. Tidak diperlukan pengumuman dalam tambahan berita negara sebagaimana pendirian
Perseroan Terbatas persekutuan modal pada umumnya.

10
Pasal 153A UU Cipta Kerja Jo. Pasal 13 Permenkumham Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pendaftaran Pendirian, Perubahan, Dan Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas
11
Pasal 14 Permenkumham Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pendaftaran Pendirian,
Perubahan, Dan Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas
IV. Perseroan Terbatas Perorangan bersifat one tier yaitu pemilik selaku pemegang saham
tunggal dan sebagai direksi tanpa perlu adanya dewan komisaris, sehingga
memudahkan untuk pengambilan keputusan dalam pengembangan usaha.12
V. Biaya PNBP yang murah pada pendirian yaitu hanya sebesar Rp.50.000 (lima puluh
ribu Rupiah) saja, sudah langsung memiliki badan hukum Perseroan Terbatas tanpa
biaya tambahan untuk Notaris karena tidak perlu akta notaris13
VI. Tatacara Pendirian yang mudah melalui sistem elektronik, serta sistem pemberian
sertifikat secara elektronik yang telah disiapkan oleh Kemenkumham, sehingga pelaku
usaha dapat mendirikan badan hukum dari rumah saja14

Kewajiban Perseroan Terbatas Perorangan


Walaupun pendiriannya mudah, cepat dan murah sebagaimana disebutkan diatas, Perseroan
Terbatas memiliki kewajiban yang tidak dimiliki oleh Perseroan Terbatas persekutuan modal
yaitu kewajiban untuk membuat laporan keuangan ditujukan kepada Kementerian Hukum dan
HAM RI dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setalah akhir periode akuntansi
berjalan.15 Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan yang memuat : (a)
laporan posisi keuangan; (b) laporan laba rugi; dan (c) catatan atas laporan keuangan tahun
berjalan.16. Kewajiban penyampaian laporan yang dimaksud adalah suatu upaya mitigasi yang
dilakukan oleh pemerintah agar inovasi hukum yang dilakukan pemerintah tidak
diselewengkan oleh para pelaku usaha menengah dan besar. Merujuk pada pasal 35 PP 7/2021
ayat (4) dan (5) untuk menentukan kriteria UMKM setelah pendirian usaha, dapat ditetapkan
juga melalui kriteria hasil penjualan tahunan yaitu maksimal sampai dengan Rp.2.000.000.000
(dua milyar Rupiah) untuk usaha mikro, dan maksimal sampai dengan Rp.15.000.000.000
(lima belas milyar Rupiah) untuk usaha kecil, dengan demikian apabila dalam laporan
keuangan yang diberikan oleh Perseroan Perorangan memiliki Modal usaha diatas ketentuan

12
Pasal 153D dan Pasal 153E UU Cipta Kerja
13
https://babel.kemenkumham.go.id/berita-utama/wow-dengan-biaya-pnbp-50-ribu-saja-badan-hukum-pt-
perorangan-didirikan-usaha-mikro-kecil-kab-bangka-antusias-ikuti-diseminasi-pt-perorangan-yang-
diselenggarakan-oleh-kemenkumham-babel, diakses pada tanggal 3 Oktober 2022 pukul 12.50WIB
14
Pasal 13 dan Pasal 14 Permenkumham Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pendaftaran
Pendirian, Perubahan, Dan Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas
15
Pasal 153F UU Cipta Kerja Jo.Pasal 10 PP Nomor 8 tahun 2021 Tentang Modal Dasar Perseroan Serta
Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan Yang Memenuhi Kriteria Untuk Usaha
Mikro dan Kecil
16
Pasal 10 PP 8 Tahun 2021 Tentang Modal Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan
Pembubaran Perseroan Yang Memenuhi Kriteria Untuk Usaha Mikro dan Kecil
dan/atau memiliki hasil penjualan diatas ketentuan maka, Perseroan Terbatas Perorangan wajib
dirubah menjadi Perseroan Terbatas Persekutuan Modal

Persyaratan Perseroan Terbatas Perorangan


Untuk mendirikan Perseroan Terbatas Perorangan terdapat syarat-syarat wajib yang harus
dipenuhi antara lain :
1. Pendiri sekaligus pemilik wajib orang perorangan dan bukan badan hukum
2. Memiliki KTP dan wajib berusia diatas 17 tahun
3. Cakap Hukum;
4. Memiliki NPWP
5. Dalam 1 (satu) tahun hanya dapat mendirikan 1 (satu) Perseroan Terbatas
Perorangan
Syarat-syarat tersebut merupakan syarat umum yang juga ditetapkan pada pendirian Perseroan
Terbatas persekutuan modal, yang membedakan adalah pemegang sahamnya dapat berupa
badan hukum.
Merujuk pada Teori Roscou Pound “Law as a tool of social engineering” Pemerintah
Indonesia telah menggunakan dan merubah hukum sebagai sarana rekayasa masyarakat, dalam
hal ini pelaku UMK untuk mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat yang adil dan makmur
melalui pembangunan ekonomi nasional, dimana dalam menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap kemudahan berusaha, pemerintah memberikan solusi dan jalan melalui hukum positif
agar terciptanya iklim berusaha yang positif dan berkesinambungan.
PENUTUP

UMKM sebagai pemegang peranan penting ekonomi Indonesia perlu didorong,


dikembangkan dan diberikan kemudahan serta perlindungan hukum dalam melakukan kegiatan
usaha, Pemerintah melalui UU Ciptaker mendukung UMK agar dapat tumbuh melalui badan
hukum Perseroan Terbatas Perorangan sehingga memiliki kepastian hukum dalam berusaha,
dan memiliki kemudahan terhadap akses permodalan, dan juga kemudahan dalam melakukan
kegiatan usaha.

Kesimpulan
Kehadiran Perseroan Terbatas Perorangan merupakan inovasi hukum oleh Pemerintah yang
menjawab kebutuhan masyrakat terhadap kemudahan berusaha demi terciptanya suatu
masyarakat yang adil dan makmur melalui hukum positif yang memberikan iklim berusaha
yang positif dan berkesinambungan.

Saran
Walaupun dalam Permenkumham 21/2021 sudah terdapat ketentuan teknis pelaksanaan
terhadap pendirian, perubahan serta pembubaran Perseroan Terbatas Perorangan, namun dalam
prakteknya berdasarkan pengalaman penulis, seringkali jangka waktu pengesahan yang
diterbitkan oleh kementerian Hukum dan HAM RI cukup lama untuk Perseroan Terbatas
Perorangan yang memiliki modal diatas Rp.1.000.000.000 (satu milyar Rupiah).
Oleh karena itu penulis menyarankan agar dalam Permenkumham 21/2021 ditambahkan
berapa lama jangka waktu pengesahan pendirian, perubahan dan pembubaran Perseroan
Terbatas Perorangan.

Anda mungkin juga menyukai