Anda di halaman 1dari 168

TESIS

PENGARUH PENERAPAN APLIKASI E-


SAMSAT,KESADARANWAJIB PAJAK,DAN KEPATUHAN
WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTORTERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL
MODERASI PADA UPTD PENDAPATAN WILAYAH KOTA
KUPANG

Paulus L. Sodak, S.Pi


NIM : 8112201047

KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG
2024
HALAMAN PERSETUJUAN
TESIS
PENGARUH PENERAPAN APLIKASI E-
SAMSAT,KESADARANWAJIB PAJAK,DAN KEPATUHAN
WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTORTERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL
MODERASI PADA UPTD PENDAPATAN WILAYAH KOTA
KUPANG

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh


Gelar Magister Manajemen

Oleh
Nama : Paulus Laurenst Sodak
NIM : 8112201047MM

Telah Disetujui Oleh

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Dr. Yolinda Yanti Sonbay,SE.,M.Sc Daniel Taolin,SE.,M.Si


NIDN : 0818089401 NIDN : 0804076401
Kupang, Januari 2024
Program Studi Magister Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Katolik Widya Mandira

Ketua Program Studi,

P.Dr. Paskalis Seran, SVD, Dipl, MBA


NIDN : 0826047603

i
SERTIFIKASI
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Paulus L. Sodak, S.Pi
NIM : 8112201047
Program Studi : Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Keuangan Daerah
Judul Tesis : Pegaruh Penerapan Aplikasi E-Samsat, Kesadaran
Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor Dengan Kualitas Pelayanan Publik Sebagai
Variabel Moderai Pada UPTD Pendapatan Wilayah
Kota Kupang.
Menyatakan bahwa Tesis yang saya ajukan adalah benar-benar merupakan

hasil kartya saya sendiri, dan belim pernah disampaika untuk memperoleh Gelar

Magister Manajemen di Universitas Katolit Widya mandira kupang tau pada

Universitas lainnya. Karya tulis ini adalah milik saya oleh karena itu pertanggung

jawabannya ada pada diri saya .

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaiman mestiya.

Kupang, Januari 2024

Paulus L. Sodak

ii
MOTTO

AKUILAH DIA DALAM


SEGALA LAKUMU, MAKA
IA AKAN MELURUSKAN
JALANMU

iii
ABSTRAK
Pauluas L. Sodak (8112201047) “Pengaruh Penerepan Aplikasi E-Samsat,
Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Dengan Kualitas Pelayanan Publik
Sebagai Variabel Moderasi” dibawah bimbingan Dr. Yolinda Yanti
Sonbay,SE.,M,Sc dan Daniel Taolin,SE.,M.Si.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) gambaran tentang
penerapan aplikasi E-Samsat, kesadaran wajib pajak kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor dan kualitas pelyanan publik di UPTD Pendapatan Daerah
Wilayah Kota Kupang. 2) pengaruh secara parsial tentang penerapan aplikasi E-
Samsat, kesadaran wajib pajak kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan
kulittas pelayanan publik di UPTD Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang. 3)
mengetahui pengaruh secara simultan tentang penerapan aplikasi E-Samsat,
kesadaran wajib pajak kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan kualitas
pelayanan publik di UPTD Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang.
Penelitian ini menggunakan metode survei kuantitatif yang bertujuan untuk
dapat menyelidiki kondisi atau keadaan. Sampel yang digunakan dalam penelitin
sebanyak 133 orang wajib pajak yang diakomodir oleh UPTD Pendapatan Daerah
Wilayah Kota Kupang. Data dikumpulkan dengan teknik dokumenntasi dan
wawancara, dan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial dan diolah
menggunakan Smart PLS 3.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel, E-Samsat,Kesadaran
Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dan Kualitas
Pelayanan Pajak berada pada kategori sangat baik. Maka hipotesis satu pertama
diterima.
Hasil analisis inferensial secara parsial menunjukkan bahwa variabel E-
samsat berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor, variabel kesadarab wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor, variabel kepatuhan wajib pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan wajib pajak, variabel
kualitas pelayanan publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan
pajak kendaraan bermotor, variabel kualitas pelayanan publik dapat memoderasi
pengaruh positif dan signifikan E-samsat terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor, variabel kualitas pelayanan publik memoderasi pengaruh positif dan
tidak signifikan kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor, variabel kualitas pelayaan publik memoderasi pengaruh postif dan
signifikan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan pajak
kendaraan bermotor. Sedangkan secara simultan menunjukan bahwa E-samsat,
kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, kepatuhan wajib pajak dan kualitas
pelayanan publik berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor. Nilai R-sqaure untuk variabel penerimaan pajak kendaraan bermotor
92,9% yang artinya bahwa hasil pengujian ini bahwa variabel E-samsat, kesadaran
wajib pajak, kepatuhan wajib pajak kendaraann bermotor dan kualitas pelayanan
publik memiliki kontrbusi terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor.
Kata Kunci : E-Samsat, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib
Pajak,Kualitas Pelayanan, Penerimaa Pajak Kendaraan Bermotor.

iv
ABSTRACT
Pauluas L. Sodak (8112201047) "The Effect of Implementing the E-Samsat
Application, Taxpayer Awareness, Motor Vehicle Taxpayer Compliance on
Motor Vehicle Tax Revenue with Public Service Quality as a Moderating
Variable" under the guidance of Dr. Yolinda Yanti Sonbay, SE., M, Sc and Daniel
Taolin, SE., M.Sc.
The aim of this research is to find out: 1) an overview of the implementation
of the E-Samsat application, taxpayer awareness of motor vehicle tax compliance
and the quality of public services at the Kupang City Regional Revenue UPTD. 2)
partial influence on the implementation of the E-Samsat application, taxpayer
awareness of motor vehicle tax compliance and the quality of public services in
the Kupang City Regional Revenue UPTD. 3) determine the simultaneous
influence of the implementation of the E-Samsat application, taxpayer awareness
of motor vehicle tax compliance and the quality of public services in the Kupang
City Regional Revenue UPTD.
This research uses a quantitative survey method which aims to investigate
conditions or circumstances. The sample used in the research was 133 taxpayers
who were accommodated by the Regional Revenue UPTD for the Kupang City
Region. Data was collected using documentation and interview techniques, and
using descriptive and inferential analysis and processed using Smart PLS 3.
The results of the descriptive analysis show that the variables, E-Samsat,
Taxpayer Awareness, and Motor Vehicle Taxpayer Compliance and Tax Service
Quality are in the very good category. So the first hypothesis is accepted.
The results of partial inferential analysis show that the E-samsat variable has
a positive and significant effect on motor vehicle tax revenue, the taxpayer
awareness variable has a positive and significant effect on motor vehicle tax
revenue, the taxpayer compliance variable has a positive and significant effect on
taxpayer revenue, the quality variable public services have a positive and
significant effect on motor vehicle tax revenues, the variable quality of public
services can moderate the positive and significant influence of E-samsat on motor
vehicle tax revenues, the variable quality of public services moderates the positive
and insignificant effect of taxpayer awareness on motor vehicle tax revenues, The
variable quality of public service moderates the positive and significant influence
of motor vehicle taxpayer compliance on motor vehicle tax revenue. Meanwhile,
it simultaneously shows that E-samsat, taxpayer awareness, taxpayer compliance,
taxpayer compliance and the quality of public services have a significant effect on
motor vehicle tax revenue. The R-sqaure value for the motor vehicle tax revenue
variable is 92.9%, which means that the results of this test are that the E-samsat
variable, taxpayer awareness, motor vehicle taxpayer compliance and the quality
of public services have a contribution to motor vehicle tax revenue.
Keywords: E-Samsat, Taxpayer Awareness, Taxpayer Compliance, Service
Quality, Motor Vehicle Tax Recipients.

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
berkat serta melimpahkan rahmat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaiakan tesis ini dengan judul “pengaruh penerapan aplikasi e-samsat,
kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor terhadap
penerimaan pajak kendaraan bermotor dengan kualitas pelayanan publik sebagai
variabel moderasi pada UPTD Badan Pendapatan Wilayah Kota Kupang” yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Manajemen pada
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universita
Katolik Widya Mandira Kupang.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan tesis ini dapat terselesaikan atas
dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapakn
terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis, terutama kepada :
1. Pater Dr. Philipus Tule, SVD selaku Rektor Universitas Katolik Widya
Mandira Kupang.
2. Ibu Dr. M. E. Perseveranda, SE, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira Kupang sekaligus sebagai
Punguji I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan waktu untuk
memberikan arahan, masukan, dan motivasi dalam proses penyelesian
penyusunan Penelitian Tesis ini.
3. Bapak P.Dr. Paskalis Seran, SVD, Dipl Theol,MBA selaku Ketua
Program Studi Magister Manajemen yang telah memberikan motivasi
dan arahan untuk penyusunan tesis selama proses perkuliahan.
4. Ibu Dr. Henny A Manafe, SE, MM selaku Sekretaris Program Studi
Magiter Manajemen yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan waktu
untuk memberikan arahan, masukan, dan motivasi dalam proses
penyelesian penyusunan Penelitian Tesis ini.
5. Ibu Dr. Yolinda Yanti Sonbay,SE, M.Sc selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan waktu untuk memberikan arahan,

vi
masukan, dan motivasi dalam proses penyelesian penyusunan Penelitian
Tesis ini.
6. Bapak Daniel Taolin, SE, MSi selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan waktu untuk memberikan arahan,
masukan, dan motivasi dalam proses penyelesian penyusunan Penelitian
Tesis ini.
7. Ibu Rere Paulina Bibiana, SE, M.Si selaku penguji II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan waktu untuk memberikan arahan,
masukan, dan motivasi dalam proses penyelesian penyusunan Penelitian
Tesis ini.
8. Teman-teman seperjuangan M.M angakatan 35 dan 36 atas motivasi,
dukungan dan kebersamaan dalm perkuliahan yang telah kita lalui
bersama.
9. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dengn cara masing-
masing yag tidak dapat disebutkan semuanya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi
semua yang telah disusun dan dipaparkan dalam penulisan ini adalah hasil
maksimal dari kemampuan penulis. Sehingga kiranyya tesis ini dapat
memberikan nilai tambah sebagai bahan masukan dalam melihat, memahami,
menangani dan memecahkan masalah yang diangkat. Penulis menyadari masih
ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu kritik
dan saran yag bersifat membangun sangat di harapkan untuk penyempurnaan
penelitian tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan perlindungan
dan berkat yang melimpah kepada kita semua dalam segala aktifitas setiap
harinya.

Kupang, Januari 2024

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................................5
1.2 Masalah Penelitian ......................................................................................... 17
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................17
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 18

BAB II
TELAAH PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis ..............................................................................................19
2.1.1 Otonomi Daerah .......................................................................................19
2.1.2 Visi Misi Pemerintah Daerah ...................................................................22
2.1.3 Konsep Pendapatan Daerah ......................................................................23
2.1.4 Konsep Kualitas Pelayanan Publik...........................................................25
2.1.5 Sistim Pemerintahan Berbasis Elektronik ................................................29
2.1.6 Konsep dan Implementasi ........................................................................31
2.1.7 Konsep Pemahaman dan Kesadaran Membayar Pajak ............................32
2.1.8 Konsep Kepatuhan Membayar Pajak .......................................................35
2.1.9 Pengertian Pajak .......................................................................................35
2.1.10 Jenis – Jenis Pajak .................................................................................36
2.1.11 Fungsi Pajak ...........................................................................................38
2.1.12 Dimensi Kualitas Pelayanan ...................................................................38
2.1.13 Kepuasan Wajib Pajak Badan Dengan Konsep Kepuasan Pelanggan ...41
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................................43
2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ..................................................................45

viii
2.3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................45
2.3.2 Hipotesis ...................................................................................................47

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian .................................................................................................49
3.2 Tempat dan waktu penelitian ...........................................................................49
3.3 Populasi dan sampel .........................................................................................49
3.3.1 Populasi .........................................................................................................49
3.3.2 Sampel ......................................................................................................50
3.4 Variabel Penelitian ...........................................................................................50
3.4.1 Indentifikasi Variabel ...............................................................................50
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ..................................................................51
3.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................................55
3.5.1 Jenis data menurut sifat ............................................................................55
3.5.2 Jenis data menurut sumber .......................................................................56
3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...............................................................56
3.6.1 Kuisioner ..................................................................................................56
3.6.2 Dokumentasi .............................................................................................57
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................................57
3.7.1 Analisis Statistic Deskriptif ......................................................................57
3.7.2 Analisis Statistic Inferensial .....................................................................58
3.7.3 Langkah Metode Partial Least Square (PLS) ...........................................59

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan......................................................................................64
4.1.1 Uni Pelaksana Teknis UPTD Pendapatan Daerah Kota Kupang .............64
4.1.2 Visi Misi ...................................................................................................65
4.1.3 Struktur Organisasi ...................................................................................67
4.2 Hasil Analsis ....................................................................................................68
4.2.1 Karakteristik Responden ..........................................................................69
4.2.2 Analisis Statistik Deskriptif......................................................................70

ix
4.2.3 Analisis Statistik Inferensial .....................................................................76
4.2.4 Pengujian Inner Model .............................................................................87
4.2.5 Pegujian Hipotesis ....................................................................................89
4.3 Pembahasan Hasil ............................................................................................93
4.3.1 Pembahasan Deskriptif .............................................................................93
4.3.2 Pembahasan Secara Parsial ......................................................................98
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................108
5.2 Saran ...............................................................................................................109
Daftar Pustaka ....................................................................................................... cxi
Daftar Lampiran ............................................................................................... cxviii

x
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Jenis Pajak Keendaraan Bermotor ...........................................................7
1.2 Target dan Realisasi ..................................................................................8
2.1 Penelitia Terdahulu .................................................................................45
3.1 Definisi Operasionak Variabel ...............................................................57
4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Usia ...............................................74
4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...............................75
4.3 Despkripsi Variabel E-Samsat ................................................................76
4.4 Deskripsi Variabel Kesadaran Wajib Pajak ............................................77
4.5 Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ...........................................78
4.6 Deskripsi Variabel Kualitas Pelayanan ..................................................79
4.7 Deskripsi Variabel Penerimaan Pajak ....................................................81
4.8 Outer Model Sebelum Outlier ................................................................82
4.9 Outer Model Setelah Outlier...................................................................85
4.10 Outer Loading .......................................................................................86
4.11 Determinant Validity atau Cross Section .............................................87
4.12 Average Variance Extrac ......................................................................88
4.13 Composite Realibility ...........................................................................89
4.14 Colinearity Statistic ..............................................................................90
4.15 R-Square ...............................................................................................93
4.16 Uji Signifikansi Path Coeficient ...........................................................94

xi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...........................................................................49
4.1 Struktur Organisasi ............................................................................73
4.2 Outer Model Sebelum Outlier............................................................83
4.3 Outer Model Setelah Outlier ..............................................................84
4.4 Hasil Uji Inner Model dan Bootstraping ............................................88

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah memberi kewenangan yang besar kepada Pemerintah

Daerah (Pemda) untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan daerah yaitu

mengentaskan kemiskinan, menciptakan dan menambah lapangan kerja, serta

meningkatkan pendapatan dan kesehjateraan masyarakat. Untuk mencapai

tujuan pembangunan daerah tersebut, Pemda dituntut menghasilkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari berbagai sumber pendapatan, dan

mengelolanya secara maksimal. Ini sejalan dengan tuntutan dari desentralisasi

fiskal dimana Pemda diharapkan mampu meningkatkan kreativitas dalam

menghimpun pendanaan sehingga dapat membiayai atau self financing

pengeluaran daerah sesuai dengan kebutuhannya. Penetapan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 sebagai revisi dari Undang – undang Nomor 32 Tahun

2004 telah membawa perubahan besar dalam struktur pemerintahan di

Indonesia, Undang-Undang ini memberikan nuansa baru dalam pemerintahan

daerah, yang selama ini pelaksanaannya sangat sentralistis dimana pemerintah

daerah hanya menjadi subordinat dari pemerintah pusat.

Pada dasarnya otonomi daerah adalah penyerahan wewenang, dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri, baik di lihat dari aspek administrasi maupun aspek

keuangannya. Dalam UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6 menyatakan

1
bahwa, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat, dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan Undang-undang ini pula kewenangan pemerintah daerah menjadi

sangat luas, bahkan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat hanya

kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan,

peradilan, moneter dan fiscal serta agama (pasal 7). Undang-Undang ini

adalah milik dan berlaku untuk seluruh negara dan daerah, karena Undang-

Undang ini bersifat Nasional.

Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah, dapat merupakan berkah sekaligus beban yang menuntut kesiapan

daerah untuk melaksanakannya, karena semakin banyaknya urusan dan

tanggung jawab bagi pemerintah daerah tersebut Darumurti dan Rauta (2003).

Pelaksanaan otonomi daerah, mengaharuskan agar daerah mempersiapkan

berbagai aspek pendukungnya seperti, sumber daya manusia, sumber daya

keuangan dan sarana prasarana Kaho (2007),. Hal ini sejalan untuk

mewujudkan kesesuaian antara prinsip dan praktek penyelenggaraan otonomi

daerah, maka terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu, faktor

manusia pelaksana, faktor keuangan daerah, faktor peralatan dan faktor

organisasi dan manajemen. Ke-empat faktor inilah yang sangat menentukan

keberhasilan otonomi daerah di masa yang akan datang. Semakin luasnya

kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah tentu saja menuntut

kualitas pemerintah daerah yang baik pula, artinya bahwa pemerintah daerah

2
harus menata diri baik dalam kelembagaan, sumber daya aparat, maupun

sumber daya masyarakat serta kemampuan keuangan. Dalam hal kemampuan

keuangan, saat ini masih menjadi kendala di banyak daerah di Indonesia.

Selama ini dalam struktur APBD ternyata lebih banyak berasal dari

pemerintah pusat, bahkan hanya propinsi Bali dan DKI saja yang

perbandingan komponen PAD terhadap APBD melebihi 50 % (Sidik, 2001).

Dalam pelaksanaan otonomi tentu saja menuntut kemampuan keuangan yang

besar pula, besar bukan hanya dalam jumlah, tetapi bagaimana daerah itu

dapat mengelola keuangannya dengan baik pula, artinya daerah harus dapat

mengelola keuangan berdasarkan prinsip value for money, artinya efektif,

efisien dan ekonomis (Mardiasmo, 2001). Selama ini dalam pengelolaan

keuangan daerah pemerintah daerah hanya mematuhi petunjuk dari

pemerintah pusat, misalnya dalam penyusunan anggaran daerah yang bersifat

line-item budgeting dan incrementallism. Dengan dasar seperti ini, anggaran

daerah masih mendapat arahan, batasan, serta orientasi subordinasi

kepentingan pemerintah atasan. Pengalaman yang terjadi menunjukkan

bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.

Manajemen keuangan daerah seringkali diartikan sebagai memobilisasi

sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh suatu daerah, pandangan seperti

ini terlalu menyederhanakan dan cenderung menghasilkan rekomendasi

kebijakan yang reaktif dan sepihak. Disisi lain banyak ditemukan

pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala

prioritas yang kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi, dan

3
efektivitas, karena kualitas perencanaan anggaran daerah relatif lemah.

Lemahnya perencanaan anggaran juga diikuti dengan ketidakmampuan

Pemerintah Daerah untuk meningkatkan penerimaan daerah secara

berkesinambungan. Sementara itu pengeluaran daerah terus meningkat,

sehingga hal tersebut meningkatkan fiscal gap. Keadaan ini pada akhirnya

akan menimbulkan underfinancing atau overfinancing yang pada gilirannya

akan mempengaruhi tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas unit kerja

Pemerintah Daerah.

Untuk itu diperlukan peran serta masyarakat, karena masyarakatlah

subjek dan objek pembangunan, masyarakatlah pemilik kedaulatan yang

memberikan mandat kepada pemerintah daerah serta masyarakatlah customer

yang sekaligus menjadi stakeholder dari pemerintah daerah. Objek

pengelolaan keuangan daerah adalah sisi penerimaan dan pengeluaran. Pada

sisi penerimaan, daerah dapat melakukan dua hal: pertama, memobilisasi

sumber-sumber penerimaan konvensional melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi pajak daerah serta optimalisasi pinjaman daerah dan laba

BUMD. Kedua, Daerah dapat juga melakukan optimalisasi penerimaan baru,

yaitu penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

dipisahkan. Untuk sumber yang terakhir ini daerah dapat melakukan

kemitraan dan privatisasi. Sedangkan sisi pengeluaran, daerah harus dapat

melakukan redefenisi proses penganggaran. Dalam rangka pelaksanaan

otonomi daerah, suatu daerah dapat dikatakan mampu apabila daerah tersebut

mampu menggali sumber-sumber penerimaan atau pendapatan bagi daerah

4
sehingga ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah pusat dapat

diminimalisir. Hal ini menegaskan bahwa kemampuan keuangan daerah tidak

dapat dipisahkan dari setiap kegiatan pemerintahan dalam membiayai

pembangunan daerah. Terdapat ciri utama yang menunjukan suatu daerah

mampu berotonomi, yaitu adalah terletak pada kemampuan keuangan

daerahnya, (Halim, 2004).

Semenjak tahun 2001 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

sebagaimana Provinsi lainnya diberikan hak otonomi, dengan demikian

daerah memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya secara

mandiri. Desentralisasi diberikan pemerintah pusat merupakan pendelegasian

kepada Provinsi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana diamanatkan oleh

undang-undang berkaitan dengan kemandirian administrasi, politik, dan

kemandirian fiskal. Otonomi fiskal memberi ruang besar untuk menggali

sumber-sumber penerimaan bagi daerah, sehingga dapat meningkatkan

pendapatan asli daerah sekaligus mengurangi tingkat ketergantungan terhadap

bantuan dana dari pemerintah pusat. Pemberian otonomi daerah, menjadikan

pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki wewenang yang

sama dengan daerah otonom lainnya, dalam menggali dan memaksimalkan

potensi lokalnya, guna meningkatkan pendapatan asli daerah yang akan

berdampak pada peningkatan kemampuan keuangan daerah itu sendiri.

Salah satu ukuran kemampuan daerah adalah terletak pada pendapatan

asli daerahnya. Pendapatan asli daerah mencerminkan kemampuan

pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam menggali dan

5
memaksimalkan segala potensi sumber daya lokalnya. Pemaksimalan sumber

daya lokal yang ada, dapat diwujudkan dengan cara melakukan intensifikasi

dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah upaya yang dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan memaksimalkan

penerimaan daerah dari sumber-sumber yang sudah ada, sedangkan

ekstensifikasi adalah upaya yang dapat dilakukan dengan memperluas basis

sumber penerimaan bagi daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan

asli daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan adanya Otonomi

Daerah maka Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur harus

mampu dan dapat mengelola rumah tangganya sendiri dengan berasakan pada

3 (tiga) P, yakni Personal, pembiayaan dan Perlengkapan. Kusus untuk akses

pembiayaan adalah bersumber pada Anggaran Belanja Pemerintah Daerah

(APBD). APBD yang direncanakan dan ditargetkan harus mampu

mengangkat atau mendongkrak kemandirian kuangan Daerah, yang salah satu

tujuannya adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan

asli daerah mencerminkan kemampuan pemerintah daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur dalam menggali dan memaksimalkan segala potensi sumber

daya lokalnya. Pemaksimalan sumber daya lokal yang ada, dapat diwujudkan

dengan cara melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah

upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara

Timur dengan memaksimalkan penerimaan daerah dari sumber-sumber yang

sudah ada, sedangkan ekstensifikasi adalah upaya yang dapat dilakukan

6
dengan memperluas basis sumber penerimaan bagi daerah sehingga dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Proses pembayaran pajak kendaraan yang dilakukan UPT Badan

Pendapatan Kota Kupang dilakukan selama dua belas bulan dalam satu tahun.

Jenis pajak pajak kendaraan dapat dilihat pada tabel 1.2. sebagai berikut ini :

Tabel 1.2
Jenis Pajak Kendaraan Bermotor

No. Jenis Pajak Kendaraan Bermotor


1. Bea Balik Nama Kendaraan (BBNKB)
2. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
5. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
6. Denda Pajak Kendaraan Bermotor (DPKB)
7. Denda Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (DBBNKB)
Sumber: UPT Bapenda Kota Kupang

Pada proses pemungutan pajak kendaraan bermotor selama ini yang

menjadi faktor utama penunjang pendapatan asli daerah, dimana pencapaian

realisasi tersebut selama ini belum mencapai target yang telah ditetapkan.

Realisasi Penerimaan dan pendapatan dilihat pada tabel 1.3. sebagai berikut :

7
Tabel 1.3.
Target dan Realisasi Penerimaan Tahun 2018 - 2022

No Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)


1. 2018 151.720.606.615,- 130.607.553.285,-
2. 2019 158.071.705.122,- 147.415.832.151,-
3. 2020 168.606.591.232,- 141.682.303.352,-
4. 2021 170.933.540.712,- 179.446.494.002,-
5. 2022 180. 689.867.644,- 185.333.716.646,-
Sumber: UPT Bapenda Kota Kupang

Berdasarkan Tabel 1.3. terlihat bahwa realisasi penerimaan pajak

kendaraan bermotor untuk wilayah Kota Kupang pada tahun 2018-2022

setiap tahunnya terjadi atau mengalami fluktuasi. berbeda dengan tahun 2021

realisasi penerimaan kendaraan bermotor mengalami kenaikan dan mencapai

target. Tahun 2018 realisasi penerimaan sebesar Rp.130.607.553.285,-

dengan target penerimaan Rp.151.720.606.615,- Tahun 2019 realisasi

penerimaan sebesar Rp.147.415.832.151,- dengan target

Rp.158.071.705.122,-. Tahun 2020 realisasi penerimaan sebesar

Rp.141.682.303.352,- dengan target Rp. 168.606.591.232,- Tahun 2021 dan

2022 realisasi penerimaan pada UPT Badan Pendapatan Daerah Kota Kupang

terjadi perubahan yang sangat signifikan yaitu Tahun 2021 sebesar

Rp.179.446.494.002,- dengan target Rp.170.933.540.712,-. Tahun 2022

realisasi penerimaan Rp.185.333.716.646 dengan target Rp.180.

