NIM : 2100018249
Kelas : C
Resume Video
1) PERTEMUAN 2 : PANDANGAN ISLAM TERHADAP TEKNOLOGI DAN SAINS
Ilmu pengetahuan dan agama sering menjadi topik perdebatan yang kontroversial. Dalam
kalangan akademisi, terkadang agama dianggap sebagai penghambat kemajuan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang kedokteran, komunikasi, dan olahraga. Namun,
perspektif Islam tentang sains dan logika serta peran agama dalam kemajuan ilmu
pengetahuan menawarkan sudut pandang yang berbeda.
Islam tidak hanya mengakui keberadaan sains, tetapi juga mendorong pengembangan
pengetahuan dan penelitian. Agama Islam memotivasi umatnya untuk belajar dan
mengembangkan pengetahuan dalam berbagai bidang, termasuk sains dan teknologi. Banyak
ulama Islam yang juga merupakan ilmuwan dan penemu terkenal dalam bidang sains dan
teknologi. Contohnya, terdapat nama-nama seperti Ibnu Hayyan, Al-Khawarizmi, Al-Farazi,
dan Al-Battani.
Al-Farazi dan Al-Battani, misalnya, membahas tentang astronomi sebelum teori Kepler
ditemukan. Begitu pula dengan Ibnu Batutah, yang diyakini telah menemukan benua Amerika
jauh sebelum Columbus. Islam juga memberikan sumbangan besar terhadap ilmu kimia,
dengan tokoh seperti Ibnu Hayyan yang merupakan seorang ahli kimia terkemuka di dunia.
Dengan demikian, perspektif Islam menunjukkan bahwa agama tidak harus bertentangan
dengan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk mempelajari dan
mengembangkan pengetahuan, termasuk dalam bidang sains dan teknologi. Agama dapat
berperan sebagai pendorong dan penyokong dalam kemajuan ilmu pengetahuan, dengan
mempromosikan pemikiran logis, metode penelitian, dan penggunaan akal dalam mencari
pengetahuan baru.
Namun, perlu diingat bahwa perspektif agama terhadap ilmu pengetahuan dapat berbeda-beda
tergantung pada interpretasi dan pemahaman individu atau kelompok. Terdapat keragaman
pendapat dalam agama Islam mengenai beberapa aspek ilmu pengetahuan tertentu, dan debat
dan perdebatan tentang hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan masih terus berlanjut.
Namun, penting untuk dicatat bahwa temuan ini adalah pandangan individu dari profesor
tersebut. Tidak semua ulama atau ilmuwan setuju dengan pandangan ini, dan perlu ada kajian
ilmiah yang lebih luas dan konsensus sebelum membuat kesimpulan yang pasti mengenai hal
ini. Interpretasi dan pandangan mengenai Ka'bah dan peranannya dalam agama Islam dapat
beragam di kalangan umat Muslim.
3) PERTEMUAN 4: SENI MENAHAN DIRI
Dalam Surat An-Nazi'at (QS. 79) ayat 40, Allah menjelaskan tentang orang-orang yang takut
kepada-Nya dan mampu menahan diri dari hawa nafsu. Sebuah penelitian yang dikutip pada
sekitar tahun 1995 dari seorang psikolog bernama Daniel Goleman meneliti anak-anak dalam
sebuah eksperimen.
Dalam eksperimen tersebut, anak-anak dipanggil ke dalam sebuah ruangan di mana sebuah
kue besar ditempatkan di atas meja. Guru memberi tahu mereka bahwa jika mereka ingin,
mereka boleh memakan kue tersebut sekarang, tetapi jika mereka menunggu beberapa menit
sampai guru kembali, mereka akan diberi hadiah berupa kue yang lebih lezat.
