Anda di halaman 1dari 168

TESIS

PENGARUH PENERAPAN PROCUREMENT TERHADAP


PENINGKATAN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA DI
KABUPATEN MALAKA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Program Studi Ilmu Administrasi

Oleh:
THEODORUS DACOSTA MAU
1711020018

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

TESIS

PENGARUH PENERAPAN E-PROCUREMENT TERHADAP


PENINGKATAN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA DI
KABUPATEN MALAKA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

THEODORUS DACOSTA MAU


NIM. 1711020018

Telah dipertahankan di depan Dewan penguji


Pada Hari/Tanggal : Juni 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan dewan Penguji :

Ketua Dewan Penguji Sekretaris Dewan Penguji

Dr. William Djani, M.Si Dr. M.N.B.C Neolaka, M.Si


NIP. 19641014 198901 1 001 NIP. 19620519 198901 1 001

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Dr. Ajis Salim Adang Djaha, M.Si Dr. Petrus Kase, M.Soc.Sc
NIP. 19640405 199003 1 004 NIP. 19620809 198803 1 002

Kupang, 28 Mei 2019


Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana
Ilmu Administrasi Universitas Nusa Cendana

Dr. Ajis Salim Adang Djaha, M.Si Prof. Drs. Mangadas L. Gaol, M.Si, Ph.D
NIP. 19640405 199003 1 004 NIP. 19651117 199103 1 002

2
PERSEMBAHAN

Tesis ini dengan tulus saya persembahkan kepada :


1. Sang Pencipta Allah Alam Semesta untuk segala penciptaan-Nya;
2. Ayah dan Ibunda terkasih, Gabriel Mau dan Riosalinda Abuk atas segaka jasa
dan dukungan kepada saya ;
3. Seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan hingga
terselesaikannya penelitian ini;
4. Keluarga besar Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten Malaka
atas segala dukungan kepada saya dalam menyelsaikan pendidikan
pascasarjana;
5. Teman – teman seperjuangan kelas khusus Kabupaten Malaka di Program
Pascasarjana Prodi Ilmu Admkinistrasi Publik Tahun 2017.

3
MOTTO

‘Kesuksesan Adalah Buah Dari Usaha - Usaha Kecil yang


Diulangi Hari Demi Hari’

4
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1) Karya tulis saya. Tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (Magister) baik di Universitas Nusa Cendana
maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penilai/Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabiladi kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelas yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi in.

Kupang, ........................2019
Yang membuat pernyataan,

Theodorus Dacosta Mau


NIM. 1711020018

5
ABSTRAK

Theodorus Dacosta Mau, 2019. Pengaruh Penerapan E-Procurment Terhadap


Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara di Kabupaten Malaka. Program Studi
Ilmu Administrasit, Program Pascasarjana, Universitas Nusa Cendana Kupang.
Pembimbing I: Dr. William Djani, M.Si, Pembimbing II: Dr.M.N.B.C Neolaka,
M.Si
Penerapan teknologi informasi dalam era digital khususnya dalam
organisasi pemerintahan diharapkan mampu meningkatan efektivitas dan efisiensi
kinerja aparatur. Sistem e-procurement dianggap sebagai media teknologi
informasi yang menjembatani upaya membentuk tata kelola pemerintahan yang
baik. Kabupaten Malaka sebagai kabupaten yang dalam proses pembangunan
dalam berbagai aspek maka penggunaan sistem ini diharapkan mampu
peningkatan kualitas kinerja aparatur sipil negara.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara penerapan e-
procurement terhadap kinerja ASN dan pengaruh dari penerapan E-procurement
terhadap kinerja ASN di Kabupaten Malaka. Penelitian ini menggunakan analisis
korelasi untuk menganalisis hubungan antara penerapan E-procurement dengan
kinerja ASN. Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh dari penerapan
E-procurement terhadap kinerja ASN di Kabupaten Malaka. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 orang yang diambil menggunakan metode
Nonprobability Sampling yaitu teknik sampling jenuh.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara
penerapan E-procurement dan kinerja aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten
Malaka. Indikator ketersedian teknologi informasi menjadi indikator penting
penerapan E-procurement dalam meningkatkan kinerja ASN di Kabupaten
Malaka. Selanjutnya, variabel E-procurement berpengaruh signfikan dan positif
sebesar 0,406 terhadap kinerja ASN di Kabupaten Malaka. Kenaikan penerapan
E-procurement akan mendorong kinerja ASN yang semakin baik di Kabupaten
Malaka. Berdasarkan hasil tersebut, hendaknya pemerintah meningkatkan
akselerasi implementasi sistem pengadaan secara elektronik (e-procurement)
khususnya di Kabupaten Malaka.

Kata Kunci: E-Procurment, Kinerja, Aparatur Sipil Negara

6
ABSTRACT

Theodorus Dacosta Mau, 2019. Effect of E-Procurment Application on the


Performance of State Civil Apparatus in Malaka District. Administrative Sciences
Study Program, Postgraduate Program, University of Nusa Cendana Kupang.
Advisor I: Dr. William Djani, M.Sc., Advisor II: Dr.M.N.B.C Neolaka, M.Sc.

The application of information technology in the digital era, especially in


government organizations is expected to be able to improve the effectiveness and
efficiency of apparatus performance. The e-procurement system is considered as
an information technology media that bridges efforts to shape good governance.
Malaka Regency as a district that is in the development process in various
aspects, the use of this system is expected to be able to improve the quality of the
performance of the state civil apparatus.
This study aims to analyze the relationship between the application of e-
procurement to the performance of ASN and the effect of the implementation of E-
procurement on the performance of ASN in Malaka District. This study uses
correlation analysis to analyze the relationship between the application of E-
procurement and the performance of ASN. The regretion analysis is used to see
the effect of the implementation of E-procurement on the performance of ASN in
Malaka District. The sample in this study amounted to 40 people who were taken
using the Nonprobability Sampling method, which is a saturated sampling
technique.
The results of the study show a significant relationship between the
implementation of E-procurement and the performance of the state civil apparatus
(ASN) in Malaka District. The indicator of the availability of information
technology is an important indicator of the implementation of E-procurement in
improving the performance of ASN in Malaka District. Furthermore, the E-
procurement variable has a significant and positive effect of 0.406 on the
performance of ASN in Malaka District. The increase in the implementation of E-
procurement will encourage the performance of ASN which is getting better in
Malaka District. Based on these results, the government should increase the
acceleration of the implementation of electronic procurement systems (e-
procurement), especially in the Malaka District.

Keywords : E-Procurment, Performance, ASN

7
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul

Pengaruh Penerepan E-Procurment Terhadap Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil

Negara di Kabupaten Malaka. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat meraih

gelar Magister Administrasi pada Program Studi Ilmu Administrasi Program

Pascasarjana Universitas Nusa Cendana.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Bapak Dr.William Djani,M,Si selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr.M.N.B.C Neolaka, M.Si selaku Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, masukkan dan

motivasi dalam penyusunan Tesis ini.

Penulis menyadarinya dengan sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian

Tesis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Stefanus Bria Seran, MPH, selaku Bupati Malaka yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ijin

belajar Magister Program Studi Ilmu Administrasi pada Universitas Nusa

Cendana.

2. Prof. Ir. Frederikus L. Benu, M.Si, Ph.D, selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba

ilmu di Universitas Nusa Cendana.

8
3. Prof. Drs. M. Lumban Gaol, M.Si, Ph.D, selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Nusa Cendana yang telah memfasilitasi segala

proses akademik kepada penulis dalam menempuh pendidikan.

4. Dr. Ajis Salim Adang Djaha, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Dr. Petrus

Kase, M.Soc.Sc selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia meluangkan

waktu menilai dan menguji penulis dari sejak proposal penelitian sampai

ujian tesis.

5. Yulius Nahak Bria, ST selaku Kepala Bagian Administrasi Pembangunan

Setda Kabupaten Malaka yang telah memberikan ijin dan rekomendasi ijin

belajar kepada penulis.

6. Dr. Ajis Adang Djaha,M.Si,, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana yang juga telah

memfasilitasi segala proses akademik serta memberikan arahan kepada

penulis selama menempuh pendidikan.

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Program Pascasarjana

Universitas Nusa Cendana, yang telah banyak memberikan bimbingan dan

ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Kelas Khusus

Malaka Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana angkatan tahun

akademik 2017/2018.

9. Orang tua dan saudara tercinta atas segala doa dan motivasinya.

9
10. Para Kepala Organisasi Perangkat Daerah, PPK Perangkat Daerah, Pokja

ULP dan Pengelola LPSE Kabupaten Malaka yang menjadi responden

penelitian.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

memberikan kontribusi serta dukungan dengan caranya masing-masing.

Penulis menyadari akan segala keterbatasan dan kekurangan dari Tesis ini. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak masih

dapat diterima dengan senang hati. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang

administrasi dan kebijakan publik bagi kepentingan masyarakat.

Kupang, Juni 2019

Theodorus Dacosta Mau

10
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ i

PERSEMBAHAN....................................................................................... ii

MOTTO...................................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................... iv

ABSTRAK.................................................................................................. v

ABSTRAC.................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR............................................................................... vii

DAFTAR ISI.............................................................................................. x

DAFTRA SINGKATAN............................................................................ xv

DAFTRA LAMBANG............................................................................... xvi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xviii

DAFTAR GRAFIK..................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 10

1.3 Tujuan Peneltian................................................................................ 10

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Grand Theory..................................................................................... 12

2.1.1 Organisasi................................................................................ 12

11
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia....................... 15

2.1.3 Fungsi Manajemen MSDM...................................................... 16

2.2 E-goverment.................................................................................... 17

2.3 Good Governance............................................................................. 21

2.4 Middle Theory............................................................................. 24

2.5 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu..................................................... 24

2.6 Konsep Dasar..................................................................................... 27

2.6.1 Penerapan E-Procurment........................................................... 27

2.6.1.1 Pengembangan Teknologi...................................................... 27

2.6.1.2 Pengadaan barang dan Jasa Secara Elektronik....................... 28

2.6.1.3 Manfaat E-Procurment.......................................................... 32

2.6.1.4 Indikator Sistem E-Procurment.............................................. 33

2.6.1.5 Analisis Keberhasilan E-Procurment..................................... 35

2.6.1.6 Sumber Daya Manusia Penunjang Teknologi……………. 37

2.6.2 Peningkatan Kinerja.................................................................. 38

2.6.2.1 Manajemen Kinerja Dalam Organisasi Pemerintahan……... 38

2.6.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Kinerja…….............................. 41

2.6.2.3 Indikator Kinerja..............................…….............................. 41

2.7 Kerangka Berpikir.............................................................................. 42

2.8 Pengaruh Penerapan E-Procurment terhadap Peningkatan Kinerja 44


ASN di Kabupaten Malaka................................................................

2.9 Hipotesis............................................................................................. 46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 47

12
3.2 Variabel Penelitian............................................................................. 47

3.3 Prosedur Pengambilan Sampel.......................................................... 50

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan data Serta Instrumen Penelitian.. 53

3.4.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data................................... 53

3.4.2 Instrumen Penelitian................................................................. 54

3.5 Pengolahan dan Analisis Data…....................................................... 55

3.5.1 Uji Validitas.............................................................................. 55

3.5.2 Uji Realibilitas.......................................................................... 55

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik.................................................... 56

3.5.4 Uji Hipotesis.......................................................................... 57

3.5.5 Pengujian Koefisien Determinasi............................................. 59

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………….. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian.............................................................................. 60

4.1.1 Wilayah Administrasi dan Geografis.................................................... 60

4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Malaka.......................................................... 61

4.1.3 Perkembangan Ketersediaan Anggaran di Kabupaten Malaka


Tahun 2014 – 2018.................................................................................. 63

4.2 Kebijakan E-Procurment Nasional..................................................................... 66

4.2.1 Pengadaan Barang Jasa Secara Elektronik............................................... 67

4.2.2 Tata Cara Mengikuti Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.................... 69

4.3 Layanan Pengadaan Secara Elektronik di Kabupaten Malaka....................... 70

4.3.1 Landasan Hukum Pembentukan LPSE Kabupaten Malaka.................. 73

4.3.2 Pelayanan LPSE di Kabupaten Malaka.................................................... 73

13
4.3.3 Struktur LPSE Kabupaten Malaka............................................................ 78

4.4 Karakterisitik Responden..................................................................................... 78

4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................ 79

4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia............................................ 79

4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan.................... 81

4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan................................. 81

4.4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja................................ 83

4.4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepegawaian................. 84

4.5 Analisis Deskriptif................................................................................................ 84


4.5.1 Distribusi Frekuensi Indikator Pada Variabel E-Procurmenet...........
86
4.5.1.1 Ketersediaan Teknologi Informasi..........................................
86
4.5.1.2 Jumlah dan Mutu Sumber Daya Manusia...............................
87
4.5.1.3 Transformasi Pola Kerja............................................................
88
4.5.1.4 Transformasi Pola Pikir.............................................................
89
4.5.2 Deskkripsi Indikator Pada Variabel Kinerja ASN...............................
90
4.5.2.1 Kualitas Kerja.............................................................................
90
4.5.2.2 Kecepatan.....................................................................................
91
4.5.2.3 Kemampuan Interpersonal........................................................
92
4.5.2.3 Kemampuan Komunikasi.........................................................
93
4.6 Uji Prasyarat Analisis..........................................................................................
97
4.6.1 Hasil Uji Validitas.......................................................................................
98
4.6.2 Hasil Uji Reliabilitas...................................................................................
100
4.6.3 Uji Normalitas.............................................................................................
100

14
4.6.4 Uji Heteroskesiditas....................................................................................
102
4.7 Analisis Korelasi Penerapan E-Procurment Terhadap Kinerja ASN di 103
Kabupaten Malaka...............................................................................................
4.8 Analisis Pengaruh Penerapan E-Procurment Terhadap Kinerja ASN di 105
Kabupaten Malaka...............................................................................................
4.9 Pengujian Hipotesis..............................................................................................
106
4.9.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)..............................................
106
4.9.2 Pengujian Hipotesis Korelasi Penerapan E-Procurement dengan 107
Kinerja ASN di Kabupaten Malaka......................................................
4.9.3 Pengujian Hipotesis Pengaruh Penerapan E-Procurement Terhadap 113
Kinerja ASN .............................................................................................
4.10 Pembahasan
114
4.10.1 Hubungan Antara Penerapan E-Procuremenet Dengan Kinerja 114
ASN............................................................................................................
4.10.2 Pengaruh Penerapan E-Procurement Terhadap Kinerja ASN...........
118

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan.................................................................................................................. 127

5.2 Saran......................................................................................................................... 127

5.3 Keterbatasan Penelitian.......................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 129

LAMPIRAN

15
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Nama Pemakaian pertama


kali pada halaman
BUMN Badan Usaha Milik Negara 2
Kepres Keputusan Presiden 2
ASN Aparatur Sipil Negara 4
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka 5
Menengah Daerah
ULP Unit Layanan Pengadaan 6
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara 8
LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan 8
Barang Jasa Pemerintah
LPSE Layanan Pengadaan Secara Elektronik 8
MSDM Manajemen Sumber Daya Manusia 12
WAN Wide Area Network 16
UNDP United Nation Development Program 19
RI Republik Indonesia 25
Perpres Peraturan Presiden 26
PPK Pejabat Pembuat Komitmen 29
KLDI Kementerian Lembaga Daerah Instansi 29
SDM Sumber Daya Manusia 33
TI Teknologi Informasi 33
Pokja Kelompok Kerja 48
OPD Organisasi Perangkat Daerah 48
PA/KPA Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna 48
Anggaran
DPR Dewan Perwakilan Rakyat 57
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia 57
RDTL Republik Demokratic Timor Leste 57
TTU Timor Tengah Utara 57
TTS Timor Tengah Selatan 57
SD Sekolah Dasar 58
SMP Sekolah Menengah Pertama 58
SMA Sekolah Menengah Atas 58
DAS Daerah Aliran Sungai 60
RUTRW Rencana Umum Tata Ruang Wilayah 60
APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 60
SPSE Sistem Pengadaan Secara Elektronik 64
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah 68
NTT Nusa Tenggara Timur 68

16
DAFTAR LAMBANG

Lambang Nama Pemakaian


pertama kali pada
halaman
% Persen 10
≥ Lebih besar sama dengan 48
n Jumlah sampel 50
N Jumlah populasi 50
e batas toleransi kesalahan eror (eror 50
tolerance)
= Sama dengan 50
df degree of freedom 48
α Alpha 53
> Lebih besar 53
x,y nilai pengamatan setiap indikator variabel 54
laten
∑ Sigma 54
b Koefisien regresi 55
 Error atau residual 55
𝑎 Konstanta 55
R2 Koefisien determinasi 56
< Lebih kecil 56

17
DAFTAR TABEL

Tabel Hal.
1.1 Data Paket Lelang LPSE tahun 2016 , 2017 dan 2018 9
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 21
3.1 Sampel Penelitian 49
3.2 Kisi – Kisi Kuisioner 51
4.1 Pendapatan dan Belanja Kab. Malaka Tahun 2014 – 2018 (dalam 61
jutaan)
4.2 Tahapan Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik 65
4.3 Tahapan Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik 69
4.4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 76
4.5 Responden Berdasarkan Usia 77
4.6 Responden Berdasarkan Status Perkawinan 78
4.7 Responden Berdasarkan Pendidikan 79
4.8 Responden Berdasarkan Lama Kerja 80
4.9 Responden berdasarkan Kepegawaian 81
4.10 Analisis Deskriptif Statistik 82
4.11 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Pertanyaan 83
Ketersediaan Teknologi Informasi (X1)
4.12 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Pertanyaan 84
Jumlah dan Mutu SDM (X2)
4.13 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Transformasi 85
Pola Kerja (X3)
4.14 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Transformasi 86
Pola Pikir (X4)
4.15 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Kualitas Kerja 87
(Y1)
4.16 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Kecepatan (Y2) 88
4.17 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Kemampuan 89
Interpersonal (Y3)
4.18 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Item Kemampuan 90
Komunikasi (Y4)
4.19 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan E-Procurment 93
4.20 Hasil Uji Validitas Peningkatan Variabel Kinerja ASN 94
4.21 Hasil Uji Reliabilitas 95
4.22 Hubungan Indikator dari Variabel Laten Penerapan E-Procurement 99
dan Kinerja ASN di Kabupaten Malaka
4.23 Hasil estimasi pengaruh penerapan e-procurment terhadap kinerja 101
ASN di Kab.Malaka
4.24 Koefisien determinasi model penelitian 103
4.25 Hubungan indikator dari variabel laten penerapan e-procurement 103
dan kinerja ASN di Kabupaten Malaka
4.26 Korelasi antara variabel laten penerapan E-procurement dan 108
kinerja
4.27 Hasil uji hipotesa pengaruh e-procurement terhadap kinerja 109

18
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi 4
(Mahmudi, 2015))
2.1 Kerangka Pikir Peneitian 40
2.2 Hubungan antara (X1) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), 40
dan (Y4)
2.3 Hubungan antara (X2) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), 40
dan (Y4)
2.4 Hubungan antara (X3) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), 41
dan (Y4)
2.5 Hubungan antara (X4) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), 41
dan (Y4)
4.1 Regulasi dan Pengembangan Aplikasi 63
4.2 Evolusi Aplikasi SPSE 64
4.3 Media Pengumuman Pengadaan Barang Jasa 66
Pemerintah
4.4 Form Pendaftaran Penyedia 72
4.5 Struktur Organisasi LPSE Kab.Malaka 75

19
DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman
4.1 Sebaran sikap responden menurut indikator pada 91
variabel penerapan E-procurement
4.2 Sebaran sikap responden menurut indikator pada 92
variabel kinerja
4.3 Sebaran antara data aktual dan data ekspetasi 96
4.4 Hasil pengujian normalitas dengan jarque-bera 97
4.5 Sebaran antara residual dan data yang diprediksi 98

20
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1 Surat Ijin Penelitian
2 Surat Keterangan Selesai Penelitian
3 Kuesioner (angket)
4 Deskripsi Responden
5 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner (angket)
7 Hasil Analisis Deskriptif
8 Hasil Uji Korelasi
9 Hasil Uji Asumsi Klasik
10 Hasil Analisis Regresi
11 Kontribusi Pengaruh

21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem birokrasi pemerintahan di Indonesia telah bertransformasi

mengikuti perkembangan dunia global yang begitu cepat dan dinamis menuntut

penerapan teknologi yang selalu selaras perubahan dan kebutuhan publik. Tugas

pokok penyelenggaraan pemerintahan adalah melayani kepentingan publik di

mana pemerintah memberi jaminan penuh atas apa yang menjadi tanggung jawab

negara terhadap rakyatnya sebagaimana termaktub dalam undang-undang.Salah

satu bentuk penyelenggaraan pemerintahan dalam usaha peningkatan kinerja

adalah dengan melakukan pengadaan barang dan jasa pemerintah menggunakan

teknologi informasi. Dalam zaman digital, sistem informasi telah bertansformasi

menjadi kondisi primer dalam menjalankan bisnis sehingga organisasi dan

manajemen perlu beradaptasi dengan globalisasi informasi (Laudon dan Laudon,

2004). Implementasi sistem teknologi informasi dalam organisasi dapat

meningkatkan daya saing dan kinerja organisasi; baik organisasi profit maupun

organisasi nonprofit. Penerapan teknologi informasi dalam era digital dianggap

menciptakan keunggulan strategis dalam mencapai tujuan organisasi.

Teknologi informasi dalam organisasi pemerintahan diimplementasikan

sebagai bagian dari peningkatan efektivitas dan efisiensi kinerja aparatur.

Efisiensi merupakan perbandingan antara sumber daya yang digunakan untuk

mencapai hasil yang optimal. Sistem pengadaan barang/jasa elektronik sebagai

revolusi pengelolaan birokrasi berbasis teknologi informasi memiliki jaminan

22
kualitas, transparansi dan efisiensi (Paruntu, 2017) mempunyai dasar hukum yang

sah dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan

perubahannnya tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Jauh sebelum

diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan perubahannya, telah

memiliki payung hukum yang mengatur proses pengadaan barang dan jasa di

instansi pemerintah, BUMN, dan pemerintah daerah dalam Keppres nomor 80

Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

dan perbaikannya melalui Keppres nomor 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Keppres 80/2003.

Penerapan teknologi informasi dalam birokrasi pemerintahan sebagai

upaya meningkatkan kualitas, ketepatan waktu, biaya, minimalisasi risiko bisnis,

keuangan dan persoalan teknis lainnyas; memaksimalkan kompetisi dan

memaksimalkan integritas penyelengaraan pelayanan publik (Nugroho, dkk,

2015). Mengacu pada penggunaan terintegrasi (berbasis web) sistem komunikasi

untuk melaksanakan sebagian atau seluruh proses pembelian, suatu proses yang

dapat menggabungkan tahap dari awal identifikasi kebutuhan oleh pengguna,

proses pelelangan, negosiasi, pemesanan, penerimaan dan pasca-

pembelian/monitoring dan evaluasi memungkinkan terjadinya proses yang lebih

transparan dan efisien.

Pengadaan barang dan jasa melalui E-procurement sebagai teknologi tanpa

kertas (paperless) yang memiliki sistem baku pada dasarnya mengubah pola

pelaksanaan konvensional yang berbelit, rawan pelanggaran dan korupsi

berpengaruh pada sistem pelayanan dan penyelengaraan pemerintahan. Sistem E-

23
procurement memangkas biaya logistik dan rantai manajemen rumit mengubah

sistem kerja aparatur pemerintah dalam melaksanakan pelayanan yang berkaitan

dengan pengadaan barang dan jasa. Sistem kerja aparatur sipil pemerintahan

dilihat berdasarkan kinerja yang dicapai oleh setiap individu dalam pemerintahan.

Dalam mengimplementasikan E-procurement pada level pemerintahan

daerah, tidak terlepas dari manajemen yang dibangun dalam birokrasi, budaya

organisasi dan model kepemimpinan yang ada dalam organisiasi. Beberapa hal

tersebut berpengaruh terhadap kinerja organisasi dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kinerja organisasi selalu menjadi ukuran keberhasilan kegiatan

organisasi sehingga diperlukan metode yang dapat mengukur kinerja tersebut

(Kaplan dan Norton, 1996). Beal (2000) dan Li & Simerly (1998) mengatakan

bahwa pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang komplek dan merupakan

tantangan besar bagi para peneliti karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat

multidimensional dalam melihat organisasi sebagai satu kesatuan utuh dalam

mencapai tujuannya. Kinerja Apartur Sipil Negara dalam perkembangan dunia

masa kini menuntut transformasi pengetahuan dan perilaku untuk menyeimbangi

lajunya perkembangan global.

Pengukuran kinerja dalam sektor publik menjadi isu tematis yang

mengadopsi manajemen di sektor swasta dan bisnis dengan pengendalian

manajemen organisasi yang baku. Artinya pengukuran kinerja harus disadari dan

dimunculkan oleh para pemegang otoritas publik (Rogers, 1994). Pengukuran

kinerja harus memberi dampak yang bermanfaat terhadap perilaku individu,

kelompok dan organisasi. Dalam reformasi birokrasi sebagai sektor publik,

24
teknologi dipandang berperan penting terhadap pembentukan sistem manajemen

yang terintegrasi dengan pengendalian manajemen (Mahmudi, 2015).

Membangun koordinasi dalam sistem untuk mencapai kinerja organisasi yang

baik, perlu dirumuskan rencana stratejik organisasi sebagai indikator kinerja

organisasi.
Perumusan Strategi
 Sasaran Stratejik
 Ukuran Hasil (Indikator Kinerja)
Perencanaan Strategi
 TargetSasaran Stratejik
 Ukuran Hasil (Indikator Kinerja)
Penyusunan  target
AnggaranPenyusunan

Penyusunan Anggaran

`
Implementasi Pengukuran
KinerjaPengukuran
Kinerja
Monitoring

(X2)Pelaporan Kinerja Pencapaian Hasil

Y3)(Y3)Evaluasi Hasil Penilaian Kinerja


KinerjaEvaluasi Kinerja
Gambar 1.1. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi (Mahmudi, 2015)

Organisasi sektor publik melakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui

tingkat pencapaian strategi dalam mencapai tujuan organisasi. Membangun sistem

kerja dalam sektor publik dengan memanfaatkan teknologi informasi berarti

menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam organisasi. Sistem informasi

berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai (Pramuka, dkk, 2010) menunjukkan

bahwa implementasi informasi secara positif membantu ASN dalam melakukan

aktivitas operasionalnya sehari-hari.