689.867.644,-.

Pada tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa selisih tunggakan pajak

kendaraan bermotor dari tahun 2018-2022 mengalami fluktuasi. Tahun 2018

8
realisasi tunggakan sebesar Rp.138.659.853.330,- tahun 2019 naik sebesar

Rp.10.655.872.971,- tahun 2020 naik sebesar Rp. 26.294.287.880,- sedangkan

pada Tahun 2021 dan 2022 terjadi pencapaian target, yakni pada tahun 2021

naik sebesar Rp.8.512.953.290,- dan Tahun 2022 sebesar Rp.

4.643.849.002,-.

Wilayah Kota Kupang yang terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dan

51 Kelurahan, pada Tahun 2022 mempunyai jumlah penduduk mencapai 450

ribu jiwa lebih dengan luas wilayah 26,18 km² dan sebaran penduduk 16.730

jiwa/km². Hal ini tentunya menjadi faktor kesulitan dari UPT Badan

Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang dalam mengontrol proses

pemungutan dan penerimaan pajak kendaraan bermotor di wilayah Kota

Kupang. Dalam hal ini terjadi karena belum adanya kesadaran dari pemakai

kendaraan untuk melakukan kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor

baik roda dua maupun roda empat, serta tidak ada kepatuhan dari wajib pajak

dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Gunadi (2013 : 94)

mengemukakan bahwa Kepatuhan wajib pajak merupakan kesediaan untuk

memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa

perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun

ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

Wilayah Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi dengan jumlah

penduduknya yang heterogen juga berimplikasi pada tuntuan kinerja yang

harius lebih baik dari UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kaota

Kupang. Hal tersebut perlu didukung sebagai akibat dari kurangnya

9
kesadaran dari wajib pajak kendaraan bermotor, tidak adanya kepatuhan

wajib pajak, sehingga faktanya sering terjadi tunggakan yang terus meningkat

setiap tahunnya. Pada sisi lain kualitas pelayan pada yang diberikan dari

UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang dianggap sudah cukup

maksimal sehingga mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Persoalan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak menjadi sangat penting

karena jika wajib pajak belum sadar dan tidak patuh taat terhadap

kewajibannya sebagai pewajib pajak maka dapat menimbulkan hal –hal

seperti kelalaian, penunggakan bayar, yang akan berdampak pada upaya

penghindaran, yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu kurangnya

penerimaan pajak kendaraan kendaraan bermotor.

Gunadi (2013 : 94) mengemukakan bahwa Kepatuhan wajib pajak

merupakan kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai

dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi

seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum

maupun administrasi.

Wijayanti (2015) mengemukakan bahwa Pengetahuan wajib pajak

merupakan suatu proses dimana wajib pajak memahami dan mengetahui

tentang peraturan dan Undang-undang serta tata cara perpajakan dan

menerapkannya untuk melakukan kegiatan perpajakan seperti, membayar

pajak, melaporkan SPT, dan sebagainya. Rendahnya tingkat pengetahuan

wajib pajak juga terjadi pada wajib pajak, sehingga sosialisasi dilakukan juga

menjadi tak efektif dan mengakibatkan kelalaian serta tindakan penghindaran

10
yang terus dilakukan, di mana perlu diberi pengarahan bahwa pajak itu bukan

hanya merupakan kewajiban setiap warga negara tetapi juga merupakan hak

setiap masyarakat untuk ikut serta dalam pembiayaan negara melalui

pembangunan.

Pemeriksaan pajak dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi

pengawasan terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk meningkatkan

penerimaan pajak. Mardiasmo (2011 : 54) mengemukakan bahwa

Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang berkerja sama dengan

Direktorat Lalu Lintas melakukan pemeriksaan pajak kendaraan,

pemungutan pajak kendaraan, dan penertiban kelengkapan kendaraan yang

sebelumnya telah di sosialisasikan dengan berbagai sarana, termasuk media

sosial, dan sebagai pemicu untuk meningkatkan kesadaran maka dilakukan

tex amnesti dalam membayar pajak kendaraan, untuk dapat meringankan

pewajib pajak dalam membayar tunggakan pajak.

Peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilakukan antaralain,

pemeriksaan kelengkapan surat surat pajak, penagihan/ pemungutan pajak

kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat diharapkan dapat

menimbulkan kesadaran bagi wajib pajak untuk membayar pajak maupun

penunggakannya. Ibrahim (2008 : 22) mengemukakan bahwa Kualitas

11
pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana penilaian

kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan publik

tersebut. Kualitas pelayanan publik yang baik dan transparan dari UPT Badan

Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang dalam bentuk kecepatan dan

kemudahan administrasi perpajakan, kepastian hukum, rasa nyaman, dan rasa

aman dalam pemberian pelayanan berdampak pada adanya kesadaran dan

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya dalam membayar

pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Mardayani (2016), dapat

disimpulkan bahwa kualitas pelayanan dan denda pajak kendraan bermotor

berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor. Biaya kepatuhan berpengaruh negatif

dan signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kabupaten Bulukumba.

Penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya oleh Juliati (2015), yang

berkesimpulan bahwa Pelayanan yang memuaskan akan menghasilkan

kepuasan bagi para wajib pajak sedangkan sebaliknya pelayanan yang kurang

memuaskan akan menghasilkan sebuah kekecewaan bagi wajib pajak atau

pelanggan yang merasakannya.

Dalam kinerja sektor publik, tidak dapat dipisahkan dari penentuan

standar pelayanan publik. Dengan begitu pelayanan merupakan implementasi

dari pada hak dan kewajiban antara negara/pemerintah dan masyarakat yang

12
harus diwujudkan secara berimbang dalam penyelenggaraan bantuan

pelayanan oleh aparatur negara/pemerintahan. Pelayanan publik menurut

Wasistiono (Hardiyansyah, 2011) merupakan pemberian jasa kepada

masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran untuk memenuhi kebutuhan atau

kepentingan masyarakat. Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang

artinya menolong menyediakan segala apa yang diperlukan bagi orang lain

untuk kegiatan melayani. Karena pada dasarnya setiap manusia pasti

membutuhkan pelayanan, bahkan bisa dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat

dipisahkan dengan kehidupan manusia (Sinambela, 2010).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, peneliti menemukan

bahwa banyaknya masyarakat yang masih kurang puas dengan pelayanan

yang diberikan oleh pegawai yang ada di kantor bersama SAMSAT UPT

Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang tersebut, beberapa

masyarakat penerima layanan mengatakan bahwa mereka mempertanyakan

terkait lamanya sistem pelayanan yang diberikan, tidak sebanding dengan

kualitas pengguna jasa pelayanan, masih adanya perbedaan kualitas

pelayanan dengan kata lain adanya “pandang bulu” kepada masyarakat selaku

penerima pelayanan, selain itu kurangnya sumber daya manusia juga

mengakibatkan terhambatnya proses registrasi, serta masalah jaringan yang

sering kali menghambat pengurusan berkas lainnya, hal ini akibat dari

pelayanan yang dilakukan tidak memenuhi standar operasional prosedur

(SOP) sehingga banyak keluhan dari kalangan pengguna jasa layanan Kantor

SAMSAT khusunya masyarakat. Uraian di atas peneliti tertarik untuk

13
meneliti lebih dalam mengenai penyelenggaraan efektivitas pelayanan publik

di Kantor SAMSAT UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang

tersebut, dalam melaksanakan tugas pokoknya, menjalankan fungsinya

sebagai pelaksana operasional pemungutan pajak kendaraan bermotor di Kota

Kupang dalam mewujudkan pelayanan pajak yang optimal.

Penelitian ini penting dilakukan agar dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi Kantor SAMSAT UPT Badan Pendapatan Daerah

Wilayah Kota Kupang untuk melakukan evaluasi terkait etika birokrasi

sekaligus juga dapat dijadikan sebagai pedoman guna meningkatkan kinerja

pegawai pada Kantor SAMSAT Kota Kupang. Penelitian ini akan

mendeskripsikan dan menganalisis mengenai pengaruh kualitas pelayanan

publik, kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, dan kepatuhan

membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT UPT Badan

Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang sebagai bagian dari Optimalisasi

peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD) Kota Kupang.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menunjukkan bahwa yang menjadi dasar

masalah penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu :

1. Bagaimana gambaran tentang penerapan Aplikasi E-Samsat, kesadaran wajib

pajak, kepatuhan wajib pajak, kulitas pelayanan dan penerimaan pajak

kendaraan bermotor di UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota

Kupang?

2. Apakah penerapan Aplikasi E-Samsat, kesadaran wajib pajak, kepatuhan

14
wajib pajak, kualitas pelayanan secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor pada UPT Badan Pendapatan

Daerah Wilayah Kota Kupang?

3. Apakah penerapan Aplikasi E-Samsat, kesadaran wajib pajak, kepatuhan

wajib pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor melalui kualitas pelayanan pada UPT Badan Pendapatan

Daerah Wilayah Kota Kupang?

1.3. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan tersebut diatas maka yang menjadi tujuan penelitian

adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran tentang penerapan Aplikasi E-Samsat,

kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, kulitas pelayanan dan

penerimaan pajak kendaraan bermotor di UPT Badan Pendapatan Daerah

Wilayah Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Aplikasi E-Samsat, kesadaran wajib

pajak, kepatuhan wajib pajak, kualitas pelayanan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor pada UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota

Kupang.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Aplikasi E-Samsat, kesadaran wajib

pajak, kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor

melalui kualitas pelayanan pada UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah

Kota Kupang.

15
1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, baik

secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

1. Bagi penulis

Kiranya penelitian bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan tentang Kualitas Pelayanan Publik dibidang perpajakan,

khususnya yang berkaitan dengan pajak kendaraan bermotor.

2. Bagi pembaca

Sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai penelitian dan

pengembangan ilmu keuangan daerah, khususnya berkaitan dengan Kualitas

Pelayanan Publik, kesadaran, Pengetahuan dan kepatuhan Wajib Pajak

terhadap Penerimaan Pajak kendaraan bermotor.

b. Manfaat praktis

Sebagai bahan acuan penelitian dan menjadi referensi bagi pemerintah

khususnya UPT Badan Pendapatandaerah wilayah Kota Kupang untuk

meningkatkan kualitas pelayanan untuk menunjang pendapatan asli daerah

(PAD). Dengan kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor,

pengetahuan wajib pajak, pemeriksaan wajib pajak dan kualitas pelayanan

kepada masyarakat untuk membayar pajak kendaraan bermotor maka dapat

meningkatkan pendapatan dari sektor pajak kendaraan pada wilayah Kota

Kupang.

16
BAB II
TELAAH PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Teoritis


2.1.1. Otonomi Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah untuk menjalankan peran otonomi daerah. Asas

desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan pemerintahan dari pemerintah

pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan. Otonomi daerah memberikan ruang gerak secukupnya bagi

pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri agar lebih berdaya

mampu bersaing dalam kerjasama, dan profesional terutama dalam

menjalankan pemerintah daerah dan mengelola sumber daya serta potensi

yang dimiliki daerah tersebut.

Pemerintah harus mandiri dan tidak bergantung pada pihak di luar

sektor keuangan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar pemerintah

Indonesia masih mengandalkan pendapatan pemerintah pusat untuk bantuan

keuangan daerah. Hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah daerah harus

mencari sumber pendapatan melalui Pendapatan Asli Daerah karena sesuai

dengan kewenangan otonomi daerah dalam melaksanakan urusan rumah

tangganya sendiri.

Aspek keuangan sebagai karakteristik dasar untuk kebenaran

memahami kapasitas suatu daerah dalam mengelola rumah tangganya sendiri.

Kemampuan daerah mengacu pada sejauh mana daerah dapat menggali

sumber pendanaannya sendiri untuk menyediakan pembiayaan bagi

17
kebutuhan anggaran daerahnya tanpa mengandalkan pemerintah pusat.

Kapasitas keuangan pemerintah otonom untuk mendanai kegiatannya

digambarkan oleh administrasi pendapatan asli daerah yang mandiri pada

pemerintah otonom. Pendapatan Asli Daerah adalah tolak ukur kemampuan

keuangan daerah dari Anggaran Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Daerah

memungut Pendapatan Asli Daerah berdasarkan peraturan daerah yang

berlandaskan peraturan perundang– undangan tanpa campur tangan

pemerintah pusat. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah memberikan sinyal

positif untuk pemerintah daerah untuk mengelola urusan internal mereka

sendiri.

Dasar hukum dilaksanakan otonomi daerah adalah UUD 1945, Pasal

18, 18A, dan 18B Tap MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya

Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

dalam Kerangka NKRI Tap MPR No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi

Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan Otonomi Daerah, Hak Dan Kewajiban Daerah dalam

Otonomi Daerah berdasarkan pasal 21 dalam otonomi daerah, setiap daerah

memiliki hak :

1. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya

2. memilih pemimpin daerah

18
3. mengelola aparatur daerah

4. mengelola kekayaan daerah

5. memungut pajak daerah dan retribusi daerah

6. bagi hasil pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya

yangberada di daerah

7. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

8. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan

Sedangkan dalam pasal 22, kewajiban daerah yaitu sebagai berikut :

1. melindungi masyarakat, menjaga persatuan dan kerukunan

2. nasional serta keutuhan NKRI

3. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

4. mengembangkan kehidupan demokrasi

5. mewujudkan keadilan dan pemerataan

6. meningkatkan fasilitas dasar pendidikan

7. meningkatkan pelayanan kesehatan

8. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak

9. mengembangkan sistem jaminan social

10. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah

11. mengembangkan sumber daya produktif di daerah

12. melestarikan lingkungan hidup

13. mengelola administrasi kependudukan

14. melestarikan nilai sosial budaya

19
15. membentuk dan menerapkan peraturan perundang undangan sesuai

dengan kewenangannya

16. kewajiban lain yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan

Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu elemen terpenting Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah, apabila Pendapatan Asli Daerah meningkat maka

dengan kemungkinan besar Anggaran Pendapatan Belanja Daerah juga

meningkat. Karena itu, perlu adanya suatu upaya yang terencana dan sistematis

untuk terus berupaya meningkatkan sektor-sektor utama Pendapatan Asli Daerah.

Hal Ini dilakukan karena selama tahun 2018 sampai dengan tahun 2022

kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang terhadap Anggaran Pendapatan

Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami dinamika, yaitu

terkadang naik dan terkadang turun. Rendah atau masih kecilnya sumbangan

Pendapatan Asli Daerah tersebut perlu menjadi perhatian pihak-pihak yang

berkepentingan Permasalahan tersebut tidak boleh dibiarkan dalam mengurangi

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam pembiayaan

pembangunan daerah Kota Kupang, Pendapatan Asli Daerah maka dianggap tidak

mampu dalam proses mengatasi permasalahan perekonomian.

2.1.2. Konsep Pendapatan Daerah

Beranjak dari Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah untuk menjalankan peran otonomi daerah, maka

kemampuan daerah mengacu pada sejauh mana daerah dapat menggali sumber

pendanaannya sendiri untuk menyediakan pembiayaan bagi kebutuhan anggaran

daerahnya tanpa mengandalkan pemerintah pusat. Kapasitas keuangan pemerintah

20
otonom untuk mendanai kegiatannya digambarkan oleh administrasi pendapatan

asli daerah yang mandiri pada pemerintah otonom.

Pendapatan Asli Daerah adalah tolak ukur kemampuan keuangan daerah

dari Anggaran Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Daerah memungut

Pendapatan Asli Daerah berdasarkan peraturan daerah yang berlandaskan peraturan

perundang– undangan tanpa campur tangan pemerintah pusat. Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah memberikan sinyal positif untuk pemerintah daerah untuk

mengelola urusan internal mereka sendiri.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bertujuan memberikan kewenangan kepada

pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan

potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Djaenuri (2012 : 88) lebih jauh

mengatakan bahwa pendapatan asli daerah dapat dijadikan sebagai indikator

dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan

daerahnya, makin tinggi rasio pendapatan asli daerah dibandingkan dengan total

pendapatan maka makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah.

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung

jawab. Pendapatan Daerah memegang peranan sangat penting, karena melalui

sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan

pemerintahan dan pembangunan Berdasarkan Teory Firdausy (2017:114) tentang

Optimalisasi, maka Optimalisasi pendapatan asli daerah dapat dilakukan antara

lain:

1. Strategi Intensifikasi dan Ekstensifikasi

2. Pentingnya Penerapan Struktur Administratif

21
3. Skill Peningkatan Staf

4. Penyuluhan atau Sosialisasi

Abdullah (2002 : 15) lebih jauh mengatakan bahwa memberikan beberapa

indikator yang digunakan dalam menentukan daya saing daerah, dapat digunakan

sebagai indikator faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan

pendapatan asli daerah.

Indikator yang dimaksud yaitu :

1. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam

2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Governance dan Kebijakan Pemerintah

4. Sumber daya manusia

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri terdiri atas 4 faktor pendapatan, antara

lain :

1. Pajak

2. Retribusi

3. Hasil pengelolaan kekayaan daeraah yang dipisahkan

4. Pendapatan Lain-lain yang Sah.

5. Pajak Kendaraan Bermotor

karena itu daerah harus dapat berinovasi untuk dapat meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu faktor penunjang yang bisa

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pengelolaan Aset tetap

daerah, yang dapat memberikan kontribusi peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) kususnya retribusi dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.

22
2.1.3. Konsep Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan adalah perbandingan antara harapan yang diinginkan

oleh pelanggan dengan penilaian mereka terhadap kinerja dari satu penyediaan

layanan. Wiyono (2006) menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang baik akan

mendorong seseorang untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak.

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga defenisi kualitas pelayanan dapat diartikan

sebagai upaya pemenuhan kobutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

penyampainya dalam penyampaiannya dalam mengimbagi harapan konsumen

(Tjiptono,2007). Menurut Tjiptono, 2007 (Margadayni 2016) “kualitas pelayanan

dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kobutuhan dan keinginan konsumen

serta ketepatan penyampainya dalam penyampaiannya dalam mengimbagi harapan

konsumen Tjiptono,2007 “ sedangkan Tasunar 2006 (Mardayani ,2016)

berpendapat bahwa : “ kualitas pelayanan mengaju pada penilaian-penilaian

pelanggan tentang inti pelayanan, yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atau

keseluruhan organisasi pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai

menampakkan tuntutan terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar

membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati

kenyaman pelayanan. Upaya dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat

dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan yang baik kepada wajib

pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat memberikan

kepatuhan wajib pajak sebagai pelanggan, dengan begitu kepatuhan di bidang

23
perpajakan juga semakin meningkat. Maka dari itu pelayanan fiskus juga

merupakan hal penting dalam menggali penerimaan negara di mana fiskus

seharusnya melayani para Wajib Pajak dengan jujur, profesional dan

bertangungjawab yang akan sangat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.

Ada banyak penelitian sebelumnya yang sudah meneliti pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam membayar

pajak kendaraan bermotor. Tetapi dari beberapa penelitian terdahulu, terdapathasil

yang saling bertentangan, yang menjadi gap dalam penelitian ini. Hasil penelitian

tersebut yaitu Karina dkk,2016, Pengaruh Kualitas PelayananTerhadap Kepatuhan

Wajib PajakDalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Menurut Kotler dalam Wisnalmawati (2005:156), berpendapat bahwa

“kualitas pelayan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada

persepsi pelanggan” . hal ini berarti bahwa kualitas yang baik bukanlah

berdasarkan persepsi penyedian jasa, melainkan berdasarkan persepsi pelanggan

sedangkan Roesanto dalam Nananng Tasunar (2006: 244), berpendapat bahwa : “

kualitas pelayanan mengaju pada penilaian-penilaian pelanggan tentang inti

pelayanan, yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasi

pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakkan tuntutan

terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan produk yang

bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati kenyaman pelayanan.

Menurut J. Supranto (2006:226), berpendapat bahwa “ sebuah kata yang

bagi penyedia jasa merupakan suatu yang harus dikerjakan dengan baik”.

Sedangkan menurut Gronroos (Ratminto,2005:2), berpendapat suatu aktifitas atau

24
serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat

adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang

disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksud untuk memecahkan

permasalahan konsumen atau pelanggan.

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

penyelenggaraaan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik

kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi

pemerintah. Kualitas pelayan publik diberikan kepada konsumen harus berfungsi

untuk lebih memeberikan kepuasan yang maksimal, oleh karena itu dalam rangka

memberikan pelayan harus dilakukan sesuai dengan fungsi pelayan. Kualitas

pelayan publik yang diberikan oleh setiap perusahaan tentunya mempunyai

tujuan, dan mumnya tujuan dengan diadakanya pelayan pelayanan adalah agar

konsumen merasakan adanya kepuasan dan dampaknya bagi perusahaan akan

memperoleh labah maksimum.

Ada 5 dimensi utama kualitas pelayanan sesuai dengan relatifnya adalah

sebagai berikut :

1. Realibitas (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat

kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang

disepakati.

2. Daya Tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan

kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan

merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan

25
diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.

3. Jaminan (Assurance), yakni perilaku para karyawan mampu

menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan

perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.

Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan

menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk

menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.

4. Empati (Emphaty), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para

pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta

memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki

jam operasi yang nyaman.

5. Bukti Fisik (Tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan. (Service Quality & Satisfaction, hal.198).

Kualitas Pelayanan adalah kemampuan Kantor bersama SAMSAT UPT

Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang dalam melayani wajib pajak

untuk memenuhi segala kebutuhannya secara transparan dan terbuka. Sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan penyelenggaraaan pelayanan

publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada

atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah.

2.1.5. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

Sesuai Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik. SPBE ditujukan untuk untuk mewujudkan tata

26
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta

pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya.

SPBE merupakan singkatan dari Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik,

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) adalah penyelenggaraan

pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memberikan layanan kepada Pengguna SPBE. SPBE ditujukan untuk untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan

akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya. Tata kelola dan

manajemen sistem pemerintahan berbasis elektronik secara nasional juga

diperlukan untuk meningkatkan keterpaduan dan efisiensi sistem pemerintahan

berbasis elektronik.

Revolusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberikan peluang

bagi pemerintah untuk melakukan inovasi pembangunan aparatur negara melalui

penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau E-Government,

yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan TIK untuk memberikan

layanan kepada instansi pemerintah, aparatur sipil negara, pelaku bisnis,

masyarakat dan pihak-pihak lainnya. SPBE memberi peluang untuk mendorong

dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif,

inovatif, dan akuntabel, meningkatkan kolaborasi antar instansi pemerintah dalam

melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan untuk mencapai tujuan bersama,

meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan publik kepada masyarakat luas,

dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi,

dan nepotisme melalui penerapan sistem pengawasan dan pengaduan masyarakat

27
berbasis elektronik.

4.1.3 Konsep Pendapatan Daerah

Beranjak dari Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah untuk menjalankan peran otonomi daerah, maka

kemampuan daerah mengacu pada sejauh mana daerah dapat menggali sumber

pendanaannya sendiri untuk menyediakan pembiayaan bagi kebutuhan anggaran

daerahnya tanpa mengandalkan pemerintah pusat. Kapasitas keuangan pemerintah

otonom untuk mendanai kegiatannya digambarkan oleh administrasi pendapatan

asli daerah yang mandiri pada pemerintah otonom.

Pendapatan Asli Daerah adalah tolak ukur kemampuan keuangan daerah

dari Anggaran Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Daerah memungut Pendapatan

Asli Daerah berdasarkan peraturan daerah yang berlandaskan peraturan perundang–

undangan tanpa campur tangan pemerintah pusat. Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah memberikan sinyal positif untuk pemerintah daerah untuk mengelola

urusan internal mereka sendiri.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bertujuan memberikan kewenangan kepada

pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan

potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Djaenuri (2012 : 88) lebih jauh

mengatakan bahwa pendapatan asli daerah dapat dijadikan sebagai indikator

dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan

daerahnya, makin tinggi rasio pendapatan asli daerah dibandingkan dengan total

pendapatan maka makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah.

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung

28
jawab. Pendapatan Daerah memegang peranan sangat penting, karena melalui

sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan

pemerintahan dan pembangunan Berdasarkan Teory Firdausy (2017:114) tentang

Optimalisasi, maka Optimalisasi pendapatan asli daerah dapat dilakukan antara

lain:

1. Strategi Intensifikasi dan Ekstensifikasi

2. Pentingnya Penerapan Struktur Administratif

3. Skill Peningkatan Staf

4. Penyuluhan atau Sosialisasi

Abdullah (2002 : 15) lebih jauh mengatakan bahwa memberikan beberapa

indikator yang digunakan dalam menentukan daya saing daerah, dapat digunakan

sebagai indikator faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan

pendapatan asli daerah.

Pasal 42

Peraturan PP No. 95 Tahun 2018 menyatakan :

1) Layanan SPBE terdiri atas :

a. layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik; dan

b. layanan publik berbasis elektronik.

2) Layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan Layanan SPBE yang mendukung

tata laksana internal birokrasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan

akuntabillitas pemerintah di Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah.

3) Layanan publik berbasis elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

29
huruf b merupakan Layanan SPBE yang mendukung pelaksanaan pelayanan

publik di Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah.

4) Layanan SPBE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterapkan pada

Instansi Pusat dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang aparatur negara.

5) Layanan SPBE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterapkan pada

Pemerintah Daerah dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang aparatur negara dengan mengikutsertakan

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

Pasal 43

1) Layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) meliputi layanan yang mendukung

kegiatan di bidang perencanaan, penganggaran, keuangan, pengadaan barang

dan jasa, kepegawaian, kearsipan, pengelolaan barang milik negara,

pengawasan, akuntabilitas kinerja, dan layanan lain sesuai dengan kebutuhan

internal birokrasi pemerintahan.

2) Layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik diterapkan dengan

pembangunan dan pengembangan Aplikasi Umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 36 dan Pasal 37.

Pasal 44

1) Layanan publik berbasis elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42

ayat (3) meliputi layanan yang mendukung kegiatan di sektor pendidikan,

pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,

30
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan,

perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

2) Layanan publik berbasis elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan publik di Instansi

Pusat dan Pemerintah Daerah.