Dari temuan ini, dapat dikaitkan dengan puasa dalam konteks bahwa puasa mengajarkan kita
untuk menaati dan menahan diri. Puasa mengajarkan kita untuk menahan nafsu dan
mengendalikan keinginan-keinginan duniawi. Selain itu, puasa juga mengajarkan kita untuk
menahan diri dari hal-hal yang halal sebagai latihan untuk menahan diri dari hal-hal yang
haram.
Dalam kesimpulannya, temuan ini dapat memberikan perspektif bahwa kemampuan untuk
menahan diri dan mengendalikan nafsu memiliki pengaruh positif terhadap kepribadian dan
emosi seseorang. Puasa dapat menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan ini dan
memperoleh manfaat yang sama dalam kehidupan sehari-hari.
4) PERTEMUAN 5 : TAFSIR SURAT AL-KAUTSAR
Surat Al-Kautsar adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Qur'an yang berisi pesan Allah
untuk menghormati perayaan Idul Qurban dan bulan Dzulhijjah, yang meliputi ibadah haji
dan penyembelihan hewan kurban. Asbabun Nuzul (sebab turunnya) Surat Al-Kautsar
dikaitkan dengan kematian putra Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim. Dengan wafatnya
putranya, Nabi tidak memiliki lagi anak laki-laki atau keturunan dari anak laki-laki yang
dapat melanjutkan garis keturunan (abtar). Hal ini menyebabkan orang-orang kafir
mencemooh dan memperolok-olok Nabi dan para ulama karena tidak memiliki keturunan
laki-laki. Nabi Muhammad merasa sedih mendengar hal tersebut, dan Allah menurunkan ayat
ini sebagai penghiburan baginya.
Tafsir dari Surat Al-Kautsar meliputi beberapa poin:
a) Meskipun terjadi masalah dalam keturunan, Nabi Muhammad tidak boleh melupakan
nikmat-nikmat Allah yang lain yang telah diterima.
b) Surat ini menekankan pentingnya melaksanakan shalat karena Tuhan yang disembah,
dan juga mendorong untuk melakukan ibadah kurban.
c) Orang-orang yang mencela dan menghina Nabi Muhammadlah yang sebenarnya akan
terputus dan tidak akan memiliki keturunan.
Akhirnya, para penghina Nabi Muhammad, termasuk Abu Lahab, tidak memiliki keturunan
laki-laki yang akan melanjutkan garis keturunan mereka. Banyak pemimpin Quraisy yang
juga tidak memiliki keturunan laki-laki. Oleh karena itu, ditekankan untuk meningkatkan
ibadah dan pengabdian kepada Allah, terutama pada bulan Dzulhijjah. Penyembelihan hewan
kurban pada waktu ini adalah bentuk cinta kita kepada Allah. Hal ini mengingatkan kita agar
tidak terlalu terikat pada harta dunia dan memprioritaskan tindakan kurban sebagai ungkapan
cinta kita kepada Allah.
5) PERTEMUAN 6 : MENGAPA NABI DARI GOLONGAN MANUSIA DAN BUKAN
GOLONGAN MALAIKAT
Tidaklah perlu Allah mengutus Nabi, karena dengan perintah-Nya yang sederhana, segalanya
bisa terjadi. Namun, mengapa Allah tidak melakukannya?
Dengan mengutus Nabi dan memberikan contoh teladan, Allah memberikan kesempatan
kepada manusia untuk belajar dan memahami agama dengan akal sehat dan pengetahuan yang
baik. Ini merupakan cara yang lebih efektif dalam membangun iman dan hubungan dengan
Allah.