25
Kinerja instansi pemerintah sebagai organisasi nonprofit memiliki standar

kualifikasi yang tinggi terhadap ASN terhadap layanan publik baik secara

langsung maupun secara tidak langsung karena berkaitan dengan kredibilitas

lembaga negara sehingga pada akhirnya dapat terciptanya tata pemerintahan yang

baik (good governance). Menurut Lembaga Administrasi Negara (2008) Good

Governance mengandung dua pengertian. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung

tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan

kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian,

pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional

dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk

mencapai tujuan-tujuan tersebut (Widodo, 2001).

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Malaka dalam

mewujudkan pemerintahan yang akuntabel dan transparan dirancang dalam arah

kebijakan rencana pembangunan menengah daerah (RPJMD) tahun 2016-2021

dengan visi “Meletakan Fondasi yang Kokoh dan Dinamis bagi Masyarakat

Malaka yang Sejahtera” direalisasikan melalui peningkatan profesionalisme

aparatur dalam mewujudkan tata pemerintah yang baik. Seluruh program dan

kegiatan dilaksanakan berdasarkan RPJMD yang telah disusun, sehingga dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam visi-misi Kabupaten Malaka.

Persoalan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Malaka adalah bagaimana secara

independen mengelola layanan pengadaan barang dan jasa dengan objektif guna

memperoleh hasil yang bagus. Pada prinsipnya, independensi dalam pengelolaan

layanan pengadaan barang dan jasa harus memenuhi aspek pelayanan yang

26
dinyatakan dalam kinerja aparatur sipil negara. Moralitas pelayanan ditempatkan

di atas kepentingan motivasi organisasi untuk meningkatkan daya kerja secara

profesional demi kepentingan umum serta terlaksananya program kegiatan yang

telah ditetapkan.

Keberhasilan penyelenggaran E-procurement di Kabupaten Malaka belum

bisa menciptakan hubungan interaksi antar pemerintah, swasta dan masyarakat

luas dengan adanya beberapa kendala teknis seperti tenaga yang benar-benar

fokus dalam mengelola unit layanan pengadaan barang dan jasa di lingkup

pemerintah Kabupaten Malaka. Penelitian yang dilakukan oleh Novitaningrum

(2014) menyimpulkan bahwa sistem E-procurement belum bisa dianggap sebagai

media teknologi informasi yang menjembatani upaya membentuk tata kelola

pemerintahan yang baik, serta belum bisa membentuk sebuah hubungan interaksi

yang baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Penelitian lain

mengenai ULP (Unit Layanan Pengadaan) Barang/Jasa Pemerintah tentang

“Implementasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Melalui Electronic Procurement sebagai Upaya Meningkatkan

Akuntabilitas di Pemerintah Kota Surabaya”. Hasil yang diperoleh ialah bahwa E-

procurement dalam perkembangannya memang telah menjadikan informasi

tentang lelang pengadaan barang/jasa terasa lebih akuntabel. E-procurement dapat

membentuk penghematan biaya dengan memadukan keuntungan yang

diperolehnya. E-procurement juga bisa dianggap sebagai sebuah media teknologi

informasi yang menjembatani dalam upaya membentuk akuntabilitas (Prasetyo,

2012). Berdasarkan dua hasil penelitian yang berbeda ini, dapat menjadi pintu

27
masuk untuk melihat lebih dalam pengaruh E-procurement dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Mengukur pengaruh penarapan teknologi informasi terhadap kinerja ASN

dalam pengelolaan birokrasi berarti kita mengevaluasi proses dan hasil yang telah

dicapai dalam pelaksanaan program kerja pemerintah Kabupaten Malaka. Hal ini

dapat diamati dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja aparatur sipil

negaradi Kabupaten Malaka. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, kualitas

pelayanan publik menjadi salah satu variabel penting dalam menilai kinerja

pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab negara terhadap

masyarakat. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pemerintah yang

dilaksanakan oleh aparat sipil negara yang berorientasi pada kepentingan publik

telah berkembang menjadi sebuah paradigma baru dalam administasi publik

(Hardiyansyah, 2011). Namun demikian perubahan orientasi bukanlah hal yang

mudah karena hal ini berkaitan dengan pola pikir, kebiasaan dan mentalitas aparat

sipil negara yang langsung bersentuhan dengan kepentingan publik. Sebab itu.

kinerja aparatur sipil pemerintah dinilai berdasarkan tugas dan fungsinya dalam

penyelenggaraan tugas pemerintahan melalui tingkat kinerja aparatur sipil negara

kepada masyarakat yang dilaksanakan secara berjenjang.

Proses penyediaan barang secara elektronik menjadi salah satu bentuk

tranparansi dan akuntabilitas terhadap penyelenggaraan pemerintah, sehingga

memberi ruang kepada warga negara untuk berkompetisi secara baik. Pandarunga

(2016) menjelaskan bahwa pengadaan barang dan jasa publik melalui E-

procurement dalam pembangunan sosio-ekonomi di India telah memastikan

28
transpansi, akuntabilitas dan mendorong persaingan secara sehat setiap warga

negara. Hal ini meningkatkan efisiensi dan efektifitas di sektor ekonomi dan

kewajiban pembayaran pajak kepada negara. Peningkatan mutu pengabdian

masyarakat melalui layanan E-procurement otomatis memangkas biaya dan waktu

serta administrasi yang berbelit menjadi pembeda yang signifikan dengan

pengadaan barang secara konvensional.

Keuntungan pemakaian E-procurement dengan makro yakni ; terjadinya

efisiensi dalam pemakaian Biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), pengadaan barang serta jasa melalui E-procurement bisa dikerjakan

dalam periode waktu yang lebih cepat dibanding menggunakan cara konvensional,

serta persaingan perebutan yang sehat antar aktor usaha hingga mendukung iklim

investasi nasional yang kondusif (Jasin, dkk, 2007). Aplikasi E-procurement

menjadi sistem pengadaan barang serta jasa mempunyai prinsip, seperti dijelaskan

dalam Ketentuan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan perubahannya, prinsip-

prinsip itu yaitu; efektif, efisien, transparan, terbuka, berkompetisi, adil dan

akuntabel (LKPP, 2016) dapat membawa manfaat untuk beberapa pemakainya

seperti adanya standarisasi sistem pengadaan terdapatnya infomasi harga barang

dan jasa serta mendukung pertanggungjawaban sistem pengadaan barang dan jasa.

Proses pengadaan barang dan jasa melalui aplikasi E-procurement yang

dikelola oleh Unit Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten

Malaka dibentuk telah berjalan sejak tahun 2014 telah menerima penghargaan dari

Pemerintah Pusat dengan akuntabilitas publik terbaik pada tahun 2015.Tabel di

bawah ini menjelaskan bahwa selama dua tahun terakhir LPSE Kabupaten Malaka

29
telah menyelenggarakan proses pelelangan melalui E-procurement sebagai

berikut:

Tabel 1.1
Data Paket yang dilelang melalui LPSE tahun 2016, 2017 dan 2018

Tahun E-tendering Nilai Pagu (Rp)


2016 128 Paket 242.537.270.560

2017 90 Paket 116.488.529.428

2018 97 Paket 179.416.939.720

Sumber : LPSE Kabupaten Malaka, Tahun 2018

Data di atas menunjukkan bahwa E-procurement menjadi pintu masuk

bagi penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel di Kabupaten Malaka dengan

kondisi yang masih terbatas dari berbagai aspek, mengingat Kabupaten Malaka

sementara dalam proses pembangunan dalam berbagai aspek. Kondisi inilah yang

digunakan untuk melihat lebih jauh tentang pengaruh penerapan E-procurement

terhadap peningkatan kualitas kinerja aparatur sipil negara. Tuntutan kebutuhan

publik di era globalisasi mendorong setiap organisasi publik terutama pemerintah

untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem manajemen organisasi berbasis

kinerja (performance based management) sebagai bagian dari reformasi.

Mengukur pengaruh penerapan E-procurementterhadap kinerja ASN di

Kabupaten Malaka berhubungan dengan proses perencanaan yang dilakukan,

mekanisme penetapan yang dijalankan dan evaluasi manfaat yang dihasilkan oleh

pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Pada titik ini, dinamika kinerja

aparatur sipil negara di Kabupaten Malaka hendak diukur berkaitan dengan proses

pengadaan barang dan jasa melalui E-procurement. Keberhasilan penerapan E-

30
procurement di Kota Surabaya menjadi salah satu tolok ukur berupa efisiensi

anggaran hingga 10% karena adanya standarisasi harga dan analisa standar

belanja. Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok kerja LPSE Kabupaten

Malaka untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi kelebihan dan

kendala dalam pengelolaan LPSE. Peneliti akan membahas mengenai Pengaruh

Penerapan E-Procurnment Terhadap Peningkatan Kinerja ASN di Kabupaten

Malaka. Dengan kata lain, apakah penerapan E-procurement berdampak positif

pada kinerja organisasi pemerintahan di Kabupaten Malaka.

1.2. Rumusan Masalah

Terdapat banyak hal yang melatarbelakangi efisien dan efektifitas

penerapan sistem E-procurement dalam organisasi publik. Faktor-faktor tersebut

sangat bervariasi, sesuai dengan karakteristik permasalahan pada setiap organisasi

pulik, ada yang bersifat teknis administratif, teknis persediaan barang, perilaku

individu dalam organisasi, dan lain-lain. Dengan berbagai latar belakang masalah

yang dihadapi, khususnya di Kabupaten Malaka maka perumusan masalah

penerapan E-procurement mempengaruhi peningkatan kinerja aparatur sipil

negara di Kabupaten Malaka adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar hubungan antara penerapan E-procurement dengan kinerja

ASN di Kabupaten Malaka?

2. Seberapa besar penerapan E-procurement terhadap kinerja ASN di

Kabupaten Malaka?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beberapa variabel berikut:

31
1. Menguji besarnya hubungan penerapan e-procurmant dengan

kinerja ASN di Kabupaten;

2. Menguji besarnya pengaruh penerapan E-procurement terhadap

kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai penerapan E-

procurement dan pengaruh yang diberikan terhadap kinerja ASN

pada instansi pemerintahan di Kabupaten Malaka.

2. Penelitian ini menjadi pelengkap dari penelitian-penelitian

sebelumnya, terutama berkaitan dengan kajian atas strategi

peningkatan kinerja ASN melalui implementasi E-procurement di

pemerintah Kabupaten Malaka

3. Memberikan informasi yang cukup dan berarti bagi warga negara

tentang manajemen organisasi publik dan penyelenggaraan

pemerintahan yang transparan dan akuntabel, sehingga dapat

menjadi dasar untuk melakukan kontrol atas kebijakan pemerintah,

pertimbangan dalam penentuan dasar kebijakan, tindakan serta

alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk peningkatan

pemanfaatan sehubungan dengan penerapan E-procurement

terhadap kinerja.

32
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Grand Theory

2.1.1 Organisasi

Organisasi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, oleh karna

itu organisasi dapat dikatakan wadah kegiatan dari pada orang-orang yang

bekerjasama dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Handoko (2000)

mendifinisikan organisasi sebagai suatu proses perencanaan yang meliputi

penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan-

hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kelompok kerja.

Anthony (1995) menjelaskan bahwa organisasi merupakan suatu

kelompok manusia yang berinteraksi melakukan berbagai kegiatan secara

koordinasi untuk mencapai tujuan, dimana pada dasarnya bahwa individu tidak

dapat mencapai tujuan secara sendiri-sendiri. Artinya tujuan organisasi dapat

dicapai melalui tatanan/manajemen yang dilakukan terhadap sejumlah orang

sebagai pelaksana pekerjaan-pekerjaan organisasi.

Secara sederhana dijelaskan oleh Bayle, et al (1986:10) bahwa:

organization is a collection of people working together in a division of labour to

achieve a common purpose. Maka berdasarkan definisi tersebut, ada keluasan

ragam bentuk perkumpulan orang, di antaranya kelompok persaudaraan, club olah

raga, organisasi sukarela, organisasi agama, seperti halnya juga bisnis, sekolah,

lembaga pemerintah, rumah sakit, serta lembaga lain yang eksis di masyarakat.

33
Organisasi merupakan perpaduan kerjasama sumberdaya fisik dan

manusia. Selain itu di dalamnya juga ada tujuan, pembagian kerja, dan hirarki

kewenangan. Unsur-unsur organisasi tersebut diuraikan sebagai berikut: (1)

Tujuan suatu organisasi adalah untuk menghasilkan barang dan pelayanan.

Organisasi non profit, sebagai contoh: menghasilkan pelayanan dengan

keuntungan masyarakat, seperti pemeliharaan kesehatan, pendidikan, proses

keadilan, dan pemeliharaan jalan. Bisnis menghasilkan barang konsumsi dan

pelayanan seperti mobil, perumahan, peluang rekreasi, perhotelan, lembaga

keuangan, dll.

Unsur organisasi berikutnya yaitu (2) pembagian kerja. Esensi suatu

organisasi adalah usaha manusia, proses melaksanakan pekerjaan ke dalam suatu

komponen kecil yang melayani tujuan organisasi dan untuk melakukan oleh

individu atau kelompok disebut pembagian kerja. Pembagian kerja ini

berlangsung untuk memobilisasi organisasi dalam pekerjaan banyak orang untuk

mencapai tujuan umum.

Unsur organisasi lainnya yaitu (3) Hirarki Kewenangan. Kewenangan

adalah hak untuk bertindak dan memerintah pribadi orang lain. Para manajer

memiliki kewenangan terhadap bawahannya. Bila organisasi membagi pekerjaan

ke dalam bagian kecil, beberapa hal harus dikerjakan untuk mengkoordinasikan

usaha menjamin bahwa hasil pekerjaan mencapai tujuan organisasi. Hirarki

kewenangan adalah bila posisi kerja ditata agar pembagian kewenangan

meningkat, memudahkan koordinasi. Seorang yang memiliki kewenangan tinggi

34
dapat membuat keputusan yang menghasilkan dalam koordinasi lebih baik dan

menagrahkan aktivitas kerja pada level rendah.

Dengan perpaduan unsur manusia, material, dan perangkat tujuan,

pembagian kerja yang jelas serta kewenangan, maka suatu organisasi bekerja

dalam suatu sistem terbuka untuk mencapai tujuan. Begitupun, hal yang paling

fundamental adalah fungsi sumberdaya personil sangat menentukan, karena

kualitas kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab kerja sesuai kewenangannya akan

menentukan efektivitas dan efisiensi organisasi. Semua komponen organisasi

sebagai sistem tersebut harus bersinergi dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini

sinergi adalah menciptakan suatu perpaduan yang menjadikan lebih kuat daripada

sekedar penjumlahan bagian-bagian dari organisasi.

Lebih lanjut dalam organisasi terdapat prinsip-prinsip organisasi sering

disebut dengan azas-azas organisasi. Prinsip atau azas merupakan dasar, pondasi,

atau suatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Prinsip-prinsip

organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok dasar atau yang menjadi pangkal-

tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh karena itu, organisasi dibangun dan

digerakkan diatas pondasi yang berupa prinsip organisasi, dan setiap prinsip

mengandung suatu kebenaran, sehingga tercapai atau tidaknya tujuan organisasi

tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan prinsip

organisasi.

Adapun prinsip organisasi yang dikemukakan Wursanto (2003:219), yaitu:

(1) mempunyai tujuan yang jelasb, (2) mempunyai kesatuan perintah, (3) ada

35
keseimbangan, (4) ada pendistribusian pekerjaan, (5) ada rentangan pengawasan,

(6) ada pelimpahan wewenang, (7) ada departementalisasi, (8) ada penempatan

pegawai yang tepat, (9) ada koordinasi, (10) ada balas jasa yang memuaskan.

2.1.2 Pengertian Manajemen MSDM

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian penting

dari organisasi. Dengan adanya manajemen sumber daya manusia maka hal–hal

yang menyangkut dengan pegawai akan ditangani di bagian tersebut. Manajemen

Sumber Daya Manusia (MSDM) sendiri didefinisikan menjadi beberapa arti oleh

para ahli manajemen dengan pernyataan berikut.

Hasibuan (2012:1) mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan

seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumberdaya

manusia merupakan bagian penting dari organisasi karena manajemen sumber

daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang

memengaruhi secara langsung sumber daya manusia dalam membantu organisasi

untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut dengan cara memanfaatkan bakat

manusia secara efektif dan efisien sehingga akan berdampak pada peningkatan

kepuasan pegawai dan pelanggan, inovasi, produktivitas dan

pengembanganreputasi organisasi itu sendiri.

Mengawali uraian definisi atau pengertian manajemen sumber daya

manusia menurut para ahli, patut dipahami bahwa faktor manusia sangat

diperlukan dalam suatu organisasi sehingga muncul suatu ilmu manajamen yang

36
mempelajari permasalahan ketenagakerjaan atau kepegawaian yang disebut

dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM).

MSDM adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan

peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan

efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal)

bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.

Berikut ini pengertian MSDM menurut para ahli, diantaranya : MSDM

adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat

(Hasibuan, 2009). MSDM merupakan bagian dari manajemen keorganisasian

yang menekankan pada unsur sumber daya manusia dan sudah menjadi tugas

manajemen sumber daya manusia untuk mengelola unsur manusia secara baik

agar diperoleh tenaga kerja yang tepat sesuai pekerjaannya, sehingga mampu

bekerja optimal demi tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.

2.1.2. Fungsi Manajemen MSDM

Menurut Hasibuan (2013:21) fungsi manajemen sering kali diartikan

sebagai tugas-tugas manajer. Beberapa klarifikasi fungsi- fungsi manajemen

adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Merupakan fungsi manajemen yang fundamental, karena fungsi ini

dijadikan sebagai landasan atau dasar bagi fungsi-fungsi manajemen

lainnya. Perencanaan meliputi tindakan pendahuluan mengenai apa yang

37
harus dikerjakan dan bagaimana hal tersebut akan dikerjakan agar tujuan

yang dikehendaki tercapai.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan proses penyusunan kelompok yang terdiri dari beberapa

aktivitas dan personalitas menjadi satu kesatuan yang harmonis guna

ditunjukkan ke arah pencapaian tujuan.

3. Menggerakkan (Actuating)

Merupakan suatu tindakan menggerakkan semua anggota kelompok agar

mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

4. Pengawasan (Controlling)

Merupakan usaha mencegah terjadinya atau timbulnya penyimpangan-

penyimpangan aktivitas yang telah dilakukan dari sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa

pekerjaan-pekerjaan yang ada di dalam MSDM memiliki tanggung jawab

yang besar terhadap sumber daya manusia yang nantinya akan

menghasilkan aset yang berharga dari sebuah organisasi. Karena itu

sejalan dengan adanya pemikiran tentang pentingnya sumber daya

manusia, maka posisi MSDM adalah mengelola sumber daya manusia

yang ada dalam organisasi.

2.2. E- Government

Dalam pengoptimalan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

terbentuk sebuah sistem manajemen dan aktivitas kerja di lingkungan

38
pemerintahan. E-government atau electronic government merupakan suatu upaya

untuk menyebarluaskan bentuk kepemerintahan yang berbasis elektronik. Dalam

buku e-government in action (2005) menyatakan e-government adalah suatu usaha

menciptakan suasana pelayanan pemerintah yang sesuai dengan objektif bersama

(shared goals) dari sejumlah komunitas yang berkepentingan.

Habibullah (2010) mengutip Mustopadidjaja (2003) e-goverment juga

dapat dipahami sebagai penggunaan teknologi berdasarkan WEB (jaringan),

komunikasi internet, dan dalam kasus tertentu merupakan aplikasi interkoneksi

untuk memfasilitasi komunikasi dan memperluas akses ke dan atau dari

pemberian layanan dan informasi pemerintah kepada penduduk, dunia usaha,

pencari kerja, dan pemerintah lain, baik instansional maupun antar negara.

Menurut Richardus (2004) menjelaskan bahwa e-goverment merupakan

suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintahan dengan masyarakat dan

kalangan lain yang berkepentingan dimana melibatkan penggunaan teknologi

informasi dengan tujuan memperbaiki mutu pelayanan yang selama berjalan.

(Indrajit: 2005).

Dengan demikian, menurut Andriawati (2001) electronic government

merpakan sistem informasi yang menggunakan internet dan teknologi digital lain

untuk melakukan transaksi, layanan publik, komunikasi, koordinasi dan

manajemen organisasi pemerintah, yang meliputi layanan government to

government, government to business dan government to society. E-Goverment

adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan

informasi dan pelayanan kepada masyarakat, serta hal-hal lain yang berkenaan

39
dengan pemerintahan. Untuk itu harus ada inovasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik agar proses penyelenggaraan pelayanan publik yang dimaksud

menjadi lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

Habibullah (2010) menjelaskan ahwa e-government diperuntukkan ke

dalam: (a) pemerintah yang menggunakan teknologi, khususnya aplikasi internet

berbasis web untuk meningkatkan akses dan delivery/layanan pemerintah kepada

masyarakat kepada masyarakat, partner bisnis, pegawai, dan pemerintah lainnya;

(b) suatu proses reformasi di dalam cara pemerintah bekerja, berbagai informasi

dan memberikan layanan kepada internal dan eksternal klien bagi keuntungan

baik pemerintah, masyarakat maupun pelaku bisnis; dan (c) pemanfaatan

teknologi informasi seperti wide area network (WAN), internet, world wide web,

komputer oleh instansi pemerintah untuk menjangkau masyarakat, bisnis dan

cabang-cabang pemerintah lainnya untuk memperbaiki layanan kepada

masyarakat, memperbaiki layanan kepada dunia bisnis dan industri,

memberdayakan masyarakat melalui akses kepada pengatahuan dan informasi,

dan membuat pemerintah bekerja lebih efisien dan efektif

Dengan adanya e-government dapat memangkas jalur birokrasi yang ada

sebelumnya. E-government bertujuan untuk meningkatkan akses warga negara

terhadap jasa-jasa layanan publik pemerintah, meningkatkan akses masyarakat ke

sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah, menangani keluhan

masyarakat dan juga persamaan kualitas layanan yang bisa dinikmati oleh seluruh

warga Negara. Penggunaan teknologi informasi mempermudah masyarakat untuk

40
mengakses informasi serta dapat mengurangi korupsi dengan cara meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas lembaga publik.

Kebijakan tentang penataan e-government diatur dalam Instruksi Presiden

Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan E

Government. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 terdapat tujuan

strategis e-government yang perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi. Strategi

e-government adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta

terjangkau oleh masyarakat luas.

b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah

daerah otonom secara holistik.

c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri

telekomunikasi dan teknologi informasi.

e. Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah maupun

pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy

masyarakat.

f. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan

yang realistik dan terukur.

Lebih lanjut, dari instruksi tersebut maka pengembangan e-government

harus dilaksanakan secara harmonis dengan mengoptimalkan hubungan antara

inisiatif masing-masing instansi dan penguatan kerangka kebijakan untuk

41
menjamin keterpaduannya dalam suatu jaringan sistem manajemen dan proses

kerja.

2.3. Good Governance

Koiman (2009) menjelaskan bahwa governance merupakan serangkaian

proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam

berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi

pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan

mekanismemekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga Negara

mengartikulasi kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaanperbedaan

mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka.

Governance merupakan proses lembaga-lembaga pelayanan , mengelola

sumber daya publik dan menjamin realita hak azasi manusia. Dalam konteks ini

good governance memiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan

wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak yang berlandaskan pada

pemerintahan hukum.

OECD dan World Bank (Sedarmayanti, 2009:273), Good Governance

sebagai penyelenggaraan manajemen pembangunan solid dan bertanggung jawab

yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi

dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi secara politik dan

administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta pendapatan kerangka kerja

politik dan hukum bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selanjutnya,

Menurut Rochman (2009) Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber

42
daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan non negara

dalam satu usaha kolektif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Good Governance

merupakan tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik,

dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata

pemerintahan tersebut mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembagalembaga

dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan

mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani

perbedaan-perbedaan diantara mereka.

Menurut United Nation Development Program (UNDP) prinsip-prinsip

yang dikembangkan dalam Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good

Governance) adalah sebagai berikut :

1. Partisipasi

Setiap orang atau warga Negara memiliki hak suara yang sama dalam

proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lembaga

perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasi masing-masing.

Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan kebebasan

berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara

konstruktif.

2. Kepastian Hukum (Rule Of Law)

Kerangka aturan hukum dan prundangan-undangan haruslah

berkeadilan dan dapat ditegakkan serta dipatuhi secara utuh

(impartialy), terutama tentang atuaran hukum dan hak azasi manusia.

43
3. Transparansi

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran

informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat di

akses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya dan harus dapat

disediakan secara memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat

digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.

4. Tanggung Jawab (Responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk

melayani berbagai pihak yang berkepentingan. Keselarasan antara

program dan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik

dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan

dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut akan

semakin baik. Responsivitas yang sangat rendah ditunjukkan dengan

ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal

tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi dalam mewujudkan

misi dan tujuan organisasi publik.

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

6. Berkeadilan (Equity)

7. Efektifitas dan Efisiensi

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan

sesuatu yang benar-benar seusai dengan kebutuhan melalui

pemanfaatan yang sebaikbaiknya dari berbagai sumber yang tersedia.

44
8. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan (Decision Maker) dalam organisasi sektor

pelayanan dan warga Negara madani memiliki pertanggungjawaban

(akuntabilitas) kepada public sebagaimana halnya kepada para pemilik

(stakeholder).

9. Visi Strategis (Strategic Vision)

Para pemimpin dan warga Negara memiliki perspektif yang luas dan

jangka panjang tentang penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik

(Good Governance) dan pembangunan manusia, bersamaan dengan

dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

2.4. Middle Theory

Dalam penelitian ini digunakan middle theory yang menaungi variabel-

variabel dalam penelitian ini yakni teori E-procurement, dan Kinerja ASN.

2.5. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa ringkasan penelitian terdahulu sebagai dapat diuraian pada table

berikut:

Table 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis, Judul Variabel, Persamaan Perbedaan
Artikel, Sumber Alamat Pendekatan
Penelitian, Hasil
Penelitian
1. Kusumo. Analisis Variabel:kepemim Persamaan Perbedaan
pengaruh kepemimpinan pinan, teknologi dalam terletak pada
manajemen, teknologi informasi, struktur penelitian ini penelitian
informasi, dan struktur organisasi, dan adalah sama- terdahulu
organisasi terhadap kinerja organisasi sama yangmembah
kinerja perusahaan. Pendekatan: membahas as tentang
(http://eprints.undip.ac.id Kuantitatif tentang Penelitian ini

45
/24204/1/KUSUMO.pdf) Hasil Penelitian: pengaruh ditujukan
Hasil analisis teknologi untuk
menunjukkan informasi menguji
bahwa terhadap pengaruh
kepemimpinan, kinerja. kepemimpina
teknologi n, teknologi
informasi, dan informasi,
struktur organisasi dan struktur
berpengaruh organisasi
terhadap kinerja terhadap
organisasi. kinerja
organisasi.
2. Adimaja. Pengaruh Variabel: E- Sama-sama Perbedaan
Penerapan E- procurement, membahas terdapat pada
procurement Terhadap Kualitas Kinerja, tentang penelitian
Peningkatan Kualitas dan Pelayanan penerapan E- yang
Kinerja Dan Pelayanan Publik. procurement terdahulu
Publik. Pendekatan: dalam membahas
(http://repository.ut.ac.id/ Kuantitatif pelayanan tentang
591/1/40513.pdf) Hasil public. peningkatan
Penelitian:Penerap kualitas
an E-procurement kinerja dan
berpengaruh studi kasus
terhadap penelitian E-
peningkatan procurement
kualitas dan pada dinas
pelayanan publik pendidikan
Propinsi
Kepulauan
Riau yang
merupakan
salah satu
fasilitas
pengembanga
n dari
pelaksanaan
pengadaaan
barang atau
jasa yang
konvesional.
3. Astrid Damayanti. Variabel:Harga Sama-sama Perbedaan
Pengaruh Penerapan E- Kontrak membahas terdapat pada
procurement Sebagai Pembelian, Waktu tentang E- studi kasus
Alat Pengendalian Proses dan procurement. penelitiam,
Pengadaan Barang/Jasa Pemilihan dan di
Pada Pemerintah Kota Penyedia variabel

46
Surabaya. Barang/Jasa, penelitian
(http://journal.trunojoyo. Keamanan, yang
ac.id/infestasi/article/vie Prosedur atau SOP, terdahulu
w/1170/991) Pengendalian membahas
Pengadaan variabel
Barang/Jasa. Harga
Pendekatan: Kontrak
Kuantiatif Pembelian,
Hasil penelitian: Waktu Proses
Pengujian dengan dan
regresi parsial Pemilihan
menunjukkan Penyedia
waktu proses dan Barang/Jasa,
pemilihan penyedia Keamanan,
barang/ jasa Prosedur atau
berpengaruh secara SOP,
signifikan terhadap Pengendalian
pengendalian Pengadaan
pengadaan Barang/Jasa
barang/jasa,
sedangkan harga
kontrak pembelian,
keamanan, dan
prosedur atau SOP
tidak berpengaruh
secara signifikan.
4. Mukhammad Hilmi Variabel:Penggun Persamaan Perbedaan
Muzakki, Heru Susilo, aan informasi, alam terletak pada
dan Saiful Rahman kinerja karyawan. penelitian ini studi kasus
Yuniarto. Pengaruh Pendekatan: adalah sama- penelitian
Penggunaan Teknologi Kuantitatif sama dan juga pada
Informasi Terhadap Hasil Penelitian: membahas penelitian
Kinerja Karyawan (Studi variabel bebas tentang terdahulu
Pada Karyawan PT. mempunyai pengaruh membahas
Telkom Pusat Divisi pengaruh yang penggunaan tentang
Regional V Surabaya). signifikan terhadap teknologi kinerja
(https://media.neliti.com/ variabel terikat informasi karyawan.
media/publications/8747 yaitu kinerja terhadap
4-ID-pengaruh- karyawan yaitu kinerja
penggunaan-teknologi- sebesar 52,8%. karyawan.
informasi.pdf) Sedangkan sisanya
sebesar 47,2%
merupakan variabel
lain yang dapat
mempengaruhi
kinerja karyawan.

47
Variabel lain yang
dapat
mempengaruhi
kinerja karyawan
diantaranya yaitu
kemampuan
(ability) dan
motivasi dari
karyawan.
Sumber: Diolah oleh peneliti 2018

2.6. Konsep Dasar

2.6.1 Penerapan E-procurement

2.6.1.1 Pengembangan Teknologi

Perkembangan dinamika organisasi yang sangat dinamis mempengaruhi

setiap organisasi, baik organisasi profit maupun non profit. Perubahan teknologi

yang secara cepat akan mempengaruhi secara signifikan dari perkembangan

organisasi, sehingga seringkali strategi unggulan yang dipilih sebelumnya tidak

memadai lagi. Upaya organisasi untuk bertahan hidup dan berkembang dalam

lingkungan bisnis global sangat bergantung pada kompetensi organisasi dalam

memanfaatkan teknologi, khususnya teknologi informasi,dalam menerobos

berbagai hambatan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pelayanan publik.

Teknologi informasi merupakan salah satu aspek pemberdayaaan

organisasi dalam merespon dan memenuhi tuntutan perkembangan zaman dalam

mewujudkan inovasi. Hal ini membutuhkan pengembangan yang terencana dan

terarah sesuai dengan visi dan misi organisasi.

48
2.6.1.2 Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik
Pengadaan barang dan jasa mengandung pengertian adanya transaksi

yang melibatkan beberapa aktor. Proses pengadaan barang dan jasa dimulai

dengan perencanaan berdasarkan analisis kebutuhan pada organisasi dengan

melihat input, proses transformasi dan ouput dari analisis kebutuhan tersebut.

Dewasa ini, proses pengadaan barang dan jasa telah bertransformasi

mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi yang berkembang begitu cepat. Penerapan teknologi sistem informasi

memfasilitasi proses pengadaan (procurement) secara terpadu merupakan

fenomena yang terus mendapat perhatian dari berbagai kalangan, secara khusus

menjadi bahan kajian akademik dalam paradigma administrasi publik.

Kecenderungan untuk mengembangkan sistem E-procurement sebagai

sarana dalam proses pengadaan barang dan jasa semakin meningkat sejalan

dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di

bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan E-procurement tidak

lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar. Tetapi, secara bertahap sudah dapat

diterapkan di seluruh Indonesia mulai dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat

kabupaten/kota (LKPP, 2016). Artinya, warga negara berhak untuk mengakses

setiap informasi yang diposting oleh pemerintah daalam situs resmi sebagai

bagian dari keterlibatan warga negara dalam proses pembangunan.

Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 dan terakhir diubah dengan Peraturan

Presiden No. 16 tahun 2018 menyatakan bahwa: “Pengadaan secara elektronik

49
atau E-procurement adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan

menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan

Dari definisi di atas menunjukkan bahwa E-procurement

merupakan suatu sistem pengadaan barang/jasa dengan menggunakan media

elektronik seperti internet atau jaringan komputer yang mencakup pembelian

dan penjualan secara online agar lebih efektif dan efisien, serta mengurangi

proses-proses bisnis yang tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

barang/jasa perusahaan ataupun instansi pemerintahan.

Dalam Pasal 107 Perpres No 70 tahun 2012 disebutkan bahwa tujuan

dari E-procurement dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,

meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat

efisiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring dan audit, memenuhi

kebutuhan akses informasi yang tepat waktu.

Internet telah muncul sebagai media efektif dari segi biaya dan dapat

diandalkan untuk melakukan transaksi bisnis online, semakin banyak perusahaan

dan organisasi publik yang mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi

dalam proses pengadaan barang dan jasa pada organisasi publik. Proses

pengadaan melalui E-procurement meliputi penghematan biaya tetapi

penyederhanaan keseluruhan proses. Rencana-rencana yang optimal dapat

dikomunikasikan dengan cepat kepada penyedia jasa dalam rangka meningkatkan

efisiensi dan efektivitas kerja. Keuntungan E-procurement meliputi pengurangan

biaya overhead seperti pembelian agen, peningkatan kendali inventori, dan

50
keseluruhan peningkatan siklus manufaktur. Sistem E-procurement membantu

organisasi publik mengkonsolidasikan data tentang

Pada prinsipnya, pemilihan penyedia jasa secara elektronik

sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yaitu:

Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan

dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu

yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai

hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum. Efektif, berarti pengadaan

barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Transparan, berarti semua ketentuan

dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui

secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada

umumnya.

Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua

penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan

ketentuan dan prosedur yang jelas. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus

dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia

barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh

barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang

mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang/jasa.

Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua

calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk member keuntungan kepada

pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Akuntabel,

51
berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan

barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.Penerapan sistem E-

procurement di sektor publik maupun sektor swasta menjadi salah satu upaya

peningkatan efisiensi.

Definisi E-procurement sebagaimana diatur dalam ketentuan

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 adalah:

“Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi

informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”

Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat dilakukan

dengan e-Tendering atau e-Purchasing ebagaimana diatur dalam ketentuan

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010:

a. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa

yang terdaftar pada sistem pengadaan elektronik dengan cara

menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.

b. E-Purchasing adalah proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui

katalog elektronik.

E-tendering sama persis dengan pola pengadaan yang selama ini

dilaksanakan secara manual, dari proses pemasukan penawaran, pemberian

penjelasan, evaluasi penawaran dan sebagainya. Perbedaannya adalah seluruh

tahapan dilaksanakan secara elektronik.Sedangkan sistem e-purchasing sangat

berbeda dengan e-tendering. Dalam proses e-purchasing sebagaimana artinya

yaitu pembelian secara elektronik, pengguna barang/jasa dapat memilih

52
barang/jasa yang diinginkan melalui katalog elektronik. Katalog ini disusun oleh

LKPP melalui sebuah kontrak payung kepada produsen atau penyedia utama,

sehingga harga yang ditawarkan dipastikan jauh lebih rendah dibandingkan harga

pasaran. Pasal 110 ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mengatur bahwa

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) wajib

melakukan e-purchasing terhadap Barang/Jasa yang sudah dimuat dalam sistem

katalog elektronik sesuai dengan kebutuhan K/L/D/I.Tata cara e-purchasing diatur

pada angka 5 Surat Edaran Kepala LKPP nomor 5 tahun 2015 yang tahapannya

mulai dari penyampaian permintaan secara tertulis dari PPK yang mengacu pada

spesifikasi teknis barang, harga barang, dan penyedia yang tercantum dalam

katalog elektronik, sampai penerbitan bukti pembelian. Proses pelaksanaan e-

purchasing tersebut cukup sederhana sehingga memungkinkan K/L/D/I untuk

memenuhi kebutuhan barang secara efektif dan efisien tanpa melalui proses

lelang. Pelaksanaan e-purchasing dapat dilakukan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen, Pejabat Pengadaan, atau oleh Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan

institusi.

2.6.1.3 Manfaat E-procurement

Adapun manfaat E-procurement menurut Yudho Giri (2009:36) antara

lain:

53
1. E-procurement memperluas akses pasar dan membantu menciptakan

persaingan sehat (transparansi, harga yang lebih baik, dan pola interaksi

yang lebih baik).

2. E-procurement juga memberikan rasa aman dan nyaman. Rasa aman

karena proses pengadaan mengikuti ketentuan yang diatur secara

elektronik dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas,

sehingga pemenang adalah penyedia barang/jasa yang telah mengikuti

kompetisi dengan adil dan terbuka.

3. E-procurement juga berperan mengubah sikap para pelaku usaha untuk

dapat terus meningkatkan kompetensinya.

4. E-procurement juga memberikan manfaat lain diluar yang

diperkirakan. Sebagai contoh, seluruh proses pengadaan, mulai dari

pengumuman sampai dengan penetapan pemenang, tercatat dalam

sistem.

5. E-procurement juga dapat digunakan sebagai sarana untuk monitoring

dan evaluasi atas indikator kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah

yang dapat ditinjau dari beberapa kategori E-procurement juga

meningkatkan perhatian terhadap fasilitas teknologi informasi.

6. E-procurement juga mengajak pihak yang terlibat untuk lebih mengenal

dan mengerti teknologi informasi

2.6.1.4 Indikator Sistem E-procurement

Menurut Yudho Giri (2009:38) Pengadaan barang dan jasa yang

dilakukan secara elektronik dengan menggunakan fasilitas teknologi komunikasi

54
dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang

diselenggarakan oleh LSPE. E-procurement dicerminkan oleh empat indikator

yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ketersediaan Teknologi Informasi

a. Penggunaan teknologi informasi adalah syarat utama dalam

penerapan E-procurement

b. Sarana teknologi informasi dapat meningkatkan kecepatan dan

ketepatan dalam melakasanakan sistem E-procurement.

c. Pengelolaan peralatan teknologi informasi dan sarana fisik

perkantoran sudah memenuhi syarat dalam penerapan E-

procurement

d. Infrastruktur jaringan internet dan perangkat pendukung telah

tersedia di semua instansi perkantoran

e. Aplikasi yang disediakan LKPP untuk sistem E-procurement sudah

lengkap

2. Jumlah dan Mutu Sumber Daya Manusia

a. Kompetensi sumber daya manusia yang mengelola sistem E-

procurement cukup tinggi

b. Jumlah sumber daya manusia yang memahami sistem E-

procurement memadai

3. Transformasi Pola Kerja

a. Sosialiasi pola kerja E-procurement perlu dilakukan secara intensif

55
b. Anggaran dan waktu yang digunakan untuk mengelola sistem E-

procurement sangat menunjang

c. Tata ruang dan personel penyelenggaraan E-procurement tersedia

4. Transformasi Pola Pikir

a. Pelatihan dan pendidikan bagi pengelola sistem E-procurement

dilakukan secara berkala.

b. Sosialisasi manfaat dan keuntungan sistem E-procurement

dilakukan secara terbuka.

2.6.1.5 Analisis Keberhasilan Sistem E- Procurement

Yudho Giri (2009:38) menyatakan bahwa kesuksesan implementasi e-

Procurement juga ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. E-Leadership: implementasi E-procurement membutuhkan komitmen

dan dukungan penuh dari pemimpin. Dukungan dari pemimpin perlu

diwujudkan dalam bentuk tindak lanjut nyata dan bukan hanya

sekedar wancana. Terlebih lagi karena E-procurement adalah inisiatif

yang melibatkan seluruh unit organisasi. Kerjasama di antara instansi

dengan komitmen horisontal akan berlangsung dengan lebih efektif

jika pimpinan mendukung. Dukungan nyata dari pemimpin biasanya

di ikuti dengan komitmen penyedia anggaran dan dikeluarkannya

berbagai regulasi untuk mempercepat penetrasi e -Procurement.

2. Transformasi pola pikir dan pola tindak: implementasi E-procurement

memerlukan perubahan perilaku dan mental dari seluruh pihak yang

terkait. Hadirnya teknologi telah mengurangi kemungkinan adanya

56
perilaku pengadaan yang menyimpang ketentuan yang ada, dan ini

seringkali menjadi salah satu faktor penyebab penolakan terhadap

teknologi tersebut. Manajeman perubahan yang mencakup seluruh lini

dalam organisasi perlu dilakukan.

3. Jumlah dan mutu sumber daya manusia: teknologi tidak akan mungkin

berjalan dengan sendirinya tanpa adanya pihak yang mengelola.

Implementasi E-procurement membutuhkan jumlah SDM yang

memadai, namun juga dari sisi kompetensi yang mereka miliki.

Implementasi E-procurement membutuhkan SDM yang memiliki

keahlian dalam bidang infrstruktur TI dan juga SDM yang memahami

ketentuan pengadaan. Rendahnya literasi TI di beberapa daerah di

Indonesia memberikan tantangan dalam penyiapan SDM.

4. Ketersediaan infrastruktur yang dimaksud di sini mencakup banyak

hal, dari mulai perangkat keras, piranti lunak, sampai kepada jaringan

komunikasi dan sarana fisik lainnya. Dari sisi perangkat keras,

implementasi teknologi ini membutuhkan server dan juga beberapa

komputer personal baik untuk kegiatan administrasi seperti

pendaftaran pelaku usaha, pencantuman paket pengadaan, maupun

untuk keperluan bidding. Dari sisi piranti lunak, seluruh aplikasi yang

diperlukan telah disediakan oleh LKPP. Kemudian dari sisi jaringan

komunikasi, jika diharapkan bahwa setiap unit dapat mengelola

kegiatan pengadaannya dari lokasi masing-masing, maka tentunya

57
diperlukan jaringan komunikasi yang menghubungkan masing-masing

unit dengan lokasi dimana server berada.

2.6.1.6 Sumber Daya Manusia Penunjang Teknologi

Sumber daya manusia sebagai motor penggerak organisasi merupakan

aset utama dalam meningkatkan kinerja organisasi. Sumber daya manusia yang

berkualitas menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu adanya manajemen sumber daya

manusia yang baik sebagai faktor penting dalam organisasi. Sumber Dalam

konteks bisnis adalah orang yang bekerja dalam suatu organisasi yang sering pula

disebut pegawai atau karyawan, sedangkan dalam kotenks organisasi

pemerintahan disebut sebagai aparat sipil negara di mana tugas dan fungsinya

sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat bangsa

sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara.

Dalam iklim birokrasi pemerintahan, keberhasilan suatu daerah

ditentukan oleh kemampuan manusia yang dapat mengelola daerah dengan baik.

Untuk dapat mewujudkannya, pengelolaan manajemen sumber daya manusia

sangat diperlukan dan harus berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen

sumber daya manusia adalah proses pengelolaan dalam memberdayakan aparatur

sipil negara sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki dan untuk

mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Dalam kaitannya dengan proses pengadaan barang dan jasa secara

elektronik, analisis kebutuhan sangat diperlukan untuk menentukan apa yang

58
seharusnya disediakan bagi kepentingan publik, sehingga manajemen sumber

daya manusia memainkan peran untuk melihat perbedaan urgensi kebutuhan dan

kepentingan golongan tertentu dalam proses pengadaan.

2.6.2 Peningkatan Kinerja

2.6.2.1 Manajemen Kinerja dalam Organisasi Pemerintahan

Dessler (Soegoto, 2011:133) mengemukakan bahwa manajemen kinerja

merupakan proses di mana eksekutif, manajer, dan supervisor bekerja untuk

mengaitkan atau mensejajarkan tujuan karyawan dengan tujuan perusahaan. Arti

manajemen kinerja meliputi: performance management dan managing employee

performance. Di dalam organisasi, penting untuk menetapkan program

manajemen kinerja, di manan program manajemen kinerja adalah sebuah proses.

Program manajemen kinerja pada dasarnya adalah proses dalam manajemen

sumber daya manusia. Istilah manajemen dalam program tersebut mempunyai

implikasi bahwa kegiatan tersebut harus dilaksanakan sebagai sebuah proses

manajemen yang umum yagn dimulai dengan penetapan tujuan dan sasaran dan

diakhiri dengan evaluasi.

Sistem manajemen kinerja dan manajemen sumberdaya manusia adalah

hal yang saling berkaitan. Sistem manajemen kinerja dapat mendukung

pencapaian tujuan dasar dari manajemen sumberdaya manusia antara lain :

1. Mencapai tingkat kinerja yang berkesinambungan dari SDM organisasi.

2. Mengenbangkan manusia secara penuh sesuai dengan kapasitas dan

potensi yang dimiliki.

59
3. Menciptakan lingkungan yang mampu menghasilkan manusia –

manusia yang potensial

4. Merubah budaya organisasi.

Arti dari manajemen kinerja meliputi : performance management dan

managing employee performance. Selanjutnya definisi program manajemen

kinerja meliputi: (1) merencanakan, (2) proses manajemen, dan (3) produktivitas.

Manajemen kinerja meliputi pengelolaan semua elemen proses organisasi yang

mempengaruhi prestasi meliputi penetapan tujuan, seleksi & penempatan pekerja,

penilaian, kompensasi, pelatihan, dan manajemen karir (Soegoto. 2011).

Soegoto (2011:134) mengemukakan bahwa tujuan dari program

manajemen kinerja antara lain adalah:

1. Meningkatkan prestasi kerja karyawan.

2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan.

3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi.

4. Membantu perusahaan untuk dapat menyusun program pengembangan

dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.

5. Menyediakan alat atau sarana untuk membandingkan prestasi kerja

karyawan.

6. Memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaan.

Soegoto (2011:134) mengemukakan bahwa secara garis besar, terdapat

lima proses manajemen kinerja yaitu:

60
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh

seseorang karyawan dan rumusan tersebut disepakati oleh atasan dan

karyawan.

2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh

karyawan untuk kurun waktu tertentu.

3. Melakukan monitoring, melakukan koreksi, memberikan kesempatan dan

bantuan yang diperlukan oleh karyawan.

4. Menilai prestasi kerja karyawan tersebut dengan cara membandingkan

prestasi yang dicapai dengan standar atau tolok ukur yang telah

ditetapkan dalam langkah yang pertama.

5. Memberikan umpan balik kepada karyawan yang dinilai tentang seluruh

hasil penilaian yang dilakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada hakikatnya manajemen

kinerja dalam kontek pemerintahan sebagai organisasi layanan publik merupakan

proses yang berupaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja individu dan

kelompok kerja secara berkesinambungan dalam upaya mencapai tujuan

organisasi secara efektif dan efisien. Manajamen kinerja merupakan suatu

pendekatan strategis dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelompok

kerja dan individu dalam organisasi penyelenggaran layanan publik. Seluruh

aktivitas pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi ditujukan kepada

perbaikan kinerja dengan mengembangkan kompetensi, motivasi, dan komitmen

kerja. Pada intinya, faktor-faktor tersebut apabila dikelola secara baik maka

kinerja organisasi secara keseluruhan dapat dicapai dengan baik.

61
2.6.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Kinerja

Ruang Lingkup Program Manajeman Kinerja terdiri dari beberapa

elemen (Soegoto. 2011):

1. Teknologi (Peralatan, metode kerja)

2. Kualitas dari input (termasuk material)

3. Kualitas lingkup fisik (keselamatan, kesehatankerja)

4. Iklim dan budaya organisasi (termasuk supervisi dan kepemimpinan

5. Sistem kompensasi dan imbalan.

2.6.2.3 Indikator Kinerja

Ukuran secara kuaitatif dan kauntitatif yang menun jukkan tingkatan

pencapaian suaru sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan sesuatu

yang dapat dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat bahwa

kinerja dalam suatu organisasi dan perseorangan terus mengalami peningkatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Menurut Soegoto (2011) kinerja pegawai adalah mempengaruhi

seberapa banyak kontribusi kepada organisasi antara lain :

1. Kuantitas Kerja

Standar ini dilakukan degan cara membandingkan antara besarnya volume

kerja yang seharusnya (standar kerja normal) dengan kemampuan

sebenarnya.

2. Kualitas Kerja

Tandar ini menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibandingkan

volume kerja.

62
3. Pemanfaatan Waktu

Yaitu penggunaan masa kerja yang disesuiakna dengan kebijakan

organisasi.

4. Tingkat Kehadiran

Asumsi yang diguanakan dalam standar ini adalah jika kehadiran pegawai

dibawah standar kerja yang ditetapkan maka pegawai tersebut tidak akan

mampu memberikan konstribusi yang optimal bagi organisasi.

5. Kerjasama

Keterlibatan seluruh pegawai dalam mencapai target yang ditetapkan akan

mempengaruhi keberhasilan bagian yang diawasi. Kerjasama antar

pegawai dapat ditingkatkan apabila pimpinan mampu memotivasi pegawai

dengan baik.

2.7 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penelitian-penelitian yag disampaikan oleh Croteau dan Li

(2003), dan Papenhausen dan Einstein (2006); Kusumo (2009); Adimaja (2010);

dan Wijaya 2015) dan Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Waode

Nurafni Lily Sari pada tahun 2014, menyatakan bahwa Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah bahwa variabel-variabel yang mempunyai pengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kinerja SCM perusahaan adalah pemusatan

manajemen dan kontrol data yang lebih baik, menciptakan proses pengadaan yang

sbersih, transparan dan dapat diterima, dan meningkatkan kepuasan klien

(costomer statisfaction). Sedangkan variabel variabel yang mempunyai pengaruh

63
secara positif dan signifikan terhadap efisiensi adalah mengurangi cost per tender,

dan mengurangi waktu proses, maka dapat digabungkan menjadi suatu pemikiran

yang terintegrasi sebagai kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengaruh penerapan E-procurementterhadap peningkatan kinerja pada

instansi pemerintahan di Kabupaten Malaka disajikan sebagai berikut:

Penerapan e-procurement(X) Peningkatan Kinerja ASN (Y)


 Ketersediaan TI  Kualitas kerja
 Jumlah dan Mutu SDM  Kecepatan
 Transformasi Pola Kerja  Keterampilan interpersonal
 Transformasi Pola Pikir  Keterampilan komunikasi

Yudho Giri (2009:38) Mathis dan Jackson (2002)

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Penelitian

Adapun diagram gambarnya dapat dilihat sebagai berikut:

Kualitas Kerja (Y1)

Kecepatan (Y2)
Ketersediaan TI (X1)
Keterampilan Interpersonal (Y3)

Keterampilan Komunikasi (Y4)


Gambar 2.2 : Hubungan antara (X1) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), dan (Y4)

Kualitas Kerja (Y1)

Jumlah dan Mutu SDM Kecepatan (Y2)

Keterampilan Interpersonal (Y3)

Keterampilan Komunikasi (Y4)

Gambar 2.3 : Hubungan antara (X2) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), dan (Y4)

64
Kualitas Kerja (Y1)

Transformasi pola Kecepatan (Y2)


Kerja (X3)
Keterampilan Interpersonal (Y3)

Keterampilan Komunikasi (Y4)

Gambar 2.4: Hubungan antara (X3) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), dan (Y4)

Kualitas Kerja (Y1)

Transformasi pola Pikir Kecepatan (Y2)


(X4)
Keterampilan Interpersonal (Y3)

Keterampilan Komunikasi (Y4)

Gambar 2.5: Hubungan antara (X4) terhadap (Y1),(Y2),(Y3), dan (Y4)

2.8 Pengaruh penerapan E-procurement terhadap Peningkatan Kinerja

ASN di Kabupaten Malaka

Kehadiran sistem teknologi informasi membawa pengaruh cukup besar

bagi peningkatan kinerja baik terhadap individu maupun organisasi, termasuk

organisasi publik. Namun keberhasilan pemanfaatan sistem teknologi informasi

yang diterapkan pada organisasi perlu dibuktikan. Bagaimana organisasi dapat

mengetahui kesuksesan sistem teknologi informasi yang diterapkan. Oleh karena

itu implementasi suatu sistem informasi dalam organisasi perlu dievaluasi untuk

mengetahui tingkat keberhasilannya. Kesuksesan sistem tergantung pada

penerimaan dan penggunaan oleh individu-individu dalam organisasi. Manfaat

dan dampak langsung dari sistem teknologi informasi terhadap pengguna

65
diharapkan dapat meningkatkan performa baik individu maupun organisasi

(Goodhue dan Thompson, 1995).

Implementasi E-procurement menitikberatkan pada perbaikan aspek tata

laksana dan pelayanan publik khususnya dalam hal pengadaan barang/jasa

terutama dalam menyediakan pelayanan yang cepat, tepat, murah, mudah, dan

memuaskan dengan menciptakan proses bisnis yang efisien dan efektif (Sucahyo

dan Ruldeviyani, 2009).

Dengan adanya E-procurement diharapkan potensi terjadinya kecurangan

pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat diminimalisir. E-

procurement dapat meningkatkan efisiensi dan efikasi pada kinerja Aparatur

Negri Sipil, mengurangi biaya, menaikkan kompetisi, untuk menjamin persamaan

kesempatan dan perlakuan. Secara umum, tujuannya adalah menjamin integritas,

kepercayaan masyarakat, dan transparansi dalam prosedur pengadaan barang/jasa

umum (Ermal, et al. 2011). Jadi E-procurement dapat dipergunakan sebagai alat

kontrol dalam meningkatkan kinerja Aparatur Sipil Negara.

Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh A.H. Rahadian dan Irman

Gapur pada tahun 2015 menyatakan bahwa di peroleh hasil bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan Sistem E-procurement terhadap Kinerja Kantor

Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan

untuk Menganalisis besarnya pengaruh Sistem E-procurement terhadap kinerja

Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor.

66
2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawabauhn teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2010:93).

Hipotesis dalam Penelitian ini adalah:

1. Ha1 : Diduga terdapat hubungan antara Penerapan E-procurement dengan

peningkatan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

2. H01 : Diduga tidak terdapat hubungan antara Penerapan E-procurement

dengan peningkatan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

3. Ha2 : Diduga terdapat pengaruh antara Penerapan E-procurement terhadap

peningkatan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

4. H02 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara Penerapan E-procurement

terhadap peningkatan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

67
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Metode penelitian kuantitatif

merupakan merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah

sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan

desain penelitiannya Menurut Sugiyono (2013 : 13) penelitian kuantitaif dapat

diartikan sebagai metode peneitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistik

dengan tujuan untuk mernguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitif dengan menggunakan kuisioner sebagai alat

pengumpulan data. Melalui metode ini diharapkan memberi gambaran jelas

tentang pola hubungan dan pengaruh penerapan E-procurement terhadap

peningkatan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

3.2. Variabel Penelitian

Sugiyono (2016) mendefenisikan variable penelitian sebagai suatu atribut

atau siat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Berdasarkan defenisi tersebut diatas maka variabel dalam

penelitian ini ada dua yaitu variabel independen (variabel X) biasa disebut

68
variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), variabel dependen

(variabel Y)biasa disebut variabel terkat yang merypakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penerapan E Procurment (variabel X atau variabel Independen)

2. Peningkatan Kinerja ASN (variabel Y atau variabel Dependen)

Definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini sebagai berikut


1. E-procurement

Menurut Yudho Giri (2009:38) Pengadaan barang dan jasa yang

dilakukan secara elektronik dengan menggunakan fasilitas teknologi

komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara

elektronik yang diselenggarakan oleh LSPE. E-procurement dicerminkan

oleh empat indikator yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Ketersediaan Teknologi Informasi

1) Penggunaan teknologi informasi adalah syarat utama dalam

penerapan E-procurement

2) Sarana teknologi informasi dapat meningkatkan kecepatan dan

ketepatan dalam melakasanakan sistem E-procurement.

3) Pengelolaan peralatan teknologi informasi dan sarana fisik

perkantoran sudah memenuhi syarat dalam penerapan E-

procurement

69
4) Infrastruktur jaringan internet dan perangkat pendukung telah

tersedia di semua instansi perkantoran

5) Aplikasi yang disediakan LKPP untuk sistem E-procurement

sudah lengkap

b. Jumlah dan Mutu Sumber Daya Manusia

1) Kompetensi sumber daya manusia yang mengelola sistem E-

procurement cukup tinggi

2) Jumlah sumber daya manusia yang memahami sistem E-

procurement memadai

c. Transformasi Pola Kerja

1) Sosialiasi pola kerja E-procurement perlu dilakukan secara

intensif

2) Anggaran dan waktu yang digunakan untuk mengelola sistem E-

procurement sangat menunjang

3) Tata ruang dan personel penyelenggaraan E-procurement tersedia

d. Transformasi Pola Pikir

1) Pelatihan dan pendidikan bagi pengelola sistem E-procurement

dilakukan secara berkala

2) Sosialisasi manfaat dan keuntungan sistem E-procurement

dilakukan secara terbuka

70
2. Peningkatan Kinerja ASN

Aspek kualitas kinerja dicerminkan dari lima dimensi dari sebelas

aspek kinerja yang diungkapkan oleh Dale (2001) dan Mangkuprawiro

(2004) yaitu:

a. Kecepatan dilihat dari kecepatan ASN dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan, serta memahami skala prioritas

dari tugasnya.

b. Kualitas dapat dilihat dari hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan

oleh ASN

c. Keterampilan interpersonal menunjukkan bahwa ASN bekerja secara

profesional dengan penuh tanggung jawab, memanfaatkan waktu luang

untuk mengembangkan diri, memakai fasilitas kantor hanya untuk

kepentingan dinas, menggunakan anggaran yang telah ditentukan

secara efisien

d. Keterampilan komunikasi diukur dengan kemampuan berkomunikasi

dengan semua pihak.

3.3 Prosedur Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010:116). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Dinamakan sampel jika peneliti bermaksud untuk menggeneralisasikan

hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010:174-175).

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sample. Teknik ini

71
merupakan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau

daerah melainkan didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010:183).

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 (empat puluh).

Sugiyono (2009) mendefinisikan populasi wilayah generalisasi yang terdiri

atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan pengertian populasi di atas, populasi dalam penelitian ini adalah

Pokja ULP (kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan) Kabupaten Malaka,

Pengelola LPSE Kabupaten Malaka dan Pejabat Pembuat Komitmen pada OPD

(Organisasi Perangkat daerah ) dan PA/KPA pada OPD pada Pemerintah

Kabupaten Malaka. Sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti memilih beberapa

instansi pemerintah dengan kriteria yaitu instansi pemerintah tersebut terdaftar

dalam Sistem Rencana Umum Pengadaan Barang dan Jasa pada LPSE Kabupaten

Malaka dan memenuhi klasifikasi dalam jumlah total pagu anggaran tahun 2018

yang terdiri dari Rp. 0 – 200 juta, Rp. ≥ 200 juta – 5 Milyar , dan di atas Rp. 5

Miliar serta Pokja ULP dan PPK yang memiliki masa kerja di atas 3 tahun dan

telah berpengalaman di bidang pengadaan barang dan jasa pada instansi

pemerintah Kabupaten Malaka. Selain itu instansi pemerintah tersebut secara

terbuka menerima survey untuk kebutuhan penelitian, tenaga, dan luasnya

wilayah pengamatan dari setiap populasi (menyangkut banyak sedikitnya data).

Dapat dijelaskan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2010:173). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

72
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:115).

Populasi dalam penelitian ini adalah ASN yang terlibat dalam pengadaan barang

dan jasa secara elektronik. Berikut ini rincian populasi dan sampel penelitian:

Tabel 3.1
Sampel Penelitian

No OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Jumlah Responden

1 PPK Dinas PKPO 1


2 PPK Dinas PU 3
3 PPK Dinas Ketenagakerjaan & Transmigrasi 1
4 PPK Dinas Kesehatan 1
5 PPK Dinas Perhubungan dan LH 1
6 PPK Dinas Tanaman Pangan & Holtikultura 1
7 PPK Dinas Ketahanan Pangan & Perikanan 1
8 PPK DinasPerindustrian, Koperasi dan UKM 1
9 PPK RSPP Betun 1
10 PPK Dinas PMD 1
11 PPK Dinas KB, PP dan PA 1
12 PPK Bagian Umum 1
13 Pokja ULP 8
14 Pengelola LPSE 4
15 PA/KPA 14

40
Jumlah
Sumber : LPSE Kabupaten Malaka 2018

Menurut Sugiyono (2009) teknik sampling adalah “Teknik pengambilan

sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian”.

Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh,

yaitu tidak mencakup seluruh objek penelitian (populasi) akan tetapi sebagian saja

dari populasi.

73
Teknik sampling merupakan salah satu teknik dalam menentukan jenis

sampel atau responden yang akan diteliti. Teknik sampling pada dasarnya terdiri

dari Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode Nonprobability Sampling, dengan menggunakan

teknik Sampling Jenuh (Jenuh). Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) definisi

Nonprobability Sampling adalah “Nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini,

jumlah sampel yang dipakai sebagai subjek penelitian dianalisis setelah mendapat

kepastian populasi dalam penelitian. Dalam pengambilan sampel, penelitian ini

menggunakan metode Slovin (Prasetya, 2014:137), yaitu:


𝑁
n =1+𝑛 (𝑒)²

Dimana :

n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan eror (eror tolerance)

3.4. Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data Serta Instrument Penelitian

3.4.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Langkah – langka pengumpulan data dari instrumen penelitian yang

dipakai adalah : dengan menyebarkan kuisioner yang sudah diuji validitas dan

reliabilitasnya kepada responden sebanyak 40 orang. Rencana pengsisian

kuisioner akan dilakukan pada tanggal November – Desember 2018, dan

kuisioner tersebut diisi sendiri oleh responden.

74
3.4.2 Instrument Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil menggunakan

kuesioner yang disebarkan kepada responden. Terlebih dahulu peneliti

menyajikan kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel Indikator Nomor Butir

1 Penerapan E-  Ketersediaan TI 1,2,3,4,5,6,7


procurement  Jumlah dan Mutu SDM 8,9,10,11,12,13
(X)  Transformasi Pola Kerja 14,15,16
 Transformasi Pola Pikir 17,18,19
2 Peningkatan  Kualitas kerja 1,2,3,4,5,6
Kinerja ASN  Kecepatan 7,8,9
(Y)  Keterampilan interpersonal 10,11,12,13,14
 Keterampilan komunikasi 15,16,17,18,19

Alternatif jawaban untuk tiap tiap peryataan pada kuisioner

dilakukan dengan skala Likert dengan bobot nilai ( Sugiyono, 2004)

sebagai berikut :

 Sangat Setuju diberi nilai 5

 Setuju diberi nilai 4

 Kurang Setuju diberi nilai 3

 Tidak Setuju diberi nilai 2

 Sangat Tidak Setuju diberi nilai 1

75
Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data instrumen, terlebih dahulu

disusun dan dilakukan ujicoba dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan

realibilitas instrumen berdasarkan data empiris.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Uji

signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r tabel

untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r

hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka pertanyaan tersebut

dinyatakan valid (Ghozali, 2012:52-53).

3.5.2. Uji Realibilitas

Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu (Ghozali, 2012:47-48):(1)Pengukuran ulang (repeated measure).

Cara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang

berbeda, dan kemudian dilihat apakah tetap konsisten dengan jawabannya; (2)

Pengukuran sekali saja (one shot). Pengukuran dengan cara ini hanya dilakukan

sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau

mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Cara ini dapat dilakukan dengan

76
program SPSS dengan uji statistik cronbach alpha (α). Suatu konstruk dikatakan

reliabel jika nilai cronbach alpha > 0.60 (Sugiono, 2016).

3.5.3. Penguijian Asumsi Klasik

Dalam melaukan analisis regresi maka perlu uji prasyarat yaitu uji asumsi

klasik. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan

heteroskedastisitas. Untuk autokorelasi dan multikolinieritas tidak dilakukan

dikarenakan data dalam penelitian ini merupakan data cross section dan jumlah

variabel bebas yang digunakan berjumlah satu. Lebih lanjut, autokorelasi hanya

terjadi pada data deret waktu (time series) sedangkan multikolinieritas dapat

terjadi jika variabel bebas lebih dari satu.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variabel

penelitian berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

mempunyai tujuan dalam menguji tentang mode regresi suatu penelitian variabel

residual yang mempunyai distribusi normal. untuk mengetahui residual

berdistribusi normal atau tidak bisa di lakukan dengandua cara yaitu dengan

analisis grafik dan uji kolmogorov-smirnov

Uji dengan grafik dengan melihat sebaran antara residual dengan data yang

diprediksi. Jika selisih antara error dan data yang diprediksi kecil maka data

menyebar normal. Pada pengujian dengan uji kolmogorov-smirnov, akan diuji

dari residual model yang terbentuk. Jika nilai probabilitas uji di atas 0,05 maka

data menyebar normal.

Selanjutnya, pengujian heteroskedastisitas dilakukan melihat apakah

varians antar variabel cenderung sama atau tidak. Jika varians antar tidak sama

77
maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya jika variansnya tidak sama

maka model terbebas dari masalah ini.

Dalam mengetahui masalah heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan

melihat grafik dan uji. Dengan cara grafik melihat sebaran plot residual dan plot

data yang diprediksi. Jika sebarannya membentuk pola maka terdapat masalah dan

sebaliknya jika tidak membentuk pola maka model terbebas dari masalah

heteroskedastisitas. Untuk pengujian dapat dilakukan dengan salah satunya white

test. Jika probabilitas uji di atas 0,05 maka model terbebas dari masalah

heteroskedastisitas dan sebaliknya.

3.5.4. Uji Hipotesis

Untuk menganalisis tujuan pertama yaitu hubungan antara penerapan e-

procurement dan kinerja digunakan analisis korelasi (pearson correlation) dengan

uji dua arah dengan rumus sebagai berikut:

n  xy( x)(  y )
rxy 
{ x 2  ( x) 2 }{n  y 2  ( y ) 2 }

Keterangan:

n : Jumlah sampel

x,y : nilai pengamatan setiap indikator variabel laten E-procurement

dan kinerja ASN

Untuk mengetahui tujuan kedua yaitu pengaruh penerapan E-procurement

terhadap kinerja ASN digunakan analisis regresi sederhana. Analisis regresi

digunakan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan e-procurement terhadap

kinerja aparatur sipil negara (ASN).

78
Persamaan regresi dalam penelitian ini digunakan untuk meramalkan

kinerja ASN dengan berdasarkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu penerapan e-procurement. Model analisis regresi dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Y  a  bX  
Keterangan :

𝑌 = Kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN)

𝑎 = Konstanta

𝑏 = Koefisien regresi

 = Error atau residual

X = Penerapan e-procurement

Pengujian hipotesa ilakukan dengan menggunakan uji t terhadap nilai

koefisien regresi (b). Untuk pengujian kebersamaan (uji F) tidak dilakukan

dikarenakan jumlah variabel bebas yang digunakan berjumlah satu. Lebih lanjut,

uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah penerapan e-procurement (X) secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja ASN (Y). Rumus t hitung pada

analisis regresi adalah :

𝑏𝑖
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑆𝑏𝑖

Keterangan :

bi = koefisien regresi variabel i

Sbi = Standar error variabel i

Kriteria pengujian hipotesis dalam uji koefisien regresi secara parsial (Uji t)

adalah sebagai berikut :

79
1) Ho diterima jika t hitung < t tabel atau 𝜌 ≥ α , dimana α = 0,05 artinya

tidak ada pengaruh secara signifikan

2) Ho ditolak jika t hitung > t tabel atau 𝜌< α , dimana α = 0,05 artinya ada

pengaruh secara signifikan

Selanjutya dilakukan perhitungan koefisien determinasi. Koefisien

determinasi digunakan unuk menganalisis variasi dari variabel terikat (kinerja

ASN) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (e-procurement) .

3.5.5 Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)

Perhitungan koefisien determinasi digunakan unuk menganalisis seberapa

besar prosentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat (Kasmandi

dan Sunarinah, 2014:93).

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ASN yang tersebar pada OPD di Kabupaten

Malaka. Waktu penelitian adalah dari bulan November sampai dengan Desember

2018.

80
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Wilayah Adminsitrasi dan Geografis

Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Kabupaten Malaka merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Belu yang

disahkan dalam Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 14 Desember 2012

tentang Rancangan Undang-Undang Daerah Otonomi Baru. Kabupaten Malaka

ditetapkan sebagai kabupaten defenitif dengan Undang-Undang nomor 3 Tahun

2013 tentang Pembentukan Kabupaten Malaka di Provinsi Nusa Tanggera Timur

dengan Betun sebagai ibu kota kabupaten.

Kabupaten malaka terdiri dari 12 kecamatan dan 127 desa termasuk

kecamatan dalam kawasan perbatasan yang meliputi Kecamatan Kobalima Timur

(perbatasan darat NKRI-RDTL), Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka

Tengah, Kecamatan Malaka Barat dan Kecamatan Wewiku (perbatasan laut

NKRI-RDTL dan Australia. Batas – batas Kabupaten Malaka sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Republik Demokrat Timor Leste;

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Timor;

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Timor;

4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

(TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

81
4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Malaka

Visi dan misi merupakan keadaan masa depan yang diharapkan dan

berbagai upaya yang akan dilakukan melalui program program pembangunan

yang ditawarkan oleh bupati terpilih. Visi kabupaten Malaka 2016 – 2021 adalah

“Membangun Fondasi Yang Kokoh dan Dinamis untuk Mencapai Masyarakat

Malaka Yang Sejahtera”. Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka

menengah Kabupaten Malaka 2016 – 2021, dirumuskan 5 (lima) misi sebagai

berikut :

1. Meningkatkan sumber daya manusia;

2. Mengoptimalkan potensi daerah;

3. Meningkatkan infrastruktur untuk peningkatan pelayanan masyarakat;

4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan ekonomi

masyarakat berbasis keluarga;

5. Menyusun tata ruang.

Sebagai aktualisasi visi dan misi tersebut maka dijabarkan lebih lanjut

dalam program prioritas berdasarkan isu isu strategis misi sebagai berikut :

1. Pendidikan

a. Peningkatan dan pemenuhan jumlah, kompetensi, kualitas dan

persebaran guru SD, SMP dan SMA;

b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan sesuai standar;

c. Memberikan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi sesuai jurusan yang

dibutuhkan oleh masyarakat;

82
d. Pengembangan sekolah menengah atas unggulan sebagai model untuk

kaderisasi generasi penerus.

2. Kesehatan

a. Meningkatkan SDM kesehatan dari segi jumlah, kualitas dan

persebaran;

b. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan sesuai standar;

c. Peningkatkan kinerja institusi kesehatan;

d. Penataan sistem pelayanan kesehatan di semua sarana pelayanan

kesehatan;

e. Peningkatan anggaran pembiayaan;

f. Peningkatan sarana prasarana pelayanan kesehatan khusus di garis

batas.

3. Pertanian

a. Peningkatan kemampuan tenaga penyuluh pertanian;

b. Peningkatan infrstruktur pertanian;

c. Penyediaan bantuan dan memfasilitasi petani untuk peningkatan

produksi melalui ekstensifikasi, intensifikasi dan mekanisme pertanian;

d. Fasilitasi kepada petani dengan menerapkan manajemen pasca panen;

e. Peningkatan kualitas produksi komoditas pertanian dan perkebunan.

4. Infrastruktur

a. Peningkatan infrastruktur pendidikan;

b. Peningkatan infrastruktur perhubungan dan transportasi;

c. Peningkatan infratruktur kesehatan;

83
d. Pertanian dan perkebunan;

e. Peningkatan infrastruktur pelayanan umum (air bersih, listrik, telpon,

pasar dan terminal)

5. Penanganan bencana

a. Pengendalian banjir melalui pembangunan tanggul;

b. Reboisasi (penanaman hutan kembali);

c. Pembuatan jebakan air sepanjang daerah aliran sungai/DAS;

d. Penataan sistem tanggap bencana pada tingkat desa/keluarahan,

kecamatan dan kabupaten.

6. Tata ruang

a. Pembuatan masterplan rencana umum tata ruang wilayah (RUTRW);

b. Penataan ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan;

c. Penataan ruang terbuka hijau.

7. Pendekatan ekonomi keluarga

a. Penataan kelompok keluarga berdasarkan potensi;

b. Pendamping kelompok keluarga oleh petugas lapangan bidang

ekonomi;

c. Pengembangan manajemen pasca panen.

4.1.3 Perkembangan Ketersediaan Anggaran di Kabupaten Malaka tahun

2014 – 2018

Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan di Kabupaten

Malaka, dibutuhkan ketersediaan anggaran pembangunan dalam APBD.

84
Perkembangan anggaran (pendapatan dan belanja) Kabupaten Malaka dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pendapatan dan Belanja Kab. Malaka Tahun 2014 – 2018 (dalam jutaan)

Tahun

2018
2014 2015 2016 2017
Uraian
Jlh (Rp) Persen Jlh Persen Jlh Persen Jlh Persen Jlh (Rp) Persen
(Rp) tase (Rp) tase (Rp) tase
ase (%) (%) (%) tase

(%) (%)

Pendapatan 371.578 615.652 760.257 835.270 775.386

Pendapatan Asli Daerah 17.360 0,047 22.981 0,037 23.405 0,031 53.308 0,064 39.127 0,050

Hasil Retribusi daerah 3.577 0,010 4.794 0,008 4.794 0,006 6.211 0,007 6.351 0,008

Lain –lain Pendapatan Daerah Yang Sah 0,026


9.025 0,024 11.592 0,019 12.016 0,016 37.738 0,045 20.499
Dana Perimbangan 0,764
291.165 0,784 486.366 0,790 598.094 0,787 669.616 0,802 592.066
Bagi Hasil Pajak/bagi Hasil Bukan Pajaka 6.077 0,016 10.523 0,017 10.228 0,013 8.767 0,010 8.315 0,011

Dana Alokasi Khusus - - 63.345 0,103 153.354 0,202 229.833 0,275 147.373 0,190

Dana Alokasi Umum 285.088 0,767 412.497 0,670 434.511 0,572 431.015 0,516 436.377 0,563

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 0,186


63.052 0,170 106.303 0,173 138.757 0,183 112.345 0,135 144.193

85
Pendapatan Hibah 3.000 0,008 8.000 0,013 - - - - -

Dana Bagi Hasil Pajak dan Provinsi dan 0,016


4.876 0,013 10.769 0,017 9.854 0,013 13.098 0,016 12.136
Pemerintah Daeah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 52.037 0,140 85.383 0,139 128.753 0,169 99.246 0,119 95.008 0,123

Dana Bantuan Operrasional Sekolah - - - - - - - - 37.048 0,048

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau -


3.138 0,008 2.150 0,003 150 0,000 - - -
Pemerintah daerah Lainnya
Sumber : DPKP Kabupaten Malaka, 2014 - 2018 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa pendapatan daerah Kabupaten Malaka meningkat selama tahun 2014 – 2017.

Penurunan pendapatan daerah Kabutan Malaka pada tahun 2017 sampai 2018. Meskipun mengalami penurunan pendapatan pada

tahun 2018, secara rata-rata terjadi kenaikan pendapan daerah Kabupaten Malaka sebesar 22,96 persen.

86
4.2 Kebiajakan E-procurement Nasional

Inisiasi penerapan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) secara

nasional berdasarkan Kepres 80 tahun 2003, dan pada tahun 2016 penerapan

LPSE centralized pilot project di Bappenas. Selanjutnya berdasarkan regulasi dan

pengembangan aplikasi SPSE untuk meningkatkan pelayanan barang jasa secara

elektronik, secara bertahap dilakukan perubahan regulasi dan pengembangan

aplikasi dan sampai tahun 2018 berdasarkan perpres nomor 16 tahun 2018 sudah

diterapkan aplikasi SPSE fitur versi 4.3. Regulasi dan pengembangan aplikasi

seperti gambar berikut :

Gambar 4.1 Regulasi dan Pengembangan Aplikasi

Sumber : LKPP Tahun 2019

Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) juga mengalami

perubahan atau evoluasi aplikasi SPSE dari tahun ke tahun dengan tujuan

meningkatkan pelayanan pengadanaan barang dan jasa secara elektronik.

Gambaran evolusi aplikasi SPSE sebagai beirkut :

87
Gambar 4.2 Evolusi Aplikasi SPSE

Sumber : LKPP Tahun 2019

4.2.1 Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik

Penyelenggaraan pengadaan barang/jasa dilakukan secara elektronik

menggunakan sistem informasi yang terdiri atas Sistem Pengadaan Secara

Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung. LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah) mengembangkan SPSE dan sistem pendukung. Ruang

lingkup SPSE terdiri atas perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan,

pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak, serah terima pekerjaan, pengelolaan

penyedia, dan katalog elektronik. SPSE memiliki interkoneksi dengan sistem

perencanaan, penganggaran, manajemen aset dan sistem informasi lain yang

88
terkait dengan SPSE. Sistem pendukung SPSE meliputi portal pengadaan

nasional, pengelolaan sumberdaya manusia pengadaan barang/jasa, pengelolaan

advokasi dan penyelesaian permaalahan hukum, pengelolaan peran serta

masyarakat, pengelolaan sumberdaya pembelajaran dan monitoring evaluasi.

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah menyelenggaran fungsi layanan

pengadaan secara elektronik. Fungsi layanan pengadaan secara elektronik meliputi

pengelolaan seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa dan infrastrukturnya,

pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna seluruh sistem informasi

pengadaan barang/jasa, pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh

pemangku kepentingan. LKPP menetapkan standar layanan, kapasitas dan

keamanan informasi SPSE dan sistem pendukung. LKPP melakukan pembinaan

dan pengawasan layanan pengadaan secara elektronik. Tahapan proses

pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektoronik dapat dilihat seperti tabel

berikut :

Tabel 4.2
Tahapan Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik

No. Tahapan Keterangan

1 Pengumuman Tender Melalui website instansi, aplikasi SPSE,


dan Portal Pengadaan Nasional
2 Pendaftaran tender (pembuatan user ID dan Pendaftaran melalui aplikasi SPSE
pasword) dan pengambilan dokumen Dokumen Pemilihan dapat di-download
pemilihan oleh peserta tender. melalui aplikasi SPSE
3 Penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dan Melalui tanya jawab online pada aplikasi
pengambilan berita acara aanwijzing SPSE
Berita Acara aanwijzing dapat di-
download melalui aplikasi SPSE
4 Pengambilan perubahan Dokumen Dapat di-download melalui aplikasi
Pemilihan/Addendum (jika ada) oleh SPSE
peserta Tender
5 Penyampaian dan pembukaan dokumen Berbentuk dokumen elektronik yang
penawaran disandikan (encrypt) dan dikirim

89
(upload) melalui aplikasi SPSE dan
dibuka (decrypt) secara elektronik
6 Evaluasi penawaran : Klarifikasi dan Masih Manual, kecuali Tender Cepat
verifikasi
7 Berita Acara Hasil Tender Dapat di-download melalui aplikasi
SPSE
8 Pengumuman Hasil Tender Melalui website instansi dan aplikasi
SPSE serta dikirimkan juga melalui e-
mail kepada seluruh peserta tender
9 Sanggah Hasil Tender Melalui komunikasi online atau
mengirim file sanggahan melalui
aplikasi SPSE kepada Pokja (hanya 1
(satu) kali saja)
Sumber : LKPP tahun 2019

4.2.2 Tata Cara Mengikuti Pengadaan Barang Jasa Pemerintah

Dalam proses pengadaan barang jasa pemerintah yang dilaksanakan

saecara elektronik, maka tata cara yang perlu diperhatikan dalam mengikuti

panegadaan barang jasa pemerintah adalah lihat pengumuman paket pekerjaan

yang akan dilelangkan, melakukan pendaftaran dan verifikasi pada LPSE

setempat, masuk ke aplikasi SPSE dan pilih paket yang diminati, dilanjutkan

dengan upload dokumen penawaran.

Pengumuman paket pengadaan barang jasa pemerintah dilakukan melalui

beberapa media pengumuman dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.3 Media Pengumuman Pengadaan Barang Jasa Pemerintah

Sumber : LKPP Tahun 2019

90
4.3 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Kabupaten Malaka

Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang efisien dan efektif merupakan

salah satu bagian yang penting dalam memperbaiki pengelolaan keuangan negara.

Salah satu perwujudannya adalah dengan pelaksanaan proses pengadaan barang

dan jasa secara elektronik yaitu dengan memanfaatkan fasilitas teknologi

komunikasi dan informasi. Proses pengadaan barang dan jasa pemerintah secara

elektronik ini akan lebih meningkatkan dan menjamin terjadinya efektifitas,

transparansi dan akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara.

LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektroknik) adalah unit kerja

pemerintah yang menyelenggarakan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah

meliputi tender, pengadaan langsung dan e-pruchasing yang pelaksanaannya

dilakukan secara elektronik berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas

teknologi komunikasi dan informasi. Penerapan LPSE (Layanan Pengadaan

Secara Elektronik) di Kabupaten Malaka dimulai pada tahun 2014 dimana Bagian

Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten Malaka sesuai dengan tupoksinya

melakukan koordinasi, pembinaan dan pengendalian pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa lingkup Pemerintah Kabupaten Malaka diberikan tanggungjawab

untuk melakukan kajian dan mempersiapkan pembentukan LPSE Kabupaten

Malaka dengan mengirimkan personil untuk melakukan kaji banding di LPSE

Kabupaten Belu dan LPSE Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan juga personil

dikirim untuk mengikuti pelatihan di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah (LKPP) Jakarta.

91
Berdasarkan hasil kajian dan konsultasi di LKPP (Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang Jasa Pemerintah), pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten

Malaka mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 4 tahun 2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pengadaan Secara Elektronik di Lingkup Pemerintahan

Kabupaten Malaka, bagian dari Peraturan tersebut menjelaskan tentang Tim Kerja

LPSE dan uraian tugasnya. Selanjutnya Tim Kerja LPSE mempersiapkan sumber

daya manusia yang akan bertugas mengelola sistem aplikasi LPSE.

Pada bulan maret tahun 2014 secara resmi LKPP memberikan hak akses

kepada LPSE Kabupaten Malaka sebagai penyelenggara Sistem Pengadaan Secara

Elektronik dengan memperolah alamat website http://www.lpse.malakakab.go.id

dan secara simbolis mengadakan launching LPSE Kabupaten Malaka di Betun

ibukota Kabupaten Malaka. Pemerintah Kabupaten Malaka bekerjasama dengan

LPSE provinsi NTT dan LKPP mengadakan pelatihan bagi pengelola LPSE

kabupaten Malaka yang meliputi : Adminisitrator PPE, Admin system dan

jaringan, verifikator, helpdesk dan trainer , dan dengan segera dapat melaksanakan

tugas - tugas pada LPSE Kabupaten Malaka. Pemerintah Kabupaten Malaka juga

melalui kerjasama dengan LKPP mengadakan pelatihan untuk panitia pengadaan

barang dan jasa, penyedia barang dan jasa melalui sosialisasi, workshop serta

pelatihan tingkat SKPD. Dengan kegiatan sosialisasi, worksop dan pelatihan yang

dilaksanakan, maka semua pelaku pengadaan barang dan jasa secara elektronik

telah dapat menggunakan aplikasi SPSE untuk melaksanakan pengadaan barang

dan jasa secara elektronik. Sampai dengan tahun 2018 LPSE Kabupaten Malaka

sudah melaksanakan pengadaan secara elektronik sebanyak 450 paket dengan

92
total pagu anggaran sebesar Rp. 689.700.119.716. Data pengadaan barang dan

jasa secara elekronik tahun 2014 – 2018 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Paket Lelang Elektronik tahun 2014 – 2018

No. Tahun Jumlah Paket Jumlah Pagu ( Rp.)

1 2014 32 21.220.547.983

2 2015 103 130.036.832.025

3 2016 128 242.537.270.560

4 2017 90 116.488.529.428

5 2018 97 179.416.939.720

Jumlah 450 689.700.119.716

Sumber : LPSE Kab.Malaka Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa paket lelang elektronik dari

tahun 2014 sampai 2016 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari

tahun 2014 – 2015 terjadi kenaikan paket sebesar 600%, dan pada tahun

2015- 2016 mengalami kenaikan hampir 100%. Penurunan paket lelang

elektronik terjadi pada tahun 2016 – 2017 dan meningkat lagi pada tahun

2017 – 2018. Secara rata-rata selama tahun 2014 – 2018 terjadi kenaikan

paket lelalng elektronik di Kabupaten Malaka.

93
4.3.1 Landasan Hukum Pembentukan LPSE Kabupaten Malaka

Dalam pembentukan LPSE Kabupaten Malaka merujuk pada undang – undang

yang dijadikan dasar dalam berpedoman yaitu :

1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Pasal 111);

2. Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan

Secara Elektronik (ketentuan teknis pelaksanaan).

4.3.2 Pelayanan LPSE di Kabupaten Malaka

E-government merupakan suatu mekanisme interkasi modern antara

pemerintah dan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan yang

melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet) dengan tujuan

memperbaiki mutu pelayanan yang telah berjalan menjadi lebih baik.

Pengembangan e-government meruapakan upaya mengembangkan

penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka

meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui

pengembangan egovernment dilakukakn penataan sistem manajemen dan proses

kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi

informasi, pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup dua aktivitas yang

berkaitan yaitu pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan

proses kerja secara elektronik.

E-procurement adalah proses pengadaan barang dan jasa pemerintah yang

pelaksanannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan

memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi

94
pelelangan umum secara elektronik yang diselenggaran oleh LPSE. Layanan E-

procurement memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelayanan elektronik

lainnya, inisiatif ini melibatkan banyak pihak yaitu diantaranya lembaga

pemerintah, pelaku pengadaan dan stakeholder lainnya.

Prosedur pengadaan barang dan jasa secara elektronik adalah sebagai

berikut :

1. Pendaftaran secara on-line

Pendaftaran secara online dapat dilakukan melalui

http://www.lpse.malakakab.go.id. Pada halaman utama SPSE tersebut, klik

link mendaftar sebagai penyedia batang/jasa, lalu mengisi alamat email

perusahaan pada kolom alamat email, kemudian unduh Formulir

pendaftaran dan Formulir Keikutsertaan. Selanjutnya cek email yang sudah

didaftarkan untuk melihat konfirmasi dari sistem. Klik link yang tercantum

dalam email tersebut, lalu akan tampil form pendaftaran yang berisi data

data yang harus diisi yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam aplikasi

SPSE. Setalah penyedia barang dan jasa melakukan pendaftaran melalui

sistem SPSE, makan verifikator akan melakukan verifikasi dalam sistem

untuk mengaktifkan akun dari penyedia barang jasa yang telah terdaftar

dalam sistem SPSE. Setalah akun penyedia tersebut diaktifkan oleh

verifikator, maka penyedia dapat menggunakan user dan pasword tersebut

untuk login ke dalam sistem SPSE guna mengisi persyaratan persyaratan

administrasi lainnya ke dalam sistem seperti : Data Umum, identitas

perusahaan, ijin usaha, akta, pemilik, pengurus, tenaga ahli, peralatan,

95
pengalaman, pajak dan lainya. Pengisian data tersebut dilakukan secara on-

line dalam sistem SPSE. Form pendaftaran penyedia sebagai berikut :

Gambar 4.4 Form Pendaftaran Penyedia

2. Login ke sistem untuk mengikuti lelang secara elektronik

Setelah mengisi data perusahaan, maka penyedia sudah bisa login ke dalam

SPSE untuk mengikuti lelang secara elektronik. Penyedia dapat menetukan

sendiri jenis lelang yang akan diikuti dengan cara mengisi :

a. Jenis lelang, adalah jenis lelang yang akan diikuti. Pilih paket lelang

sesuai dengan kualifikasi perusahaan yang memenuhi persyaratan;

96
b. Di Kementerian Lembaga, Provinsi, Kabupaten/Kota adalah lokasi

Kementerian dan Lembaga,Provinsi, Kabupaten/Kota yang terdapat

paket lelang yang akan diikuti;

3. Unduh Dokumen Lelang

Setelah mendaftar lelang, maka pada tahapan selanjutnya penyedia barang

jasa dapat mengunduh dokumen lelang dengan cara sebagai berikut :

Klik link nama paket lelang pada halaman “home”, lalu akan tampul

halaman informasi lelang. Klik link nama dokumen pada kolom “dokumen

lelang” lalu simpan dalam folder yang diinginkan untuk selanjutnya dibuat

dokumen penawaran untuk du unggah pada tahapan unggah dokumen

penawaran

4. Pemberian Penjelasan

Pada tahapan ini penyedia barang jasa dapat melakukan komunikasi secara

online melalui sistem dengan panitia tender mengenai paket pengadaan

barang jasa yang diikutinya. Sesi diskusi dibatasi oleh waktu yang telah

dijadwalkan dalam sistem. Penyedia barang jasa dapat bertanya kepada

panitia tender mengenail hal hal yanh dianggap kurang jelas dalam

dokumen pangadaan, dan juga panitia tender dapat menambahkan hal hal

lain yang dianggap belum termuat dalam dokumen pangadaan, sebelum

penyedia barang jasa mengirimkan dokumen penawarannya.

5. Unggah dokumen penawaran

Pada tahap ini penyedia barang jasa mengunggah dokumen penawaran yang

telah dibuat ke dalam sistem SPSE. Seringkali pada tahapan ini, masih

97
ditemui penyedia yang masih kesulitan dalam mengunggah dokumen

penawaran, hal ini disebabkan karena kemampuan jaringan internet yang

masih terbatas dan perilaku penyedia yang sering meungunggah dokumen

penawaran pada saat batas akhir penyampaian dokumen penawaran. Hal ini

mengakibatkan efek bottle neck sehingga hingga akhir penutupan banyak

penyedia yang tidak bisa mengirimkan dokumen penawarannya.

6. Pembukaan Dokumen Penawaran

Pada tahapan ini panitia tender melakukan pembukaan penawaran dalam

sistem menggunakan apendo panitia untuk selanjutnya dilakukan evaluasi

penawran terhadap dokumen penawarn yang telah dikirmkan oleh penyedia

barang jasa.

7. Pengumuman Pemenang Lelang

Pada tahapan ini, panitia tender melaksanakan pengumuman lelang secara

online berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan berdasarkan

persyaratan - persyaratan yang telah termuat dalam dokumen lelang.

8. Masa sanggah hasil lelang

Pada tahapan ini, penyedia barang jasa yang merasa kurang puas dengan

hasil evaluasi panitia tender, diberikan kesempatan selama 5 (lima) hari

umtuk meyampaikan sanggahan atau keberatan kepada panitia tender

terhadap hasil evaluasi panitia tender. Panitia tender mampunyai hak jawab

terhadap sanggahan yang disampaikan oleh penyedia barang jasa.

98
4.3.3 Struktur Organisasi LPSE Kabupaten Malaka

LPSE Kabupaten Malaka beroperasi sejak tahun 2014 sebagai sebuah

sostem provider dan secara adhoc berada dibawah bagian Administrasi

Pembangunan Setda Kabupaten Malaka. Secara umum struktur organisasi LPSE

Kabupaten Malaka sebagai berikut :

Gambar 4.5 Struktur Organisasi LPSE Kab.Malaka

Koordinator
LPSE

Ketua LPSE

Tim Verifikator
Tim Trainer Tim Admin
dan Helpdesk

Sumber : LPSE Kabupaten Malaka Tahun 2019

4.4 Karakteristik Responden

Responden adalah orang yang diwawancara yang memberikan informasi

atau data kepada pewawancara. Responden dituntut untuk memberikan informasi

yang benar sebagai keperluan data- data yang nantinya akan diuji. Ciri khas atau

karakteristik utama dari responden adalah menguraikan secara jelas apa saja yang

menjadi informasi yang tentunya berkaitan erat dengan data yang sedang

dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan responden yaitu

sebanyak 40 responden. Berikut ini telah disajikan data- data yang berkaitan erat

dengan gambaran umum responden.

99
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam tahap atau bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok jenis

kelamin. Pembagian tersebut oleh peneliti digambarkan melalui tabel di 4.4 di

bawah ini:

Tabel 4.4
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid Pria 30 75.0 75.0 75.0

Wanita 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100 100

Sumber : Analisis data primer (2019).

Berdasarkan data yang ada di atas jelas menunjukkan bahwa sebagian

besar responden berjenis kelamin pria terdapat 30 responden dengan presentase

sebesar 75.0% dan wanita terdapat 10 responden dengan presentase sebesar 25.0%

. Dengan demikian, presentase terbesar terdapat pada kategori jenis kelamin pria

yaitu 75.0%, sedangkan presentase berjenis kelamin wanita lebih kecil

dibandingkan presentase berjenis kelamin pria yaitu sebesar 25.0%

4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Dalam tahap atau bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok usia.

Pembagian tersebut oleh peneliti digambarkan melalui tabel di 4.5 di bawah ini:

100
Tabel 4.5
Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid 20 – 30 tahun 2 5.0 5.0 5.0

31 – 40 tahun 13 32.5 32.5 37.5

41 – 50 tahun 18 45 45 82.5

>50 tahun 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber : Analisis data primer (2019).

Berdasarkan data yang ada di atas jelas menunjukkan bahwa sebagian

besar responden yang memiliki usia 20-30 tahun sebanyak 2 responden dengan

persentase 5.0%, usia 31- 40 tahun sebanyak 13 responden dengan persentase

32.5%, usia 41-50 tahun sebanyak 18 responden dengan persentase 45.0%, usia

diatas 50 tahun sebanyak 7 responden dengan persentase 17.5%. Dengan

demikian, presentase terbanyak terdapat pada kategori usia 41-50 yaitu sebesar

45.0%, sedangkan presentase terkecil terdapat pada kategori usia 20-30 tahun

sebesar 5.0%.

Lebih lanjut, umumnya dipercaya bahwa umur terkait dengan pengelolaan

dan produktivitas atau kemampuan tenaga kerja. Karyawan yang berada pada

umur produktif akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan yang berada

pada umur yang non produktif. Umur lebih dari 50 tahun merupakan masa

menjelang umur non produktif. Kekuatan fisik dan produktivitas kerja akan

semakin menurun seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Dari gambar

101
tersebut juga menunnjukan bahwa sebagian besar sampel dalam penelitian ini

berada pada umur kerja produktif.

4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Dalam tahap atau bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok

status perkawinan. Pembagian tersebut oleh peneliti digambarkan melalui tabel di

4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6
Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid Menikah 35 87.5 87.5 87.50

Belum Menikah 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber : Analisis data primer (2019).

Berdasarkan data yang ada di atas jelas menunjukkan bahwa sebanyak 35

responden dengan persentase 87.5% memiliki status perkawinan menikah dan

sebanyak 5 responden dengan persentase 12.5% memiliki status perkawinan

belum menikah.

4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Dalam tahap atau bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok

pendidikan. Pembagian tersebut oleh peneliti digambarkan melalui tabel di 4.7 di

bawah ini:

102
Tabel 4.7
Responden Berdasarkan Pendidikan

Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid SLTA 1 2.55 2.55 2.5

D3 5 12.5 12.5 15.0

S1 27 67.5 67.5 82.5

S2 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber : Analisis data primer (2019).

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat berpengaruh

terhadap kinerja. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

dalam menerima pengetahuan serta dalam mengadopsi teknologi baru. Seseorang

dengan pendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima informasi dan

menerima perubahan teknologi sehingga akan meningkatkan efisiensi.

Berdasarkan data pada tabel tersebut sebagian besar responden

berpendidikan strata 1 (S1). Ini terlihat dari persentasenya sebesar 67.5 %.

Tingkat pendidikan berikutnya pada responden yaitu strata 2 (S2) sebanyak 17.5

persen dan hanya sebagian kecil saja responden yang belum bergelar SLTA yaitu

sebanya 2.5%. Dari data tersebut menunjukan kualifikasi pendidikan responden

berada dalam kategori baik dikarenakan mayoritas responden telah bergelar

sarjana.

103
4.4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja

Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu kinerja seseoarang.

Pengalaman kerja dapat dilhat dari lama kerja seseorang. Pegawai yang memiliki

pengalaman yang cukup lama diharapkan dapat lebih terampil dalam bekerja.

Semakin lama seseorang bekerja, maka akan semakin banyak tahu tentang baik

buruknya dilakukan dan juga akan mengadopsi teknologi yang akan digunakan

nantinya. Pada bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok lama kerja.

Pembagian tersebut oleh peneliti digambarkan melalui tabel di 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8
Responden Berdasarkan Lama Kerja

Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid 1 – 5 tahun 15 37.5 37.5 37.5

5 – 10 tahun 10 25.0 25.0 62.5

> 10 tahun 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber : Analisis data primer (2019).

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui sebaran responden

seimbang pada kategori lama bekerja selama 1-5 tahun dan >10 tahun sebanyak

responden 37.5%. Responden yang memiliki lama kerja selama 5-10 tahun

dengan persentase sebesar 25.0%. Dari data tersebut juga menunjukan sebagian

besar responden telah lama bekerja pada unit kerjaya masing-masing.

104
4.4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepegawaian

Dalam tahap atau bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok lama

kerja. Pembagian tersebut oleh peneliti digambarkan melalui tabel di 4.9 di

bawah ini:

Tabel 4.9
Responden Berdasarkan Kepegawaian

Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid Pegawai Tetap 39 97.5 97.5 97.5

Pegawai Tidak Tetap 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber : Analisis data primer (2019).

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dengan

kategori Kepegawaian terdiri dari 39 responden sebagai pegawai tetap dengan

presentase 97.5%. dan 1 responden sebagai pegawai tidak tetap dengan presentase

2.5%.

4.5 Analisis Deskriptif

Deskripsi statistik dalam penelitian ini meliputi mean (rata-rata), median

(nilai tengah), standar deviasi (deviasi standar), nilai minimum, nilai maksimum,

dan koefisien variasi. Hasil analisis tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

105
Tabel 4.10 Analisis Deskripsi Statistik

Deskripsi Penerapan E-Procurement Kinerja ASN


Mean 3.41 4.27
Median 3.29 4.24
Deviasi standar 0.51 0.31
Minimum 3 4
Maximum 4 5
Koefisien variansi 15.10 7.17
Sumber: Analisis Data Primer (2019)

Berdasarkan Tabel 4.10, menunjukan bahwa rata-rata nilai penerapan E-

procurement (X) sebesar 3 (3,41). Ini menunjukan rata-rata responden kurang

setuju dengan dengan item pertanyaan pada variabel ini. Hal yang berbeda pada

variabel kinerja ASN (Y) dengan nilai rata-rata 4 (4,27). Dengan nilai rata-rata 4

menunjukan rata-rata sampel setuju dengan item pernyataan yang diberikan.

Selanjutnya dapat dilihat juga bahwa dari kedua variabel dalam penelitian

ini terdapat variasi konsistensi yang cukup berbeda. Variabel penerapam E-

procurement merupakan variabel dengan tingkat variasi yang paling besar

dibandingkn variabel kinerja ASN. Ini terlihat dari nilai koefisien variasi variabel

ini yang paling besar. Hal ini menunjukan bahwa terdapat sikap atau pandangan

yang cukup berbeda pada variabel penerapan E-procurement. Sedangkan untuk

variabel kinerja (Y) dengan nilai koefisien variasi yang lebih rendah menunjukan

bahwa sikap responden yang sama pada variabel ini.

Tanggapan responden dari kedua variabel juga terihat berbeda pada nilai

maksimum dan minimum. Pada variabel penerapan E-procurement respon

terendah dari sampel berada pada nilai kurang setuju (3) sedangkan nilai tertinggi

106
pada respon setuju (4). Untuk variabel kinerja ASN di Kabupaten Malaka respon

terendah dari sampel berada pada nilai setuju (4) sedangkan nilai tertinggi pada

respon sangat setuju (5).

Lebih lanjut, variabel dalam penelitian ini dibentuk dari beberapa indikator

penyataan. Variabel penerapan E-procurement dan kinerja ASN dibentuk dari

empat (4) indikator. Oleh karena itu, dapat dilihat distribusi frekuensi dari setiap

indikator pembentuk variabel sebagai berikut:

4.5.1 Distribusi frekuensi indikator pada variabel penerapan E-procurement


Variabel penerapan E-procurement dibentuk dari empat (4) indikator yaitu

ketersediaan teknologi informasi (TI), jumlah dan mutu sumberdaya manusia

(SDM), transformasi pola pikir, dan transnformasi pola kerja. Hasil analisis

distribusi frekuensi untuk masing-masing indikator sebagai berikut:

4.5.1.1 Ketersediaan teknologi informasi

Ketersediaan teknologi informasi terdiri atas tujuh (7) item pernyataan

dalam penelitian ini. Hasil tanggapan responden terhadap pernyataan ketersediaan

teknologi informasi (X1) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.11. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan


ketersedian teknologi informasi (X1)

Jawaban Rata-
Ketersediaan TI
STS TS KS S SS rata
Ketersediaan Infrastruktur TI yang terdapat
2 8 16 12 2 3.1
pada pelayanan publik memadai.
Pengelolaan peralatan teknologi informasi dan
sarana fisik dikantor sudah memenuhi syarat 3 9 12 16 0 3.025
dalam penerapan E-Procurment
Aplikasi yang disediakan oleh LKPP untuk
1 5 13 14 7 3.525
system E-Procurment sudah lengkap

107
Dukungan pelatihan dan bimbingan oleh LKPP
sangat menunjang keberhasilan system E- 1 5 14 14 6 3.475
Procurment
Pengelolaan peralatan teknologi informasi dan
sarana fisik dikantor sudah memenuhi syarat 3 4 20 10 3 3.15
dalam penerapan E-Procurment

Terdapat biaya investasi teknologi informasi. 0 8 14 13 5 3.375

Tersedianya alat-alat (software, hardware)


yang dibutuhkan untuk membangun pengadaan 2 5 17 12 4 3.275
barang/jasa secara elektronik
Rata-rata 3.28
Sumber: Analisis Data Primer (2019).
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari tujuh (7) item penyataan

ketersediaan teknologi informasi sebagian besar responden menjawab kurang

setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden menunjukan sikap setuju hanya

pada item kedua dan keempat. Secara rata-rata berarti responden memberikan

sikap kurang setuju pada indikator ini.

4.5.1.2 Jumlah dan Mutu Sumber Daya Manusia

Indikator jumlah dan mutu sumberdaya manusia terdiri atas enam (6)

pernyataan dalam penelitian ini. Hasil tanggapan responden terhadap pernyataan

jumlah dan mutu SDM (X2) sebagai berikut:

Tabel 4.12. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan jumlah


dan mutu SDM (X2)
Jawaban Rata-
Jumlah dan Mutu SDM
STS TS KS S SS rata
Kompetensi SDM yang menggunakan system
3 9 14 14 0 2.975
E-procurment cukup tinggi
Jumlah SDM yang memahami system
3 6 17 13 1 3.075
E-procurment memadai
Kualitas SDM yang menjalankan system
2 6 19 10 3 3.15
E-Procurment sangat menunjang

108
Pelayanan publik di Kabupaten Malaka sudah
mampu merespon pengembangan mutu sumber 1 6 15 17 1 3.275
daya manusia.
Jumlah dan kondisi sumber daya manusia yang
terdapat pada pelayanan publik di Kabupaten 2 8 17 13 0 3.025
Malaka sudah cukup memadai.
Kebijakan SDM mengenai strategi pelayanan
0 5 16 18 1 3.375
publik di Kabupaten Malaka sudah cukup baik.
Rata-rata 3.15

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari enam (6) item

penyataan jumlah dan mutu SDM sebagian besar responden menjawab kurang

setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden menunjukan sikap setuju pada

pernyataan jumlah dan mutu SDM hanya pada item keempat dan keenam. Rata-

rata responden memberikan sikap yang kurang setuju pada indikator ini.

4.5.1.3 Transformasi Pola Kerja

Transformasi pola kerja terditi atas tiga (3) pernyataan dalam penelitian

ini. Hasil distribusi frekuensi responden terhadap pernyataan transformasi pola

kerja sebagai berikut:

Tabel 4.13. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan


transformasi pola kerja (X3)
Jawaban Rata-
Transformasi Pola Kerja
STS TS KS S SS rata
Keakuratan dan ketepatan dalam
menyelesaikan pekerjaan merupakan hal yang 1 2 9 18 10 3.85
saya banggakan dari diri saya sendiri.
Saya selalu berusaha untuk berkoordinasi
0 3 12 14 11 3.83
dengan baik dengan karyawan lain
Saya merasa puas dalam pola hubungan dan
0 4 12 17 7 3.68
dukungan yang saya dapat dari rekan kerja.
Rata-rata 3.78
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

109
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari tiga (3) item penyataan

transformasi pola kerja keseluruhan responden menjawab setuju terhadap

pernyataan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai penilain responden

sebesar 4, yang menunjukan setuju pada pernyataan ini. Dengan demikian,

responden memberikan sikap yang setuju pada indikator transformasi pola kerja.

4.5.1.4 Transformasi Pola Pikir

Transformasi pola pikit terdiri atas tiga (3) pernyataan dalam penelitian

ini. Hasil distribusi frekuensi responden terhadap indikator transformasi pola pikir

sebagai berikut:

Tabel 4.14. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan


transformasi pola pikir (X4)
Jawaban Rata-
Transformasi Pola Pikir
STS TS KS S SS rata
Setelah beberapa waktu saya bekerja di
pelayanan publik Kabupaten Malaka saya 0 2 9 24 5 3.8
merasa pengetahuan tentang skill semakin kuat.
Saya merasa mempunyai kemampuan untuk
berinisiatif dalam mengembangkan kinerja 0 1 9 19 11 4.0
saya.
Saya merasa pengetahuan tentang manajemen
0 0 12 23 5 3.82
semakin kuat.
Rata-rata 3.88
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari tiga (3) item penyataan

transformasi pola pikir keseluruhan responden menjawab setuju terhadap

pernyataan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai penilain responden

sebesar 4, yang menunjukan setuju pada pernyataan ini. Dengan demikian,

responden memberikan sikap yang setuju pada indikator transformasi pola pikir.

110
4.5.2 Deskripsi indikator variabel kinerja aparatur sipil negara (ASN)

Variabel kinerja ASN dibentuk dari empat (4) indikator yaitu kualitas

kerja, kecepatan, kemampuan interpersonal, dan kemampuan komunikasi. Berikut

adalah distribusi frekuensi untuk masing-masing indikator sebagai berikut:

4.5.2.1 Kualitas kerja

Kualitas kerja terditi atas enam (6) pernyataan dalam penelitian ini. Hasil

distribusi frekuensi responden terhadap pernyataan kualitas kerja (Y1) sebagai

berikut:

Tabel 4.15. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan kualitas


kerja (Y1)
Jawaban Rata-
Kualitas Kerja
STS TS KS S SS rata
Standar kualitas kerja yang telah ditetapkan
oleh instansi selama ini dapat saya capai 0 0 10 24 6 3.90
dengan baik.
Saya berusaha menghasilkan kualitas kerja
0 0 2 25 13 4.275
yang baik dibandingkan dengan rekan kerja
Saya melakukan pekerjaan dengan
mengutamakan hasil pekerjaan yang
0 0 3 18 19 4.40
bermutu dan sesuai dengan peraturan yang
ada.
Bekerja dengan penuh kesadaran dan
0 0 3 19 18 4.375
tanggungjawab
Melaksanakan semua pekerjaan yang
0 0 2 23 15 4.325
dibebankan sesuai peraturan
Senantiasa berusaha memperbaiki dan
0 1 2 16 21 4.425
meningkatkan kualitas kinerja
Rata-rata 4.28
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari enam (6) item

penyataan kualitas keseluruhan responden menjawab setuju terhadap pernyataan

111
tersebut. Jika dilihat dari persentase jawaban responden menunjukan sikap setuju

berada pada tiga dan sikap sangat setuju juga pada tiga item pernyataan. Secara

rata-rata, responden memberikan sikap setuju pada indikator ini.

4.5.2.2 Kecepatan

Indikator kecepatan terdiri atas tiga (3) pernyataan dalam penelitian ini.

Hasil analisis tanggapan responden terhadap pernyataan kecepatan (Y2) sebagai

berikut:

Tabel 4.16. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan kecepatan


(Y2).
Jawaban Rata-
Kecepatan
STS TS KS S SS rata
Seluruh tugas pekerjaan selama ini dapat
saya kerjakan dan hasilnya sesuai dengan 0 0 11 18 11 4.00
waktu yang telah direncanakan instansi.
Waktu pengerjaan tugas selama ini lebih
0 2 9 20 9 3.90
cepat dari sebelumnya.
Saya memiliki semangat kerja yang tinggi
untuk mengejar target pekerjaan yang 0 0 0 30 10 4.25
diperintahkan oleh atasan.
Rata-rata 4.05
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari tiga (3) item penyataan

kecepatan keseluruhan responden menjawab setuju (4) terhadap pernyataan

tersebut. Jika dilihat dari persentase jawaban responden, keseluruhan responden

dominan memberikan sikap setuju berada pada tiga item pernyataan tersebut.

Dengan demikian, secara rata-rata responden memberikan sikap setuju pada

indikator ini.

112
4.5.2.3 Kemampuan interpersonal

Kemampuan interpersonal terditi atas lima (5) pernyataan dalam penelitian

ini. Hasil analisis terhadap item pernyataan tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.17. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan kemampuan


interpersonal (Y3)
Jawaban Rata-
Kemampuan Interpersonal
STS TS KS S SS rata
Mampu mendengarkan dengan baik
sehingga dapat memahami dan memperoleh
0 0 1 30 9 4.20
informasi yang disampaikan atasan maupun
rekan kerja.
Mampu memberikan pendapat dan
menerima masukan dari atasan maupun 0 0 4 22 14 4.25
rekan kerja.
Rajin masuk kerja dan jarang ijin pulang
0 0 5 20 15 4.25
karena alasan tertentu

Loyal terhadap atasan dan instansi 0 0 2 18 20 4.45

Mampu memberikan informasi yang akurat


dan relevan terhadap permintaan atasan 0 0 3 24 13 4.25
maupun rekan kerja.
Rata-rata 4.28
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari lima (5) item penyataan

kemampuan interpersonal responden menjawab setuju (4) terhadap pernyataan

tersebut. Jika dilihat dari persentase jawaban responden, keseluruhan responden

dominan memberikan sikap setuju berada pada lima item pernyataan tersebut.

Dengan demikian, secara rata-rata responden memberikan sikap setuju pada

indikator ini.

113
4.5.2.4 Kemampuan Komunikasi

Kemampuan komunikasi terdiri atas lima (5) pernyataan dalam penelitian

ini. Hasil analisis tanggapan responden terhadap pernyataan kemampuan

interpersonal sebagai berikut:

Tabel 4.18. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan kemampuan


komunikasi (Y4)
Jawaban Rata-
Kemampuan Komunikasi
STS TS KS S SS rata
Saya sangat terbuka ketika berkomunikasi
0 0 0 27 13 4.325
dengan atasan maupun rekan kerja.
Tidak malu bertanya tentang apa yang
0 0 1 22 17 4.40
harus dikerjakan
Kreatif, mampu menuangkan ide dan mahir
0 0 2 21 17 4.375
berkomunikasi
Saya mengeluarkan pendapat dalam
0 0 2 21 17 4.375
kegiatan berdiskusi dengan rekan kerja.
Saya dapat mendengarkan dengan baik
0 0 1 22 17 4.40
setiap ide/gagasan/pendapat rekan kerja.
Rata-rata 4.38
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa dari lima (5) item penyataan

kemampuan komunikasi responden menjawab setuju (4) terhadap pernyataan

tersebut. Jika dilihat dari persentase jawaban responden, keseluruhan responden

dominan memberikan sikap setuju berada pada lima item pernyataan tersebut.

Secara rata-rata responden memberikan sikap setuju pada indikator ini.

Lebih lanjut, dari ke empat indikator pembentuk variabel penerapan E-

procurement menunjukan dominasi jawaban yang berbeda. Pada indikator

ketersediaan teknologi informasi dan jumlah mutu sumberdaya manusia, dominan

pada sikap yang kurang pada pernyataan sedangkan pada indikator tranformasi

114
pola kerja dan pola pikir dominan pada sikap setuju atas pernyataan yang

diberikan. Lebih jelasya dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1 : Sebaran sikap responden menurut indikator pada variabel penerapan
E-procurement.

Sumber: Analisis Data Primer (2019)

Berbeda dengan variabel penerapan E-procurement, pada ke empat indikator

pembentuk variabel kinerja ASN menunjukan dominasi jawaban yang sama. Hal

tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

115
Grafikr 4.2 : Sebaran sikap responden menurut indikator pada variabel kinerja.

Sumber: Analisis Data Primer (2019)

Pada indikator kualitas kerja, kecepatan kemampuan interpersonal dan

kemampuan komunikasi dominan pada sikap setuju pada pernyataan yang

diberikan. Dominannya sikap tersebut terlihat dari persentase yang lebih dari 50

persen untuk semua indikatornya.

Lebih lanjut, jika dilihat bahwa nilai indikator untuk variabel penerapan E-

procurement menunjukan nilai yang cukup berbeda. Indikator jumlah dan mutu

SDM menjadi menjadi indikator dengan nilai terendah, diikuti ketersediaan

teknologi informasi (IT). Transformasi pola kerja dan pola pikir menjadi indikator

dengan nilai tertinggi dibandingkan lainnya. Ketersediaan teknologi informasi

(IT) menjadi menjadi salah satu yang terendah dikarenakan ketersediaan

116
perangkap yang belum memadai pada lembaga pemerintahan Kabupaten Malaka.

Ketersediaan teknologi informasi yang masih rendah ini meliputi ketersediaan

infrastruktur TI yang belum memadai, pengelolaan peralatan teknologi informasi

dan sarana fisik dikantor yang belum memenuhi syarat, biaya investasi teknologi

informasi dan belum tersedianya alat-alat (software, hardware) secara memadai

untuk membangun pengadaan barang/jasa secara elektronik.

Pada indikator jumlah dan mutu sumberdaya manusia (SDM) berada dalam

inteval kurang setuju (nilai 3) disebabkan kualitas SDM yang belum memadai. Ini

terlihat pada masih rendahnya kompetensi SDM yang menggunakan system E-

procurment, jumlah SDM yang memahami system E-procurment, kualitas SDM

yang menjalankan system E-Procurment dan pelayanan publik di Kabupaten

Malaka. Oleh karena itu, berdasarkan kedua indikator tersebut menunjukan bahwa

pengembangan aspek fisik seperti ketersedian teknologi informasi dan

sumberdaya manusia sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan

pembangunan di Kabupaten Malaka.

Transformasi pola kerja dan pola pikir menjadi indikator dengan nilai tertinggi

terkait kebutuhan pelayanan pelelangan yang menbutuhkan kemampuan pikir dan

kerja yang lebih baik. Artinya bahwa dengan kemajuan teknologi seperti maka

diperlukan penyesuaian dalam bekerja.

Pada indikator pembentuk variabel kinerja aparatur sipil negara (ASN)

menunjukan nilai yang tinggi untuk semuanya. Rata-rata nilai pada keempat (4)

indikator menunjukan berada pada kategori setuju (nilai 4). Artinya bahwa pada

117
keempat aspek tersebut rata-rata aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten

Malaka telah bekerja secara baik atau sesuai dengan pedoman yang diharuskan.

4.6 Uji Prasyarat Analisis

Pengujian prasayarat analisis dalam penelitian ini meliputi pengujian

instrumen peneltiian dan uji asumsi klasik. Pengujian instrumen penelitian

dilakukan melalui uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner. Pengujian reliabilitas merupakan alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengujian asumsi klasik berkaitan dalam mengestimasi pengaruh dari

penerapan e-procurement terhadap kinerja maka diperlukan penduga yang bersifat

BLUE (best, linear, unbiased estimator. Oleh karena itu diperlukan uji prasyarat

analisis yaitu asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliptui

normalitas dan heteroskedastisitas. Untuk uji multikolinearitas dan autokorelasi

tidak dilakukan dikarenakan data yang digunakan merupakan data cross-section

dan hanya menggunakan satu variabel bebas. Hasil analisis kedua pengujian

tersebut sebagai berikut:

118
4.6.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data

primer (melalui kuesioner) yang dipakai dapat sesuai dengan sasaran yang akan

dituju dalam penelitian. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan nilai

korelasi setiap item pertanyaan dengan total skor variabel penelitian. Pernyataan

(item) dinyatakan valid jika nilai korelasi setiap item dengan total skor berada di

atas nilai r tabel pada alpha 5% (0.05). Hasil analisis pengujian sebagai berikut:

Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan E-procurement

No Penerapan E-procurement
r hitung P Keterangan
Item 1 0.650 0.000 Valid
Item 2 0.690 0.000 Valid
Item 3 0.745 0.000 Valid
Item 4 0.670 0.000 Valid
Item 5 0.702 0.000 Valid
Item 6 0.535 0.000 Valid
Item 7 0.700 0.000 Valid
Item 8 0.572 0.000 Valid
Item 9 0.551 0.000 Valid
Item 10 0.603 0.000 Valid
Item 11 0.602 0.000 Valid
Item 12 0.420 0.007 Valid
Item 13 0.447 0.004 Valid
Item 14 0.529 0.000 Valid
Item 15 0.607 0.000 Valid
Item 16 0.484 0.002 Valid
Item 17 0.403 0.010 Valid
Item 18 0.424 0.006 Valid
Item 19 0.364 0.021 Valid
Sumber : Analisis data primer (2019).

Dari data yang tersaji pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi (r)

hitung untuk semua pertanyaan pada variabel penerapan E-procurement

berada di atas nilai r tabel. Dengan demikian keseluruhan semua item

119
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel penerapan E-

procurement dianggap valid. Hasil Uji Validitas Variabel Peningkatan Kinerja

ASN dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.20
Hasil Uji Validitas Peningkatan Kinerja ASN

No Penerapan E-procurement
r hitung P Keterangan
Item 1 0.547 0.000 Valid
Item 2 0.343 0.005 Valid
Item 3 0.474 0.002 Valid
Item 4 0.478 0.002 Valid
Item 5 0.627 0.000 Valid
Item 6 0.451 0.003 Valid
Item 7 0.499 0.001 Valid
Item 8 0.460 0.003 Valid
Item 9 0.480 0.002 Valid
Item 10 0.351 0.026 Valid
Item 11 0.543 0.000 Valid
Item 12 0.452 0.003 Valid
Item 13 0.515 0.001 Valid
Item 14 0.537 0.000 Valid
Item 15 0.598 0.000 Valid
Item 16 0.452 0.003 Valid
Item 17 0.610 0.000 Valid
Item 18 0.595 0.000 Valid
Item 19 0.598 0.000 Valid
Sumber : Analisis data primer (2019).

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa nilai probabilitas r hitung untuk

semua pertanyaan pada variabel kinerja ASN berada di atas nilai r tabel pada

alpha 5%. Artinya bahwa keseluruhan item pertanyaan yang digunakan untuk

mengukur variabel kinerja ASN dianggap valid dan dapat digunakan untuk

mendapatkan data-data penelitian.

120
4.6.2 Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahu tingkat keandalan seluruh

pertanyaan dalam kuesioner. Tingkat keandalan dalam pengujian ini yaitu

konsistensi pertanyaan antar waktu. Dalam pengujian ini digunakan nilai

cronbach alfa. Pertanyaan setiap variabel dikatakan reliabel apabila nilai

cronbach-alfa berada di atas 0,70. Hasil uji reliabilitas instrumen dengan

menggunakan program SPSS 23 sebagai berikut:

Tabel 4.21
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Nilai Kritis Keterangan


Cronbach
Penerapan E-procurement 0.885 0.70 Reliabel

Kinerja ASN 0.837 0.70 Reliabel

Sumber : Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach-alfa untuk

setiap variabel berada di atas nilai 0,7. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa

instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penerapan E-procurement

(X) dan kinerja ASN (Y) sudah reliabel.

4.6.3 Uji Normalitas

Pengujian prasyarat analisis yang pertama yaitu uji normalitas. Pengujian

normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data penelitian mendekati rata-

rata sampel atau tidak. Apabila data penelitian menyebar mendekati rata-rata

maka data dikatakan normal dan sebaliknya. Uji normalitas dalam penelitian

dilakukan dengan melihat grafik sebaran residual dan uji jarque-berra. Data

dikatakan normal apabilan nilai probabilitas jarque-bera beada di atas 0,05

121
sedangkan apabila probabilitas jarque bera beada di bawah 0,05 maka data

menyebar tidak normal. Hasil pengujian normalitas sebagai berikut:

Gambar 4.3. Sebaran antara data aktual dan data ekspetasi.

Berdasarkan gambar 4.3 tersebut terlihat bahwa sebagian besar sebaran residual

atau error bergerak mendekati data aktualnya. Data dalam grafik tersebut hanya

sedikit saja yang bergerak menjauh dari garis data aktual. Hasil ini juga didukung

dengan pengujian dari nilai jarque-bera sebagai berikut:

Grafik 4.4. Hasil pengujian normalitas dengan jarque-bera.


6
Series: Residuals
Sample 1 40
5 Observations 40

4 Mean -1.25e-15
Median -0.003463
Maximum 0.537757
3 Minimum -0.391215
Std. Dev. 0.223969
Skewness 0.121176
2
Kurtosis 2.398859

1 Jarque-Bera 0.700175
Probability 0.704626

0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

122
Berdasarkan grafik 4.4 tersebut menunjukan bahwa nilai probabilitas jarque-bera

berada di atas 0,05 yaitu sebesar 0,704. Nilai probabilitas jarque-bera yang berada

di atas 0,05 maka dapat dikatakan data dalam penelitian sudah menyebar normal

atau tidak terjadi masalah normalitas.

4.6.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi klasik yang kedua yaitu heteroskedastisitas. Pengujian

heteroskedastisitas berkaitan dengan ragam setiap variabel cenderung sama atau

tidak. Dalam pengujian menggunakan scatter plot antara residual dan data yang

diprediksi oleh regresi (pred). Apabila hasil scatter plot cenderung mengumpul

maka terjadi masalah heteroskedastisitas sebaliknya jika scatter plot menyebar

maka tidak terjadi pelanggaran ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Grafik 4.5 Sebaran antara residual dan data yang diprediksi.

Berdasarkan Grafik 4.5 tersebut terlihat bahwa pola dari scatter plot pada data

penelitian cenderung menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Ini

123
menunjukkan bahwa data yang digunakan tidak mengalami masalah

heteroskedastisitas.

4.7 Analisis Korelasi Penerpan E-Procurement Terhadap Kinerja ASN di

Kabupaten Malaka

Pengujian hubungan antara penerapan E-procurement dengan kinerja ASN

dilakukan analisis korelasi antara indikator dari setiap variabel laten yaitu

penerapan e-procurement dan kinerja ASN. Penerapan e-procurement terdiri atas

beberapa indikator meliputi ketersediaan TI, jumlah dan mutu SDM, transformasi

pola kerja, dan transformasi pola pikir sedangkan kinerja ASN meliputi kualitas

kerja, kecepatan, ketrampilan interpersonal, dan ketrampilan komunikasi.

Dalam pengujian hubungan dilakukan terlebih dahulu antara indikator dari

semua variabel laten. Hubungan dua indikator dikatakan kuat apabila nilai

korelasi berada di atas 0,8 dan hubungan lemah jika nilai korelasi mendekati nilai

nol. Hasil analisa korelasi dari indiktor kedua variabel laten sebagai berikut:

Tabel 4.22. Hubungan indikator dari variabel laten penerapan e-procurement


dan kinerja ASN di Kabupaten Malaka
Indikator Penerapan E
Indikator Kinerja ASN Nilai Korelasi
Procurement
Kualitas kerja 0,576
Ketersediaan Teknologi Kecepatan 0,487
Informasi Interpersonal 0,425
Komunikasi 0,477
Kualitas kerja 0,339
Kecepatan 0,425
Jumlah dan Mutu SDM
Interpersonal 0,266
Komunikasi 0,234
Kualitas kerja 0,625
Transformasi Pola Kerja Kecepatan 0,240
Interpersonal 0,497

124
Komunikasi 0,457
Kualitas kerja 0,339
Kecepatan 0,012
Tranformasi Pola Pikir
Interpersonal 0,388
Komunikasi 0,202
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa pada indikator ketersediaan

teknologi informasi memiliki hubungan yang cukup kuat dengan indikator dari

variabel kinerja ASN yaitu kualitas kerja, kecepatan, kemampuan interpersonal

dan kemampuan komunikasi. Ini terlihat dari nilai korelasi pada indikator tersebut

yang berada pada rentang 0,4 sampai 0,5.

Pada hubungan indikator jumlah dan mutu sumberdaya manusia (SDM)

memiliki hubungan yang cukup kuat dengan indikator dari variabel kinerja ASN

yaitu kualitas kerja dan kecepatan. Hubungan yang lemah ditunjukan pada

korelasi antara jumlah dan mutu SDM dengan kemampuan interpersonal dan

kemampuan komunikasi. Ini terlihat dari nilai korelasi pada indikator tersebut

yang berada kurang dari 0,3.

Transformasi pola kerja hubungan yang cukup kuat dengan indikator dari

variabel kinerja ASN yaitu kualitas kerja, kemampuan interpersonal dan

kemampuan komunikasi. Hubungan yang lemah ditunjukan pada korelasinya

dengan kecepatan. Ini terlihat dari nilai korelasi pada indikator tersebut yang

berada kurang dari 0,3.

Lebih lanjut, pada hubungan transformasi pola pikir memiliki hubungan

yang cukup kuat dengan indikator dari variabel kinerja ASN yaitu kualitas kerja

dan kemampuan interpersonal. Hubungan yang lemah ditunjukan pada

korelasinya dengan kecepatan dan kemampuan komunikasi. Ini terlihat dari nilai

125
korelasi pada indikator tersebut yang berada kurang dari 0,3. Dengan demikian,

dari analisis korelasi tersebut indikator ketersediaan teknologi informasi

merupakan indikator dari variabel penerapan E-procurement yang terpenting

disebabkan keterkaitan dengan semua indikator dari variabel kinerja ASN.

4.8 Analisis Regresi Pengaruh Penerapan E-Procurement Terhadap


Kinerja ASN di Kabupaten Malaka
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis maka dilanjutkan dengan analisis

regresi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

signifikan dari penerapan e-procurement terhadap kinerja aparatur sipil negara

(ASN) di Kabupaten Malaka. Hasil analisis regresi bantuan software SPSS.23

dapat terlihat sebagai berikut:

Tabel 4.23. Hasil estimasi pengaruh penerapan e-procurment terhadap kinerja


ASN di Kab.Malaka
Variabel Koefisien Standar error Probabilitas
Konstanta 2,887 0,243 0,000
Penerapan E-procurement (X) 0,406 0,071 0,000*
R-squared 0,465
Adjusted R-squared 0,451
F-statistik 33,046
Prob (F-statistic) 0,000*
Ket: *signifikan pada taraf nyata 5 persen.
Sumber: Analisa Data Primer (2019),

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dituliskan persamaan dari variabel

dependen kinerja aparatur sipil negara dengan variabel bebas yaitu penerapan e-

procurement sebagai berikut:

Kinerja ASN = 2,887 + 0.406 X + e

126
Dari tabel tersebut juga menunjkan bahwa penerapan e-procurement

berpengaruh terhadap kinerja ASN. Untuk penjelasan pada model regresi lebih

jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

α : 2,887 Nilai konstantan ini menunjukan bahwa jika variabel bebas yaitu

penerapan e-procurement bernilai sama dengan nol maka kinerja

ASN sebesar 2,887.

β: 0,406 Koefisien regresi variabel pengawasan melekat sebesar 0,406

menjelaskan bahwa setiap kenaikan penerapan e-procurement

sebesar 10 persen maka akan menaikan kinerja ASN di Kabupaten

Malaka 4,06 persen.

Untuk pengujian hipotesis secara parsial dari hasil regresi tersebut dapat

dilakukan dengan membandingkan nilai t-statistik dengan t-tabel. Jika nilai t-

statistik lebih besar (>) dibandingkan nilai t-tabel maka suatu variabel dikatakan

berpengaruh dan sebaliknya. Pengujian secara parsial juga dapat dilakukan

dengan melihat probabilitas setiap variabel. Jika nilai probabilitas lebih kecil (<)

dari probabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar 5 persen (0,05) maka suatu

variabel dikatakan berpengaruh.

4.9 Pengujian Hipotesis

4.9.1 Pengujian hipotesis secara parsial (uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui apakah dari

variabel bebas dalam model penelitian ini yaitu penerapan e-procurement secara

parsial berpengaruh terhadap kinerja ASN Kabupaten Malaka. Variabel penerapan

e-procurement (X) dalam penelitian ini diukur melalui dimensi prosedur, personil,

127
serta supervisi dan review intern. Uji hipotesis dari variabel ini yaitu penerapan e-

procurement berpengaruh terhadap kinerja ASN di Kabupaten Malak. Hipotesis

tersebut dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi variabel ini berada di bawah

nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,000 < 0,05. Artinya bahwa semakin baik

penerapan e-procurement maka kinrja ASN semakin baik di Kabupaten Malaka.

Lebih lanjut, untuk melihat variasi dari variabel terikat (dependent) yang

dapat dijelaskan oleh variabel bebas (independent) dengan melihat nilai dari

koefisien determinasi. Semakin besar nilai koefisien determinasi maka model

semakin baik. Hasil analisis dengan SPSS 23 sebagai berikut:

Tabel 4.24 Koefisien determinasi model penelitian


R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
0,682 0,465 0,451 0.026
Sumber: analisa data primer (2019)

Hasil analisis menunjukan bahwa nilai R square (R2) dari model sebesar

0,465. Ini menjelaskan bahwa variasi dari kinerja ASN Kabupaten Malaka yang

dapat dijelaskan oleh penerapan e-procurement sebesar 46,5 persen sedangkan

sisanya sebesar 53,5 persen dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan

dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi ini sudah cukup baik dikarenakan

hanya dengan satu variabel bebas sudah mampu menjelaskan variasi dari kinerja

ASN yang cukup baik.

4.9.2 Pengujian Hipotesis Korelasi Penerapan E-Procurement dengan

Kinerja ASN di Kabupaten Malaka

Dalam analisis korelasi, pengujian dilakukan terhadap hipotesis ada atau

tidaknya hubungan kedua indikator dari masing-masing variabel laten. Pengujian

128
hipotesa dapat dilihat nilai probabilitas uji korelasi. Apabila nilai probabilitas uji

berada di bawah alpha yang ditentukan yaitu 0,05 maka terdapat hubungan antar

dua indikator atau sebaliknya. Hasil uji korelasi untuk setiap indikator sebagai

berikut:

Tabel 4.25. Hubungan indikator dari variabel laten penerapan e-procurement dan
kinerja ASN di Kabupaten Malaka
Indikator
Indikator Nilai
Penerapan E Probabilitas Keterangan
Kinerja ASN Korelasi
Procurement
Kualitas kerja 0,576** 0,000 Signifikan
Ketersediaan ** 0,001 Signifikan
Kecepatan 0,487
Teknologi **
Interpersonal 0,425 0,006 Signifikan
Informasi **
Komunikasi 0,477 0,002 Signifikan
* Signifikan
Kualitas kerja 0,339 0,032
** Signifikan
Jumlah dan Mutu Kecepatan 0,425 0,006
SDM Interpersonal 0,266 0,097 Tidak
Komunikasi 0,234 0,147 Tidak
Kualitas kerja 0,625 **
0,000 Signifikan
Transformasi Pola Kecepatan 0,240 0,135 Tidak
Kerja Interpersonal 0,497 **
0,001 Signifikan
** Signifikan
Komunikasi 0,457 0,003
* Signifikan
Kualitas kerja 0,339 0,032
Tranformasi Pola Kecepatan 0,012 0,939 Tidak
Pikir Interpersonal 0,388 *
0,013 Signifikan
Komunikasi 0,202 0,212 Tidak
Keterangan: **: Signifikan pada alfa 1 persen, *: Signifikan pada alfa 5 persen.
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan Tabel 4.25, hasil analisa korelasi dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu ketersediaan teknologi

informasi memiliki hubungan dengan kualitas kerja. Hipotesis tersebut

dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di

129
bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,000 < 0,050. Artinya

ketersediaan teknologi berhubungan kuat kualitas kerja ASN.

2. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu ketersediaan teknologi

informasi memiliki hubungan dengan kecepatan. Hipotesis tersebut

dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di

bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,001 < 0,050. Artinya

ketersediaan teknologi berhubungan kuat kecepatan kerja.

3. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu ketersediaan teknologi

informasi memiliki hubungan dengan kemampuan interpersonal.

Hipotesis tersebut dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi

hubungan ini berada di bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu

0,006 < 0,050. Artinya ketersediaan teknologi berhubungan kuat

kemampuan interpersonal.

4. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu ketersediaan teknologi

informasi memiliki hubungan dengan kemampuan komunikasi.

Hipotesis tersebut dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi

hubungan ini berada di bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu

0,002 < 0,050. Artinya ketersediaan teknologi berhubungan kuat

kemampuan komunikasi.

5. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu jumlah dan mutu

sumberdaya manusia (SDM) informasi memiliki hubungan dengan

kualitas kerja. Hipotesis tersebut dapat diterima dikarenakan nilai

signifikansi hubungan ini berada di bawah nilai probabilitas yang

130
ditetapkan yaitu 0,032 < 0,050. Artinya jumlah dan mutu sumberdaya

manusia (SDM) berhubungan kuat kualitas kerja ASN.

6. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu jumlah dan mutu

sumberdaya manusia (SDM) memiliki hubungan dengan kecepatan.

Hipotesis tersebut dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi

hubungan ini berada di bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu

0,006 < 0,050. Artinya jumlah dan mutu sumberdaya manusia (SDM)

berhubungan kuat dengan kecepatan kerja.

7. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu jumlah dan mutu

sumberdaya manusia (SDM) memiliki hubungan dengan kemampuan

interpersonal. Hipotesis tersebut tidak dapat diterima dikarenakan nilai

signifikansi hubungan ini berada di atas nilai probabilitas yang

ditetapkan yaitu 0,097 > 0,050. Artinya jumlah dan mutu sumberdaya

manusia (SDM) tidak berhubungan dengan kemampuan interpersonal.

8. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu jumlah dan mutu

sumberdaya manusia (SDM) memiliki hubungan dengan kemampuan

komunikasi. Hipotesis tersebut tidak dapat diterima dikarenakan nilai

signifikansi hubungan ini berada di atas nilai probabilitas yang

ditetapkan yaitu 0,147 > 0,050. Artinya jumlah dan mutu sumberdaya

manusia (SDM) tidak berhubungan dengan kemampuan komunikasi.

9. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola kerja

memiliki hubungan dengan kualitas kerja. Hipotesis tersebut dapat

diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di bawah

131
nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,000 < 0,050. Artinya

transformasi pola kerja berhubungan kualitas kerja ASN.

10. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola kerja

memiliki hubungan dengan kecepatan. Hipotesis tersebut tidak dapat

diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di atas nilai

probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,135 < 0,050. Artinya transformasi

pola kerja tidak berhubungan dengan kecepatan kerja.

11. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola kerja

memiliki hubungan dengan kemampuan interpersonal. Hipotesis

tersebut dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini

berada di bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,001 < 0,050.

Artinya transformasi pola kerja berhubungan dengan kemampuan

interpersonal.

12. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola kerja

memiliki hubungan dengan kemampuan komunikasi. Hipotesis tersebut

dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di

bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,003 > 0,050. Artinya

transformasi pola kerja berhubungan dengan kemampuan komunikasi.

13. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola pikir

memiliki hubungan dengan kualitas kerja. Hipotesis tersebut dapat

diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di bawah

nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,032 < 0,050. Artinya

transformasi pola pikir berhubungan kualitas kerja ASN.

132
14. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola pikir

memiliki hubungan dengan kecepatan. Hipotesis tersebut tidak dapat

diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di atas nilai

probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,939 < 0,050. Artinya transformasi

pola pikir tidak berhubungan dengan kecepatan kerja.

15. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola pikir

memiliki hubungan dengan kemampuan interpersonal. Hipotesis

tersebut dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini

berada di bawah nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,013 < 0,050.

Artinya transformasi pola pikir berhubungan dengan kemampuan

interpersonal.

16. Pengujian hipotesis pada hubungan ini yaitu transformasi pola pikir

memiliki hubungan dengan kemampuan komunikasi. Hipotesis tersebut

tidak dapat diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada

di atas nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,212 > 0,050. Artinya

transformasi pola pikir tidak berhubungan dengan kemampuan

komunikasi.

Adapun pengujian korelasi antara variabel laten penerapan E-procurement

dan kinerja aparatur sipil negara (ASN) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.26. Korelasi antara variabel laten penerapan E-procurement dan kinerja

Hubungan Nilai Korelasi Probabilitas Keterangan

E-Proc - Kinerja ASN 0,682 0,000 Signifikan


Sumber: Analisis Data Primer (2019).

133
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut menunjukan bahwa penerapan E-

procurement memiliki hubungan dengan kinerja ASN. Hipotesis tersebut dapat

diterima dikarenakan nilai signifikansi hubungan ini berada di bawah nilai

probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,000 > 0,050. Artinya penerapan E-

procurement berhubungan dengan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

4.9.2 Pengujian Hipotesis Pengaruh Penerapan E-Procurement Terhadap

Kinerja ASN

Pengujian hipotesa dalam penelitian ini yaitu melihat pengaruh penerapan

e-procurement terhadap kinerja ASN. Pengujian ini dilihat dari nilai uji t-statistik

yang dibandingkan dengan nilai t-tabel dan probabilitas uji t. Hasil dikatakan

berpengaruh signifikan jika memiliki nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel

sedangkan untuk nilai probabilitas t-statistik harus berada di bawah alpha 5 persen

(0,05). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.27. Hasil uji hipotesa pengaruh e-procurement terhadap kinerja


Parameter Hasil Estimasi
2
R 0,465
Koefisien 0,406
T- Statistik 5,748
Probability 0,000
Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Berdasarkan hasil uji dengan model regresi yang diperoleh menunjukan

nilai t-statistik sebesar 5,748. Nilai t-statistik dari model pengaruh penerapan E-

procurement terhadap variabel kinerja ASN berada di atas t-tabel yaitu 2,022.

Indikator lainnya yaitu nilai probabilitas uji juga menunjukan hasil yang sama.

Nilai probabilitas uji sebesar 0,000, yang berada di bawah nilai alpha yang

134
ditentukan yaitu sebesar 0,05 (5%). Artinya hipotesis alternatif (Ha2) dalam

penelitian ini diterima dan menolak hipotesis nol (H02). Dengan demikian, ada

pengaruh positif dan signifikan dari penerapan E-procurement terhadap kinerja

ASN di Kabupaten Malaka.

4.10 Pembahasan

4.10.1 Hubungan Antara Penerapan E-procurement dengan kinerja ASN

Hasil analisis menunjukan pada hubungan antara indikator variabel

penerapan E-procurement dan variabel kinerja aparatur sipil negara (ASN)

memiliki tingkat signifikasi hubungan yang cukup berbeda. Ketersediaan

teknologi informasi menunjukan hubungan yang signifikan pada keseluruhan

indikator kinerja ASN yaitu kualitas kerja, kecepatan, ketrampilan interpersonal,

dan ketrampilan komunikasi. Ini terlihat dari nilai probabilitas hubungan yang

berada di bawah 5 persen atau 0,05. Nilai hubungan antara ketersediaan teknologi

informasi dan ke empat indikator tersebut berhubungan positif. Artinya bahwa

kenaikan ketersediaan teknologi informasi akan meningkatkan kualitas kerja,

kecepatan, ketrampilan interpersonal, dan ketrampilan komunikasi.

Adanya hubungan yang positif dan signifikan dari penerapan teknologi

informasi terhadap semua indikator kinerja ASN disebabkan ketersediaan

teknologi menjadi dasar dalam penerapan lelang berbasis elektronik (E-

procurement). Ketersediaan teknologi informasi ini berupa perangkat keras dan

lunak dalam penerapan e-procurement. Ketersediaan teknologi informasi

diharapkan memberikan kemudahan sehingga mampu meningkatkan pelayanan

135
publik sehingga diimplementasikan sebagai bagian dari peningkatan efektivitas

dan efisiensi kinerja aparatur.

Mengenai hal tersebut, Soegoto (2011) menjelaskan bahwa ketersediaan

teknologi informasi merupakan salah satu elemen dari program manajeman

kinerja. Tujuan dari program manajemen kinerja antara lain adalah meningkatkan

prestasi kerja karyawan, peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan,

merangsang minat dalam pengembangan pribadi, membantu perusahaan untuk

dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat

guna, menyediakan alat atau sarana untuk membandingkan prestasi kerja

karyawan, dan memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaan. Ketersediaan teknologi informasi yang

berhubungan positif terhadap kinerja ASN diharapkan menjadi signal positif

dalam penerapan e-procurement yang banyak menerapkan teknologi di dalamnya.

Jumlah dan mutu SDM menunjukan hubungan yang signifikan indikator

kinerja ASN yaitu kualitas kerja dan kecepatan sedangkan ketrampilan

interpersonal dan ketrampilan komunikasi menunjukan nilai yang tidak signifikan.

Ada hubungan yang signifikan dari jumlah dan mutu SDM terhadap kualitas kerja

dan kecepatan terlihat dari nilai probabilitas yang berada di bawah 5 persen atau

0,05. Nilai antara hubungan bertanda positif. Artinya bahwa kenaikan jumlah dan

mutu SDM akan meningkatkan kualitas kerja dan kecepatan. Sebaliknya kenaikan

jumlah dan mutu SDM tidak berhubungan dengan keterampilan interpersonal dan

komunikasi.

136
Jumlah dan mutu SDM mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kualitas kerja dan kecepatan disebabkan semakin banyaknya pegawai dan diikuti

dengan kualitasnya aparatur sipil memberikan kinerja yang semakin meningkat.

Sebaliknya jumlah dan mutu SDM tidak berhubungan keterampilan interpersonal

dan komunikasi dikarenakan kemampuan ini melekat pada individu masing-

masing sehingga peningkatan jumlah tanpa diikuti dengan kualitas tidak akan

berpengaruh pada indikator ini.

Lebih lanjut, transformasi pola kerja menunjukan hubungan yang

signifikan pada indikator kinerja ASN yaitu kualitas kerja, ketrampilan

interpersonal, dan ketrampilan komunikasi. Ini terlihat dari nilai probabilitas

hubungan yang berada di bawah 5 persen atau 0,05. Nilai hubungan antara

transformasi pola kerja dan ketiga indikator tersebut berhubungan positif. Artinya

bahwa kenaikan transformasi pola kerja akan meningkatkan kualitas kerja,

ketrampilan interpersonal, dan ketrampilan komunikasi. Sementara itu,

transformasi pola kerja menunjukan nilai yang tidak signifikan dengan kualitas

kerja.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara transformasi pola kerja

dengan kecepatan disebabkan perubahan pada pola kerja lebih ditekankan pada

keakuratan dan ketepatan penyelesaian pekerjaan. Selain itu, perubahan pola kerja

lebih terkait dengan koordinasi dengan pegawai lainnya sehingga aspek kecepatan

penyelesaian masalah menjadi kurang diperhatikan.

Hal yang cukup berbeda juga terlihat pada hubungan transformasi pola

pikir. Transformasi pola pikir menunjukan hubungan yang signifikan pada dua

137
indikator kinerja ASN yaitu kualitas kerja dan ketrampilan interpersonal. Ini

terlihat dari nilai probabilitas hubungan yang berada di bawah 5 persen atau 0,05.

Nilai hubungan antara transformasi pola pikir dan kedua indikator tersebut

berhubungan positif. Artinya bahwa kenaikan transformasi pola kerja akan

meningkatkan kualitas kerja dan ketrampilan interpersonal.

Tidak adanya hubungan antara transformasi pola pikir dengan kecepatan

kerja dan ketrampilan komunikasi disebabkan pengembangan kedua indikator

tersebut difokuskan pada skill dan pengetahuan. Pengembangan tersebut meliputi:

pengetahuan tentang skill, kemampuan dalam mengembangkan kinerja, dan

pengetahuan tentang manajemen oleh pegawai.

Selanjutnya, hasil uji korelasi antar variabel laten menunjukan adanya

hubungan yang signifikan antara penerapan E-procurement dan kinerja aparatur

sipil negara (ASN) di Kabupaten Malaka. Probabilitas nilai korelasi hubungan

sebesar 0,000 yang berada di bawah alfa 0,05. Hasil ini juga menunjukan adanya

hubungan yang positif antara kedua variabel, dengan nilai hubungan yang

bertanda positif. Artinya kenaikan penerapan E-procurement akan menaikan

kinerja ASN dan sebaliknya.

Mengenai temuan hubungan tersebut, Adimaja (2010) memberikan hasil

yang serupa. Dalam penelitiannya menunjukan terdapat hubungan yang kuat

antara penerapan E-procurement terhadap kinerja ASN. Berdasarkan hasil tersebut

mengkonfrmasi bahwa penerapan E-procurement mampu meningkatkan kinerja

ASN di Kabupaten Malaka. Peningkatan kinerja terkait dengan kemudahan yang

diberikan dari teknologi E-procurement. Sistem pada E-procurement mampu

138
meminimalisir terjadinya fraud dan kebocoran anggaran sehingga dapat

meminimalisir terjadinya pertemuan antar pihak yang berkepentingan dalam

proses lelang.

Kenaikan kinerja ini diharapkan mampu memberi dampak yang bermanfaat

terhadap perilaku individu, kelompok dan organisasi. Mahmudi (2015) menjelaskan

dalam reformasi birokrasi sebagai sektor publik, teknologi dipandang berperan

penting terhadap pembentukan sistem manajemen yang terintegrasi dengan

pengendalian manajemen.

Lebih lanjut, jika dilihat per indikator variabel menunjukan bahwa

ketersediaan teknologi informasi merupakan indikator penting dari penerapan e-

procurement di dalam meningkatkan kinerja ASN di Kabupaten Malaka. Indikator

penting yang kedua yaitu transformasi pola kerja. Penerapan teknologi informasi

tanpa adanya perubahan pola kerja tidak berpengaruh terhadap peningkatkan

kinerja ASN. Indikator penting yang terakhir yaitu tranformasi pola pikir dan

jumlah dan mutu sumberdaya manusia (SDM).

4.10.2 Pengaruh Penerapan E-procurement Terhadap Kinerja ASN

Pengujian hipotesa kedua yaitu mengenai pengaruh e-procurement

terhadap kinerja ASN dilakukan guna melihat adanya atau tidak dampak dari

pengelolaan manajemen sumberdaya manusia jika didukung dengan teknologi

yang memadai. Manajemen sumberdaya manusia (MSDM) didukung dengan

aplikasi teknologi (e-procurement) diharapkan mampu memudahkan pekerja

aparatur sipil negara (ASN). Oleh karena itu, hipotesa yang dibangun dalam

139
penelitian ini yaitu penerapan e-procurement berpengaruh terhadap kinerja ASN

di Kabupaten Malaka.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel penerapan e-

procurement signifikan pada taraf nyata lima persen. Ini terlihat dari nilai

probabilitas yang berada di atas alfa lima (5) persen yaitu sebesar 0,00. Ini berarti

hipotesis alternatif (H1) yang diajukan diterima dan menolak H0. Koefisien dari

variabel ini bertanda positif dan signifikan. Dengan demikian, semakin baik

penerapan E-procurement diikuti dengan perubahan atau kenaikan kinerja ASN di

Kabupaten Malaka.

Pengaruh yang signifikan dari penerapan E-procurement terhadap kinerja

ASN di Kabupaten Malaka menunjukan bahwa keterbukaan informasi dan

penggunaan teknologi yang lebih baik mampu meningkatkan produktivitas dan

kinerja pegawai pemerintah.

Pengaruh yang signifikan ini disebabkan penerapan e-procurement

memberikan kemudahan bagi aparatur sipil negara (ASN) dalam bekerja.

Kemudahan dalam bekerja tersebut antara lain komunikasi dan transaksi yang

dilakukan secara online. Dengan bekerja secara online maka pegawai atau ASN

tidak perlu melakukan melakukan rapat dan lainnya.

Kemudahan yang diberikan e-procurement lainnya yaitu beban bekerja

ASN menjadi berkurang disebabkan sudah tersedianya data yang tersimpan dalam

sistem. Dengan data yang tersimpan dalam sistem maka ASN bisa fokus pada

pekerjaan lainnya. Selain itu, dengan data yang telah tersimpan secara online

maka aparatur sipil negara (ASN) tidak perlu lagi bekerja secara manual yang.

140
Adanya kemudahan yang diberikan dari penerapan e-procurement menyebabkan

kinerja aparatur sipil negara (ASN) menjadi lebih baik.

Perubahan kinerja yang lebih naik pada aparatur sipil negara (ASN) juga

terkait pemberian informasi dan model perilaku yang baru melalui pelatihan-

pelatihan. Pelatihan ini mampu memberikan pegawai kesempatan untuk

menunjukkan perilaku dan sikap baru. Sehingga pada akhirnya, akan berpengaruh

terhadap perilaku pegawai dan memberikan pengaruh terhadap peningkatan

kinerja pegawai di bidang pengadaan barang/jasa.

Hasil ini juga mengkonfirmasi teori yang disampaikan oleh Dwiyanto et al

(2012). Dwiyanto et al (2012) mengemukakan bahwa ide goood governance dan

reformasi birokrasi menginginkan birokrasi yang lebih transparan, terbuka dan

jujur. Aktivitas serta proses tahap perencanaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

reformasi birokrasi secara nyata dapat mencegah timbulnya praktik-praktik

kecurangan. Misalnya, mempersiapkan secara transparan dan rinci mengenai

target, waktu, mutu, biaya dan manfaat dari paket-paket pengadaan barang dan

jasa. Persiapan aktivitas tersebut jika dilakukan secara transparan akan menutup

peluang terjadinya pengelembungan anggaran akibat dari proses perencanaan

yang tidak realistis dan berlebihan.

Lebih lanjut, nilai koefisien dari variabel penerapan E-procurement ke

variabel kinerja ASN sebesar 0.406. Koefisien tersebut menunjukkan besaran dari

pengaruh penerapan E-procurement terhadap kinerja ASN. Nilai besaran yang

positif dan probabilitasnya yang berada di bawah 5 persen menunjukan pengaruh

positif dari penerapan E-procurement terhadap kinerja ASN. Artinya kenaikan

141
penerapan E-procurement sebesar 10 persen akan menaikan kinerja ASN sebesar

4,06 persen di Kabupaten Malaka. Dengan demikian, semakin baik penerapan E-

procurement maka kinerja ASN pun akan semakin baik.

Hasil dalam penelitian sejalan dengan penelitian Rieska Maharani dan

Ardi Hamzah (2008). Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa prinsip

efisiensi, efektifitas, persaingan, transparansi, keadilan dan tanggung jawab dalam

e-procurement berpengaruh signifikan terhadap good governance. Penelitian A.H.

Rahadian dan Irman (2015) juga menunjukan adanya pengaruh positif dan

signifikan sistem e-procurement terhadap kinerja kantor layanan pengadaan

barang /jasa Kabupaten Bogor. Ini menunjukan bahwa rata-rata aplikasi

penggunaan e-procurement dalam sistem pemerintah menghasilkan pengaruh

yang positif terhadap kinerja.

Penelitian lainnya oleh Wardana, Yasa dan Adiana (2018) juga

menemukan hal yang sama yaitu apabila e-procurement semakin baik maka

kinerja pegawai pemerintah (ASN) juga semakin baik/meningkat. Oleh karena itu,

penerapan e-procurement harus dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan tujuan

pengadaan, yaitu kualitas, ketepatan waktu, biaya, meminimalkan resiko bisnis,

keuangan dan teknis, memaksimalkan kompetisi dan mempertahankan integritas.

Selanjutnya, jika dilihat nilai besaran pengaruh ini lebih besar dari temuan

Heriawati (2018). Penelitian Heriawati (2018) menemukan besaran pengaruh e-

procurement terhadap kinerja sebesar 0,348. Nilai pengaruh ini juga lebih besar

dari temuan Wardana (2018) dengan besaran pengaruh sebesar 0,324. Adanya

efek yang lebih besar dari temuan sebelumnya menunjukan bahwa penerapan e-

142
procurement di Kabupaten yang masih baru seperti Kabupaten Malaka

memberikan manfaat yang besar dalam kinerja ASN-nya.

Dampak dari penggunaan teknologi terhadap transparansi dan

akuntabilitas birokasi ditunjukan dalam penelitian Hasan (2000). Dalam

penelitiannya menemukan bahwa aplikasi teknologi dapat mencegah terjadinya

tindakan fraud. Tindakan fraud dapat diatas dengan semakin terbuka sistem

pengadaan sehingga akan berdampak pada kinerja yang semakin baik.

Selanjutnya, penelitian lainnya seperti Kusumo (2009); Adimaja (2010); dan

Wijaya (2015) menjelaskan bahwa penerapan teknologi mampu menjadikan

pemusatan manajemen dan kontrol data yang lebih baik, menciptakan proses

pengadaan yang bersih, transparan dan dapat diterima, dan meningkatkan

kepuasan klien (costomer statisfaction).

Hasil analisis ini menunjukan bahwa pengelolaan manajemem sumberdaya

manusia dengan didukung dengan dukungan teknologi yang memadai mampu

meningkatkan kinerja individu secara efisien. Hasil ini juga sesuai dengan konsep

ilmu manajemen sumberdaya manusia (MSDM). Dalam hal ini ilmu manajemen

sumberdaya manusia (MSDM) merupakan ilmu yang mengatur hubungan dan

peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan

efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal)

bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. Dalam hal ini

pengelolaan MSDM dengan penerapan teknologi yang baik akan menghasilkan

aset yang berharga dari sebuah organisasi yaitu kinerja aparatur yang memuaskan.

143
Dampak yang signifikan dan positif dari adanya penerapan e-procurement

yaitu terkait dengan perbaikan aspek tatalaksana dan pelayanan publik. Perbaikan

tersebut khususnya dalam aspek pengadaan barang/jasa yaitu menyediakan

pelayanan yang cepat, tepat, murah, mudah, dan memuaskan dengan menciptakan

proses bisnis yang efisien dan efektif.

Penggunaan teknologi dalam pemerintah (e-procurement) diatur dalam

Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

No. 70 Tahun 2012 dan terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 16

tahun 2018. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa tujuan dari e-procurement

dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan

akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi

proses pengadaan, mendukung proses monitoring dan audit, memenuhi

kebutuhan akses informasi yang tepat waktu. Hasil penelitian ini yaitu e-

procurement berpengaruh positif terhadap kinerja mendukung peraturan yang

telah dibuat oleh pemerintah. Dengan demikian keterbukaan (open) manajemen

sumberdaya manusia mampu memberikan kualitas kinerja aparatur yang lebih

baik.

Goodhue dan Thompson (1995) berpendapat bahwa kehadiran sistem

teknologi informasi membawa pengaruh cukup besar bagi peningkatan kinerja

baik terhadap individu maupun organisasi, termasuk organisasi publik. Namun

keberhasilan pemanfaatan sistem teknologi informasi yang diterapkan pada

organisasi perlu dibuktikan. Bagaimana organisasi dapat mengetahui kesuksesan

144
sistem teknologi informasi yang diterapkan. Oleh karena itu implementasi suatu

sistem informasi dalam organisasi perlu dievaluasi untuk mengetahui tingkat

keberhasilannya. Kesuksesan sistem tergantung pada penerimaan dan penggunaan

oleh individu-individu dalam organisasi. Manfaat dan dampak langsung dari

sistem teknologi informasi terhadap pengguna diharapkan dapat meningkatkan

performa baik individu maupun organisasi

Dengan adanya e-procurement diharapkan potensi terjadinya kecurangan

pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat diminimalisir. E-

procurement dapat meningkatkan efisiensi dan efikasi pada kinerja Aparatur Sipil

Negara, mengurangi biaya, menaikkan kompetisi, untuk menjamin persamaan

kesempatan dan perlakuan. Secara umum, tujuannya adalah menjamin integritas,

kepercayaan masyarakat, dan transparansi dalam prosedur pengadaan barang/jasa

umum (Ermal, et al. 2011). Jadi e-procurement dapat dipergunakan sebagai alat

kontrol dalam meningkatkan kinerja Aparatur Negri Sipil.

Beberapa penelitian lainnya seperti Kusumo (2009); Adimaja (2010); dan

Wijaya (2015) dalam penerapan teknologi pada perusahaan menyatakan bahwa

pemusatan manajemen dan kontrol data yang lebih baik, menciptakan proses

pengadaan yang bersih, transparan dan dapat diterima, dan meningkatkan

kepuasan klien (costomer statisfaction). Sementara itu, Hasan (2000) dalam

penelitiannya menemukan bahwa aplikasi teknologi dapat mencegah terjadinya

tindakan fraud. Tindakan fraud dapat diatas dengan semakin terbuka sistem

pengadaan sehingga akan berdampak pada kinerja yang semakin baik.

145
Dampak yang signifikan dan positif dari adanya penerapan e-procurement

yaitu terkait dengan perbaikan aspek tatalaksana dan pelayanan publik. Perbaikan

tersebut khususnya dalam aspek pengadaan barang/jasa yaitu menyediakan

pelayanan yang cepat, tepat, murah, mudah, dan memuaskan dengan menciptakan

proses bisnis yang efisien dan efektif.

Hasil pengujian ini menunjukan bahwa pengelolaan manajemem

sumberdaya manusia dengan didukung dengan dukungan teknologi yang memadai

mampu meningkatkan kinerja individu secara efisien. Hasil ini juga sesuai dengan

konsep ilmu manajemen sumberdaya manusia (MSDM). Dalam hal ini MSDM

merupakan ilmu yang mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga

kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan

secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan

dan masyarakat menjadi maksimal. Dalam hal ini pengelolaan MSDM dengan

penerapan teknologi yang baik akan menghasilkan aset yang berharga dari sebuah

organisasi yaitu kinerja aparatur yang memuaskan.

Dari definisi di atas menunjukkan bahwa e-procurement merupakan

suatu sistem pengadaan barang/jasa dengan menggunakan media elektronik

seperti internet atau jaringan komputer yang mencakup pembelian dan

penjualan secara online agar lebih efektif dan efisien, serta mengurangi proses-

proses bisnis yang tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa

perusahaan ataupun instansi pemerintahan.

Goodhue dan Thompson (1995) berpendapat bahwa kehadiran sistem

teknologi informasi membawa pengaruh cukup besar bagi peningkatan kinerja

146
baik terhadap individu maupun organisasi, termasuk organisasi publik. Namun

keberhasilan pemanfaatan sistem teknologi informasi yang diterapkan pada

organisasi perlu dibuktikan. Bagaimana organisasi dapat mengetahui kesuksesan

sistem teknologi informasi yang diterapkan. Oleh karena itu implementasi suatu

sistem informasi dalam organisasi perlu dievaluasi untuk mengetahui tingkat

keberhasilannya. Kesuksesan sistem tergantung pada penerimaan dan penggunaan

oleh individu-individu dalam organisasi. Manfaat dan dampak langsung dari

sistem teknologi informasi terhadap pengguna diharapkan dapat meningkatkan

performa baik individu maupun organisasi

Dengan adanya e-procurement diharapkan potensi terjadinya kecurangan

pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat diminimalisir. E-

procurement dapat meningkatkan efisiensi dan efikasi pada kinerja Aparatur

Negri Sipil, mengurangi biaya, menaikkan kompetisi, untuk menjamin persamaan

kesempatan dan perlakuan. Secara umum, tujuannya adalah menjamin integritas,

kepercayaan masyarakat, dan transparansi dalam prosedur pengadaan barang/jasa

umum (Ermal, et al. 2011). Jadi e-procurement dapat dipergunakan sebagai alat

kontrol dalam meningkatkan kinerja Aparatur Negri Sipil.

147
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraian

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya hubungan yang signifikan antara penerapan e-procurement dan

kinerja aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Malaka. Ketersedian

teknologi informasi menjadi indikator penting dari penerapan e-procurement

dalam meningkatkan kinerja ASN di Kabupaten Malaka.

2. Variabel e-procurement berpengaruh signfikan dan positif sebesar 0,406

terhadap kinerja ASN. Kenaikan penerapan e-procurement akan mendorong

kinerja ASN yang semakin baik di Kabupaten Malaka.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Pemerintah diharapkan meningkatkan akselerasi implementasi sistem

pengadaan secara elektronik (e-procurement).

2. Penggunan teknologi diharapkan mampu diaplikasikan pada semua aspek

dalam lingkungan pemerintahan di Indonesia.

5.3 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya menguji dampak langsung E-procurement terhadap kinerja

ASN. Penelitian lainnya ke depannya diharapkan dapat menambah variabel

penghubung mengenai pengaruh e-procurement terhadap kinerja ASN.

148
2. Penelitian ini langsung menguji pengaruh penerapan e-procurement terhadap

kinerja ASN. Oleh karena itu pengujian dari setiap aspek penerapan e-

procurement diperlukan ke depannya dan penambahan cakupan sampel yang

lebih luas.

149
DAFTAR PUSTAKA

Adriwati. 2001, Bunga Rampai Wacana Administrasi Publik: Menguang Peluang


dan Tantangan Administrasi Publik, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Beal, Reginald M., (2000). “Competing Effectively: Environmental Scanning,


Competitive Strategy, And Organizational Performance in Small
Manufacturing Firm”, Journal Of Small Business Management.

Faisol, Imam Agus.,Tarjo., Siti Musyarofah. 2014. Pengaruh Penerapan E-


Procurement Terhadap Pencegahan Fraud Di Sektor Publik. JAFFA. Vol 02
No 2: 71 – 90.

Goodhue, D.L, dan Thompson, RL. (1995).Task-technology Fit and Individual


Performance. MIS Quarterly.

Heriawati, Lia. (2018). Pengaruh Penerapan Electronic Procurement Dan Good


Governance Terhadap Kinerja Pengadaan Barang/Jasa Pada Bagian
Pengadaan Barang Dan Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Pandeglang
[tesis]. Institut ilmu sosial dan manajemen Stiami. Jakarta.

Hasibuan, Malayu. (2012). “Manajemen Sumber Daya manusia”. Jakarta: PT


Bumi. Aksara

Habibullah, Achmad, 2010, Kajian Pemanfaatan dan Pengembangan E-


Government, Vol 23 No3, Hal 187-195

Jasin, M., dkk. (2007). Mencegah Korupsi Melalui E-Procurement. Jakarta:


Komisi Pemberantasan Korupsi,

Kaplan, R. S. & David P. Norton (1996). Using The Balanced Scorecard as


Strategic Management Sistem, Harvard: Harvard Business School Press.

Laodon, K,C., dan Jane, P. L. (2004). Management Information Systems. New


Jersey: Pearson Prentice Hall.

Li, Mingfang & Simerly, R.L. (1998). The Moderating Effect of Environmental
Dynamism on the Ownership and Performance Relationship. Strategic
Management Journal. Vol. 19. p. 169 –179.

150
LKPP. (2016). Buku Informasi Evaluasi Kinerja Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta :
LKPP. Hal : 17-18

Mahmudi. (2015). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Sekolah


Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

Novitaningrum, B.D. (2014). Akuntabilitas dan Transparansi Pengadaan Barang


dan Jasa Pemerintah Melalui Electronik Procurement (Best Practice di
Pemerintah Surabaya). Junral Kebijakan dan Manajemen Publik, 2(1).

Nugroho, R. S., dkk. (2015). “Pengaruh Implementasi Sistem Pengadaan Secara


Elektronik (E-Procurement) Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Magetan).” Jurnal Administrasi Publik (JAP), 3(1).

Pandarunga. (2016). “Transparency In Public Procurement Through E-


Procurement In India.” Journal of Internet Banking and Commerce, 21,(

Paruntu, Y.F.T. (2017). “Implementasi E-Procurement Dalam Rangka


Peningkatan Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa Di Disfaslanal. Jurnal
Prodi Pertahanan Laut., Desember 2017, 3(3).

Prasetyo, H. K. (2012). Implementasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010


Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Melalui E-Procurement Sebagai Upaya
Meningkatkan Akuntabilitas di Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya:
Universitas Airlangga.

S.P,Hasibuan, Malayu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.


Bumi Aksara.

Soegoto, Eddy Soeryanto. (2011). Penerapan Manajemen Kinerja dengan


Pendekatan Balanced Scorecard dalam Meningkatkan Akuntabilitas
Pengelolaan Perguruan Tinggi. Majalah Ilmiah Unikom. Vol. 6, No. 2,
Halaman 131-142

Sucahyo, Yudo Giri dan Yova Ruldeviyani.(2009). Implementasi E-Procurement


sebagai Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta : LKPP

Sucahyo, Yudo Giri dan Yova Ruldeviyani.(2009). Implementasi E-Procurement


sebagai Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta : LKPP

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono.(2013). Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


(Bandung: ALFABETA).

151
Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
Ketujuh. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Keppres nomor 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keppres 80/2003.

Mahmudi, 2015, Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua.Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.

Soehatman Ramli. 2013. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


OSHAS 18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Wardana, I Gede., I Made Budi Adiana., I Nyoman Mahaendra Yasa. 2018.


Pengaruh Electronic Procurement Terhadap Good Governance Pada
Pemerintah Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana. Vol 7 No 5: 1465-1494.

Widodo, J. (2001). Good Governance Telaah dari Dimensi : Akuntabilitas dan


Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya:
Penerbit Insan Cendekia.

152
LAMPIRAN

153
KUISIONER

Judul :

“HUBUNGAN DAN PENGARUH PENERAPAN E-


PROCUREMENT TERHADAP PENINGKATAN KINERJA
APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN MALAKA”

Peneliti:
Theodorus Dacosta Mau

154
I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Usia _______ tahun


2. Jenis kelamin 1. Pria 2. Wanita
3. Status perkawinan 1. Belum menikah 3. Tidak menikah
2. Menikah 4. Duda/janda
4. Tingkat pendidikan terakhir 1. Tidak pernah 4. SLTA
yang pernah ditamatkan sekolah 5. Dipl (1 /2 3/ BA)**
2. SD 6. S -1/ S-2/ S-3
3. SLTP
5. Apa status kepegawaian 1. Pegawai tetap
bapak/ ibu ditempat kerja? 2.Pegawai tidak tetap
(honorer)
6. Sudah berapa lama bekerja di a. Dibawah 1 Tahun
pelayanan public kabupaten b. 1 – 5 Tahun
Malaka c. 5 – 10 Tahun
Diatas 10 Tahun

II. PETUNJUK PENGISIAN

Sebelum Bapak/Ibu/Sdr/i mengisi kuesioner ini ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat setiap butir pernyataan dalam kuesioner ini.

2. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu/Sdr/i.

3. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan.

4. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam kuesioner ini.

5. Keterangan Jawaban:

155
STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

KS : Kurang Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Selamat mengerjakan!

156
A. Variabel Penerapan E-Procurement

Skala
N
Daftar Pernyataan ST
o S
TS KS S SS

Ketersediaan TI
1 Ketersediaan Infrastruktur TI yang terdapat pada
pelayanan publik di Kabupaten Malaka memadai.
2 Pengelolaan peralatan teknologi informasi dan s
sarana fisik dikantor sudah memenuhi syarat
dalam penerapan E-Procurment
3 Aplikasi yang disediakan oleh LKPP untuk system
E-Procurment sudah lengkap
4 Dukungan pelatihan dan bimbingan oleh LKPP
sangat menunjang keberhasilan system E-
Procurment
5 Pengelolaan peralatan teknologi informasi dan
sarana fisik dikantor sudah memenuhi syarat
dalam penerapan E-Procurment
6 Terdapat biaya investasi teknologi informasi.
7 Tersedianya alat-alat (software, hardware) yang
dibutuhkan untuk membangun pengadaan
barang/jasa secara elektronik atau e-Procuremen.
Jumlah dan Mutu SDM
8 Kompetensi SDM yang menggunakan system E-
procurment cukup tinggi
9 Jumlah SDM yang memahami system
E-procurment memadai
10 Kualitas SDM yang menjalankan system
E-Procurment sangat menunjang
11 Pelayanan publik di Kabupaten Malaka sudah
mampu merespon pengembangan mutu sumber
daya manusia.
12 Jumlah dan kondisi sumber daya manusia yang
terdapat pada pelayanan publik di Kabupaten
Malaka sudah cukup memadai.
13 Kebijakan SDM mengenai strategi pelayanan
publik di Kabupaten Malaka sudah cukup baik.
Transformasi Pola Kerja
14 Keakuratan dan ketepatan dalam menyelesaikan
pekerjaan merupakan hal yang saya banggakan
dari diri saya sendiri.

157
15 Saya selalu berusaha untuk berkoordinasi dengan
baik dengan karyawan lain
16 Saya merasa puas dalam pola hubungan dan
dukungan yang saya dapat dari rekan kerja.
Transformasi Pola Pikir
17 Setelah beberapa waktu saya bekerja di pelayanan
publik Kabupaten Malaka saya merasa
pengetahuan tentang skill semakin kuat.
18 Saya merasa mempunyai kemampuan untuk
berinisiatif dalam mengembangkan kinerja saya.
19 Saya merasa pengetahuan tentang manajemen
semakin kuat.

B. Variabel Kinerja ASN

AlternatifJawaban
No Daftar Pernyataan
STS TS KS S SS
Kualitas kerja

1. Standar kualitas kerja yang telah ditetapkan oleh


instansi selama ini dapat saya capai dengan baik.
2. Saya berusaha menghasilkan kualitas kerja yang
baik dibandingkan dengan rekan kerja .
3. Saya melakukan pekerjaan dengan mengutamakan
hasil pekerjaan yang bermutu dan sesuai dengan
peraturan yang ada.
4. Bekerja dengan penuh kesadaran dan
tanggungjawab
5. Melaksanakan semua pekerjaan yang dibebankan
sesuai peraturan
6 Senantiasa berusaha memperbaiki dan
meningkatkan kualitas kinerja
Kecepatan

7. Seluruh tugas pekerjaan selama ini dapat saya


kerjakan dan hasilnya sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan instansi.
8. Waktu pengerjaan tugas selama ini lebih cepat dari
sebelumnya.
9. Saya memiliki semangat kerja yang tinggi untuk
mengejar target pekerjaan yang diperintahkan oleh
atasan.

158
Keterampilan interpersonal

10. Mampu mendengarkan dengan baik sehingga dapat


memahami dan memperoleh informasi yang
disampaikan atasan maupun rekan kerja.
11. Mampu memberikan pendapat dan menerima
masukan dari atasan maupun rekan kerja.
12. Rajin masuk kerja dan jarang ijin pulang karena
alasan tertentu
13. Loyal terhadap atasan dan instansi
14. Mampu memberikan informasi yang akurat dan
relevan terhadap permintaan atasan maupun rekan
kerja.
Keterampilan Berkomunikasi

15. Saya sangat terbuka ketika berkomunikasi dengan


atasan maupun rekan kerja.
16. Tidak malu bertanya tentang apa yang harus
dikerjakan
17. Kreatif, mampu menuangkan ide dan mahir
berkomunikasi
18. Saya mengeluarkan pendapat dalam kegiatan
berdiskusi dengan rekan kerja.
19. Saya dapat mendengarkan dengan baik setiap
ide/gagasan/pendapat rekan kerja.

159
LAMPIRAN 4. DESKRIPSI RESPONDEN
Deskripsi Responden
Karakteristik Jumlah Persentase
(n=40) (%)
Jenis Kelamin
˗ Pria 30 75.0
˗ Wanita 10 25.0
Usia
˗ 20-30 tahun 2 5.0
˗ 31-40 tahun 13 32.5
˗ 41-50 tahun 18 45.0
˗ >50 tahun 7 17.5
Status pernikahan
˗ Menikah 35 87.5
˗ Belum Menikah 5 12.5
Pendidikan
˗ SLTA 1 2.5
˗ DIII 5 12.5
˗ S1 27 67.5
˗ S2 7 17.5
Kepegawaian
˗ Pegawai tetap 39 97.5
˗ Pegawai tidak tetap 1 2.5
Lama kerja
˗ 1 - 5 tahun 15 37.5
˗ 5 - 10 tahun 10 25.0
˗ > 10 tahun 15 37.5

160
Lampiran 5. HASIL UJI VALIDITAS
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat seperti pada tabel berikut:

Penerapan E-Procurment Kinerja ASN


No r hitung p ket No r hitung p ket
item1 0.650 0.000 valid item1 0.547 0.000 valid
item2 0.690 0.000 valid item2 0.434 0.005 valid
item3 0.745 0.000 valid item3 0.474 0.002 valid
item4 0.670 0.000 valid item4 0.478 0.002 valid
item5 0.702 0.000 valid item5 0.627 0.000 valid
item6 0.535 0.000 valid item6 0.451 0.003 valid
item7 0.700 0.000 valid item7 0.499 0.001 valid
item8 0.572 0.000 valid item8 0.460 0.003 valid
item9 0.551 0.000 valid item9 0.480 0.002 valid
item10 0.603 0.000 valid item10 0.351 0.026 valid
item11 0.602 0.000 valid item11 0.543 0.000 valid
item12 0.420 0.007 valid item12 0.452 0.003 valid
item13 0.447 0.004 valid item13 0.515 0.001 valid
item14 0.529 0.000 valid item14 0.537 0.000 valid
item15 0.607 0.000 valid item15 0.598 0.000 valid
item16 0.484 0.002 valid item16 0.452 0.003 valid
item17 0.403 0.010 valid item17 0.610 0.000 valid
item18 0.424 0.006 valid item18 0.595 0.000 valid
item19 0.364 0.021 valid item19 0.598 0.000 valid
Keterangan: Nilai r tabel untuk N=40 adalah 0,312
Dari hasil pengujian tersebut maka semua item pernyataan dinyatakatan
valid sesuai dengan kaidah Jika r hitung > r tabel atau p<0,05 berarti valid. Artinya,
semua item pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk
mengukur variabel penelitian

LAMPIRAN 6. HASIL UJI REALIBILITAS

Variabel Alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan


Penerapan E-Procurment 0,885 0,70 Reliabel
Kinerja ASN 0,837 0,70 Reliabel

Dari hasil pengujian reliabilitas pada variabel Penerapan E-Procurment


dan Kinerja ASN didapat nilai Alpha Cronbach di atas 0,700 dengan demikian
instrumen penelitian dinyatakan reliabel .

161
LAMPIRAN 7. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF

Tabel Distribusi Jawaban responden pada kuesioner Penerapan E-Procurment


Mean Mean
Indikator item Score Jawaban Jumlah
item indikator
STS % TS % KS % S % SS %
item1 2 5% 8 20% 16 40% 12 30% 2 5% 40 3,10
item2 3 8% 9 23% 12 30% 16 40% 0 0% 40 3,03
item3 1 3% 5 13% 13 33% 14 35% 7 18% 40 3,53
Ketersed
item4 1 3% 5 13% 14 35% 14 35% 6 15% 40 3,48 3,28
iaan TI
item5 3 8% 4 10% 20 50% 10 25% 3 8% 40 3,15
item6 0 0% 8 20% 14 35% 13 33% 5 13% 40 3,38
item7 2 5% 5 13% 17 43% 12 30% 4 10% 40 3,28
item8 3 8% 9 23% 14 35% 14 35% 0 0% 40 2,98
item9 3 8% 6 15% 17 43% 13 33% 1 3% 40 3,08
Jumlah
item10 2 5% 6 15% 19 48% 10 25% 3 8% 40 3,15
dan Mutu 3,15
item11 1 3% 6 15% 15 38% 17 43% 1 3% 40 3,28
SDM
item12 2 5% 8 20% 17 43% 13 33% 0 0% 40 3,03
item13 0 0% 5 13% 16 40% 18 45% 1 3% 40 3,38
Transfor item14 1 3% 2 5% 9 23% 18 45% 10 25% 40 3,85
masi Pola item15 0 0% 3 8% 12 30% 14 35% 11 28% 40 3,83 3,78
Kerja item16 0 0% 4 10% 12 30% 17 43% 7 18% 40 3,68
item17 0 0% 2 5% 9 23% 24 60% 5 13% 40 3,80
Transfor item18 0 0% 1 3% 9 23% 19 48% 11 28% 40 4,00 3,88
masi Pola item19 0 0% 0 0% 12 30% 23 58% 5 13% 40 3,83
Pikir 24 3% 96 13% 267 35% 291 38% 82 11% 760

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jawaban responden mengarah


pada jawaban Setuju (38%). Indikator Penerapan E-Procurment tertinggi
diperoleh pada indikator Transformasi pola Pikir (rata-rata 3,88) dan indikator
terendah adalah Jumlah dan Mutu SDM (3,15).

162
Tabel Distribusi Jawaban responden pada kuesioner Kinerja ASN
Mean Mean
Indikator item Score Jawaban Jumlah
item indikator
STS % TS % KS % S % SS %
item1 0 0% 0 0% 10 25% 24 60% 6 15% 40 3.90
item2 0 0% 0 0% 2 5% 25 63% 13 33% 40 4.28
Kualitas item3 0 0% 0 0% 3 8% 18 45% 19 48% 40 4.40
4.28
kerja item4 0 0% 0 0% 3 8% 19 48% 18 45% 40 4.38
item5 0 0% 0 0% 2 5% 23 58% 15 38% 40 4.33
item6 0 0% 1 3% 2 5% 16 40% 21 53% 40 4.43
item7 0 0% 0 0% 11 28% 18 45% 11 28% 40 4.00
Kecepata
item8 0 0% 2 5% 9 23% 20 50% 9 23% 40 3.90 4.05
n
item9 0 0% 0 0% 0 0% 30 75% 10 25% 40 4.25
item10 0 0% 0 0% 1 3% 30 75% 9 23% 40 4.20
Keteram
item11 0 0% 0 0% 4 10% 22 55% 14 35% 40 4.25
pilan
item12 0 0% 0 0% 5 13% 20 50% 15 38% 40 4.25 4.28
interpers
onal
item13 0 0% 0 0% 2 5% 18 45% 20 50% 40 4.45
item14 0 0% 0 0% 3 8% 24 60% 13 33% 40 4.25
item15 0 0% 0 0% 0 0% 27 68% 13 33% 40 4.33
Keteram item16 0 0% 0 0% 1 3% 22 55% 17 43% 40 4.40
pilan item17 0 0% 0 0% 2 5% 21 53% 17 43% 40 4.38 4.38
Berkomu item18 0 0% 0 0% 2 5% 21 53% 17 43% 40 4.38
nikasi item19 0 0% 0 0% 1 3% 22 55% 17 43% 40 4.40
0 0% 3 0% 63 8% 420 55% 274 36% 760

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jawaban responden mengarah


pada jawaban Setuju (55%). Indikator Kinerja ASN tertinggi diperoleh pada
indikator Keterampilan Komunikasi (rata-rata 4,38) dan indikator terendah adalah
Kecepatan (4,05).

163
LAMPIRAN 7. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF

Deskripsi Per Variabel


Kriteria berdasarkan rata-rata skor:
1. Sangat Kurang Baik / Sangat Rendah: 1< X ≤ 1,8
2. Kurang Baik / Rendah: 1,8 < X ≤ 2,6
3. Cukup / Sedang: 2,6 < X ≤ 3,4
4. Baik / Tinggi: 3,4 < X ≤ 4,2
5.Sangat Baik/ Sangat Tinggi: 4,2 < X ≤ 5

Frequency Table

Penerapan E-Procurment

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid sangat baik 3 7.5 7.5 7.5
baik 15 37.5 37.5 45.0
cukup baik 21 52.5 52.5 97.5
kurang baik 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pada hasil kategorisasi data variabel Penerapan E-Procurment , terlihat


bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi bahwa penerapan e-
procurment cukup baik (52,5%).

Kinerja ASN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid sangat baik 22 55.0 55.0 55.0
baik 18 45.0 45.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pada hasil kategorisasi data variabel Kinerja ASN, terlihat bahwa


sebagian besar responden memilii kinerja yagn sangat baik (55%).

164
LAMPIRAN 8. HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. Heterokedastisitas

Pengujian Heterokedasitas digunakan untuk melihat apakah dalam


sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Model regreasi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi adanya
heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Apabila
tidak terdapat pola yang teratur, maka model regresi tersebut bebas dari
masalah heteroskedasitas. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada
grafik berikut:

Pada grafik scater plot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak baik diatas maupun di bawah angka nol pada sumbu, sehingga
dinyatakan tidak terjadi heteroskedasitas.

2. Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan dilakukan


dengan analisis grafik Normal P.P Plot of Regression Standardized Residual.
Jika terdapat gejala bahwa letak titik-titik (data) itu ada pada atau menyebar
sekitar garis lurus diagonalnya, maka dapat dikatakan data berdistribusi

165
normal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada grafik
berikut:

Berdasarkan Gambar di atas, dapat diketahui bahwa plot data menyebar


sekitar garis lurus mengikuti garis diagonalnya. Dengan demikian dapat
diartikan bahwadata residual berdistribusi normal.
Pengujian normalitas data residual dapat dilakukan pula dengan uji
statistic Kolmogrov-Smirnov untuk menguji normalitas data. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan asumsi jika nilai signifikansi > 0,05 maka
dapat dikatakan data residual berdistribusi normal. Hasil pengolahan
menggunakan program SPSS diperoleh sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.25541463
Most Extreme Differences Absolute .079
Positive .079
Negative -.074

166
Kolmogorov-Smirnov Z .499
Asymp. Sig. (2-tailed) .965
a. Test distribution is Normal.

Hasil uji normalitas diketahui nilai nilai signifikansi sebesar 0,965 > 0,05
maka dapat disimpulkan data residual berdistribusi normal.

LAMPIRAN 9. HASIL ANALISIS REGRESI

Regression

Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Penerapan E-
. Enter
Procurmenta
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kinerja ASN

Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .682a .465 .451 4.31104
a. Predictors: (Constant), Penerapan E-Procurment

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 614.141 1 614.141 33.045 .000a
Residual 706.234 38 18.585
Total 1320.375 39
a. Predictors: (Constant), Penerapan E-Procurment
b. Dependent Variable: Kinerja ASN

Coefficientsa
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t S

167
B Std. Error Beta
1 (Constant) 54.852 4.621 11.870
Penerapan E-Procurment .406 .071 .682 5.748
a. Dependent Variable: Kinerja ASN

Keterangan:
1. Pada variabel Integritas diperoleh nilai t= 5.748 dengan p=0,000 atau p <
0,05. Artinya, Penerapan E-Procurment berpengaruh signifikan terhadap
Kinerja ASN. Dengan demikian, maka hipotesis Ha2 dapat diterima. Nilai
koefisien 0,406 menunjukkan bahwa pengaruh tersebut bersifat positif,
artinya apabila semakin baik Penerapan E-Procurment , maka Kinerja ASN
akan lebih meningkat.

2. Pada tabel ANOVA diketahui nilai (F=35.624 dan p=0,000 atau p<0,05).
Artinya, model penelitian ini telah sesuai dengan data yang ada.

LAMPIRAN 10. KONTRIBUSI PENGARUH

Besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari nilai
R square
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .682a .465 .451 4.31104
a. Predictors: (Constant), Penerapan E-Procurment

Pada tabel Model Summary diketahui nilai R square = 0,465, artinya pengaruh
Penerapan E-Procurment terhadap Kinerja ASN sebesar 46,5%. Sedangkan
sisanya sebanyak 53,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan
dalam model penelitian ini.

168

Anda mungkin juga menyukai