3) Layanan publik berbasis elektronik diterapkan dengan mengutamakan

penggunaan Aplikasi Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan

Pasal 37.

4) Dalam hal layanan publik berbasis elektronik memerlukan Aplikasi Khusus,

Instansi Pusat dan Daerah.

4.1.4 Konsep dan Implementasi

Menurut Butler dan Cantrell (1984, di dalam Hosmer, 1995) mengartikan

integritas sebagai reputasi dapat dipercaya dan jujur dari seseorang untuk

menjelaskan istilah “kepercayaan” di dalam konteks organisasi.Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi sejak tahun 2009 terus dijalankan secara konsisten dan

berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, saat ini pelaksanaan Reformasi

Birokrasi telah memasuki periode kedua dan akan menuju periode ketiga atau

periode terakhir masa berlaku Road Map. Pada periode pertama hingga periode

kedua telah tercapai banyak kondisi yang mendukung sasaran Reformasi

Birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi; birokrasi

yang efektif dan efisien; dan birokrasi yang mempunyai pelayanan publik yang

berkualitas. Birokrasi sebagai pelaksana tugas pemerintah terus melakukan

31
perubahan dalam mencapai sasaran Reformasi Birokrasi dengan meningkatkan

kualitas pelayanan publik serta memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat. Agar masyarakat merasakan hasil percepatan Reformasi Birokrasi

yang telah dilakukan pemerintah, terutama pada unit kerja, Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN

RB) telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan

Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi

Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Pembangunan Zona Integritas dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi

dalam penegakan integritas dan pelayanan berkualitas. Dengan demikian

pembangunan Zona Integritas menjadi aspek penting dalam hal pencegahan

korupsi di pemerintahan.

Menurut Jacobs (2004), Integritas menekankan konsisten moral, keutuhan

pribadi, atau kejujuran. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang

diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen

perubahan, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan

pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Sedangkan Wilayah Birokrasi

Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit

kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan

tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan,

penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.

Melalui pembangunan Zona Integritas ini unit kerja yang telah mendapat predikat

32
WBK/WBBM dapat menjadi pilot project dan benchmark untuk unit kerja

lainnya sehingga seluruh unit kerja tersebut diberikan kebebasan untuk bekerja

dengan benar sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan. Selain itu unit

kerja berpredikat WBK/WBBM merupakan outcome dari upaya pencegahan

korupsi yang dilaksanakan secara konkrit di dalam lingkup Zona Integritas.

2.1.7. Konsep Pemahaman dan Kesadaran membayar Pajak

Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia

paham berarti mengerti. Sudaryono (2009: 50) mengatakan: “Pemahaman adalah

kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang

dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau

mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain”.

Apabila pemahaman merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk dapat

mengerti atau memahami kegiatan yang dilakukannya, maka dalam pembelajaran,

guru harus mengerti atau memahami apa yang diajarkannya kepada peserta didik

Daryanto (2008: 106) bahwa: Pemahaman (comprehension) adalah

kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar.

Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui

apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa

keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

Pemahaman mengenai arti dan manfaat pajak dapat meningkatkan kesadaran

dari wajib pajak. Tanpa adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya tidak

mungkin orang secara ikhlas membayar pajak. Kekhawatiran masyarakat dalam

membayar pajak disebabkan maraknya kasus yang sering terjadi khususnya

33
bidang perpajakan. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepatuhannya, karena

para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh

aparat pajak itu sendiri (Puspa Arum, 2012).

Nana Sudjana (2004: 24) mengungkapkan: Pemahaman dapat dibedakan ke

dalam tiga kategori, tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari

terjemahan dalam arti yang sebenarnya. Tingkat kedua adalah pemahaman

penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui

berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,

membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Tingkat yang ketiga atau tingkat

yang tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan

seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang

konsekuansi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus,

ataupun masalahnya.

Sudaryono (2009: 50) mengatakan: “Pemahaman adalah kemampuan

seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang

dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data

yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain”.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar

dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pamahaman dan

pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan.

Menurut Utomo, (2011) kesadaran wajib pajak dapat diartikan sebagai suatu

34
keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak.

Kesadaran perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela

memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan dengan cara

membayarkan kewajibanpajaknya.

Suryadi, (2006) mengatakan bahwa kesadaran wajib pajak adalah suatu

kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan

kepatuhan perpajakan dengan benar dan sukarela. Kesadaran merupakan unsur

dalam manusia yang dapat memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau

menyikapi realitas.

2.1.8. Kepatuhan Membayar Pajak

Teori kepatuhan (Compliance Theory) merupakan teori yang menjelaskan

tentang suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau aturan yang

diberikan. Menurut Sony dan Rahayu (2006), Sedangkan kepatuhan adalah

perilaku yang sesuai dengan aturan dan disiplin. Kepatuhan wajib pajak dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Diatnyani, 2010).

Mardiasmo (2016 : 1) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat

kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-

undang serta pelaksanaannya dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa. Iuran

tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan

umum, untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum.

Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 16 Tahun

2009 Pasal 1 ayat 1 Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang

35
terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pajak merupakan sesuatu yang berupa tanggung jawab atau kewajiban berupa

iuran yang harus dibayarkan ke Negara, yang mana akan digunakan oleh Negara

untuk berbagai kepentingan umum.

2.1.9. Pengertian Pajak

Mardiasmo (2016 : 1) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat

kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-

undang serta pelaksanaannya dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa. Iuran

tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan

umum, untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum.

Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 16 Tahun

2009 Pasal 1 ayat 1 Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang

terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pajak merupakan sesuatu yang berupa tanggung jawab atau kewajiban berupa

iuran yang harus dibayarkan ke Negara, yang mana akan digunakan oleh Negara

untuk berbagai kepentingan umum.

2.1.10. Jenis-jenis Pajak

36
1. Wajib pajak orang pribadi

Wajib pajak orang pribadi menurut penulis adalah kewajiban warga

negara dalam membayarkan pajak atas usaha sendiri yang mempunyai

pendapatan diatas Rp.54.000.000 dan mempunyai nomor pokok wajib pajak

(NPWP). Menurut UU No.36 tahun 2008 tentang PPh (Pajak Penghasilan)

yang merupakan perubahan keempat atas UU Nomor 7 tahun 1983, maka

wajib pajak orang pribadi dapat di bagi menjadi delapan yaitu terdiri dari :

1) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dan

pekerjaan. Contoh : Pegawai swasta, PNS.

2) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari Usaha. Contoh : Pengusaha toko emas, Pengusaha Industri.

3) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari Pekerjaan bebas. Contoh : Dokter, Notaris, Akuntan, Konsultan.

4) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

lain yang tidak bersifat final. Contoh : sehubungan dengan pemodalan

seperti Bunga pinjaman, royalti.

5) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

yangbersifat final. Contoh : seperti Bunga deposito, hadiah undian.

6) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

yangbukan objek pajak. Contoh : seperti bantuan sumbangan.

7) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari luar negeri. Contoh : seperti bunga, royalty PPh 24.

8) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

37
dari berbagai sumber. Contoh : seperti Pegawai swasta tetapi juga

mempunyaiusaha rumah makan, PNS tetapi membuka praktek dokter.

2. Wajib Pajak Badan

Menurut Undang-undang KUP Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2009 Pasal 1 Ayat 3 Wajib Pajak juga terdapat Wajib Pajak Badan,

menyatakan bahwa badan adalah sekumpulan orang dan modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak

melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah

dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi

sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya

termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

2.1.11. Fungsi Pajak

Pajak memiliki 2 fungsi menurut Resmi (2011 : 3) yaitu fungsi

budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur).

1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik

rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah

berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk penerimaan kas

38
negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun

intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai

jenis pajak seperti pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), dan lain-lain.

a. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan – tujuan tertentu

diluar bidang keuangan.

2.1.12. Dimensi Kualitas Pelayanan

Untuk mengetahui kepuasan pelanggan, dapat dilakukan melalui survei

pelanggan yang didasarkan pada dimensi-dimensi kualitas pelayanan yang

berkaitan erat dengan kebutuhan pelanggan. Bagaimana mengukur kualitas

pelayanan yang diberikan penyelenggara pelayanan, sesungguhnya banyak

dimensi-dimensi yang dirancang para ahli yang dapat diadopsi, atau sebagai alat

pemandu bagi aparatur.

Dimensi-dimensi kualitas pelayanan jasa menurut para ahli tidak hanya

satu, tapi ada berbagai macam, namun perlu diketahui bahwa dimensi-dimensi

kualitas pelayanan publik yang akan dieksplorasi “tidak ada satupun metafora

tunggal” yang bisa memberikan teori umum atau berlaku secara umum, setiap

dimensi memberikan keunggulan komparatif sebagai penjelasan dalam konteks

yang berbeda-beda. Hal ini dipertegas oleh Winardi (dalam Hardiansyah:

39
2011:45): “Apabila kita ingin melaksanakan eksplorasi hingga melampaui model

sederhana yang dikemukakan maka akan kita menghadapi kenyataan bahwa tidak

ada teori yang diterima secara universal dan yang mencakup segala hal. Yang ada

adalah banyak teori yang mendekati persoalan pokok dari sudut macam-macam

perspektif.”

Menurut Van Looy (dalam Hardiansyah, 2018:45), suatu model dimensi

kualitas jasa yang ideal baru memenuhi beberapa syarat, apabila:

1) Dimensi harus bersifat satuan yang komprehensif, artinya dapat

menjelaskan karakteristik secara menyeluruh mengenai persepsi terhadap

kualitas karena adanya perbedaan dari masing-masing dimensi yang

diusulkan.

2) Model juga harus bersifat universal, artinya masing-masing dimensi harus

bersifat umum dan valid untuk berbagai spektrum bidang jasa.

3) Masing-masing dimensi dalam model yang diajukan haruslah bersifat

bebas.

4) Sebaiknya jumlah dimensi dibatasi (limited).

Dengan demikian, untuk dapat menilai sejauhmana mutu pelayanan publik

yang diberikan aparatur pemerintah, memang tidak bisa dihindari, bahkan menjadi

tolok ukur kualitas pelayanan tersebut dapat ditelaah dari kriteria dimensi-dimensi

kualitas pelayanan publik.

Menurut Zeithaml dkk (dalam Hardiansyah: 2018:46), Kualitas Pelayanan

dapat diukur dari 5 dimensi, yaitu: Tangibel (Berwujud), Reliability (Kehandalan),

Responsiviness (Ketanggapan), Assurance (Jaminan), dan Empathy (Empati).

40
Masing-masing dimensi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

Untuk Dimensi Tangibel (Berwujud), terdiri atas indikator:

1. Penampilan Petugas/aparatur dalam melayani pelanggan;

2. Kenyamanan tempat melakukan pelayanan;

3. Kemudahan dalam proses pelayanan;

4. Kedisiplinan petugas/ aparatur dalam melakukan pelayanan;

5. Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan Penggunaan

alat bantu dalam pelayanan .

Untuk Dimensi Reliability (Kehandalan), terdiri atas indikator:

1. Kecermatan petugas dalam melayani pelanggan;

2. Memiliki standar pelayanan yang jelas;

3. Kemampuan petugas/aparatur dalam menggunkanan alat bantu dalam proses

pelayanan;

4. Keahlian petugas dalam menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan.

Untuk Dimensi Responsiviness (Respon/ ketanggapan), terdiri atasindikator:

1. Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan pelayanan;

2. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat;

3. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat;

4. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat;

5. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat;

6. Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas

Untuk Dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator:

1. Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan ;

41
2. Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan;

3. Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan;

4. Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan .

Untuk Dimensi Empathy (Empati), terdiri atas indikator:

1. Mendahulukan kepentingan pemohon/ pelanggan;

2. Petugas melayani dengan sikap ramah;

3. Petugas melayani dengan sikap sopan santun;

4. Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan);

5. Petugas melayani dan menghargai setiap pelanggan.

2.1.13.1. Kepuasan Wajib Pajak Badan Dengan Konsep Kepuasan


Pelanggan.

Sebagaimana telah dikemukakan Kotler (2009) dalam total kepuasan wajib

pajak, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) pelayanan yang dipikirkan

terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan. Sebagaimana pendapat lain,yang

telah dikemukakan Day dalam Tjiptono (2011) bahwa kepuasan atau ketidak

puasan pelanggan wajib pajak adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian (disconfirmastion) yang dirasakan antara harapan sebelumnya

(atau norma kinerja lainnyadan kinerja aktual produk yang dirasakan yang

dirasakan pemakaiannya).

Pengukuran Kepuasan seperti yang dikemukakan Kotler dalam Tjiptono

(2011), ada empat metode untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan

yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran.

42
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (cutomer oriented)

perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para wajib pajak untuk

menyampaikan saran, pendapat dan keluhan. Media yang digunakan bisa

berupa kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, dan

lain-lain. Semua informasi yang diperoleh dalam metode ini dapat mem-

berikan ide baru dan masukan yang berharga kepada Badan Pengelola Pajak

dan Retribusi Daerah, sehingga memungkinkan untuk bereaksi dengan

tanggap dan cepat untuk masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi karena

metodeini bersifat, maka sulit mendapatkan gambar lengkap mengenai

kepuasan atau ketidak puasan wajib pajak.

2. Survei kepuasan wajib pajak.

Umumnya penelitian mengenai kepuasan wajib pajak umumnya

dilakukan dengan penelitian survey baik survey melalui pos, telepon maupun

wawancara pribadi. Melalui survei, Badan Pengelola Pajak dan Retribusi

Daerah akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari

wajib pajak dan juga memberi tanda positif bahwa Badan Pengelola Pajak

dan Retribusi Daerah menaruh perhatian terhadap para wajib pajak.

3. Ghost Shopping (belanja siluman).

Metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan beberapa orang atau

ghost shopper untuk berperan dan bersikap sebagai wajib pajak yang

potensial. Lalu ghost shopper menyampaikan temuan-temuannya mengenai

kekuatan dan kelemahan pelayanan petugas pajak dalam melayani wajib

pajak tersebut. Selain itu para ghost shopper juga dapat mengamati atau

43
menilai cara Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah dapat menjawab

pertanyaan wajib pajak dan menangani setiap keluhan. Ada baiknya para

Atasan petugas pajak terjun langsung menjadi ghost shopper untuk

mengetahui langsung bagaimana petugas pajak berinteraksi dan

memperlakukan para wajib pajak. Lost customer analysis (analisis pelanggan

yang hilang).

Perusahaan seyogyanya menghubungi para wajib pajak serta mencari tau

apa penyebabnya wajib pajak yang telah berhenti membayar pajak mengapa hal

itu bisa terjadidan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan dan

penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanyaexit interview saja yang perlu, tetapi

pemantauan tingkat kehilangan wajib pajak juga penting, dimana peningkatan

kehilangan wajib pajak menunjukkan kegagalan pelanggan kegagalan Badan

Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah dalam memuaskan wajib pajak. Pengukuran

pelanggan (Wajib Pajak Badan) harus dilakukan secara terus-menerus sebab

keadaan pelanggan terus berubah-ubah. Hal ini bertujuan agar Badan Pengelola

Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) terus mempertahakan atau meningkatkan

kepuasan wajib pajak dalam kondisi yang terus berubah.

2.2. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian yang berkaitan dengan pajak Kendaraan bermotor

dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki persamaan maupun

perbedaan persepsi dapat dilihat pada tabel berikut;

44
Tabel 2.1.
Persamaan maupun perbedaan objek penelitian

Alat
Nama
No Judul Variabel Analisi Hasil penelitian
Peneliti
s
1 Melbi Suari Pengaruh Variabel metode Hasil penelitian ini
(2019) variabel kualitas kualitas accidental menunjukkan bahwa
pelayanan pajak, pelayanan sampling - variabel kualitas
kesadaran wajib pajak, analisis pelayanan pajak tidak
pajak, dan sanksi kesadaran regresi berpengaruh terhadap
perpajakan wajib pajak, linier kepatuhan wajib
terhadap dan sanksi berganda pajak, kesadaran
kepatuhan wajib perpajakan wajib pajak dan
pajak dalam sanksi perpajakan
membayar pajak berpengaruh positif
kendaraan dan signifikan
bermotor pada terhadap kepatuhan
Kantor Bersama wajib pajak dalam
SAMSAT membayar pajak
Gianyar. kendaraan
2 Dwi Ariani Pengaruh Pengetahuan metode Pengetahuan pajak
(2018) hubungan antara pajak, Simple dan kualitas
pengetahuan kualitas Random pelayanan pajak
pajak dan pelayanan sampling – berpengaruh terhadap
kualitas pajak. Analisis kesadaran wajib pajak
pelayanan pajak kesadaran Regresi dan memiliki
terhadap wajib pajak Linear pengaruh terhadap
kesadaran wajib berganda terhadap penerimaan
pajak dalam pajak memiliki
membayar pajak pengaruh tidak
kendaraan langsung terhadap
bermotor dan penerimaan pajak
dampaknya melalui kesadaran
terhadap wajib pajak.
penerimaan
pajak.
3 Mardayani Pengaruh Kualitas Analisis kualitas pelayanan
(2016), kualitas pelayanan, regresi dan denda pajak
pelayanan dan denda pajak, linear kendraan bermotor
denda pajak , kepatuhan berganda. berpengaruh positif
kendaraan Wajib Pajak dan signifikan pada
bermotor kepatuhan Wajib
terhadap Pajak.
kepatuhan Wajib
Pajak dalam

45
membayar pajak
kendaraan
bermotor pada
kantor SAMSAT
Kabupaten
Bulukumba
4 Sixvana Pengaruh Kualitas Analisis Kepuasan Wajib
Silalahi kualitas pelayanan, regresi Pajak dan kepatuhan
(2015) pelayanan perpajakan linear Wajib Pajak
perpajakan kepuasan berganda. berpengaruh
terhadap Wajib Pajak, Analisis signifikan terhadap
kepuasan Wajib Kepatuhan regresi penerimaan pajak.
Pajak dan Wajib Pajak, linear
Kepatuhan Wajib berganda.
Pajak, serta
untuk
mengetahui
pengaruh
kepuasan Wajib
Pajak dan
kepatuhan Wajib
Pajak terhadap
penerimaan
pajak
5 Annisa Pengaruh kualitas Metode Kualitas Pelayanan
Pratiwi pelayanan kuantitatif - Pajak berpengaruh
Lufty terhadap Analisis terhadap Kepatuhan
(2019) kepatuhan wajib regresi Wajib Pajak Dalam
pajak dalam linear Membayar Pajak
membayar pajak berganda. Kendaraan Bermotor
kendaraan Di UPPD
bermotor di Banjarmasin.
UPPD
Banjarmasin 1.
6 Sutrisno Pengaruh Kualitas Analisis Kualitas Pelayanan
(2021) Kualitas Pelayanan , regresi berengaruh positif
Pelayanan Kepuasan linear terhadap Kepuasan
terhadap Wajib Pajak berganda. Wajib Pajak pada
Kepuasan Wajib Badan Pegelola Pajak
Pajak pada dan Retribusi
Badan Pegelola
Pajak dan
Retribusi
Kabupaten
Kepulauan
Meranti

46
7 Hermiyanti Pengaruh Kualitas Analisis Kualitas pelayanan
(2022) kualitas pelayanan , regresi berpengaruh positif
pelayanan kepatuhan sederhana dan signifikan
terhadap wajib pajak terhadap kepatuhan
kepatuhan wajib wajib pajak pada
pajak pada Kantor Pelayanan
kantor pelayanan Pajak Pratama
pajak pratama Makassar Selatan.
Makassar Selatan
8 Sri Juliawaty Pengaruh Pendekatan Skala Dari analisis, didapat
(2013) kualitas sumber, Likert, koefisien determinasi
pelayanan publik kendala rumus sebesar 0,758.
terhadap teknis, Koefisien Artinya bahwa 75,8%
kepuasan wajib Pendekatan Kolerasi variabel Kepuasan
pajak kendaraan proses, Pearson, masyarakat akan
bermotor di masyarakat Regresi dipengaruhi oleh
cabang menganggap Linear kualitas pelayanan, s
pelayanan dinas , Pendekatan Beganda,
pendapatan sasaran, dan
daerah provinsi pengawasan Koefisien
wilayah kota Determinas
bandung i Koefisien
kawaluyaan Determinas
i
Sumber : hasil olahan 2022

2.3. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


2.3.1. Kerangka Pemikiran

Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur wilayah Kota Kupang, melaksanakan fungsi penerimaan pajak

daerah kususnya pajak kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor termasuk

ke dalam jenis pajak provinsi yang merupakan bagian dari Pajak Daerah. Pajak

Kendaraan Bermotor sebagaimana yang didefinisikan dalam Pasal 1 angka 12 dan

13 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 adalah pajak atas

kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Setiap wajib pajak menuntut pelayanan yang berkualitas dalam pengurusan

47
pajaknya sehingga wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diterima.

Pelayanan yang secara umum diinginkan adalah kemudahan dalam pengurusan

kepentingan (tidak bertele-tele), tepat dan cepat. Akan tetapi dalam kenyataannya

di lapangan sering terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan

sesungguhnya sehingga dukungan dan kepercayaan wajib pajak belum dapat

dikatakan maksimal.

Penelitian untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, kesadaran wajib

pajak, dan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor untuk membayar pajak

sebagai bagian optimalisasi peningkatan pendapatan asli daerah pada UPT Badan

Pendapatan dan Aset Daerah Kota Kupang ini mempunyai kerangka berpikir

(kerangka konseptual) mengacu pada pendapat Sugiyono (2017), yang

mengemukakan bahwa Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting.

Pada kerangka berpikir, variabel-variabel penelitian lebih mendalam dan

relevan dalam penjelasannya dalam permasalahan yang diteliti. Kerangka

pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar untuk menjawab masalah dan dapat

ditampilkan berupa bagan yang menjadi tolak ukur berpikir peneliti dan

keterkaitan antar variabel yang akan diteliti.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah Penerapan E-Samsat (X1),

kesadaran wajib pajak (X2), kepatuhan wajib pajak (X3) dan penerimaan pajak

Kendaraan bermotor (Y) serta kualitas pelayanan publik (Z) sebagai variabel

moderator. Kerangka konsep dalam penelitian ini berisi tentang teori yang

48
mendukung hubungan atau pengaruh antar variable dapat diliat pada gambar 2.1

di bawah ini

Gambar 2.2.
Kerangka pemikiran :

PENERAPAN
E – SAMSAT
(X1)

PENERIMAAN PAJAK
KESADARAN
KENDARAAN
WAJIB PAJAK BERMOTOR
(X2) (Y)

KEPATUHAN
WAJIB PAJAK
(X3)
KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
( Z)

Kerangka Pemikiran pada Gambar 2.1 menjelaskan alur berpikir dan

keterkaitan antar variabel terkait pengaruh penerapan E- Samsat, kesadaran wajib

pajak, dan kepatuhan wajib pajak, terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor

dengan kualitas pelayanan publik sebagai variabel moderator pada UPT Badan

Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang. Ketiga variabel bebas yaitu penerapan

E- Samsat, kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak yang akan dianalisa

apakah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat

yaitu penerimaan pajak kendaraan bermotor. Begitu pula variabel moderator yaitu

kualitas pelayanan publik akan diteliti apakah dapat memoderasi ketiga variabel

bebas yaitu penerapan E- Samsat, kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib

pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu

49
penerimaan pajak kendaraan bermotor.

2.3.2. Hipotesis

Ditinjau dari asal mula kata, hipotesis berasal dari dua kata dalam bahasa

Yunani, yaitu “hupo” dan “thesis”. Hupo dalam bahasa Indonesia berarti

sementara, sedangkan thesis dalam bahasa Indonesia berarti pernyataan atau teori.

Sehingga, gabungan dari kedua kata tersebut dapat diartikan sebagai teori atau

pernyataan yang bersifat sementara.

Istilah Hoptesis menurut Sugiyono (2009) yakni adalah jawaban yang masih

bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan

masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

Sugiyono (2014) mengemukakan bahwa Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan tersebut

sebelumnya telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan

kerangka pemikiran teoritis dan beberapa penelitian sebelumnya, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

H1 : Penerapan E-Samsat, kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib Pajak, kualitas

pelayanan publik dan penerimaan Pajak UPT Badan Pendapatan Daerah

Wilayah Kota Kupang adalah “cukup baik”.

H2 : Penerapan E-Samsat berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor.

H3: Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor.

50
H4: Kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor.

H5: Kualitas Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor.

H6: Kualitas pelayanan publik dapat memoderasi Penerapan E-Samsat terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor

H7: Kualitas pelayanan publik dapat memoderasi kesadaran wajib pajak terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor

H8: Kualitas pelayanan publik dapat memoderasi kepatuhan wajib pajak terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor.

51
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan penelitian survei kuantitatif yang bertujuan

untuk dapat menyelidiki kondisi atau keadaan yang hasilnya akan dilaporkan

dalam bentuk laporan penelitian. Menurut Sinambela (2019) : Penelitian

kuantitatif merupakan jenis penelitian yang menggunakan angka-angka dalam

memproses data untuk menghasilkan informasi yang terstruktur. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif dikarenakan untuk mengetahui

besarnya pengaruh antar variabel yang akan diteliti dengan menguji hipotesis yang

telah diterapkan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor UPT Badan Pendapatan Daerah

Wilayah Kota Kupang yang terletak di jalan Polisi Militer Kota Kupang, NTT.

Waktu penelitian ini berlangsung selama 1 bulan yang dimulai dari bulan

September sampai Oktober 2023.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Arikunto dan Suharsimi (2013;173) populasi adalah keseluruhan dri subjek

penelitian. Jadi yang maksud populasi adalah individu yang memiliki sifat yang

sama walaupun presesntase kesamaan iti sedikit, atau dengan kata lain seluruh

individu yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian. Pada penelitian ini,

populasi wajib pajak kendaraan bermotor diambil dari wajib pajak kendaraan

52
bermotor yang diakomodir oleh UPT Badan Pendapatan dan Pengelolaan Aset

Daerah Proivinsi NTT dan wajib pajak pada saat melaukan pembayaran pajak.

Populasi tersebut berjumlah 200 orang wajib pajak.

3.3.2. Sampel

Penentua sampel dilakukan dengan cara perhitungn statistik yaitu denga

menggunakan rumus slovin. Ruus tersebut digunakn untuk mentukan ukuran

sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya menurut

Sugiyono(2017;81). Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan

adalah sampel 5%.

Rumus Slovin:

N = N / (1+(N x e2))

Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
E : Kelonggaran ketidak telitian karea kesalahan pengambilan sampel yang
dapat di tolerir kemudian dikuadratkan.

Berdasarkan Rumus Slovin, maka besarnya penarikan jumlah sampel penelitian


adalah :
n = 200 / (1+(200 x 0,05)
n = 200 / (1+(200 x 0,0025)
n = 200 / (1 + 0,5)
n = 200 / 1,5
n = 133.
Maka besar sampel pada penelitian ini sebanyak 133 orang wajib pajak yang

di akomodir oleh UPTD Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang.

53
3.4. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2019) mengatakan bahwa Variabel penelitian

merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel pada penelitian ini dapat dilihat

sebagai berikut :

3.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010) merupakan suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Adapun variabel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Variabel terikat atau dependent variable (Y) yaitu :

a. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

2. Variabel bebas atau independent variable (X) yaitu :

a. X1 = Penerapan aplikasi E-Samsat

b. X2 = Kesadaran wajib pajak

c. X3 = Kepatuhan wajib pajak

3. Variabel Moderasi yaitu :

a. Z = Kualitas Pelayanan Public

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel menurut Sugiyono (2015) merupakan suatu

atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi

54
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti-peneliti untuk dipelajari dan

kemudian akan ditarik kesimpulannya. Definisi variabel penelitian :

a. Penerapan E-Samsat (X1) menurut Susanti (2018) E-Samsat atau

elektronik samsat adalah layanan pembayaran kendaraan bermotor yang

dilakukan melalui e-banking atau ATM Bank yang telah ditentukan. E-

Samsat ini dapat memudahkan wajib pajak dalam membayarkan pajak

kendaraan motor nya. Menurut Gunadi (2013), wajib pajak mempunyai

kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan

yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun

administrasi.

b. Kesadaran wajib Pajak (X2) merupakan sikap wajib pajak berupa

pandangan atau persepsi yang melibatkan keyakinan, pengetahuan dan

penalaran serta kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan peraturan

yang diberikan oleh system dan ketentuan perpajakan yang telah

ditetapkan. Menurut Arum & Zulaika (2012) kesadaran merupakan unsur

dalam diri manusia untuk memahami realitas dan bagaimana mereka

bertindak atau bersikap terhadap realitas. Menurut Widayati dan Nurlis

(2010) menguraikan sikap kesadaran membayar pajak yang mendorong

wajib pajak untuk membayar pajak. Kesadaran bahwa pajak merupakan

bantuk partisipasi untuk membantu pembangunan negara. Kedua,

kesadaran bahwa dengan menunda membayar pajak dan pengurangan

beban pajak dapat merugikan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak di

55
tetapkan berdasarkan undang-undang dan bias dipaksakan.

c. Kepatuhan wajib pajak (X3) Menurut Ilhamsyah (2016) menyatakan

bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan dimana wajib pajak telah

melaksanakan kewajiban pajaknya dan menjalankan hak perpajakan

dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan dan undang-undang pajak

yang berlaku. Kepatuhan dalam hal perpajakan berarti keadaan wajib pajak

yang menjalankan hak dan kewajiban, secara disiplin, sesuai peraturan

perundang-undangan dan tata cara perpajakan yang berlaku dan tidak

menyimpang dari ketentuan perpajakan. Menurut Sapriadi (2013),

kepatuhan pajak memiliki dua jenis kepatuhan adalah kepatuhan formal

dan kepatuhan material. Kepatuhan formal yaitu keadaan dimana wajib

pajak mencukupi kewajiban pajaknya secara secara formal sesuai dengan

kebijakan dalam undang-undang perpajakan. Sedangkan, kepatuhan

material adalah kondisi dimana wajib pajak seharusnya memenuhi semua

peraturan perpajakan, yaitu sesuai denga nisi pada undang-undang

perpajakan.

d. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Y) menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah menyatakan

bahwa Pajak kendaraan bermotor yang selanjutnya disebut dengan PKB,

adalah pajak atas kepemiikan dan/ atau penguasaan kendaraan bermotor.

Penerimaan pajak merupakan kontribusi yang wajib dilakukan kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi maupun badan.

56
e. Kualitas pelayanan publik (Z) menurut Hardiansyah (2011) merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses dan lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat

terjadi pemberian pelayanan publik. Adapun definisi operasional variabel

yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.
Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi Operasional Skala


No. Variabel Indikator
Variabel Pengukuran
1. Penerimaan Penerimaan 1. Tarif penerimaan Ordinal
pajak pajak adalah pajak kendaraan
Kendaraan penerimaan yang bermotor roda 2 dan
Bermotor diterima oleh roda 4
(Y) pemerintah dari sektor 2. Penambahan wajib
pajak. Tujuan yang pajak kendaraan
paling dominan dalam berdasar
penerimaan pajak baik kepemilikan
aspek domestik maupun 3. Kenaikan jumlah
internasional adalah penerimaan pajak
untuk memenuhi kendaraan bermotor
pengeluaran
pemerintah.
2. Penerapan Elektronik Samsat/ 1. 1.Pembayaran Ordinal
Aplikasi E- samsat online melalui aplikasi
Samsat (X1) merupakan pembayaran smart phone,
Pajak Kendaraan handphone
bermotor dengan 2. 2.Pembayaran di
menggunakan aplikasi Mobil Samling
online yang dapat (Samsat keliling)
dilakukan dari mana 3. 3. Pembayaran
saja dan kapan saja langsung pada saat
tanpa harus mendatangi operasi penertiban
kantor samsat secara
langsung

57
3. Kesadaran Adanya tingkat 1. Memahami akan Ordinal
Wajib Pajak kesadaran wajib pajak fungsi dan
(X2) sebagai dasar bertindak, pentingnya
mengambil keputusan membayar pajak
dan untuk membayar 2. Tindakan
pajak membayar pajak
tepat waktu
3. Tindakan melunasi
Pajak kendaraan
yang telat bayar
4. Kepatuhan Kepatuhan wajib 1. Kepatuhan wajib Ordinal
Wajib Pajak pajak merupakan suatu pajak dalam
(X3) tindakan patuh dan membayar pajak
sadar terhadap kendaraan
ketertiban pembayaran 2. Kepatuhan dalam
dan pelaporan perhitungan dan
kewajiban perpajakan m pembayaran pajak
asa dan tahunan terutang
dari wajib pajak yang 3. Kepatuhan dalam
berbentuk sekumpulan mengikuti proses
orang dan/ atau modal pembayaran
yang merupakan usaha tunggakan
sesuai dengan
ketentuan perpajakan ya
ng berlaku. Sexvirus
5. Kualitas Kualitas pelayanan 1. Keandalan Ordinal
pelayanan publik merupakan 2. Ketanggapan
publik pelayanan prima dari 3. Pengawasan secara
(Z) Pihak UPT kepada internal maupun
wajib pajak kendaraan eksternal
bermotor yang akan
terpenuhi bilamana
sumber daya manusia
aparat pajak dapat
melaksanakan tugasnya
secaraprofesional,
disiplin dan transparan,
dalam kondisi wajib
pajak merasa puas atas
pelayanan yang
diberikan kepada wajib
pajak

3.5 Jenis dan Sumber Data


3.5.1 Jenis Data Menurut Sifat

58
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuntitatif.

Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa Data kuantitatif adalah jenis data

yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi

atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.

Dalam penelitian ini data kuantitatif yang diperlukan adalah jumlah dan

hasil angket (kuesioner) yang dibagikan kepada wajib pajak kendaraan

bermotor pada UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang dan

Kantor Badan Pendapatan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3.5.2 Jenis Data menurut Sumber

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data

primer dan data sekunder. Jatmiko (2006) lebih jauh mengatakan bahwa

Data primer merupakan data yang berasal langsung dari sumber data yang

dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan

permasalahan yang diteliti. Sumber data primer pada penelitian ini

diperoleh langsung dari hasil observasi dengan staff pada UPT Badan

Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang dan Kantor Badan Pendapatan

Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Data sekunder

menurut Arikunto (2013) merupakan data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto,

film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya

data primer dapat memperkaya data primer. Data sekunder pada

penelitian ini bersumber dari catatan-catatan atau laporan pembayaran dari

objek pajak kendaraan bermotor yang terdiri berdasarkan tahun, target,

59
realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor dan selisih tunggakan tahun

2018-2022 pada UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Riduwan (2010) mengatakan bahwa Teknik pengumpulan data

merupakan metode pengumpulan data yaitu teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang mana berupa kuesioner

dan dokumentasi.

3.6.1 Kuesioner

Angket atau kuesioner menurut Kusumah (2011) merupakan

sekumpulan pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada subjek penelitian

untuk dikumpulkannya berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Untuk mendukung keperluan analisis pada penelitian ini, penulis memerlukan

sejumlah data pendukung yang berasal dari dalam maupun luar instansi.

Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala lima angka yaitu angka

5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju

(STS). Perinciannya adalah sebagai berikut :

a. Angka 1 = Sangat Tidak Setuju

b. Angka 2 = Tidak Setuju

c. Angka 3 = Netral

d. Angka 4 = Setuju

e. Angka 5 = Sangat Setuju

60
3.6.2 Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2018) merupakan suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan

yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi yang dilakukan pada

penelitian ini berupa data berdasarkan tahun, target, realisasi dan selisih

tunggakan pajak kendaraan bermotor tahun 2018-2022 yang didapat langsung

dari pihak UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menurut Sugiyono (2017) merupakan salah satu

kegiatan penelitian berupa proses penyusunan dan pengelolaan data guna

menafsirkan data yang telah diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan

pada penelitian ini terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis statistik

inferensial.

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif menurut Levis (2013 :108) merupakan statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul dengan menghitung persepsi

responden (Levis, 2013:108). Data yang dilampirkan dalam statistik

deskriptif berasal dari jawaban responden melalui kuesioner yang diperoleh

dengan cara mengelompokkan atas item-item yang ditabulasi dan diberikan

penjelasan.

61
Untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang akan dianalisis dengan

menggunakan formula dari Levis (2013) sebagai berikut :

Keterangan : Ps p =Kategori persepsi

=Rata-rata skor untuk persepsi


populasi
XPs  p
5 =Skor tertinggi skala Likert

Sumber : Levis (2013:108)


Tabel 3.2. Predikat dan Rentang Nilai Uji Deskriptif

Pencapaian Skor
Maksimum Kategori Sikap/Predikat

84 – 100 Sangat Tinggi/Sangat Baik


68 – 83 Tinggi/Baik
52 – 67 Cukup Tinggi/Cukup Baik
36 – 51 Rendah
≥ 20– 35 Sangat Rendah
Sumber : Levis (2013:108)

3.7.2 Analisis Statistik Inferensial

Statistik Inferensial adalah analisis statistik yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan

(diinferensikan) untuk populasi di mana sampel diambil. Sugiyono (2016 :

148) mengemukakan bahwa Statistik Inferensial sering juga disebut statistik

induktif atau statistik probabilitas merupakan teknik statistik yang digunakan

62
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang

jelas dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara acak.

Dalam penelitian ini, alat uji statistik yang digunakan adalah persamaan

structural berbasis varianceatau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least

Square (PLS) menggunakan Software Smart-PLS 3.2.8. Dalam penelitian ini

analisis data statistik inferensial diukur mulai dari pengukuran model (Outer

Model), struktur model (Inner Model) dan pengujian hipotesis. Estimasi

parameter yang di dapat dengan PLS (Partial Least Square) dapat

dikategorikan menjadi tiga yaitu :

a. Weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten

b. Mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel

laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading)

c. Berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi)

untuk indikator dan variabel laten

3.7.3 Langkah Langkah Metode Partial Least Square (PLS)

Analisis data dan pemodelan persamaan struktural dengan

menggunakan Software Smart-PLS, dapat dilakukan dengan langkah langkah

sebagai berikut :

3.7.3.1 Model Spesifikasi

Model spesifikasi pada PLS-SEM dilakukan dengan membuat

sebuah path diagram yang menggambarkan hubungan antara variabel

eksogen dan endogen (model struktural/inner model) dan hubungan antara

63
variabel eksogen dan endogen terhadap indikatornya masing-masing

(model pengukuran/outer model)

3.7.3.2 Estimasi Parameter Model

Penaksiran atau estimasi parameter model dilakukan dengan

menggunakan algoritma PLS-SEM. Algoritma PLS-SEM dikerjakan

menggunakan model regresi parsial yang dilakukan dalam dua tahap.

Tahap pertama adalah penaksiran skor konstruk. Tahap kedua adalah


2
penaksiran nilai outer loadings, path coefficients dan nilai dari variabel

laten endogen. Ghozali (2008 : 57) Nilai outer loading, diestimasi melalui

regresi sederhana pada setiap indikator terhadap masing-masing


2
konstruksinya. Sedangkan path coefficients dan nilai diestimasi

melalui analisis regresi antar variabel endogen.

3.7.3.3 Pengukuran Model (Outer Model)

Penelitian ini menggunakan teknik SEM, sehingga evaluasi yang

dilakukan terhadap dua model yaitu outer model dan inner model. Yamin

dan Kurniawan (2009 : 214) nilai Outer model menentukan spesifikasi

hubungan antara konstruk laten dengan indikatornya. Outer model atau

model pengukuran menggambarkan hubungan antar blok indikator dengan

variabel latennya. Model ini secara spesifik menghubungkan antar variabel

laten dengan indikator-indikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer

model mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan

variabel latennnya. Evaluasi ini juga disebut evaluasi terhadap konstruk

atau variabel laten. Penelitian ini menggunakan konstruk reflektif, maka

64
yang perlu dilakukan terdapat tiga hal yaitu menguji convergent validity,

discriminant validity dan composite reliability.

Berikut ini penjelasanuntuk masing-masing uji yakni :

3.7.3.3.1 Convergent Validity

Prasetyo dan Jannah (2005 : 103-104) Convergent validity

merupakan tingkatan sejauh mana hasil pengukuran suatu konsep

menunjukkan korelasi positif dengan hasil pengukuran konsep lain yang

secara teoritis harus berkorelasi positif. Validitas konvergen merupakan

bagian dari measurement model yang dalam SEM-PLS. Terdapat dua

kriteria untuk menilai outer model yang memenuhi syarat validitas

konvergen untuk konstruk reflektif yaitu loading harus di atas 0,70 dan

nilai p signifikan yaitu p < 0,05 menurut Sholihin dan Ratmono (2013 :

65). Dengan syarat tersebut, pengukuran konstruk yang diteliti dianggap

telah memenuhi syarat validitas konvergen. Sedangkan menurut Chin

dalam buku Yamin dan Kurniawan (2009 : 216) nilai loading faktor di

atas 0,7 dapat dikatakan ideal, artinya bahwa indikator dikatakan valid

sebagai indikator yang mengukur konstruk. Jika nilai standardized

loading faktor > 0,5 maka akan diterima atau valid, sedangkan jika nilai

Standardized loading faktor < 0,5 maka akan ditolak.

3.7.3.3.2 Discriminant Validity

Discriminant validity merupakan tingkatan sejauh mana hasil

pengukuran suatu konsep mampu membedakan diri dengan hasil

pengukuran konsep lain secara teoritis memang harus berbeda menurut

65
Prasetyo dan Jannah (2005 : 104). Validitas diskriminan juga merupakan

bagian dari outer model. Syarat untuk memenuhi syarat validitas

diskriminan ini adalah hasil dalam view combined loading and cross-

loadings menunjukkan bahwa loading ke konstruk lain (cross-loading)

bernilai lebih rendah daripada loading ke konstruk variabel

3.7.3.3.3 Composite Reliability

Bagian ketiga dari outer model yaitu composite reliability.

Penilaian dari composite reliability ini dilakukan dengan melihat output

dari view latent variabel coefficients. Dari output ini, maka kriteria

dilihat dari dua hal yaitu composite reliability dan cronbach’s alpha.

Sholihin dan Ratmono (2013 : 73) lebih jauh mengatakan bahwa nilai

composite reliability dan cronbach’s alpha nilainya > 0,70 dapat

dikatakan reliabel. Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila memiliki

nilai cronbach’s alpha > 0,6 dan nilai composite reliability > 0,7.

Cronbach’s alpha dalam PLS dikatakan baik apabila > 0,5 dan dikatakan

cukup apabila > 0,3. Apabila suatu konstruk telah memenuhi dua kriteria

tersebut maka dapat dikatakan bahwa konstruk reliabel dalam instrumen

penelitian. Bahkan Yamin dan Kurniawan (2009 : 219) lebih jauh

mengatakan bahwa dalam SEM, nilai composite reliability lebih baik

digunakan sebagai pengukuran reliabilitas konstruk daripada cronbach’s

alpha. Berdasarkan uraian di atas terdapat 3 kriteria yang harus

terpenuhi untuk evaluasi outer model yaitu convergent validity,

discriminant validity dan composite reliability. Apabila ketiga kriteria

66
tersebut telah terpenuhi, maka model pengukuran ini telah memenuhi

kriteria dan dapat digunakan dalam penelitian

3.7.3.3.4 Evaluasi Struktur Model (Inner Model)

Langkah selanjutnya setelah melakukan evaluasi model

pengukuran dengan kriteria convergent validity, discriminant validity

dan composite reliability dan hasilnya telah memenuhi syarat, maka

selanjutnya dilakukan evaluasi struktural (inner model). Yamin dan

Kurniawan (2009) Inner model menentukan spesifikasi hubungan antara

konstruk laten dengan konstruk laten lainnya. Evaluasi ini meliputi uji
2
kecocokan model (model fit), path coefficient, dan . Uji kecocokan
2
model dilakukan sebelum menguji signifikansi path coefficient dan .

Uji model fit ini digunakan untuk mengetahui suatu model memiliki

kecocokan dengan data. Pada uji kecocokan model terdapat 3 indeks

pengujian, yaitu average path coefficient (APC), average R-squared

(ARS) dan average varians faktor (AVIF). APC dan ARS diterima

dengan t-hitung/t-statistik lebih besar dari t-tabel. Selanjutnya hasil path


2
coefficient dan dapat dilihat pada direct effect, hasil dari pengolahan

data. Path coefficient digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai


2
koefisien jalur. dapat dilihat pada effect size digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

67
3.7.3.3.5 Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan berbagai evaluasi, baik outer model maupun

inner model maka selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Uji

hipotesis digunakan untuk menjelaskan arah hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan cara

analisis jalur (path analysis) atas model yang telah dibuat. Teknik SEM

dapat secara simultan menguji model struktural yang komplek, sehingga

dapat diketahui hasil analisis jalur dalam satu kali analisis regresi. Hasil

korelasi antar konstruk diukur dengan melihat path coefficients dan

tingkat signifikansinya yang kemudian dibandingkan dengan hipotesis

penelitian. Untuk melihat hasil uji hipotesis secara simultan atau secara

bersama-sama dapat dilihat nilai path coefficients dan p-values dalam

total effects hasil dari pengolahan data variabel secara simultan. Suatu

hipotesis dapat diterima atau harus ditolak secara statistik dapat dihitung

melalui tingkat signifikansinya. Tingkat signifikansi yang dipakai dalam

penelitian ini adalah sebesar 5%. Apabila tingkat signifikansi yang

dipilih sebesar 5% maka tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan >

0,05 untuk menolak suatu hipotesis. Dalam penelitian ini ada

kemungkinan mengambil keputusan yang salah sebesar 5% dan

kemungkinan mengambil keputusan yang benar sebesar 95%. Berikut ini

yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yaitu : p-value <

0,05 maka Hipotesis diterima.

68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Badan Pendapatan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur wilayah Kota Kupang

Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Kota Kupang merupakan bagian dari Badan

Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur wilayah Kota

Kupang yang melaksanakan fungsi penerimaan pajak daerah Kususnya pajak

kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor termasuk ke dalam jenis pajak

provinsi yang merupakan bagian dari Pajak Daerah. Pajak Kendaraan Bermotor

sebagaimana yang didefinisikan dalam Pasal 1 angka 12 dan 13 Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun2009 adalah pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor. Dalam pelaksanaan, penanganan layanan ini

melibatkan tiga instansi yang terkait yaitu Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda),

Polisi Daerah (Polda), dan Jasa Raharja. Dinas Pendapatan Daerah, dalam Hal ini

di enban oleh ( UPT ) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

wilayah Kota Kupang bertugas untuk menangani penyetoran pendapatan asli

daerah, pihak polisi daerah bertugas untuk menangani registrasi keabsahan

kepemilikan kendaraan dan Jasa Raharja menangani registrasi asuransi yang

berkaitan dengan kecelakaan pada klien. Ketiga instansi ini bergabung dalam

Sistem 4 Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) untuk memberikan

layanan kepada publik. Sistem administrasi manunggal satu atap (SAMSAT) Kota

Kupang yang terletak di Jl. Polisi Militer ini mempunyai visi dan misi yang sama

dengan SAMSAT pusat, yakni visinya adalah “NTT Bangkit NTT Sejahtera

64
dalam Bingkai Neagara Kesatuan “ dan misinya yaitu “terwujudnya pelayanan

prima sebagai bukti pengabdian kepada masyarakat, meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan keamanan dan

kenyamanan/keselamatan kepada pemilik kendaraan bermotor serta meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan negara/perbaikan kualitas sdm

aparatur”. SAMSAT juga berfungsi untuk mengadministrasi kebutuhan

masyarakat bidang lalu lintas seperti perpanjangan pajak STNK atau kendaraan

bermotor di wilayah Kota Kupang.

4.1.2 Visi Misi Pemerintah Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 4

Tahun 2019, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023, maka Visi dan Misi Provinsi Nusa

Tenggara Timur, yakni:

Visi :

"NTT BANGKIT MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA DALAM BINGKAI


NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA"
Misi :

1. Mewujudkan NTT BANGKIT MENUJU MASYARAKAT SEIAHTERA

berlandaskan pendekatan pembangunan yang bersifat inklusif dan

berkelanjutan inclusive and sustainable development);

Misi pertama ini sekaligus merupakan kerangka acuan bagi empat misi

lainnya, yaitu melakukan berbagai kegiatan pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT dengan prinsip keterbukaan

65
dan melibatkan semua pihak (inclusive) yakni melibatkan semua pihak

(stakeholders) dan dengan pendekatan berkelanjutan yang merujuk kepada

empat pilar pembangunan berkelanjutan yaitu keberlanjutan dalam aspek

ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek kelembagaan.

2. Meningkatkan Pembangunan Pariwisata dalam rangka pemberdayaan

ekonomi rakyat. Membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat

pengembangan pariwisata nasionai (New Tourism Teritory); NTT memiliki

berbagai sumberdaya yang melimpah untuk mendukung dan membangun

sektor pariwisata. Karena itu, misi ini diarahkan pada upaya optimalisasi

pemanfaatannya dalam rangka pengembangan sektor pariwisata dengan

pendekatan kewilayahan melalui tourism estate sebagai penggerak utama

(prime mover) ekonomi NTT. Letak geografisnya yang strategis

memungkinkan NTT menjadi salah satu gerbang dan pusat pengembangan

pariwisata nasional.

3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas Infrastruktur di NTT;

Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta

nilai manfaat infrastruktur secara adil dan merata untuk mendukung

berbagai aktivitas pelayanan publik dan kelancaran berbagai aktivitas

sosial ekonomi serta meningkatkan aksesibilitas ke daerah-daerah

perbatasan, daerah terluar, kepulauan dan terisolir.

4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia;

66
Misi ini dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

cerdas, terampil dan berdaya saing tinggi agar mampu berpartisipasi

dalam proses dan percepatan pembangunan di berbagai bidang.

5. Mewujudkan reformasi birokrasi pemerintahan dan meningkatkan kualitas

pelayanan publik

Misi ini dimaksudkan untuk memperkuat reformasi birokrasi dalam

penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu efektif, bersih,

jujur, transparan, inovatif dan akuntabel yang didukung oleh sumber daya

aparatur yang profesional dan sistem kelembagaan yang efisien dengan

memanfaatkan teknologi informasi. Birokrasi dan aparat diharapkan (dituntut)

bekerja dengan profesional dan berorientasi pada hasil serta memberikan

manfaat pembangunan sebesar-besarnya bagi masyarakat NTT.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi berdasarkan Perda Nomor 90 tahun 2016 tentang

susunan organisasi pada kantor UPT Badan Pendapatan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur wilayah Kabupaten Kupang adalah sebagai berikut :

67
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bapenda Kota Kupang

4.2 Hasil Analisis


4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Responden merupakan kriteria apa saja yang akan diberikan

kepada subjek penelitian agar sumber informasi pada penelitian atau eksperimen

tersebut dapat tertuju dengan tepat dan sesuai harapan. Dalam hal ini juga

tergantung dengan penggunaan jenis serta metode penelitian. Penelitian ini

dalakukan dengan menyebarkan kuisoner kepada para wajib pajak. Penelitian ini

memperoleh responden sebanyak 133 orang dari wajib pajak yang diakomodir

oleh UPTD Badan Pendapatan dan Aset Daerah Kota Kupang, setelah semua data

responden terkumpul, peneliti akan menarik data tersebut dan di export ke excel,

dan kemudian diolah menggunakan Smart PLS. Responden dalam penelitian inni

merupakan sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini, gambaran

mengenai responden yang diberikan sampel penelitian dikategorikan berdasarkan

karakteristik yaitu berdasrkan umur, dan jenis kelamin.

68
1. Karaktersistik Responden Berdasarkan Umur

Hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 133 Responden menurut

karakteristik responden umur ditunjukan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1
Komposisi Respoden Menurut Umur

No Umur Jumlah Persentase (%)


Responden
1 21-30 47 35,3
2 31-40 36 27,0
3 41-50 27 20,3
4 >51 23 17,2
Jumlah 133 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2024

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa sebaran responden berdasarkan

umur, responden yang berusia <30 tahun berjumlah 47 orang dengan

persentase 35,3%, yang berusia 31-40 tahun berjumlah 36 orang denga

persentase 27,0%, responden yang berusia 41-50 tahun berjumlah 27 orang

dengan persentase 20,3% sedangkan responden berusia >50 tahun sebanyak

23 orang dengan 17,2%.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 133 responden menurut

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dutunjukan pada tabel

berikut ini :

69
Tabel 4.2
Komposisi Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


(Responden) (%)
1 Perempuan 57 42,8
2 Laki-laki 76 57,1
Jumlah 133 100
Sumber : Data Primer Diolah,2024

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa sebaran responden berdasarkan jenis

kelamin menunjukan sebaran perempuan sebanyak 57 oarang dengan persentase

42,8% sedangkan responden laki-laki mencapai 76 orang dengan persentase

57,1%.

4.2.2 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif menurut Levis (2013 : 108) merupakan statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul dengan menghitung persepsi

responden (Levis, 2013:108). Data yang dilampirkan dalam statistik

deskriptif berasal dari jawaban responden melalui kuesioner yang diperoleh

dengan cara mengelompokkan atas item-item yang ditabulasi dan diberikan

penjelasan. Berdasarkan jawaban dari responden maka dapat dihitung total

skor dan indikator dari setiap pernyataan yang ada.

1. Aplikasi E-Samsat

Simtem pemerintahan berbasis elektronik memberi peluang untuk

mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang terbuka,

partisipatif, inovatif dan akuntabel, meingkatkan kolaborasi antar instansi

pemerintah dalam melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan untuk

70
mencapai tujuan bersama, meningkatkan kualitas pelayanan dan jangkauan

pelayanan publik kepada masyarakat luas, dan menekan tingkat

penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme melalui

penerapan sistem pengawasan dan pengaduan masyarakat berbasis elektronik.

Berdasarkan definisi, maka konstruk Aplikasi E-samsat menggunakan 3

indikator pengukuran dengan 6 item pernyataan menggunakan skala likert.

Hasil analisis statistik deskriptif nampak pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3
Deskripsi Variabel Aplikasi E-Samsat

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Pembayaran Melalui 1 600 4,51 0,90 90%
90% Sangat Baik
Aplikasi Smartphone 2 594 4,47 0,89 89%
Pembayran Di Mobil 1 592 4,45 0,89 89%
90% Sangat Baik
Samling 2 602 4,53 0,91 91%
Pembayarran Langsung 1 601 4,52 0,90 90%
90% Sangat Baik
Pada Operasi Penerbitan 2 593 4,46 0,89 89%
Rata-Rata 90% Sangat Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2024

Tabel 4.3 menunjukan kecenderungan jawaban responden dalam penelitian

ini, diketahui bahwa capaiana indikator dari Aplikasi E-Samsat memperoleh rata-

rata capaian indikator 90%. Nilai pada indikator pembayaran melalui aplikasi

smartphone yaitu 90%, indikator pembayaran di mobil samling (samsat keliling)

90% dan indikator pembayaran langsung pada operasi penerbitan memiliki

indikator capaian 90%. Dengan ini skor capain menunjukan bahwa variabel

aplikasi e-samsat berada pada kategori sangat baik, sehingga hipotesis pertama

yang menyatakan gambaran aplikasi e-samsat adalah baik dan diterima.

71
2. Kesadaran wajib Pajak PKB

Kesadaran wajib pajak adlah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan deengan

benar dan sukarela, semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka

pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga

dapat meningkatkan kepatuhan. Berdasarkan definisi, maka konstruk

kesadaran wajib pajak menggunakan 3 indikator pengukuran dengan 6 item

pernyataan menggunakan skala likert. Hasil analisis statistik deskriptif

nampak pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4
Deskripsi Kesadaran Wajib Pajak PKB

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Memahami Akan Fungsi 1 619 4,65 0,93 93%
93% Sangat Baik
dan Pentingnya Membayar 2 616 4,63 0,93 93%
Tindakann Membayar 1 595 4,47 0,89 89%
90% Sangat Baik
Pajak Tepat Waktu 2 604 4,54 0,91 91%
Tindakan Melunasi Pajak 1 611 4,59 0,92 92%
92% Sangat Baik
Kendaraan Yang Telat 2 609 4,58 0,92 92%
Rata-Rata 92% Sangat Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2024

Tabel 4.4 menunjukan kecenderungan jawaban responden dalam penelitian

ini, diketahui bahwa capaiana indikator dari kesadara wajib pajak memperoleh

rata-rata capaian indikator 92% dengan kategori sangat baik. Skor tertinggi dari

tanggapan responden ada pada indikator memahami akan fungsi dan pentingnya

membayar PKB yaitu 93%, indikator indikator dengan skor terendah adalah

tindakan membayar pajak tepat waktu yaitu 90% dan indikator tindaka melunasi

pajak kendaraan yang tak terbayar memiliki indikator capaian 92%. Dengan ini

72
skor capaian menunjukan bahwa variabel kesadaran wajib pajak berada pada

kategori sangat baik, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan gambaran

kesadaran wajib pajak adalah baik dan diterima.

3. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak menurut Gunadi (2013 : 94) merupakan

kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan

yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun

administrasi. Pada penelitian ini, Kepatuhan Wajib Pajak dijadikan sebagai

variabel independen dan terdapat 3 indikator yaitu indikator kepatuhan

dalam membayar pajak kendaraan, kepatuhan dalam perhitungan dan

pembayaran, dan indikator Kepatuhan dalam mengikuti proses pembayaran.

Untuk itu dapat dilihat tanggapan responden terhadap kepatuhan wajib pajak

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5
Deskripsi Kepatuhan Wajib Pajak

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Kepatuhan Wajib Pajak Dalam 1 611 4,59 0,92 92%
92% Sangat Baik
Membayar Pajak Kendaraan 2 615 4,62 0,92 92%
Kepatuhan Dalam Perhitungan dan 1 612 4,60 0,92 92%
92% Sangat Baik
Pembayaran 2 610 4,59 0,92 92%
Kepatuhan Dalam Mengikuti Proses 1 603 4,53 0,91 91%
92% Sangat Baik
Pembayaran Tunggakan 2 618 4,65 0,93 93%
Rata-Rata 92% Sangat Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2024

Tabel 4.5 menunjukan kecenderungan jawaban responden dalam penelitian

ini, diketahui bahwa capaiana indikator dari kepathan wajib pajak memperoleh

rata-rata capaian indikator 92%. Nilai pada indikator kepatuha wajib pajakdalam

73
membayar pajak kendaraan yaitu 92%, indikator kepatuhan dalam perhitungan

dan pembayaran 92% dan indikator kepatuhan dalam mengikuti proses

pembayaran tunggakan indikator capaian 92%. Dengan ini skor capain

menunjukan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak berada pada kategori sangat

baik, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan gambaran kepatuhan wajib

pajak adalah baik dan diterima.

4. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan

tentang inti pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai

menampakan tuntutan terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar

membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati

kenyamanan pelayanan. Upaya dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak

dapat dilakukan denagn meningkatkan kualitas pelayanan yang baik kepada

wajib pajak. Pada penelitian ini, kualitas pelayanan publik dijadikan sebagai

variabel moderasi dan terdapat 3 indikator yaitu indikator yaitu keandalan,

ketanggapan, dan pengawasan secar eksternal maupun internal. Untuk itu

dapat dilihat tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan publik dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

74
Tabel 4.6
Deskripsi Variabel Kualitas Pelayanan Publik
Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori
1 574 4,32 0,86 86%
Keandalan 86% Sangat Baik
2 576 4,33 0,87 87%
1 568 4,27 0,85 85%
Ketanggapan 83% Sangat Baik
2 537 4,04 0,81 81%
1 581 4,37 0,87 87%
Pengawasan Secara Eksternal 88% Sangat Baik
2 592 4,45 0,89 89%
Rata-Rata 86% Sangat Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2024
Tabel 4.6 menunjukan kecenderungan jawaban responden dalam penelitian

ini, diketahui bahwa capaiana indikator dari kulitas pelayanan publik memperoleh

rata-rata capaian indikator 86%. Nilai pada indikator keandalan yaitu 86%,

indikator katanggapan 83% dan indikator pengawasan secara eksternal dan

internal indikator capaian 88%. Dengan ini skor capain menunjukan bahwa

variabel kualitas pelayanan publik berada pada kategori sangat baik, sehingga

hipotesis pertama yang menyatakan gambaran kualita pelayanan publik adalah

baik dan diterima.

5. Penerimaan Pajak PKB

Penerimaan pajak menurut Chairil Anwar Pohan (2017:233)

menyatakan bahwa penerimaan pajak adalah sebagai tulang punggung sumber

keunagan Negara terbesar untuk pembiayaan APBN yang sangat dominan,

menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:49) penerimaan pajak adalah pajak yang

dipungut dikelompokan kepada pajak pusat,bea dan cukai, pajak daerah,

maupun retribusi daerah. Dalam penelitian ini penerimaan pajak PKB

memiliki 3 indikator perhitungan yaitu indikator tarif penerimaan pajak

kendaraan bermotor oda 2 dan roda 4, indikator penambahan wajib pajak

75
kendaraan berdasarkan kepemilikian, dan indikator kenaikan jumlah

penerimaan pajak kendaraan bermotor. Untuk itu dapat dilihat tanggapan

responden mengenai penerimaan pajak PKB, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7
Deskripsi Variabel Penerimaan Pajak PKB
Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori
Tarif Penerimaan Pajak Kendraan 1 598 4,50 0,90 90%
90% Sangat Baik
Bermotor Roda 2 dan Roda 4 2 593 4,46 0,89 89%
Penambahan Wajib Pajak Kendaraan 1 598 4,50 0,90 90%
90% Sangat Baik
Berdasarkan Kepemilikan 2 597 4,49 0,90 90%
Kenaikan Jumlah Penerimaan Pajak 1 598 4,50 0,90 90%
89% Sangat Baik
Kendaraan bermotor 2 589 4,43 0,89 89%
Rata-Rata 90% Sangat Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2024

Tabel 4.7 menunjukan kecenderungan jawaban responden dalam penelitian

ini, diketahui bahwa capaiana indikator dari pnerimaan pajak PKB memperoleh

rata-rata capaian indikator 90%. Nilai pada indikator tarif penerimaan pajak

kendaraan roda 2 dan roda 4 yaitu 90%, indikator penambahan wajib pajak

kendaraan berdasarkan kepemilikan 90% dan indikator kenaikan jumlah

penerimaan pajak kendaraan bermotorl indikator capaian 89%. Dengan ini skor

capain menunjukan bahwa variabel penerimaan pajak PKB berada pada kategori

sangat baik, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan gambaran penerimaan

pajak PKB adalah baik dan diterima.

4.2.3 Analisis Statistik Inferensial


Analisis Inferensial menurut Sugiyono (2012) merupakan teknik

statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya

diberlakukan untuk populasi yang jelas dan teknik pengambilan jenis sampel

dan populasi yang dilakukan secara random. Teknik analisis data pada

76
penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling Partial Least Squre

(SEM-PLS), dengan menggunakan aplikasi Smart PLS versi 3.8.2. Tahapan

analisis PLS-SEM pada penelitian ini terdiri dari pengujian outer model dan

inner model.

1. Evaluasi Model

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan partial least

square (PLS) yang menggunakan software SmartPLS 3. Partial least square

(PLS) adalah model persamaan strukral (SEM) yang berbasis komponen

variance. PLS tidak mensyaratkan adanya asumsi distribusi tertentu untuk

estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk mengvaluasi signifikansi tidak

perlukan (Chin 1998 dalam Ghozali dan latan 2015). Model evaluasi dalam PLS

dilkukan melalui penilaian outer model dan inner model.

1) Menilai Outer Model atau measurement Model

Terdapat dua kriteria dalam pemggunaan teknik analisis dngan

SmartPLS untuk menilai Outer Model yaitu Discriminant Validiy dan

Composite Reability. Hasil penelitin didapatkan pengukuran Outer Model

sebagai berikut :

77
Tabel 4.8
Outer Model Sebelum Outlier

Composite Reliability Average Variance Extracted (AVE)


E-SAMSAT 0,901 0,604
Kepatuhan Wajib Pajak_ 0,933 0,698
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,944 0,739
Kualitas Pelayanan Publik 0,854 0,496
Moderating Effect 1 1,000 1,000
Moderating Effect 2 1,000 1,000
Moderating Effect 3 1,000 1,000
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,916 0,646
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Berdasarkan Tabel 4.8, nilai Composite Realibility seluruhnya sudah

melebihi 0,7 yang berarti bahwa setiap variabel sudah memebuhi uji reabilitas,

namun variabel Kualitas Pelayanan Publik memiliki nilai AVE di bawah dari 0,5

yang artinya bahwa belum memnuhi uji validitas dengan batas > 0,5, sehingga

perlu dilakukan oulier pada beberpa indikator pada variabel sehingga indikator

dapat menggambarkan variabel laten, model penelitian struktural sebelum

dilakukan outlier sebagai berikut :

78
Gambar 4.2
Outer Model Sebelum Oulier

Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Oulier dilakukan supaya memenuhi asumsi validitas dan realiabilitas pada

outer model. Outlier dilakukan dengan menghilangkan satu atau bahkan lebih

indikator yang tidak memiliki hubungan yang kuat dengan variabel latennya.

Pada penelitian ini dilakukan outlier pada pernyataan 1 pada indikator

Ketanggapan variabel Pelayanan Publik (Z), pernyataan 1 dan 2 pada indiktor

pengawasan secara eksternal maupun internal pada variabel kualitas pelayanan

79
publik (Z).. Hal ini dilakukan karena memiliki nilai AVE dibawah 0,05 sehingga

tidak memenuhi asumsi validitas, setelah dilakukan estimasi outlier pada data

model penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.3
Outer Model Setelah Outlier

Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Penilaian outer model untuk menguji validitas dan reabilitas setelah


dilakukan oulier sbagai berikut :
Tabel 4.9
Outer Model Setelah Outlier

80
Composite Reliability Average Variance Extracted (AVE)
E-SAMSAT_ 0,901 0,604
Kepatuhan Wajib Pajak 0,933 0,698
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,944 0,739
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,878 0,706
Moderating Effect 1 1,000 1,000
Moderating Effect 2 1,000 1,000
Moderating Effect 3 1,000 1,000
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,916 0,646
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas sudah memenuhi uji validas dan realibilitas,

karena setiap variabel sudah memiliki nilai Composite Realibility diatas 0,7 dan

nilai AVE dari setiap variabel juga diatas 0,5.

1. Uji Validitas
a) Convergent Validity (Uji Validitas menggunakan Outer Loading)

Convergent validity dari meansurment model dengan indikator

refleksi adapat dilihat dari korelasi antara skor item atau indikator

konstruknya. Indikator individu dianggap valid jika memiliki nilai

korelasi diatas 0,70. Nilai yang diharpkan > 0,70 . menurut Chin

seperti yang dikutip oleh Iman Ghozali. Nilai outer loading antara 0,50

– 0,60 sudah dianggap cukup untuk memenuhi syarat Convergent

Validity. Output SmartPLS untuk outer loading dapat dilihat pada tabl

dibawh ini :

81
Tabel 4.10
Outer Loading

Kepatuhan Kesadaran Kualitas Moderating Moderatin Moderatin Penerimaan


E-Samsat_
Wajib Wajib Pajak_ pelayanan Effect 1 g Effect 2 g Effect 3 Pajak
E-Samsat_ * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,887
Kepatuhan Wajib Pajak * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,606
Kesadaran Wajib Pajak_ * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,920
X1.1 0,782
X1.2 0,798
X1.3 0,801
X1.4 0,777
X1.5 0,763
X1.6 0,741
X2.1 0,880
X2.2 0,879
X2.3 0,764
X2.4 0,796
X2.5 0,916
X2.6 0,911
X3.1 0,834
X3.2 0,822
X3.3 0,844
X3.4 0,813
X3.5 0,848
X3.6 0,852
Y1 0,802
Y2 0,832
Y3 0,804
Y4 0,817
Y5 0,811
Y6 0,753
Z1 0,877
Z2 0,818
Z4 0,826
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Pengujian validitas untuk idnikator reflektif yang menggunakan korelasi

82
antara skor item dengan skor kontruknya. Perhitungan dengan indikator refleksi

menunjukan adanya perubahan pada konstruk lain berubah atau dikeluarkan dari

model. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari semua konstruk variabel independen,

dependen dan moderasi memiliki data yang valid dengan memiliki nilai ditas

0,50.

b) Discriminant Validity atau Cross Loading

Discriminant validity di ukur dengan membandingkan nilai square

root of average variance extraced (AVE) setip konstruk dengan korealsi

antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai kuadrat

AVE setiap konstruk lebih besar dari pada nilai korelasi antara konstruk

dengan konstruk lainnya dalam model maka memilih nilai discriminant

vlidity yang baik.

Tabel 4.11
Determinant Validity atau Cross Loading

Kepatuhan Kesadaran Kualitas pelayanan Moderating Moderating Moderating Penerimaan Pajak


E-SAMSAT_
Wajib Pajak Wajib Pajak_ Pajak_ Effect 1 Effect 2 Effect 3 Kendaraan Bermotor
E-SAMSAT_ 0,777
Kepatuhan Wajib Pajak 0,788 0,836
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,860 0,695 0,860
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,761 0,596 0,733 0,841
Moderating Effect 1 -0,795 -0,590 -0,767 -0,570 1,000
Moderating Effect 2 -0,693 -0,580 -0,642 -0,470 0,860 1,000
Moderating Effect 3 -0,754 -0,537 -0,775 -0,566 0,942 0,778 1,000
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor0,906 0,777 0,929 0,769 -0,708 -0,595 -0,718 0,804
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Berdasarkan data discriminant validity diatas, nilai diagonal merupakan

nilai akar kuadrat AVE dan nilai dibawa merupakan korelai antar konstruk, nilai

akar kuadrat AVE pada tabel diatas lebih tinggi dari nilai korelasi, jadi dapat

83
disimpulkan model valid karena telah memenuhi discriminant validity adalah

dengan melihat nilai square root of average variance extrcted (AVE), nilai yang

disarankan adalah diatas 0,05. Berikut ini ialah nilai uji realibilitas yang dilihat

dari nilai AVE pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.12
Average Variance Extracted (AVE)

Average Variance
Keterangan
Extracted (AVE)
E-SAMSAT_ 0,604 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak 0,698 Valid
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,739 Valid
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,706 Valid
Moderating Effect 1 1,000 Valid
Moderating Effect 2 1,000 Valid
Moderating Effect 3 1,000 Valid
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,646 Valid
Sumber :Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjkan bahwa nilai AVE diatas dari 0,50

untuk semua konstruk, E-Samsat memiliki nilai AVE 0,604, Kepatuhan Wajib

Pajak dengan nalai AVE 0,698, Kesadaran Wajib Pajak memiliki nilai AVE

0,739, Kualitas Pelayanan Publik memiliki nilai AVE sebesar 0,706 dan

penerimaa pajak Kendaraan Bermotor memiliki nilai AVE sebesar 0,646. Jadi

dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai AVE lebih besar dari

0,50.

2 Uji Realibilitas
a) Composite Relibility

Uji realibilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisoner yang

84
merupakan indikator dari variabel. Suatu alata ukur yang berupa kuisoner atau

instrumen yang dikatakan dapat meberikan hasil stabil atau konstan, jika alat

ukur tersebut dapat diandalkan atau reliabel. Oleh karena itu, perlu dilakukan

uji reliabilitas. Suatu kuisoner dikatan reliabel atau handal jika jawaban

responden terhadap pernyataan kuisoner adalah stabil dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dilakukan dengan internal consistency. Reliabilitas intrumen

penelitian ini di uji dengan menggunakan Composite Realibility. Suatu

konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability diatas 0,70

(Numnaly, 1996 dalam Ghozali,2011:143).

Tabel 4.13
Composite Realibility

Composite Reliability Keterangan


E-SAMSAT_ 0,901 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak 0,933 Valid
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,944 Valid
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,878 Valid
Moderating Effect 1 1,000 Valid
Moderating Effect 2 1,000 Valid
Moderating Effect 3 1,000 Valid
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,916 Valid
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bawha hasil dari composite

realibility (Uji Realiabilitas) sangat baik yaitu pada variabel E-Samsat dengan

nilai composite relibility sebesar 0,901 > 0,70, pada variabel Kepatuhan Wajib

Pajak memiliki nilai composite realibility sebesar 0,933 > 0,70, pada variabel

Kesadaran Wajib Pajak juga valid dengan nilai composite realibility sebesar

0,944 > 0,70, dan pada variabel moderasi Kualitas Pelayanan Publik juga

memiliki nilai yang valid sebesar 0,878 > 0,70, dan pada variabel Penerimaan

85
Pajak Kendaraan Bermotor nilai composite realibility juga valid sebesar 0,916,

sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel memiliki nilai konstruk yang

tinggi.

Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa variabel independen E-Samsat,

variabel Kesadaran wajib Pajak, variabeel Kepatuhan Wajib Pajak, variabel

moderasi Kualitas Pelayanan Publik dan variabel depeden Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor memiliki nilai composite realibility yang dihasilkan sangat

baik dimana setiap nilai > 0,70, sehingga memenuhi asumsi realibility.

3. Uji Asumsi Klasik ( Uji Multikolinearitas)

Model struktural yang dimaksud dalam penelitian ini ialah uji

multikolinearitas atau colinearity yang dilakukan untuk memastikn bahwa

pada sebuah model konstruk ada interkorelasi atau kolinearitas ntar

variabel bebas. Interkorelasi adalah suatu hubungahn yang linear atau

hubunghn aynag kuat antara satu variabel bebas dengan variabel predictor

lainnya. Pada model struktural collinearity statistic. Untuk mengetahui

indikator formatif mengalami multikolinearity dengan nilai VIF < 10, jika

nilai VIF dari setiap indikator di < 10 maka dapat dikatakan bahwa

indikator tersebut tidak terjadi masalah multikolinearity. Hal ini dapat

dilihat dari tabel collinearity statistic berikut ini :

86
Tabel 4.14
Collinearity Statistic

Kepatuhan Wajib Pajak * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,000


Kesadaran Wajib Pajak_ * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,000
X1.1 1,907
X1.2 1,976
X1.3 2,081
X1.4 1,803
X1.5 1,772
X1.6 1,683
X2.1 4,778
X2.2 4,996
X2.3 2,207
X2.4 2,127
X2.5 4,825
X2.6 4,176
X3.1 2,568
X3.2 2,291
X3.3 2,549
X3.4 2,432
X3.5 2,788
X3.6 2,600
Y1 2,016
Y2 2,245
Y3 2,042
Y4 2,113
Y5 2,089
Y6 1,748
Z1 2,022
Z2 1,557
Z4 1,690
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan

indikator tidak terjadi multikolinearitas karena memiliki nilai VIF <10, sehingga

dapat disimpulkan bahwa seluruh konstruk tidak terjadi multikolinearitas antara

variabel E-samsat, kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak dengan kualitas

pelayanan publik yang memoderasi terhadap variabel penerimaan pajak

87
kendaraan bermotor.

4.2.4 Pengujian Iner Model

Inner model merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan

kualitas antar variabel laten. Pada inner model juga dapat diketahui kolinearitas

data atau hubungan kuat satu sama lain antar variabel. Ghozali (2011) lebih

jauh mengatakan koliniaritas ini dijadikan salah satu uji prasyarat dalam SEM.

Pada penelitian ini, model struktural dalam PLS dinilai dengan menggunakan

nilai koefisien path untuk variabel independen yang kemudian dinilai

berdasarkan nilai signifikansinya atau nilai t-statistic setiap path. Model

struktural penelitian berdasarkan hasil uji bootstrapping dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 4.3
Hasil Uji Inner Model dan Hasil Uji Bootstrapping

88
Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

Penelitian model struktural dengan menggunakan SmartPLS dimulai

dengan melihat nilai R squre untuk setiap varibel laten yaki pengaruh E-Samsat,

variabel kesadaran wajib pajak, variabel kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor dengan kualitas

pelayanan publik sebagai variabel moderasi, dapat kita lihat nilai R square pada

tabel di bawah ini :

Tabel 4.15
R Square

R Square R Square Adjusted

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,929 0,925

Sumber : Hasil Olahan Smart PLS 3, 2024

89
Berdasarkan pada Tabel 4.15 R Square pada penerimaan pajak kendaraan

bermotor sebesar 0,929, hal ini berrati bahwa variabel laten E-samsat, kesadaran

wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, dan variabel moderasi kualitas pelayanan

publik mampu menyumbang atau menerangkan sebesar 92,9% penerimaan pajak

kendaraan bermotor sedangkan sisanya 7,1% diterangkan oleh variabel lain

diluar dari penelitian ini.

4.2.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dihitung untuk mengetahui apakah variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen melalui uji t.

Untuk pengujian hipotesis biasanya nilai probabilitas, nilai p-value dengan alpha

5% adalah kurang dari 0,05. Nilai t-tabel untuk alpha 5% dengan 133 responden

adalah 1,96. Hasil uji bootstrapping pada gambar diatas menunjukkan besaran

nilai t dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai Path

Coefficient dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.16
Ui Signifikanis Path Coeficient

90
Original Sample Sample Standard Deviation T Statistics
P Values
(O) Mean (M) (STDEV) (|O/STDEV|)
E-SAMSAT_ -> Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
2,816 0,383 0,134 3,538 0,005
Kepatuhan Wajib Pajak -> Penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor
1,594 0,110 0,091 2,594 0,035
Kesadaran Wajib Pajak_ -> Penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor
5,679 0,601 0,097 3,179 0,014
Kualitas pelayanan Pajak_ ->
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
1,073 0,046 0,059 3,741 0,002
Moderating Effect 1 -> Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
1,663 0,137 0,083 2,018 0,049
Moderating Effect 2 -> Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
0,401 0,033 0,066 0,401 0,528
Moderating Effect 3 -> Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
1,278 0,074 0,069 2,975 0,033

Sumber : Hasil Olahan Smart PLS m 2024

Berdasarkan hasil uji pengaruh antar variabel pada Tabel 4.16, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Hipotesis 2 : E-Samsat berpengaruh signifikan Terhadap Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor.

Dari hasil uji hipotesis 2 diperoleh hasil nilai t-statistik sebesar 3,538. Nilai

ini lebih kecil dari nilai t-tabel 1,978. Nila P value sebesar 0,005 lebih kecil

dari nilai alpha 0,05. Artinya bahwa variabeel E-Samsat memilki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak kendaraan

bermotor. Maka hipotesis yang mengatakan bahwa E-Samsat memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak Diterima

2. Hipotesis 3 : Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh signifikan Terhadap

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dari hasil uji hipotesis 3 diperoleh nilai t-statistik sebesar 3,179 , nilai ini

lebih besar dari nilai t-tabel 1,978. Nilai p value sebesar 0,014 lebih kecil

dari nilai alpha 0,05. Artinya bahwa variabel kesadaran wajib pajak

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak

91
kendaraan bermotor. Maka hipotesis yang mengatakan bahwa kesadaran

wajib pajak memiliki pengaruh postif dan signifiikan terhadap penerimaan

pajak kendaraan bermotor Diterima

3. Hipotesis 4 : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan Terhadap

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dari hasil uji hipotesis 4 diperoleh nilai t-statistik sebesar 2,594, nilai ini

lebih besar dari nilai t-tabel 1,978. Nilai p value sebesar 0,035 lebih kecil

dari nilai alpha 0,05. Artinya bahwa variabel kepatuhan wajib pajak

memiliki pengaruh positif dan sigifikan terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor Diterima

4. Hipotesis 5 : Kualitas Pelayanan Publik berpengaruh signifikan Terhadap

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotot.

Dari hasil uji hipotesis 5 diperoleh nilai t-statistik sebesar 3,741, nilai ini

lebih besar dari nilai t-tabel 1,978. Nilai p value sebesar 0,002 lebih kecil

dari nilai alpha 0,05. Artinya bahwa variabel kualitas pelayanan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak kendaraan

bermotor Diterima

5. Hipotesis 6 : Kualitas Pelayanan Publik dapat memoderasi pengaruh E-

Samsat terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Hipotesis 6 diuji pengaruh E-Samsat terhadap Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor dengan di moderasi oleh kualitas pelayanan publik,

menunjukan bahwa efek moderasi 1 konstruk interaksi antara E-Samsat

dan kualitas pelyanan publik dapat memoderasi pengaruh E-Samsat

92
terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor dengan nilai t-statistik

sebesar 2,081 lebih besar dari nilai t-tabel 1,978 dan nilai p value sebesar

0,049 lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Maka hipotesis 6 Diterima.

6. Hipotesis 7 : Kualitas Pelayanan Publik Dapat Memoderasi Pengaruh

Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.

Hipotesis 7 diuji pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap Penerimaan

Pajak Kendaraan Bermotor dengan di moderasi oleh kualitas pelayanan

publik, menunjukan bahwa efek moderasi 2 konstruk interaksi antara

kesadaran wajib pajak dan kualitas pelayanan publik mampu memoderasi

pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan

bermotor dengan nilai t-statistik sebesar 0,401 lebih kecil dari nilai t-tabel

1,978 dan nilai p value sebesar 0,528 lebih besar dari nilai alpha 0,05.

Maka hipotesis 7 Ditolak.

7. Hipotesis 8 : Kualitas Palayanan Publik dapat memoderasi pengaruh

Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.

Hipotesis 8 diuji pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap Penerimaan

Pajak Keendaraan Bermotor dengan di moderasi oleh kualitas pelayanan

publik, menunjukan bahwa efek moderasi 3 konstruk interaksi antara

kepatuhan wajib pajak dan kualitas pelayanan publik dapat memoderasi

pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan

bermotor dengan nilai t-statistik sebesar 2,975 lebih kecil dari nilai t-tabel

1,978 dan nilai p value sebesar 0,033 lebih kecil dari nilai alpha 0,05.

Maka hipotesis 8 Diterima.

93
4.3 Pembahasan Hasil
4.3.1 Pembahasal Hasil Deskriptif

Pembahasan hasil analisis tanggapan responden terhadap tiap variabel

penelitian adalah sebagai berikut :

1. E-Samsat

E-samsat merupakan salah satu aplikasi online yang diapakai untuk

melayani dan mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran pajak

kendaraan bermotor. Jika dulu pemiliki kendaraan harus dtang ke kantor

SAMSAT (Sistem Administrasi Menunggal Satu Atas) untuk melakukan

pembayaran pajak dan mengurus STNK dengan waktu yang lama, kini

prosedur tersebut sudah bisa dilakukan secara online melalui e-samsat

terobosan ini tentu sangat memudahkan masyarakat yang memiliki kesibukan

masing-masing.

Tanggapan responden terhadap Variabel E-Samsat (X1) berada pada

skor rata-rata 90% dan berada pada kategori sangat baik. Indikator pertama

yaitu indikator Pembayaran Melalui Aplikasi Smartphone berada pada skor

90% atau dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa para

wajib pajak telah sadar dan bersedia dalam membayar pajak kendaraan

bermotor dengan menggunakan fitur e-samsat yang telah . Indikator yang

kedua yaitu Pembayaran di Samling (Mobil Samsat Keliling) berada pada

skor 90% atau dalam kategori sangat baik, dan pada indikator yang ketiga

yaitu Pembayaran Langsung Pada Operasi Peneribitan skor 90% atau

dengan kategori baik.

94
Berdasarkan tanggapan responden dari 3 indikator variabel E-

Samsat dapat disimpulkan bahwa sudah hampir semua wajib pajak telah

menggunakan fitur E-Samsat dalam membayar pajak.

2. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan tidak

hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut

pemungutuan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi

sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan, dan pelayanankepada wajib pajak selaku pihak pemebri dana bagi

negara. Disamping itu jga tergantung pada kemauan wajib pajak sejauh mana

wajib pajak tersebut akan memenuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Tanggapan responden terhadap Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)

berada pada skor rata-rata 92% dan berada pada kategori sangat baik.

Indikator pertama yaitu indikator memahami akan fungsi dan pentingnya

membayar PKB berada pada skor 90% atau dalam kategori sangat baik.

Hal ini menunjukkan bahwa para wajib pajak telah sadar dan bersedia dalam

membayar pajak kendaraan bermotor. Indikator yang kedua yaitu tindakan

meembayar pajak tepat waktu berada pada skor 90% atau dalam kategori

sangat baik, dan pada indikator yang ketiga yaitu tindakan melunasi pajak

kendaraan yang telat bayar dengan skor 92% atau dengan kategori baik.

Berdasarkan tanggapan responden dapat disimpulkan bahwa sudah

hampir selurh wajib pajak memilki kesadaran dalm membayar pajak,

95
tunggakan pajak sehingga dapat membawa efek yang baik bagi penerimaan

pajak kendaraan bermotor.

3. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak menurut Gunadi (2013 : 94) merupakan

kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan

yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun

administrasi. Pada penelitian ini, Kepatuhan Wajib Pajak dijadikan sebagai

variabel independen atau X3 yang mana terdapat 3 indikator kepatuhan wajib

pajak dalam membayara pajak kendaraan, kepatuhan dalam perhitungan dan

pembayaran dan indikator kepatuhan dalam mengikuti proses pembayaran tunggakan.

Tanggapan responden terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

berada pada skor rata-rata 92% dan berada pada kategori sangat baik.

Indikator pertama yaitu indikator kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor berada pada skor 92% atau dalam kategori sangat baik.

Hal ini menunjukkan bahwa para wajib pajak telah sadar dan bersedia dalam

membayar pajak kendaraan bermotor. Indikator yang kedua yaitu kepatuhan

dalam perhitungan dan pembayaran berada pada skor 92% atau dalam

kategori sangat baik, dan pada indikator yang ketiga yaitu kepatuhan dalam

mengikuti proses pembayaran tunggakan memilki skor 92% atau dengan

kategori baik.

Berdasarkan tanggapan responden dari 3 indikator variabel

kepatuhan wajib pajak dapat disimpulkan bahwa sudah hampir semua wajib

96
pajak telah sadar dan patuh dalam membayar pajak.

4. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan publik (Z) menurut Hardiansyah (2011)

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan

pada saat terjadi pemberian pelayanan publik. Pada penelitian ini, Kualitas

pelayanan publik dijadikan sebagai variabel Moderasi atau Z yang mana

terdapat 3 indikator yaitu keandalan, ketanggapan, dan pengawasan secara

eksternal maupun internal.

Tanggapan responden terhadap Variabel Kualitas Pelayanan Pajak (Z)

berada pada skor rata-rata 86% dan berada pada kategori sangat baik.

Indikator pertama yaitu indikator keandala pada skor 86% atau dalam

kategori sangat baik. Indikator yang kedua yaitu ketanggapan berada pada

skor 83% atau dalam kategori sangat baik, dan pada indikator yang ketiga

yaitu pengawasan secara ksternal maupun internal memilki skor 88% atau

dengan kategori baik.

Berdasrkan tanggapan responden terhadap 3 indikator dari variabel

kualitas pelayanan publik menunjukan bahwa masyarakat sudah sangat

puas dengan pelyanan yang diterima.

5. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

97
Penerimaan pajak menurut Chairil Anwar Pohan (2017:233)

menyatakan bahwa penerimaan pajak adalah sebagai tulang punggung sumber

keunagan Negara terbesar untuk pembiayaan APBN yang sangat dominan,

menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:49) penerimaan pajak adalah pajak yang

dipungut dikelompokan kepada pajak pusat,bea dan cukai, pajak daerah,

maupun retribusi daerah. Dalam penelitian ini penerimaan pajak memiliki 3

indikator perhitungan yaitu indikator tarif penerimaan pajak kendaraan roda

dua dan empat, indikator penambahan wajib pajak kendaraan berdsarkan

kepemilikan, dan indikator kenaikan jumlah penerimaan pajak kendaraan

bermotor.

Tanggapan responden terhadap Variabel Penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor (Y) berada pada skor rata-rata 90% dan berada pada kategori

sangat baik. Indikator pertama yaitu indikator tarif penerimaan pajak

kendaraan roda dua dan roda empat berada pada skor 90% atau dalam

kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa para wajib pajak sudah

memiliki kesadaran yang sangat baik dalam membayar pajak sehingga

penerimaan pajak sudah mencapai persentase sangat baik. Indikator yang

kedua yaitu penambahan wajib pajak kendaraan berdasarkan kepemilikan

berada pada skor 90% atau dalam kategori sangat baik, dan pada indikator

yang ketiga yaitu kenaikan jumlah penerimaan pajak kendaraan bermotor

mempunyai skor 89% atau dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan tanggapan responden untuk variabel penerimaan pajak

kendaraan bermotor sudah berjalan dengan baik, hal ini menunjukan bahwa

98
wajib pajak memilki kepatuhan wajib pajak yang baik sehingga dapat

meningkatkan penerimaan pajak agar dapat membiayai pengeluaran-

pengeluaran negara.

4.3.2 Pembahasan Secara Parsial

1. E-Samsat Berpengaruh Signifikan Terhadap Penerimaan Pajak


Kendaraan Bermotor

E-samsat merupakan salah satu aplikasi online yang diapakai untuk

melayani dan mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran pajak

kendaraan bermotor. Jika dulu pemiliki kendaraan harus dtang ke kantor

SAMSAT (Sistem Administrasi Menunggal Satu Atap) untuk melakukan

pembayaran pajak dan mengurus STNK dengan waktu yang lama, kini

prosedur tersebut sudah bisa dilakukan secara online melalui e-samsat

terobosan ini tentu sangat memudahkan masyarakat yang memiliki kesibukan

masing-masing.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel E-samsat terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor memperoleh hasil pengujian bahwa

berpengaruh positif dan signifikan hal ini di buktikan dengan nilai signifikan

yang diperoleh 0,005 < 0,05. Koefisien bernilai positif menunjukkan terjadi

hubungan yang positif antara variabel E-samsat terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor. Hal ini dapat diartikan bahwa E-samsat memberi

sumbangan pengaruh signifikan.

E-samsat merupakan fasilitas yang dibuat oleh pemerintah dengan

memanfaatkan tegnoligi guna mepermudah dan mempercepat proses

pelayanan kepada wajib pajak. Dalam teori E-samsat merupakan faktor

99
eksternal yang dapat mempengaruhi rasa patuh untuk membayarkan wajib

pajak.

Perilaku wajib pajak dipengaruhi dengan adanya sistem pelayanan

online .E-samsat adalah suatu program yang dibuat oleh pemerintah untuk

memudahkan wajib pajak dalam membayar PKB, dimana pembayaran dapat

dilakukan melalui Bank, ATM dan juga M-banking. Hal tersebut akan secara

otomatis mempercepat serta mempermudah para wajib pajak karena tidak

perlu mengantri dengan waktu yang lama di kantor Samsat.

E-samsat dibuaat oleh pemerintah dengan harapan dapat membantu

wajib pajak dalam membayar PKB sehigga dapat meningkatkan penerimaan

pajak kendaraan bermotor. Jika dilihat pengaruh e-samsat terhadap

penerimaan sudah sangat baik dalam meningatkan penerimaan pajak

kendaraan bermotor.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikri (2018)

memeprlihatkan jika program yang tersedia dari E-Samsat tersebut tinggi,

dengan demikian pihak yang membayarkan pajak tersebut juga tinggi, hal ini

desebabkan bahwa E-Samsat ialah suatu progam yang dibentuk guna

manaikan mutu dari sistem pembayaran yakni dengan mempergunakan alat

elektronik. Variabel ini memberikan sumbangan pengrh positif dan signifikan

terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor.

2. Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Signifikan Terhadap

100
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Kesadaran didefinisikan sebagai implus yang berasal dari internal

seorang individu tertentu, berlandaskan pada perasaan dan pemikiran yang

menyebabkan sebuah aktivitas guna memenuhi tujuan tersebut, sementara itu

kesadaran untuk membayar pajak. Kesadaran wajib pajak merupakan sebuah

nilai yang terdapata pada seseorang yang bersedia untuk membayar sejumlah

uang untuk membiayai negara tanpa menerima imbalan secara langsung.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel kesadaran wajib

pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor memperoleh hasil

pengujian bahwa berpengaruh positif dan signifikan hal ini di buktikan

dengan nilai signifikan yang diperoleh 0,014 < 0,05. Koefisien bernilai positif

menunjukkan terjadi hubungan yang positif antara variabel kesadaran wajib

pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor. Hal ini dapat diartikan

bahwa kesadaran wajib pajak memberi sumbangan pengaruh signifikan.

Tingkat kesadaran dimiliki oleh wajib pajak juga berpengaruh

terhadap tingkat penerimaan pajak karena pada kenyataanya tidak banya

orang yang secara sadar akan kewajiban perpajakan dan mengerti esensi dari

apajk itu sendiri melainkan hampir sebagian besar orang melaksanakan

kewajiban perpajakannya hanya memenuhi ketentuan yang sudah ada. Hal ini

mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran (lack of awareness)

sangat berpotensi mengurangai tingkat penerimaan pajak.

Kurangnya kesadaran dalam membayar pajak tidak terlepas dari faktor

pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan, karena pajak meruapakan

101
suatu pengetahuan yang harus dimiliki oleh setia wajib pajak maupun aparatur

pajak. Bila setiap wajib pajak memilki pengetahuan dan pemahaman yang

memadai tentang peraturan perpajakan, maka dapat dipastikan wajib pajak

secara sadar akan patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dengan

baik dan benar, sehingga mereka pun akan terhindar dari pengenaan sanksi

perpajakan yang berlaku.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina

dan Purwanto (2019) bahwa terapat pengaruh antara kesadaran wajib pajak

dan penerimaan pajak, dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05.

3. Kepatuhan Wajib Pajak Berpengaruh Signifikan Terhadap


Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Kepatuhan wajib pajak merupakan ketaatan wajib pajak dalam

melaksanakan ketentuan perpajakan. Kepatuhan perpajakan dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban dan melaksanakan hak perpajakan. Kepatuhan pajak berguna untuk

kelangsungan perekonomian daerah.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel kepatuhan wajib

pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor memperoleh hasil

pengujian bahwa berpengaruh positif dan signifikan hal ini di buktikan

dengan nilai signifikan yang diperoleh 0,035 < 0,05. Koefisien bernilai positif

menunjukkan terjadi hubungan yang positif antara variabel kepatuhan wajib

pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor. Hal ini dapat diartikan

bahwa kepatuhan wajib pajak memberi sumbangan pengaruh signifikan.

102
Dari hasil penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa masih begitu

banyak wajib pajak yang masih lalai atau belum patuh dalam melakukan

kewajibannnya dalam membayar pajak kendaraan bermotor, tapi jika para

wajib pajak sudah taat dalam melakukan kewajibannya dalam memabayar

pajak maka mampu meningkatkan penerimaan pajak sehingga dari hasil

penerimaan pajak tersebut dapat berkontribusi dalam pembangunan daerah.

Kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu faktor yang penting yang

memiliki pengaruh terhadap realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Mengingat kepatuhan wajib pajak masih tergolong rendah. Hal ini

memberikan makna bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak

maka akan semakin besar penerimaan pajak begitu pula sebaliknya semakin

rendah kesadaran wajib pajak maka akan semakin rendah penerimaan pajak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Nur

(2014), Ida Soraya (2015) yang menemukan bahwa kepatuhan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak.

4. Kualitas Pelayanan Publik Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak


Kendaraan Bermotor.

Kualitas pelayanan publik merupakan hal wajib yang harus

diberikan kepada masyarakat guna memberikan pelayanan yang baik dan

dapat berguna untuk meningkatkan penerimaan pajak. Fandy Tjiptono

(2014) lebih jauh mengatakan bahwa Kualitas pelayanan merupakan upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

penyampaianya untuk mengimbangi harapan konsumen. Maka salah satu hal

103
yang harus dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan

meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel kualitas pelayana

publik terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor memperoleh hasil

pengujian bahwa berpengaruh positif dan signifikan hal ini di buktikan

dengan nilai signifikan yang diperoleh 0,002 < 0,05. Koefisien bernilai positif

menunjukkan terjadi hubungan yang positif antara variabel kualitas pelayanan

publik terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor. Hal ini dapat diartikan

bahwa kualitas pelayanan publik memberi sumbangan pengaruh signifikan.

Kualitas pelayanan publik mempunyai pengaruh terhadap penerimaan

pajak kendaraan bermotor. Ukuran seberapa baiknya suatu layanan menemui

kecocokan dengan harapan wajib pajak. Berdasarkan pernyataan ini dapat

disimpulkan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

pada kantor samsat akan berdampak pada kepuasaan masyarakat atau wajib

pajak.

Kualitas pelayanan publik menyangkut segala aspek pelayanan yang

berkaitan dengan masyarakata luas. Pemerintah berfungsi memberikan

berbagai pelayanan publik yang dimulai dari bentuk pengaturan atau

pelayanan-pelayanan lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

terutama dalam hal pelayanan pajak, pada kenyataannya pelayanan yang

diterima masyarakat sudah cukup baik sesuai dari yang diharapkan, masih

cukup banyak masalah terkait dengan kualitas pelayanan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afrida

104
dan Marwai (2015) menyatakan bahwa kualitas pelayanan publik berpengaruh

signifikan terhadap penrimaan pajak, Surya (2015) menyatakan bahwa

kualitas pelayanan publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan pajak.

5. Kualitas Pelayanan Publik Memoderasi Pengaruh E-Samsat


Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan hasil pengujian variabel kualitas pelayanan publik

memoderasih E-Samsat terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor

memperoleh hasil pengujian bahwa berpengaruh positif dan signifikan hal ini

di buktikan dengan nilai signifikan yang diperoleh 0,049 < 0,05. Koefisien

bernilai positif menunjukkan terjadi hubungan yang positif antara variabel

kualitas pelayanan publik memoderasi pengaruh E-Samsat terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya

pemerintah mengelurkan sistem E-samsat guna membantu wajib pajak

membayar pajak kendaraanya dengan sangat mudah, E-samsat menjadi

terobosan pemerintah dalam bidang layanan publik untuk meingkatkan

penerimaan pajak kendaraan bermotor. Dampak dari sistem E-samsat terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah dengan adanya sistem

pembayaran pajak berbasis online akan memudahkan masyarakat membayar

kewajiban pajak mereka sehingga penerimaan pajak akan meningkat.

Penerapan E-samsat menjadi lah satu uapaya pemrintah kepada

masyarakat sebagai sumbangsi pelayanan publik yang tidak memakan waktu

lama, namun masih banyak wajib pajak yang kurang paham bagaimana

105
caranya melakukan pembayaran PKB dengan memanfaatakn program E-

samsat lantaran minimnya sosialisasi tentang cara penggunaan layanan E-

samsat, karena wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak dengan

menggukan program E-samsat tetap perlu mendatangi kantor samsat guna

menukar bukti pembayaran yang telah dilakukan menggunakan ATM dengan

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan memverifikasi STNK. Sehingga

pemerintah perlu meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi agar program

yang sudah dibuat dapat dimanfaatkan dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Windasari (2020) Adhit (2021) yang menyatakan bahwa kualitas pelayana

dapat memoderasi pengaruh E-samsat terhadap penerimaan pajak kendaraan.

6. Kualitas Pelayanan Publik Memoderasi Pengaruh Kesadaran Wajib


Pajak Terhadap Penerimaa Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan hasil pengujian variabel kualitas pelayanan publik

memoderasi kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan

bermotor memperoleh hasil pengujian bahwa berpengaruh positif dan tidak

signifikan hal ini di buktikan dengan nilai signifikan yang diperoleh 0,528 >

0,05.

Kesadaran wajib pajak yang masih kurang sehingga Pemerintah perlu

memberikan penyuluhan yang berkesinambungan pada wajib pajak mengenai

kesadaran membayar pajak dan mengenai tata cara dalam menjalankan

perpajakan, pemberian sosialisasi maka akan mampu meningkatkan

kepatuhan wajib pajak dalam melakuka perpajakan.

106
Pemerintah sudah berupaya melakukan berbagai cara untuk melayani

wajib pajak seperti mengeluarkan sistem E-samsat, mendatangi domisili wajib

pajak namun semua upaya yang dilakukan pemerintah akan menjadi tidak

berguna karena kurangnya kesadaran wajib pajak untuk melakukan

perpajakan sesuai dengan aturan yang ada.

Kesadaran wajib pajak dapat diartikan sebagai satu sikap moral yang

memberikan kontribusi kepada negara untuk menunjang pembangunan negara

dan berusaha menaati semua peraturan yang telah ditetapkan oleh negara serta

dapat dipakasakan terhadap wajib pajak. Kesadaran wajib pajak tidak hanya

terdapat pada hal teknis saja seperti pemriksaan, tarif pajak, tetapi kesadaran

wajib pajak untuk menaati ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka semakin tinggi penerimaan pajak.

Hasil pennelitian ini sejaln dengn penelitian yang dilakukan oleh

Apriliyana (2017) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan publik tidak

dapat memoderasi pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan

pajak. Aditya dan Syaputri (2020) menyatakan bahwa kualitas pelayanan

publik dapat memoderasi kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak.

7. Kualitas Pelayanan Memoderasi Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak


Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan bermotor

Berdasarkan hasil pengujian variabel kualitas pelayanan publik

memoderasih kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan

bermotor memperoleh hasil pengujian bahwa berpengaruh positif dan

signifikan hal ini di buktikan dengan nilai signifikan yang diperoleh 0,033 <

0,05. Koefisien bernilai positif menunjukkan terjadi hubungan yang positif

107
antara variabel kualitas pelayanan publik memoderasi pengaruh kepatuhan

wajib pajak terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Temuan pada penelitian ini juga didukung oleh teori Suardana (2014)

yang mengemukakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Mutu pelayanan terbaik yang diterima oleh Wajib

Pajak dari petugas pajak akan membuat Wajib Pajak cenderung patuh

untuk membayar kewajiban perpajakannya. Memberikan pelayanan yang

berkualitas pada Wajib Pajak akan membuat Wajib Pajak nyaman dalam

membayar pajak dan meningkatkan kepatuhannya dalam membayar pajak

serta dapat meningkatkan penerimaan pajak. Berbeda dengan yang terjadi

pada UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang, Kualitas

Pelayanan yang telah diberikan kepada wajib pajak sudah dilakukan

dengan baik namun tingkat kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor

masih rendah yang mengakibatkan menurunnya realisasi penerimaan pajak

kendaraan bermotor.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Nirvana, Cornelius Rantelangi,

Rusliansyah (2020) dengan judul "Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan

Wajib Pajak Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda". Hasil penelitian

menunjukkan Pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penerimaan pajak, kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak, dan kualitas pelayanan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak.

108
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran tentang E-Samsat, Kesadaran wajib Pajak, Kepatuhan Wajib

Pajak, Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kualitas Pelayanan

Publik pada UPT Badan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Kupang

adalah pada kategori “ sangat baik”.

2. E-Samsat berpengaruh positif dan signifkan terhapat penerimaan pajak

kendaraan bermotor, artinya bahwa penerapan sitem e-samsat sudah

mempu meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor.

3. Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor, artinya bahwa wajib pajak sudah

memilki kesadaran untuk patuh dalam melakukan kewajiban sebagai wajib

pajak yang dapat meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor.

4. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor, artinya bahwa masyarakat sudah

patuh dalam membayar kewajiban perpajakan

5. Kualitas pelayanan publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor, artinya bahwa pelayanan yang

diberikan kepada wajib pajak sudah cukup baik.

6. Kualitas pelayanan publik dapat memoderasi pengaruh E-samsat terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor.

109
7. Kualitas pelayanan publik tidak dapat memoderasi kesadaran wajib pajak

terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor.

8. Kualitas pelayanan publik dapat memoderasi kepatuhan wajib pajak

terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor.

9. Hasil uji koefisien determinan (R2), nilai R Square pada peneriman pajak

kendaraan bermotor sebesar 92,9%, artinya E-samsat, kesadaran wajib

pajak, kepatuhan wajib pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor.

5.2 Saran

1. Variabel Penerapan E-Samsat secara parsial (individu) berpengaruh secara

signifikan terhadap penerimaan pajak. UPTD Badan Pendapatan Daaerah

Wilayah Kota Kupang perlu memberikan sosialisasi kepada wajib pajak

terkait penggunaan E-samsat dalam melakukan pembayaran pajak

kendaraan. Dengan adanya E-Samsat wajib pajak lebih mudah dalam

membayar pajak. E-Samsat perlu di Upgrade lagi aplikasi nya agar dalam

penerapannya wajib pajak lebih simpel mengoperasikaanya. Perlu

penguatan server pengelolaan data, agar tidak terjadi masalah dalam

pengoperasiannya.

2. Variabel Kesadaran Wajib Pajak secara parsial (individu) berpengaruh

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Kesadaran Wajib

Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan wajib pajak yang

memiliki kesadaran akan kewajibannya dalam membayar pajak UPTD

110
Badan Pendapatan Daaerah Wilayah Kota Kupang tetap perlu

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, dengan

memberikan sosialisasi, baik di kantor maupun di lapangan, secara media

sosial maupun, audio visual lainnya kepada masyarakat, untuk makin sadar

akan kewajiban membayar pajak kendaraan.

3. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak secara parsial (individu) berpengaruh

positif terhadap penerimaan pajak. Dalam upaya meningkatkan kepatuhan

masayrakat untuk membayar pajak, UPTD Badan Pendapatan Daaerah

Wilayah Kota Kupang perlu memberikan sosialisasi, memberikan sanki

denda pajak, dan tex amnesti bagi wajib pajak, agar kedepan semua wajib

pajak makin patuh akan tanggungjawabnya.

4. UPTD Badan Pendapatan Daaerah Wilayah Kota Kupang perlu

meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada wajib pajak kendaraan

bermotor, baik di kantor maupun di lapangan, agar wajib pajak lebih mudah

dijangkau dalam membayar pajak.Kualitas layanan tersebut antara lain; para

petugas dari pemungut pajak harus lebih tanggap dilapangan terhadap wajib

pajak. Masyarakat wajib harus makin merasa puas akan pelayanan yang

diberikan.

5. Untuk peneliti selanjutnya untuk menambahkan atau mengganti variabel-

variabel bebas lain yang diduga berpengaruh terhadap penerimaan pajak

kendaraan bermotor, yang tidak dibahas dalam penelitian ini seperti

pengetahuan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan sanksi perpajakan.

111
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdillah,W.,Hartono.2015.Partial Least Square (PLS).Penerbit.Andi.Yogyakarta.

Abdullah, M. Faisal. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, UMM Press.


Yogyakarta : UMM Press.

Agus Widarjono. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Ekonosia.


Jakarta.
Arifin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitati, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Arikunto. S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.

Carolina, Veronica. (2009). Pengetahuan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.Diana


Sari. 2016. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : Refika Aditama.

Djaenuri, A. 2012. Hubungan Keuangan Pusat–Daerah. Bogor : Ghalia


Indonesia.
Fornell C. 2016. “Customer Satisfaction, Market Share, and Profitability :
Findings from Sweden”. Journal of Marketing, Vol. 58. July. Hal. 53-66.
Gassing, Syarifuddin S. dan Suryanto. 2016. Public Relations. Yogyakarta : Andi
Offset.
Gassing, Syarifuddin S. dan Suryanto. 2016. Public Relations. Yogyakarta : Andi
Offset.
Gunadi. 2013. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Jakarta: Bee Media
Indonesia.

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta : Gava Media


Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Kesepuluh. Yogyakarta.

Carolina, Veronica. (2009). Pengetahuan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.Diana


Sari. 2016. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : Refika Aditama.

cxi
Djaenuri, A. 2012. Hubungan Keuangan Pusat–Daerah. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Fornell C. 2016. “Customer Satisfaction, Market Share, and Profitability :
Findings from Sweden”. Journal of Marketing, Vol. 58. July. Hal. 53-66.
Gassing, Syarifuddin S. dan Suryanto. 2016. Public Relations. Yogyakarta : Andi
Offset.
Gassing, Syarifuddin S. dan Suryanto. 2016. Public Relations. Yogyakarta : Andi
Offset.
Gunadi. 2013. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Jakarta: Bee Media
Indonesia.

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta : Gava Media


Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Kesepuluh. Yogyakarta.
Heider, Fritz. 1958. The Ppsychology of Interpersonal Relations. New York.
Wiley.
Hensler, & Brunel. 2013. Total Quality Management. (Cetakan 1). Jakarta. Raja
Grafindo Persada.
Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta
Implementasinya. Jakarta : Mandar Maju.
Jasfar Farida. (2009). Manajemen Jasa. Cetakan Kedua : Penerbit Ghalia
Indonesia.
Kriyantono, Rachmat.2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan


Kelas. Edisi : 2. Jakarta : PT Indeks.

L. Mathis, Robert & H. Jackson, John. (2013). Human Resource Management.

(Edisi 14). Jakarta : Salemba Empat.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan, Edisi Terbaru. CV. Andi. Yogyakarta. Margono.

2000. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Muhammad Djafar Saidi. 2011. Hukum Keuangan Negara. Jakarta : PT Raja


Gravindo Persada.

cxii
Noor, Juliansyah. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonomi & Manajemen. Jakarta.
PT Gramedia Widia Sarana Indonesia Juliansyah Noor. 2014. Analisis Data
Penelitian Ekonomi & Manajemen. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana
Indonesia.

Notoatmodjo, S.. 2010. Promosi Kesehahatan Teori dan Aplikasi. Malang :


Rineka Cipta.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Miftahul. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif
Teori dan Aplikasi. Jakarta : Grafindo Persada.

Resmi, Siti (2011). Perpajakan, Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :


Alfabeta.
Siahaan, Marihot Pahala. (2013). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi
Revisi. Raja Wali Pers. Jakarta.

Simanjuntak & Mukhlis, 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Membangun


Ekonomi, Penerbit : RAS.
Sinambela, Lijan Poltak dan Sarton Sinambela. 2019. Manajemen Kinerja:
Pengelolaan, Pengukuran Dan Implikasi Kinerja. Depok : Rajawali Pers.

Siti Kurnia Rahayu. 2017. Perpajakan Konsep dan Aspek


Formal, Bandung : Rekayasa Sains.

Jurnal dan Skripsi :

Albari. 2009. “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepatuhan Membayar


Pajak”. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 13 No. 1.
Alfrago Dio. 2021. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan
Pemungutan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”. JRAP.
Vol.8. Hal 57-67.

Anggraini Margaretha. 2016. Pengaruh Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor


Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Di Provinsi Sumatera Selatan. Skripsi. Jurusan Akuntansi STIE
MDP. Palembang.

Pelayanan Sebagai variabel Moderasi”. Business and Economics. Vol. 5.


Azizah, M. N., Sumarno, & Mubarok, A. 2018. “Pengaruh Jumlah Wajib Pajak

cxiii
Terdaftar, Tingkat Kepatuhan Menyampaikan SPT dan Pemeriksaan Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Tegal”. Permana
: Jurnal Perpajakan, Manajemen, Dan Akuntansi. Vol. 10. No. 1, 107–117.
https://doi.org/10.24905/permana.v10i1.70
Carolus Askikarno Palalangan. 2020. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak,
Pengetahuan Sistem E-Filling, Tax Audit, Dan Tax Avoidance Terhadap
Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada KPP Makassar Utara)”. PJA. Vol. 1.
No. 2. Hal 45-53.

Dharma, Gede Pani Esa, Suardana & Ketut Alit. 2014. “Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak,Sosialisasi Perpajakan, Kualititas Pelayanan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 6. No. 1. Hal
340-353.
Dwi Ariani. 2019. “Pengaruh Pengetahuan pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak
terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan
Bermotor dan Dampaknya terhadap Penerimaan Pajak”. Jakarta. UIN SYARIF
HIDAYAHTULLAH JAKARTA.

Erlina, Een. Vince Ratnawati & Andreas. 2018. “Pengaruh Kualitas Pelayanan
Fiskus, Sanksi Pajak, Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Non
Karyawan: Kondisi Keuangan Dan Pengetahuan Wajib Pajak Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris Pada WPOP Non Karyawan Di Wilayah
KPP Pratama Bengkalis)”. Jurnal Akuntansi. Vol. 7. No. 1. Oktober 2018 :
42 - 57 ISSN 2337-43.

Fahrunnisa, Sifa, Faridah, Eva Usmar, Dani. 2019. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak (Suatu Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Ciamis)”. Unigal Repository. Faculty Of Economic.
Fajar Nur Rahmawati, Sigit Santoso, dan Nurhasan Hamidi, 2014. “Pengaruh
Pemeriksaan Dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan Di Surakarta”. Jupe UNS. Vol. 3. No 1.
Jarno. 2018. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Dan Dampaknya Terhadap Penerimaan Pajak, Dengan
Kualitas Pelayanan Fiscus Sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Akuntansi
Berkelanjutan Indonesia. Vol.1, No.3, hal 323-351.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Tersedia di
https://typoonline.com/kbbi/penanggung%20jawab. Diakses 30 Juli 2022.

Lukman Indra Ghozali, Dian Dwinita, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan
Kepatuhan Material Wajib Pajak dan Implikasinya Terhadap Realisasi
Penerimaan Pajak Air Permukaan (Survei Pada KPP di Kanwil DJP Jabar I)”.
Riset Akuntansi. No. 02 (Oktober 2016).
Nirvana, Cornelius Rantelangi, Rusliansyah. 2020. “Pengaruh pemeriksaan pajak,

cxiv
kepatuhan wajib pajak dan kualitas pelayanan pajak terhadap penerimaan
pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Samarinda”. JIAM. Vol. 5. No.
1.

Nurdiansyah, Agus Kurnia. 2014. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Badan


Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang Dimoderasi Oleh
Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama (Studi Kasus Pada KPP Pratama
Bandung Karees)”. Publikasi : Widyatama Repository.

Olivia Jessica Yusuf Kastolani, Moh. Didik Ardiyanto. 2017. “Pengaruh Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Dan Pemeriksaan Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan”. DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING. Vol. 6. No.1.
Hal 1-10.

Reida Wulan Hudany. 2015. “Pengaruh Ekstensifikasi Pajak, Kepatuhan Wajib


Pajak, Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, dan Surat Paksa Pajak terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi”. Jurnal : Jom. Fekon. Vol.2
No.2.

Sixvana Silalahi. 2015. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Perpajakan Terhadap


Kepuasan Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak (Studi
Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang)”. JEJAK. Vol. 1. No. 1. Hal. 1-
5.
Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. 2020. From Binus University.
December. Referensi dari Internet : https://accounting.binus.ac.id/2020/12/
16/strategi-meningkatkan kepatuhan-wajib-pajak/
Suryadi. 2006. “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan
Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu
Survei di Wilayah Jawa Timur”. Jurnal Keuangan Publik. Vol. 4. No. 1. Hal.
105-121.
Susilawati, Ketut Evi dan Budiartha, Ketut. 2013. “Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Bali. Vol. 4 No.2. Hal. 345-357.

Susilawati, Ketut Evi dan Ketut Budiartha. 2013. “Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 4.2 ISSN: 2302-8556. Hal. 345-357.

Wardani, D.K., dan Asis, M.R. 2017. “Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,
Kesadaran Wajib Pajak, dan Program Samsat Corner Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”. Jurnal Akuntansi Dewantara. Vol. 1 No.
2.
Widyanti, Yeni. Wahasusmiah, Rolia. “Determinan Kepatuhan Wajib Pajak

cxv
Usahawan Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Palembang Ilir Barat)”. Jurnal Radenfatah. Vol.
04. No. 02 Desember 2020.
Wijayanti, Rahayu. (2015). “Pengaruh Pemahaman, Sanksi Perpajakan, Tingkat
Kepercayaan pada Pemerintah dan Hukum terhadap Kepatuhan Dlaa
Membayar Wajib Pajak Peran Profesi Akuntansi”. Vol. 1. No. 16. Hal 306-
327.

Wulandari, Eriska. 2012. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Tax


Evasion Dan Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak”. Skripsi.
Universitas Komputer Indonesia : tidak diterbitkan.

Yubily R. Nangka. 2013. “Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Badan Terhadap


Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Manado”. Vol. 9. No. 1. Hal 157-165.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 6


Tahun 1978 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomo 1 tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nomor 9 Tahun Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur; (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2021 Nomor 002, tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0117)
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 25 Tahun 2022 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan
Pendapatan dan Aset Daerah provinsi NTT.

cxvi
Peraturan Direktorat Jendral Pajak NomorPER-19/PJ6/2013 Peraturan Direktorat
Jendral Pajak Nomor PER-19/PJ7/2013
Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Diakses dari :
https://jdih.bumn.go.id/lihat/UU%20Nomor%2028%20Tahun%202007

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Atas


Ketentuan Umum dan Tata

Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang


perubahan keempat atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diakses dari :
https://paralegal.id/peraturan/undang-undang-nomor-16-tahun-2009.

Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang


perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan. Diakses dari : https://www.online-pajak.com/tentang- pajak/uu-
no-36-tahun-2008

Republik Indonesia. 2010. Peraturan daerah provinsi Nusa Tenggara Timur


Nomor 2 tahun 2010 tentang pajak daerah. Diakses dari :
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/59874.

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang


Darurat No.27 Tahun 1957, Undang-undang Darurat No.27 tahun 1957
tentang penagihan Pajak Negara dengan surat paksa (Lembaran-Negara tahun
1957 No. 84) sebagai Undang-undang.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah.

Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Kitab Undang-undang Perpajakan

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

cxvii
cxviii
Rekapitulasi Jawaban Responden

Variabel E-Samsat

E-Samsat
Responden
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6
1 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5
8 5 5 4 5 5 5
9 5 5 5 5 5 5
10 5 4 5 5 5 5
11 5 5 5 4 5 5
12 5 5 5 5 5 5
13 5 5 5 5 5 5
14 5 5 5 5 5 5
15 5 5 5 4 4 5
16 5 5 4 4 5 5
17 4 5 5 5 5 4
18 5 5 5 5 4 5
19 5 5 5 5 5 4
20 5 5 5 5 4 5
21 5 5 4 4 5 5
22 5 5 4 4 5 5
23 4 5 5 5 5 5
24 5 5 5 4 5 5
25 5 4 5 5 5 4
26 4 4 5 5 5 5
27 4 5 5 5 4 5
28 4 5 5 5 5 4
29 5 5 4 4 5 5
30 4 5 5 4 4 5
31 5 5 4 4 5 5
32 5 4 5 5 4 5
33 5 4 4 5 5 4
34 4 5 4 5 5 5
35 4 5 4 5 5 5
36 5 5 5 5 4 4

cxix
37 5 4 4 5 4 5
38 5 5 5 5 4 4
39 4 4 5 5 5 4
40 5 5 5 5 4 4
41 4 5 5 5 4 4
42 5 4 4 5 5 4
43 4 4 5 5 4 5
44 5 4 5 4 4 5
45 5 4 4 4 5 5
46 5 5 4 4 4 4
47 5 4 4 5 4 4
48 4 4 5 5 4 4
49 4 4 4 5 4 4
50 4 5 4 4 4 4
51 4 4 5 5 5 2
52 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 4 4 4
55 4 4 4 4 4 4
56 4 4 4 4 4 4
57 4 4 4 4 4 4
58 5 5 4 4 4 2
59 4 4 4 4 2 2
60 2 4 4 2 5 2
61 3 2 3 2 3 2
62 2 2 2 2 2 2
63 5 5 5 5 5 5
64 5 5 5 5 5 5
65 5 5 5 5 5 5
66 5 5 5 5 5 5
67 5 5 5 5 5 5
68 5 5 5 5 5 5
69 5 5 5 5 5 5
70 5 5 5 5 5 4
71 5 5 4 5 5 5
72 5 5 5 5 4 5
73 5 5 5 5 5 5
74 5 5 5 5 5 5
75 5 5 5 5 5 5
76 5 5 5 5 5 5
77 4 5 5 5 5 5

cxx
78 5 5 5 5 5 4
79 5 4 5 4 5 5
80 4 5 4 5 5 5
81 5 4 4 5 5 5
82 4 5 4 5 5 5
83 5 5 5 5 5 4
84 5 5 5 5 5 4
85 5 5 4 4 5 5
86 5 5 4 5 5 5
87 5 4 5 5 4 5
88 5 5 5 4 4 5
89 4 5 5 4 5 5
90 5 4 5 4 5 5
91 5 5 5 5 5 4
92 4 5 5 4 5 5
93 5 5 4 5 5 4
94 4 5 4 5 4 5
95 5 4 5 5 4 4
96 5 5 4 4 5 4
97 5 5 4 4 5 4
98 4 4 4 5 5 5
99 4 5 5 5 4 4
100 4 4 4 5 5 5
101 5 4 5 4 4 5
102 4 4 4 5 5 5
103 4 4 5 4 5 5
104 5 4 5 5 4 4
105 4 5 4 4 4 5
106 4 5 4 5 4 5
107 5 5 4 5 4 4
108 4 4 4 5 5 4
109 4 4 4 5 4 4
110 4 4 4 4 4 5
111 4 4 4 4 4 4
112 4 4 4 4 5 4
113 5 2 4 4 4 5
114 4 4 4 4 4 4
115 4 4 4 4 4 4
116 4 4 4 4 4 4
117 4 4 4 4 4 4
118 4 4 4 4 4 4

cxxi
119 4 4 4 4 4 4
120 4 2 4 5 5 4
121 2 2 2 4 4 4
122 5 2 4 2 4 4
123 3 2 2 3 2 3
124 2 2 2 2 2 2
125 5 4 4 5 5 5
126 4 5 4 5 5 5
127 5 5 5 5 5 4
128 5 5 5 5 5 4
129 5 5 4 4 5 5
130 5 5 4 5 5 5
131 5 4 5 5 4 5
132 5 5 5 4 4 5
133 4 5 5 4 5 5

∑ 600 594 592 602 601 593


XPs - p 4,5113 4,4662 4,4511 4,5263 4,5188 4,4586
(XPs - p)/5 0,90225564 0,89323 0,89023 0,90526 0,90376 0,89173
Ps - p 90% 89% 89% 91% 90% 89%
Rata-Rata 90%

Kesadaran Wajib Pajak (X2)

Kesadaran Wajib Pajak


Responden
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6
1 4 4 4 4 4 4
2 5 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5
9 5 5 5 5 5 5
10 5 5 5 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5
12 5 5 5 5 5 5
13 5 5 5 5 5 5
14 5 5 5 5 5 5
15 5 5 5 5 5 5

cxxii
16 5 5 5 5 5 5
17 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 5 5 5
19 5 5 5 5 5 5
20 5 5 5 5 5 5
21 5 5 5 5 5 5
22 5 5 5 5 5 5
23 5 5 5 5 5 5
24 5 5 5 5 5 5
25 5 5 5 5 5 5
26 5 5 5 4 5 5
27 5 4 5 5 5 5
28 4 5 5 5 5 5
29 5 5 5 4 5 5
30 5 5 4 5 5 4
31 4 5 4 5 5 5
32 4 5 5 5 5 5
33 5 5 5 4 5 4
34 5 5 5 4 5 4
35 5 5 5 4 5 4
36 5 5 4 5 5 5
37 5 4 5 5 4 5
38 5 5 4 5 5 5
39 5 5 5 4 5 5
40 5 5 4 5 4 5
41 5 5 5 4 5 5
42 5 5 5 4 5 4
43 5 5 5 4 4 5
44 4 4 5 5 5 5
45 5 5 4 4 5 4
46 5 4 4 5 5 4
47 5 5 4 4 5 5
48 4 5 5 4 5 4
49 4 4 4 4 5 5
50 4 4 4 5 4 4
51 4 4 4 5 4 4
52 5 5 2 5 4 5
53 5 5 2 5 4 4
54 4 4 4 4 4 4
55 5 5 2 4 4 4
56 4 4 4 4 4 4

cxxiii
57 5 5 4 2 4 4
58 4 4 4 4 4 4
59 4 4 4 4 4 4
60 3 3 3 3 4 4
61 2 2 2 2 2 2
62 2 2 2 2 2 2
63 4 4 4 4 4 4
64 5 5 5 5 5 5
65 5 5 5 5 5 5
66 5 5 5 5 5 5
67 5 5 5 5 5 5
68 5 5 5 5 5 5
69 5 5 5 5 5 5
70 5 5 5 5 5 5
71 5 5 5 5 5 5
72 5 5 5 5 5 5
73 5 5 5 5 5 5
74 5 5 5 5 5 5
75 5 5 5 5 5 5
76 5 5 5 5 5 5
77 5 5 5 5 5 5
78 5 5 5 5 5 5
79 5 5 5 5 5 5
80 5 5 5 5 5 5
81 5 5 5 5 5 5
82 5 5 5 5 5 5
83 5 5 5 5 5 5
84 5 5 5 5 5 5
85 5 5 5 5 5 5
86 5 5 5 5 5 5
87 5 5 5 5 5 5
88 5 5 5 5 5 5
89 5 5 5 5 5 5
90 5 5 5 5 5 5
91 5 5 5 5 5 5
92 5 5 5 5 5 5
93 5 5 5 5 5 5
94 5 5 5 5 4 5
95 5 5 5 4 5 5
96 5 5 5 5 4 5
97 5 5 5 5 5 4

cxxiv
98 4 5 5 5 5 4
99 5 4 5 5 4 5
100 5 5 5 4 4 4
101 4 5 5 5 4 4
102 5 5 4 4 5 5
103 4 4 5 4 5 5
104 5 5 4 4 5 5
105 5 4 5 5 4 5
106 4 4 5 4 5 5
107 5 4 5 4 5 5
108 5 5 4 4 5 5
109 4 4 5 4 5 5
110 5 5 4 5 5 4
111 5 4 4 5 5 5
112 5 4 5 5 4 4
113 5 5 4 5 4 4
114 4 4 5 5 4 4
115 5 4 4 5 4 4
116 4 4 4 4 4 4
117 4 4 4 4 4 4
118 4 4 4 4 4 4
119 4 4 4 4 4 4
120 4 4 4 4 4 4
121 4 4 4 4 4 4
122 4 4 4 4 4 4
123 2 2 2 2 2 2
124 2 2 2 2 2 2
125 4 4 4 5 4 4
126 5 5 2 5 4 5

127 5 5 2 5 4 4

128 4 4 4 4 4 4

129 5 5 2 4 4 4

130 4 4 4 4 4 4

131 5 5 4 2 4 4

132 4 4 4 4 4 4

133 4 4 4 4 4 4

∑ 619 616 595 604 611 609


XPs - p 4,6541 4,6316 4,4737 4,5414 4,5940 4,5789
(XPs - p)/5 0,93083 0,92632 0,89474 0,90827 0,9188 0,91579
Ps - p 93% 93% 89% 91% 92% 92%

cxxv
Rata-Rata 92%

Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

Kepatuhan Wajib Pajak


Responden
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6
1 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5
9 5 5 5 5 5 5
10 5 5 5 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5
12 5 5 5 5 5 5
13 5 5 5 5 5 5
14 5 5 5 5 5 5
15 5 5 5 5 5 5
16 5 5 5 5 5 5
17 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 4 5 5
19 5 5 4 5 5 5
20 5 4 5 5 5 5
21 5 5 5 4 4 5
22 5 5 5 4 4 5
23 5 5 4 4 5 5
24 5 5 5 4 5 4
25 5 5 5 4 4 5
26 5 5 5 4 4 5
27 5 5 5 4 5 5
28 5 5 5 4 5 5
29 5 5 4 5 5 4
30 5 4 4 5 5 5
31 5 4 5 5 5 4
32 5 4 5 5 5 5
33 5 5 5 4 4 4
34 4 5 5 4 4 5
35 5 5 4 4 4 5

cxxvi
36 5 4 5 4 4 5
37 5 5 5 4 4 5
38 5 5 5 4 4 5
39 5 5 5 4 4 5
40 4 5 5 5 4 4
41 4 4 5 5 5 4
42 5 4 5 5 4 5
43 5 4 5 5 4 5
44 5 5 4 4 4 4
45 5 5 5 4 4 4
46 5 4 4 4 5 5
47 4 4 5 4 5 5
48 5 4 5 4 4 5
49 4 5 4 5 4 4
50 5 4 4 5 4 5
51 4 4 4 4 5 5
52 5 4 4 4 4 5
53 4 4 4 5 4 4
54 4 4 4 5 4 5
55 4 4 4 4 4 4
56 4 4 4 4 4 4
57 4 4 4 4 4 4
58 4 4 4 4 4 4
59 4 4 4 4 4 4
60 4 4 4 4 4 4
61 4 4 4 4 4 4
62 2 2 2 2 2 2
63 5 5 5 5 5 5
64 5 5 5 5 5 5
65 5 5 5 5 5 5
66 5 5 5 5 5 5
67 5 5 5 5 5 5
68 5 5 5 5 5 5
69 5 5 5 5 5 5
70 5 5 5 5 5 5
71 5 5 5 5 5 5
72 5 5 5 5 5 5
73 5 5 5 5 5 5
74 5 5 5 5 5 5
75 5 5 5 5 5 5
76 5 5 5 5 5 5

cxxvii
77 5 5 5 5 5 5
78 5 5 5 5 5 5
79 5 5 5 5 5 5
80 5 5 5 5 5 5
81 5 5 5 5 5 4
82 5 5 5 5 4 5
83 4 5 5 5 5 5
84 4 5 5 5 5 5
85 5 5 5 5 5 4
86 5 4 5 5 5 5
87 4 5 5 5 5 5
88 4 5 5 5 5 5
89 5 5 4 5 5 5
90 5 5 4 5 5 5
91 5 4 5 5 5 4
92 5 5 5 5 4 4
93 5 4 5 5 4 5
94 5 5 4 5 4 5
95 4 4 5 5 5 5
96 4 5 5 4 5 5
97 4 5 5 5 5 4
98 4 5 5 5 4 5
99 4 5 4 5 5 5
100 4 5 4 5 5 5
101 4 5 4 5 5 5
102 4 4 5 4 5 5
103 5 4 5 4 4 5
104 4 5 4 5 4 5
105 4 5 4 5 4 5
106 4 4 5 5 5 4
107 4 4 4 5 5 5
108 5 5 4 5 4 4
109 5 5 4 4 4 5
110 4 5 4 5 4 5
111 4 4 5 4 5 4
112 4 5 4 5 4 4
113 5 5 4 4 4 4
114 4 5 4 5 4 4
115 4 4 5 4 4 4
116 4 5 4 4 4 4
117 4 4 4 4 4 4

cxxviii
118 4 4 4 4 4 4
119 4 4 4 4 4 4
120 4 4 4 4 4 4
121 4 4 4 4 4 4
122 4 4 4 4 4 4
123 4 4 4 4 4 4
124 2 2 2 2 2 2
125 4 4 4 4 4 4
126 2 2 2 2 2 2
127 5 5 5 5 5 5
128 5 5 5 5 5 5
129 5 5 5 5 5 5
130 5 5 5 5 5 5
131 5 5 5 5 5 5
132 5 5 5 5 5 5
133 5 5 5 5 5 5
∑ 611 615 612 610 603 618
XPs - p 4,5940 4,6241 4,6015 4,5865 4,5338 4,6466
(XPs - p)/5 0,91879699 0,924812 0,92030075 0,91729323 0,90676692 0,92932331
Ps - p 92% 92% 92% 92% 91% 93%
Rata-Rata 92%

Variabel Moderasi Kualitas Pelayanan Publik (Z)

Kualitas Pelayanan Publik


Responden
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6
1 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5
9 5 5 5 4 5 5
10 5 5 5 5 4 5
11 5 5 5 4 5 4
12 5 5 5 5 4 5
13 5 5 4 5 5 5

cxxix
14 5 5 5 5 5 5
15 4 5 5 5 5 5
16 5 5 5 5 5 4
17 5 5 5 4 5 4
18 5 5 5 5 5 5
19 4 4 5 5 4 5
20 4 4 5 4 5 5
21 5 5 5 5 4 4
22 5 5 5 4 5 5
23 5 5 5 5 4 4
24 5 5 5 4 4 5
25 5 5 4 4 5 5
26 5 5 5 4 5 4
27 4 4 4 4 5 5
28 5 5 5 5 4 4
29 4 5 4 5 4 5
30 4 4 4 4 5 5
31 5 5 5 5 4 4
32 4 4 4 4 5 5
33 4 5 5 4 5 4
34 4 5 5 4 5 4
35 5 5 4 2 4 5
36 5 5 5 5 5 5
37 4 4 5 4 4 4
38 4 4 5 4 4 4
39 4 4 4 5 5 4
40 4 4 5 4 4 4
41 4 4 4 4 4 4
42 5 5 4 4 4 4
43 4 4 5 2 5 5
44 4 4 5 2 4 4
45 2 4 5 2 5 5
46 4 4 4 2 4 4
47 5 4 4 2 4 5
48 5 5 4 5 4 4
49 5 5 4 5 4 2
50 4 5 4 4 2 4
51 4 4 4 2 2 4
52 4 4 5 4 2 4

cxxx
53 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 4 4 4
55 2 4 4 2 4 4
56 5 5 4 4 2 4
57 2 4 4 2 4 4
58 2 2 4 2 4 4
59 2 2 2 2 4 4
60 2 4 4 2 4 4
61 2 2 4 2 4 4
62 2 2 4 2 2 2
63 5 5 5 5 5 5
64 5 5 5 5 5 5
65 5 5 5 5 5 5
66 5 5 5 5 5 5
67 5 5 5 5 5 5
68 5 5 5 5 5 5
69 5 5 5 5 5 5
70 5 5 5 5 5 5
71 5 5 5 5 5 5
72 5 5 4 5 5 5
73 5 5 5 5 5 5
74 4 5 5 5 5 5
75 4 5 5 5 5 4
76 5 4 4 5 5 5
77 4 5 5 4 5 5
78 5 5 4 5 5 5
79 5 5 5 5 5 5
80 5 4 4 5 5 5
81 5 5 5 4 4 5
82 5 5 5 4 4 5
83 5 5 4 5 5 5
84 5 4 4 5 5 5
85 5 5 4 5 5 5
86 5 5 4 5 5 5
87 5 5 4 5 5 4
88 4 5 4 5 5 5
89 5 5 5 4 4 4
90 4 4 5 5 5 5
91 5 5 4 4 5 4

cxxxi
92 5 5 5 4 4 4
93 4 5 4 5 5 5
94 5 5 5 4 4 4
95 5 4 4 4 5 5
96 5 4 4 4 5 5
97 5 5 4 5 5 4
98 5 2 2 5 5 5
99 4 4 5 4 4 5
100 4 4 5 4 4 5
101 5 5 2 4 4 4
102 4 4 5 4 4 5
103 4 4 5 4 4 4
104 4 4 2 5 5 4
105 5 4 2 4 4 5
106 5 4 4 4 4 5
107 4 4 5 2 4 5
108 5 4 4 4 4 4
109 5 2 4 5 4 4
110 4 2 2 5 5 4
111 4 4 2 5 5 4
112 5 2 4 4 5 4
113 4 5 4 4 4 4
114 2 4 4 4 4 5
115 4 2 2 4 4 4
116 4 2 2 4 4 4
117 4 4 4 2 4 4
118 2 2 2 5 5 4
119 2 4 2 2 4 4
120 4 4 2 2 2 4
121 2 4 4 2 2 2
122 2 2 2 2 4 4
123 2 2 2 2 2 4
124 4 2 4 2 2 4
125 4 4 4 4 4 4
126 5 5 4 4 4 4
127 4 5 5 2 5 5
128 4 5 5 2 4 4
129 2 4 5 2 5 5
130 4 4 4 2 4 4

cxxxii
131 5 4 4 2 4 5
132 5 5 4 5 4 4
133 5 5 4 5 4 2
∑ 574 576 568 537 581 592
XPs - p 4,3158 4,3308 4,2707 4,0376 4,3684 4,4511
(XPs - p)/5 0,86316 0,86617 0,85414 0,80752 0,87368 0,89023
Ps - p 86% 87% 85% 81% 87% 89%
Rata-Rata 86%

Variabel Dependen Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor


Responden
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
1 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5
9 5 5 5 5 5 5
10 5 5 5 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5
12 5 5 5 5 5 5
13 5 5 5 5 5 5
14 5 5 5 5 5 5
15 5 5 5 5 5 5
16 5 5 5 5 5 5
17 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 5 5 5
19 5 5 5 5 5 5
20 5 5 5 4 5 5
21 5 5 5 4 5 4
22 5 4 4 5 5 5
23 5 5 5 4 4 5
24 5 5 5 5 4 5
25 5 5 5 4 4 5
26 5 5 5 5 5 4

cxxxiii
27 5 4 4 5 5 5
28 5 5 4 5 4 5
29 5 5 5 4 5 4
30 5 5 4 4 5 5
31 5 5 4 5 4 5
32 5 4 5 5 4 4
33 4 4 5 5 5 4
34 4 4 5 4 5 5
35 4 5 5 5 4 4
36 5 5 4 4 5 5
37 4 5 4 5 5 5
38 4 5 5 4 5 4
39 5 4 4 4 5 4
40 5 5 4 4 4 4
41 4 4 5 5 4 5
42 3 5 5 4 5 4
43 5 5 5 5 5 4
44 4 4 5 4 5 4
45 4 5 4 4 5 4
46 4 4 5 5 4 4
47 4 5 4 5 4 5
48 5 4 4 5 4 4
49 5 5 5 4 2 5
50 4 4 4 4 4 4
51 5 4 5 5 4 2
52 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 4 4 4
55 4 4 4 4 4 4
56 4 4 4 4 4 4
57 4 4 4 4 4 4
58 4 4 4 4 4 4
59 4 4 4 4 4 2
60 4 3 3 2 5 4
61 2 2 3 3 2 3
62 2 2 2 2 2 2
63 5 5 5 5 5 5
64 5 5 5 5 5 5
65 5 5 5 5 5 5

cxxxiv
66 5 5 5 5 5 5
67 5 5 5 5 5 5
68 5 5 5 5 5 5
69 5 5 5 5 5 5
70 5 5 5 5 5 5
71 5 5 5 5 5 5
72 5 5 5 5 5 5
73 5 5 5 5 5 5
74 5 5 5 5 5 5
75 5 5 5 5 5 5
76 5 5 5 5 5 5
77 5 5 5 5 5 5
78 5 5 5 5 5 5
79 5 5 5 5 5 5
80 5 5 5 5 5 5
81 5 5 5 5 5 5
82 5 5 5 5 5 5
83 5 4 5 5 5 5
84 5 5 5 5 4 4
85 4 5 5 5 5 5
86 4 5 4 5 5 5
87 4 5 5 5 5 5
88 5 4 4 5 5 5
89 5 5 5 5 4 4
90 4 5 5 5 5 4
91 5 4 4 5 5 5
92 5 5 4 5 5 4
93 4 5 4 5 5 4
94 4 4 5 5 4 5
95 5 4 5 4 4 5
96 5 5 5 4 4 5
97 4 4 5 4 5 5
98 5 5 4 5 5 4
99 5 5 4 4 5 4
100 5 4 5 4 5 5
101 5 4 5 5 4 4
102 4 4 5 5 5 4
103 4 5 4 4 4 5
104 5 4 5 3 5 5

cxxxv
105 5 4 2 5 5 5
106 5 4 5 4 4 5
107 5 4 5 4 5 4
108 4 4 5 4 4 5
109 4 5 4 4 5 4
110 4 4 4 5 4 4
111 2 5 4 5 5 5
112 4 4 5 4 4 4
113 4 2 4 5 4 5
114 4 4 4 4 4 4
115 4 4 4 4 4 4
116 4 4 4 4 4 4
117 4 4 4 4 4 4
118 4 4 4 4 4 4
119 4 4 4 4 4 4
120 4 4 4 4 4 4
121 4 2 4 4 4 4
122 5 4 3 4 3 3
123 2 3 2 2 2 3
124 2 2 2 2 2 2
125 5 4 5 5 5 2
126 4 4 4 4 4 4
127 4 4 4 4 4 4
128 4 4 4 4 4 4
129 4 4 4 4 4 4
130 4 4 4 4 4 4
131 4 4 4 4 4 4
132 4 4 4 4 4 4
133 4 4 4 4 4 2
∑ 598 593 598 597 598 589
XPs - p 4,4962 4,4586 4,4962 4,4887 4,4962 4,4286
(XPs - p)/5 0,89925 0,89173 0,89925 0,89774 0,89925 0,88571
Ps - p 90% 89% 90% 90% 90% 89%
Rata-Rata 90%

cxxxvi
Deskripsi Responden

Variabel E-Samsat

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Pembayaran Melalui 1 600 4,51 0,90 90%
90% Sangat Baik
Aplikasi Smartphone 2 594 4,47 0,89 89%
Pembayran Di Mobil 1 592 4,45 0,89 89%
90% Sangat Baik
Samling 2 602 4,53 0,91 91%
Pembayarran Langsung 1 601 4,52 0,90 90%
90% Sangat Baik
Pada Operasi Penerbitan 2 593 4,46 0,89 89%
Rata-Rata 90% Sangat Baik

Variabel Kesadaran Wajib Pajak

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Memahami Akan Fungsi dan 1 619 4,65 0,93 93%
93% Sangat Baik
Pentingnya Membayar PKB 2 616 4,63 0,93 93%
Tindakann Membayar Pajak 1 595 4,47 0,89 89%
90% Sangat Baik
Tepat Waktu 2 604 4,54 0,91 91%
Tindakan Melunasi Pajak 1 611 4,59 0,92 92%
92% Sangat Baik
Kendaraan Yang Telat Bayar 2 609 4,58 0,92 92%
Rata-Rata 92% Sangat Baik

Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Kepatuhan Wajib Pajak Dalam 1 611 4,59 0,92 92%
92% Sangat Baik
Membayar Pajak Kendaraan 2 615 4,62 0,92 92%
Kepatuhan Dalam Perhitungan dan 1 612 4,60 0,92 92%
92% Sangat Baik
Pembayaran 2 610 4,59 0,92 92%
Kepatuhan Dalam Mengikuti Proses 1 603 4,53 0,91 91%
92% Sangat Baik
Pembayaran Tunggakan 2 618 4,65 0,93 93%
Rata-Rata 92% Sangat Baik

Variabel Moderasi Kualitas Pelayanan

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


1 574 4,32 0,86 86%
Keandalan 86% Sangat Baik
2 576 4,33 0,87 87%
1 568 4,27 0,85 85%
Ketanggapan 83% Sangat Baik
2 537 4,04 0,81 81%
1 581 4,37 0,87 87%
Pengawasan Secara Eksternal 88% Sangat Baik
2 592 4,45 0,89 89%
Rata-Rata 86% Sangat Baik

cxxxvii
Variabel Dependen Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Indikator Item Ʃ XPs-P (XPs-p)/5 Ps-p Skor Kategori


Tarif Penerimaan Pajak Kendraan 1 598 4,50 0,90 90%
90% Sangat Baik
Bermotor Roda 2 dan Roda 4 2 593 4,46 0,89 89%
Penambahan Wajib Pajak Kendaraan 1 598 4,50 0,90 90%
90% Sangat Baik
Berdasarkan Kepemilikan 2 597 4,49 0,90 90%
Kenaikan Jumlah Penerimaan Pajak 1 598 4,50 0,90 90%
89% Sangat Baik
Kendaraan bermotor 2 589 4,43 0,89 89%
Rata-Rata 90% Sangat Baik

Outer Model Sebelum Outlier


Composite Reliability Average Variance Extracted (AVE)
E-SAMSAT 0,901 0,604
Kepatuhan Wajib Pajak_ 0,933 0,698
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,944 0,739
Kualitas Pelayanan Publik 0,854 0,496
Moderating Effect 1 1,000 1,000
Moderating Effect 2 1,000 1,000
Moderating Effect 3 1,000 1,000
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,916 0,646

cxxxviii
Outer Loading
Kepatuhan Kesadaran Kualitas Moderating Moderating Moderating Penerimaan Pajak
E-Samsat_
Wajib Pajak Wajib Pajak_ pelayanan Pajak_ Effect 1 Effect 2 Effect 3 Kendaraan Bermotor
E-Samsat_ * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,887
Kepatuhan Wajib Pajak * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,606
Kesadaran Wajib Pajak_ * Kualitas pelayanan Pajak_ 1,920
X1.1 0,782
X1.2 0,798
X1.3 0,801
X1.4 0,777
X1.5 0,763
X1.6 0,741
X2.1 0,880
X2.2 0,879
X2.3 0,764
X2.4 0,796
X2.5 0,916
X2.6 0,911
X3.1 0,834
X3.2 0,822
X3.3 0,844
X3.4 0,813
X3.5 0,848
X3.6 0,852
Y1 0,802
Y2 0,832
Y3 0,804
Y4 0,817
Y5 0,811
Y6 0,753
Z1 0,877
Z2 0,818
Z4 0,826

Determinant Validity atau Cross Loading

Kepatuhan Kesadaran Kualitas pelayanan Moderating Moderating Moderating Penerimaan Pajak


E-SAMSAT_
Wajib Pajak Wajib Pajak_ Pajak_ Effect 1 Effect 2 Effect 3 Kendaraan Bermotor
E-SAMSAT_ 0,777
Kepatuhan Wajib Pajak 0,788 0,836
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,860 0,695 0,860
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,761 0,596 0,733 0,841
Moderating Effect 1 -0,795 -0,590 -0,767 -0,570 1,000
Moderating Effect 2 -0,693 -0,580 -0,642 -0,470 0,860 1,000
Moderating Effect 3 -0,754 -0,537 -0,775 -0,566 0,942 0,778 1,000
0,906
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,777 0,929 0,769 -0,708 -0,595 -0,718 0,804

cxxxix
Average Variance Extracted (AVE)

Average Variance
Keterangan
Extracted (AVE)
E-SAMSAT_ 0,604 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak 0,698 Valid
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,739 Valid
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,706 Valid
Moderating Effect 1 1,000 Valid
Moderating Effect 2 1,000 Valid
Moderating Effect 3 1,000 Valid
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,646 Valid

Composite Realibility

Composite Reliability Keterangan


E-SAMSAT_ 0,901 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak 0,933 Valid
Kesadaran Wajib Pajak_ 0,944 Valid
Kualitas pelayanan Pajak_ 0,878 Valid
Moderating Effect 1 1,000 Valid
Moderating Effect 2 1,000 Valid
Moderating Effect 3 1,000 Valid
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,916 Valid

Collinearity Statistic

cxl
Hasil Uji Inner Model dan Hasil Uji Bootstrapping

R Square

R Square R Square Adjusted

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 0,929 0,925

Uji Signifikansi Path Coeficient

Original Sample Sample Standard Deviation T Statistics


P Values
(O) Mean (M) (STDEV) (|O/STDEV|)
E-SAMSAT_ -> Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
2,816 0,383 0,134 3,538 0,005

Kepatuhan Wajib Pajak -> Penerimaan


Pajak Kendaraan Bermotor
1,594 0,110 0,091 2,594 0,035

Kesadaran Wajib Pajak_ -> Penerimaan


Pajak Kendaraan Bermotor
5,679 0,601 0,097 3,179 0,014

Kualitas pelayanan Pajak_ ->


Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
1,073 0,046 0,059 3,741 0,002

Moderating Effect 1 -> Penerimaan Pajak


Kendaraan Bermotor
1,663 0,137 0,083 2,018 0,049

Moderating Effect 2 -> Penerimaan Pajak


Kendaraan Bermotor
0,401 0,033 0,066 0,401 0,528

Moderating Effect 3 -> Penerimaan Pajak


Kendaraan Bermotor
1,278 0,074 0,069 2,975 0,033

cxli
DAFTAR KUISIONER

KUESIONER PENELITIAN

Kupang, 01 Mei 2023

Kepada

Yth. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor


Kantor Badan Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Proivinsi NTT

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan maksud untuk menyusun Tesis yang berjudul “pengaruh


penerapan aplikasi e-samsat, kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor
dengan kualitas pelayanan sebagai variabel moderator pada uptd badan
pendapatan dan aset daerah kota kupang”, maka diperlukan data penelitian
sesuai dengan judul tersebut. Identitas peneliti :

Nama : Paulus L Sodak Nomor registrasi :

8112201018 MM Program Studi : Magister Manajemen

Fakultas : Ekonomika dan Bisnis Universitas


Katolik Widya
Mandira Kupang

Peneliti menyadari sepenuhnya, kuesioner ini sedikit menyita waktu aktivitas


Bapak/Ibu sekalian. Namun, dengan segala kerendahan hati peneliti
memohon kiranya Bapak/Ibu agar dapat meluangkan waktu agar dapat
mengisi kuesioner ini. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu sepenuhnya dijamin
dan jawaban tersebut semata-mata hanya diperlukan untuk kepentingan
penelitian dalam rangka penyusunan Tesis ini. Atas perhatian serta kerja
samanya, peneliti mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,

Paulus L Sodak

cxlii
A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : 17 - 25 tahun

26 - 35 tahun

36 - 45 tahun

46 – 55 tahun

> 55 tahun
Pendidikan :

SD

SMP

SMA

DIPLOMA SARJANA

PASCASARJANA

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Wiraswasta

Pegawai Negeri Sipil Lainnya

143
B. PETUNJUK PENGISIAN PERTANYAAN

Dibawah ini terdapat pertanyaan dengan maksud dan tujuan yang berbeda.
Bapak/Ibu cukup memilih salah satu alternatif jawaban dengan
membubuhkan tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan kondisi yang ada.

Demi kelancaran proses pengolahan data, kami mengharapkan Bapak/Ibu


menjawab seluruh pertanyaan yang ada dengan baik dan seksama. Bila
terdapat keraguan atas pertanyaan yang kami ajukan, Bapak/Ibu dapat
memilih salah satu jawaban yang dianggap paling mendekati pendapat
Bapak/Ibu sehingga semua pertanyaan memiliki satu jawaban. Setiap
pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban :

Sangat setuju (SS) diberi skor = 5Setuju (S) diberi skor = 4

Netral/ragu-ragu (N) diberi skor = 3Tidak setuju (TS) diberi skor = 2

Sangat tidak setuju (STS) diberi skor = 1

144
PENERIMAAN PAJAK PKB (Y) :

INDIKATOR ITEM PERNYATAAN ALTERNATIF


SS S N TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Tarif 1. Saya mengetahui tarif P K B
penerimaan kendaraan roda 2
pajak d a n 4 setiap tahun yang
telah ditetapkan berdasarkan
kendaraan
Perda
bermotor roda
2. Saya mengetahui tarif pajak akan
2 dan roda 4 dijadikan acuan untuk
penetapan penambahan atau
pengurangan wajib
pajak di tahun berikutnya
2. Penambahan 1. Saya mengetahui penambahan
wajib pajak wajib melalui berbagai
kendaraan informasi dari Badan
pendapatan Kota Kupang baik
berdasar
melalui media informasi
kepemilikan maupun media lainnya
2. Saya mengetahui penambahan
wajib pajak akan
mempengaruhi penerimaan
pajak PKB
3.Kenaikan 1. Saya mengetahui kenaikan
jumlah jumlah penerimaan pajak PKB
penerimaan yang diatur dan ditetapkan
pajak berdasarkan target penerimaan
kendaraan Provinsi
bermotor 2. Saya mengetahui kenaikan
jumlah penerimaan pajak PKB
dapat
meningkatkan pendapatan daerah

145
VARIABEL PENERAPAN E – SAMSAT (X1) :

INDIKATOR ITEM PERNYATAAN ALTERNATIF


SS S N TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Pembayaran 1. Saya mengetahui pembayaran
melalui aplikasi pajak
PKB dapat dilakukan melalui
smart phone, aplikasi smart phone,
handphone handphone
2. Saya mengetahui b ahwa
t in gk at k eb en aran
p erhi tu n gan p aj ak
m el al ui Apl ik asi d ap at
d i ak ui k eb en arann ya

2. Pembayaran di 1. Saya mengetahui


Mobil Samling pembayaran pajaknPKB
dapat dilakukan melalui
(Samsat keliling) mobil samsat keliling

2. Pembayaran sekaligus
pemeriksaan pajak P K B
oleh samlingh yan g
dilakukan untuk menguji
kepatuhan
pemenuhan kewajiban dalam
rangka memberikan
kepastian hukum,
3. Pembayaran 1. Pemeriksaan selalu diakhiri
langsung pada pertanggungjawaban dengan
saat opreasi menyusun laporan
penertiban pemeriksaan, dan
Pemeriksaan pajak dapat
membuat jera wajib pajak
yang melakukan manipulasi
data perpajakannya serta
Pemeriksaan pajak dapat
meningkatkan kepatuhan
wajib
Pajak
2. Saya mengetahui laporan hasil
pemeriksaan dapat dijadikan
sebagai kesimpulan dan
saran agar ke depan dapat
dijalankan dengan baik serta
benar demi tercapainya
target
penerimaan yang sesuai dengan
penetapan

146
VARIABEL KESADARAN WAJIB PAJAK PKB (X2) :

Indikator Item Pernyataan Alternatif


SS S N TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Memahami akan 1. Saya mengetahui
fungsi dan pentingnya membayar
pentingnya pajak PKB salah satu
membayar PKB fungsi
pajak adalah untuk
meningkatkan
pendapatan daerah
2. Saya mendapatkan
manfaat dari
membayar pajak, karena
merupakan salah
satucarauntuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat
2. Tindakan membayar 1.Saya memahami dalam
pajak tepat waktu pembayaran PKB hartus
tepat waktu

2. Dalam pembayaran PKB


harus tepat waktu agar
tidak terjadi Denda PKB
3. Tindakan 1. saya mengetahui akibat
melunasi Pajak telat bayar akan
kendaraan yang dikenakan denda pajak
telat bayar 2. Saya mengetahui bahwa
operasi penertiban untuk
PKB untuk menertibkan
PKB bagi pengguna
kendaraan bermotor

147
VARIABEL KEPATUHAN WAJIB PAJAK PKB (X3) :

Indikator Item Pertanyaan Alternatif


SS S N TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Kepatuhan 1. Saya mengetahui harus
wajib pajak membayar PKB milik saya tiap
dalam Tahun
membayar
Pajak 2. Saya mengetahui bila belum/
tidak membayar PKB maka
Kendaraan akan Saya PKB maka akan
dikenakan sanski denda dan
penertiban ( tilang )
2. Kepatuhan 1. Saya mengetahui
dalam perhitungan
perhitungan pembayaran PKB
dan 2. Saya mengetahui perhitungan
pembayaran denda keterlambatan bayar
PKB
3. Kepatuhan 1. Saya mengetahui adanya
dalam tunggakan PKB milik saya
mengikuti 2. Saya bersedia membayar
proses tunggakan PKB sesuai
pembayaran peraturan yang berlaku apabila
tunggakan telah jatuh tempo

148
VARIABEL KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Z) :

INDIKATOR ITEM PERNYATAAN ALTERNATIF


SS S N TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1. Keandalan 1. Pelaksanaan pelayanan wajib
pajak
dilakukan dengan baik dan benar
serta tepat waktu
2. Petugas selalu ramah, rapi serta
sopan dalam pelayanan
2. Ketanggapan 1. Petugas yang melayani atau yang
sedang bertugas bersedia
menjawab
pertanyaan yang diajukan
mengenai wajib pajak air
permukaan
2. Petugas mampu d a n
m a h i r dalam menjelaskan
prosedur pembayaran, serta cepat
tanggap dalam m e l a y a n i
wajib pajak PKB
3. Pengawasan 1. Saya mengetahui pengawasan
secara d a l am penanganan
b a y a r pajak PKB secara
eksternal internal maupun eksternal
maupun 2. Saya merasakan pengawasan yang
internal dilakukan dengan
maksimal akan
mengurangi tingkat korupsi dan
calo serta
meningkatkan realisasi pajak

149

Anda mungkin juga menyukai