6) PERTEMUAN 7 : TAFSIR SURAT AL-KAFIRUN
Surat Al-Kafirun (bahasa Arab: )سورة الكافرونadalah surat ke-109 dalam Al-Qur'an yang terdiri
dari 6 ayat. Surat ini diturunkan di Mekah pada masa awal pengajaran Nabi Muhammad.
a) Ayat 1: Allah menyatakan bahwa orang-orang kafir tidak akan menerima agama
Islam, dan umat Muslim tidak akan menerima agama mereka. Hal ini menekankan
pemisahan yang tegas antara Islam dan kekafiran.
b) Ayat 2-3: Umat Muslim diperintahkan untuk beribadah hanya kepada Allah dengan
cara yang sesuai dengan ajaran-Nya. Sementara itu, orang-orang kafir akan tetap
menyembah dewa-dewa mereka sesuai keyakinan mereka. Tidak boleh ada campur
tangan atau kompromi dalam ibadah.
c) Ayat 4-5: Tidak ada kesepakatan atau kompromi yang mungkin terjadi antara Islam
dan kekafiran. Setiap individu harus teguh pada agamanya dan tidak boleh
terpengaruh oleh keyakinan orang lain.
d) Ayat 6: Setiap individu memiliki agama dan jalan ibadahnya sendiri, dan setiap orang
akan memperoleh balasan atas amal perbuatannya di hadapan Allah. Oleh karena itu,
umat Muslim diminta untuk teguh dalam menjalankan agama mereka tanpa
terpengaruh oleh orang-orang kafir.
Haji:
Haji merupakan ibadah yang wajib bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik, finansial,
dan mental untuk melakukannya setidaknya sekali seumur hidup. Sejarah haji bermula dari
zaman Nabi Ibrahim (Abraham) dan putranya, Nabi Isma'il (Ishmael), yang membangun
kembali Ka'bah di Makkah atas perintah Allah.
Menurut keyakinan Islam, pada zaman yang lebih awal, haji telah ditetapkan sebagai
kewajiban bagi manusia oleh Allah, tetapi praktiknya kemudian diubah. Dalam Al-Quran,
Allah menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim diperintahkan untuk memberitahukan manusia
tentang kewajiban mereka untuk melakukan ibadah haji, dan sebagai tanggapan, mereka akan
datang ke Makkah dengan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan yang lemah (QS. Al-
Hajj 22:27).
Sejarah haji juga terkait erat dengan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Nabi Muhammad
SAW. Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad melaksanakan haji hanya sekali, yaitu
pada tahun ke-10 Hijriah dalam apa yang disebut sebagai "Haji Wada" atau "Haji
Perpisahan." Saat itu, beliau memberikan ceramah terakhirnya di Bukit Arafah, yang berisi
pesan-pesan penting untuk umat Islam.
Umrah:
Umrah adalah ibadah yang tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan bagi setiap Muslim yang
mampu melakukannya. Umrah juga melibatkan kunjungan ke Masjidil Haram di Makkah,
tetapi berbeda dari haji karena waktu pelaksanaannya dapat dilakukan sepanjang tahun.
Sejarah umrah berakar pada zaman Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri melaksanakan
umrah beberapa kali selama hidupnya. Salah satu peristiwa penting dalam sejarah umrah
adalah saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mencoba melakukan umrah pada
tahun ke-6 Hijriah, namun dihalangi oleh musuh-musuh Islam. Peristiwa ini dikenal sebagai
"Perjanjian Hudaibiyah" dan akhirnya berhasil mencapai kesepakatan damai yang
menguntungkan umat Islam.
Dalam penuturan Al-Quran, umrah juga disebutkan sebagai bagian dari ibadah haji. Allah
berfirman dalam QS. Al-Baqarah 2:196, "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena
Allah." Meskipun berbeda dalam skala dan syarat-syarat pelaksanaannya, umrah tetap
menjadi bagian penting dari ibadah dan spiritualitas Muslim.
Secara singkat, haji dan umrah memiliki sejarah yang kaya dan merupakan bagian integral
dari ajaran Islam. Melakukan kedua ibadah ini adalah harapan setiap Muslim yang mampu,
karena dianggap sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan kesempatan untuk
membersihkan diri dari dosa serta mendapatkan berkah dan ampunan-Nya.
Ibadah haji juga merupakan peringatan dari perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Hal ini
mengajarkan pentingnya patuh terhadap perintah Allah meskipun tidak selalu memahami
hikmah di baliknya. Contohnya adalah saat Nabi Ibrahim mengantar Siti Hajar dan Ismail ke
Makkah serta ketika menyembelih Nabi Ismail.
Terkait kekuatan ekonomi, dalam Al-Quran disebutkan bahwa umat Islam harus mencapai
kekayaan untuk membangun peradaban. Kekuatan fisik diperlukan untuk mengembangkan
generasi yang taat kepada Allah. Dan kekuatan ilmu adalah fondasi peradaban Islam yang
menghargai dan meningkatkan ilmu pengetahuan.
Singkatnya, haji merupakan ibadah yang sangat agung dan penuh makna dalam Islam. Ia
melibatkan berbagai aspek kehidupan seorang Muslim, dan melalui haji, umat Islam dapat
merenungkan perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta meningkatkan iman, ekonomi,
fisik, dan ilmu pengetahuan dalam membangun peradaban yang lebih baik.
• Tingkatan Akhlaq: Islam menekankan bahwa tingkat akhlaq yang paling sempurna
adalah akhlaq yang terbaik dan paling mulia, yang dimiliki oleh Nabi Muhammad
SAW. Muslim diharapkan untuk meniru dan mengambil contoh dari akhlak
Rasulullah sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari.
• Kasih sayang dan Kelembutan: Islam mengajarkan pentingnya memiliki kasih sayang
dan kelembutan terhadap sesama, termasuk anggota keluarga, tetangga, teman, dan
bahkan hewan. Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan kasih sayang dan
perhatian kepada orang-orang di sekitarnya.
• Jujur dan Amanah: Jujur dan amanah adalah sifat-sifat yang sangat dihargai dalam
Islam. Muslim diharapkan untuk selalu berbicara jujur, menjaga amanah
(kepercayaan), dan tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh orang
lain.
• Kesabaran dan Rendah Hati: Kesabaran dan rendah hati adalah nilai-nilai penting
dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup. Islam mengajarkan pentingnya untuk
tetap sabar dan rendah hati dalam menghadapi segala situasi.
• Pemaafan dan Toleransi: Islam mendorong umatnya untuk menjadi pemaaf dan
memiliki sikap toleransi terhadap kesalahan orang lain. Memberi maaf dan
memaafkan adalah salah satu cara untuk mencapai kedamaian dan harmoni dalam
masyarakat.
• Keadilan dan Persamaan: Islam mengajarkan tentang pentingnya berlaku adil dan
memberikan hak yang sama kepada semua orang tanpa pandang bulu, baik dari segi
agama, ras, suku, atau status sosial.
• Rendah Hati dan Menghindari Kesombongan: Islam menekankan pentingnya rendah
hati dan menghindari kesombongan. Seorang Muslim harus selalu mengingat bahwa
segala sesuatu yang dimiliki adalah anugerah dari Allah.
• Berbicara dengan Baik dan Menghindari Ucapan yang Buruk: Islam mendorong
untuk berbicara dengan baik dan menghindari perkataan yang buruk, fitnah, dan gosip
yang bisa menyakiti perasaan orang lain.
• Menghormati dan Membantu Orang Lain: Islam mengajarkan untuk menghormati
orang lain, terutama orang tua, dan membantu mereka dalam kebutuhan mereka.
• Sikap Ikhlas: Muslim diharapkan untuk memiliki sikap ikhlas dalam segala perbuatan
dan ibadahnya, yaitu melakukannya semata-mata karena Allah dan bukan untuk
pamer atau mencari pujian dari orang lain.
Akhlaq dalam Islam bukan hanya sekedar teori, tetapi harus diimplementasikan dalam
tindakan dan perilaku sehari-hari. Dengan menerapkan akhlaq yang baik, seorang Muslim
dapat mencapai kedamaian batin dan menjalin hubungan harmonis dengan sesama manusia
serta mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat.