Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN EKONOMI

Tugas Makalah untuk Kuliah Kemuhammadiyahan


Yang diberikan oleh Ustadz Muntohar, M.Pd.I

1. Lisna Aulia Ningsih 2108010135


2. Nurul Qomariah Lathiifa 2108010161
3. Faza Marsya Nada 2108010150
4. Ika Rizki Nur Maulida 2108010152
5. Karisma Humayaroh 2108010124

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah
Kemuhammadiyahan, yang di berikan oleh Ustadz Muntohar, dengan tema
“Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi”

Kami menyadari bahwa dalam membuat makalah ini tidak luput dari
banyak kekurangan, karena keterbatasan atas pengetahuan dan juga
kemampuan yang kamimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran dari
pembaca akan kami terima dengan senang hati untuk memperbaiki makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 16 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
LATAR BELAKANG ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Rumusan Masalah ........................................................................................1
B. Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2

a. Muhammadiyah sebagai gerakan ekonomi ........................................................2


b. Kekuatan ekonomi Muhammadiyah ..................................................................3
c. Pasang-surut gerakan ekonomi Muhammadiyah ..............................................7
d. Mencari model gerakan ekonomi Muhammadiyah..........................................11
BAB III PENUTUP ...............................................................................................13
Daftar Pustaka ........................................................................................................15
LATAR BELAKANG
Awal berdirinya Muhammadiyah merupakan pergerakan dakwah Amal
ma’ruf nahi mungkar. Bergerak demi terciptanya masyarakat utama adil,
makmur dan sejahterasehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar -
benarnya. Muhammadiyah seperti halnya semua gerakan pembaharuan Islam di
seluruh dunia sudah sejak dini berpendapat bahwa ijtihad tidak pernah tertutup.
Ia terbuka selama-lamanya dengan tujuan untuk aktualisasi ajaran Islam dalam
menghadapi segala perubahan yang terjadi. Dikalangan masyarakat umum banyak
yang melihat Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan masyarakat yang
buta dengan politik, tidak mau bersentuhan dengan politik. Namun, sejatinya
Muhammadiyah tidak seperti itu, Muhammmadiyah memang organisasi
keagamaan namun tidak berpolitik secara langsung. Sepanjang sejarah
membuktikan keterlibatan Muhammadiyah atau tokoh-tokohnya yang
memperjuangkan masyarakat dan pengembangan pergerakan amar ma’ruf nahi
mungkar. Untuk menjaga kemurnian pergerakan sebagai organisasi keagamaan.
Muhammadiyah memilih untuk terbebas dari afiliasi dengan kekuatan organisasi
politik. Banyaknya masyarakat kita yang sekarang tidak mampu membuat
Muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memperbaiki ekonomi anggota
dan umat. Dimana pada era globalisasi sekarang ini ekonomi liberalisme dan
kapitalismelah yang telah berkembang sehingga membuat masyarakat kita
merasa tertekan. Sehingga pada saat ini bagi masyarakat kita yang
kehidupannya menengah kebawah hidupnya merasa susah. Pada saat inilah
peran muhammadiyah sangat diperlukan sebagai organisasi besar di Indonesia
untuk ikut serta dalam perekonomian yang memberatkan umatnya. Dengan
fasilitas dan media yang dimiliki oleh muhammadiyah, maka dapat digunakan
untuk bergerak dalam bidang ekonomi demi mewujudkan masyarakat yang
sebenar-benarnya.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana muhammadiyah sebagai gerakan ekonomi?


2. Bagaimana kekuatan ekonomi muhammadiyah?
3. Bagaimana pasang-surut gerakan ekonomi muhammadiyah?
4. Bagaimana model gerakan ekonomi muhammadiyah?

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis
berharap para pembaca dapat:
1. Memahami muhammadiyah sebagai gerakan ekonomi
2. Mengetahui kekuatan ekonomi muhammadiyah
3. Mengetahui pasang-surut gerakan ekonomi muhammadiyah
4. Mengetahui model gerakan ekonomi muhammadiyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi

Muhammadiyah sebenarnya tidak lepas dari persoalan ekonomi.


Pengentasan kaum mustadh’afin yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dan
generasi awal Muhammadiyah tidaklah berhenti pada aspek memberikan
kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan bagi mereka
yang miskin. Beliau juga memikirkan langkah besar bagaimana agar persyarikatan
dapat mengiatkan gerakan ekonomi yang tidak sekedar sebagai sumberdana
dakwah dan operasional persyarikatan.

Terdapat banyak kemiripan antara periode Nabi Saw dengan para sahabat
dengan keberadaan Muhammadiyah diawal kelahirannya yang dicirikan oleh
urbanisme dan semangat wirausaha (etos ekonomi). Pada saat itu, kebanyakan
anggota Muhammadiyah merupakan warga kota atau kaum pendatang yang hijrah
dari desa atau perkampungan. Jika komunitas warga pedesaan umumnya bermata
pencaharian sebagai petani atau nelayan, maka sebagian besar warga
Muhammadiyah memilih profesi sebagai pedagang. Sebagai contoh KH. Ahmad
Dahlan adalah seorang pedagang batik, demikian juga sebagian besar tokoh-tokoh
Muhammadiyah periode awal. Itulah sebabnya Muhammadiyah periode awal
mewakili tipikal Muhammadiyah yang independensi yang lebih kuat dan berani.
Kondisi ini berbeda dengan era Muhammadiyah tahun 1980-2000an, dimana
mayoritas warga dan pimpinan Muhammadiyah adalah pegawai negeri sipil (PNS)
yang mewakili kelas menengah yang patuh, terikat dengan birokrasi pemerintahan,
dan lebih bersikap kooperatif.

Keaktifan KH Ahmad Dahlan dalam berdagang menjadikannya masuk ke


dalam Sarekat Dagang Islam (SDI) pimpinan H. Samanhudi, yang kemudian
berubah menjadi Sarekat Islam (SI) di tahun 1912 dengan ketuanya HOS.
Cokroaminoto. Sarekat Islam (SI) menggelorakan gerakan pribumisasi ekonomi
untuk melawan dominasi dan monopoli para pedagang Cina dan Belanda. Sejarah

2
mencatat bahwa Kauman dan Kotagede di Yogyakarta, Solo Lama, serta
Pekajangan Pekalongan merupakan basis ekonomi pribumi yang cukup eksis dan
lepas dari pengaruh dan monopoli pedagang Cina dan Belanda.

Dalam perkembangannya tercatat sampai akhir tahun 1960-an masih terlihat


keberhasilan pembinaan ekonomi perajin dan pedagang kerajinan perak di
Kotagede Yogyakarta, batik dan tekstil di Solo, tekstil dan bordiran di Pekajangan
Pekalongan, Tasikmalaya, Tulungagung, Ponorogo dan Bangil Jawa Timur.
Pedagang Muhammadiyah dan pribumi ini mewakili kelas menengah baru yang
lumayan aktif dan cukup berpengaruh hingga awal tahun 1980-an sebelum
kemudian hilang ditelan hegemoni pedagang Cina dan tergenjet kebijakan Orde
Baru yang tidak memihak pedagang pribumi. Di Bekanong Solo akhir tahun 1960-
an, terdapat beberapa nama perusahaan batik, seperti Purwo Suhardjo, Karno
Suhardjo, Sugiarto, dan Abdur Rozaq. Selain itu, ada beberapa produk batik
terkenal, seperti batik tulis Cap Banteng dan Terompet.

B. Kekuatan Ekonomi Muhammadiyah

Pandangan dan kritik Muhammadiyah terhadap perekonomian nasional dan


dunia melihat bahwa berbagai kemajuan ekonomi telah dicapai Indonesia
ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi dan rata – rata pendapatan perkapita
yang terus meningkat, serta stabilitas ekonomi yang terus terpelihara. Namun hal
itu masih belum cukup mengatasi berbagai problem ekonomi di Indonesia. Dalam
upaya pengembangan ekonomi sejak kelahiran Majelis Ekonomi Muhammadiyah
secara umum mungkin hanya menekankan pada 3 program saja yaitu :

1. Mengelola dan mengembangkan amal usaha Muhammadiyah sebagai


Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) yang merepresentasikan
kekuatan ekonomi persyarikatan.
2. Mengembangkan wadah koperasi simpan pinjam, Baitul Mal wa Tamwil
(BMT) atau Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), Bank Perkrediatan
Rakyat (BPR), atau lembaga keuangan mikro lainnya bagi kebutuhan
anggota Muhammadiyahdan umat.

3
3. Memberdayakan anggota Muhammadiyah dalam mengembangkan usaha
ekonomi kecil menengah milik anggota Muhammadiyah.

Majelis Ekonomi Muhammadiyah dan Muhammadiyah secara khusus


dalam perkembangannya lebih banyak melakukan upaya pembiayaan dan
penguatan ekonomi mikro dan koperasi dengan ikut mendirikan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), Lembaga Keuangan Mikro (LKM) bukan bank, dan Baitul Mal wa
Tamwil (BMT) atau Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM).

Dalam menjalankan gerakan tersebut Muhammadiyah memiliki beberapa


amal usaha diantaranya meliputi Bidang Kemasyarakatan yang tujuannya adalah
menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin sebagaimana telah menjadi
rumusan cita-cita perjuangan Muhammadiyah mengenai “Masyarakat Utama”.
Berdasarkan Anggaran Dasar Muhammadiyah :

1. Ayat 1 menyebutkan : “Untuk mencapai maksud dan tujuannya,


Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan
Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan”
2. Ayat 2 menyebutkan : “Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk
amal usaha, program, dan kegiatan yang macam dan penyelenggaraannya
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga”

Gerakan ekonomi persyarikatan Muhammadiyah akan berdampak pada


pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan
mengatasi problem pengangguran yang semakin besar, dan angka kemiskinan yang
semakin membengkak yang dapat mengancam eksitensi iman. Program pembinaan
ekonomi umat merupakan kepedulian sejak lama, karena konsistensi
Muhammadiyah sejak dahulu wirausahawan refomis malah sejak lama merupakan
perintis perdagangan dan industri di kalangan pribumi. Hal ini dilakukan dengan
penyusunan sebuah program yang didasarkan pada konsep misi dan visi tertentu.
Pada dasarnya, Majlis Pembina Ekonomi membina ekonomi umat melalui tiga jalu
yaitu :

4
1. Mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang
mempresentasikan kekuatan ekonomi organisasi Muhammadiyah.
2. Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah.
3. Memberdayakan anggota Muhammadiyah dibidang ekonomi dengan
mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah.

Dengan mengembangkan ekonomi itu, Muhammadiyah telah memiliki aset


atau sumberdaya yang bisa dijadikan modal. Aset pertama adalah sumber daya
manusia, yaitu anggota Muhammadiyah itu sendiri, baik sebagai produsen. Kedua,
kelembagaan amal usaha yang telah didirikan, yaitu berupa sekolah, universitas,
lembaga latihan, poliklinik, rumah sakit dan panti asuhan yatim piatu. Ketiga,
organisasi Muhammadiyah itu sendiri sejak dari pusat, wilayah, daerah cabang dan
ranting.

Muhammadiyah dengan misi dakwahnya ke segala lini memiliki peluang


yang luar biasa dalam memformulasikan model gerakan ekonomi produktif apabila
Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan majelis-majelis terkait dan
Perguruan Tinggi muhammadiyah di seluruh Indonesia. Amal usaha
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dalam bidang pendidikan, dariTK
samapi perguruan tinggi apabila dikordinasi dan dikelola dnegan sebaik mungkin
danseamanah mungkin, membutuhkan banyak alat tulis kantor, kebutuhan ini
menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk menopang kekuatan
ekonomi Muhammadiyah Dalam Islam, sudah digariskan bahwa orang masuk surga
dengan iman dan amal salih. Untuk berdaya, orang harus bekerja, dan untuk
bekerja, orang harus berpikir. Kelemahan pada beberapagerakan ekonomi
Muhammadiyah dikarenakan pelakunya belum memiliki skill yang standard anetos
kerja yang baik. Sehingga, Muhammadiyah perlu membentuk lembaga khusus,
sepertiBLKM (Balai Latihan Kerja Muhammadiyah) atau Majelis Pemberdayaan
Masyarakat yangterjun langsung ke masyarakat.Model ekonomi Muhammadiyah
perlu mendapat dukungan dari perguruan tinggiMuhammadiyah untuk
meningkatkan sumber daya manusia. Dukungan ini berupa pendampingansepeti
yang dilakukan oleh Majelis Pemberdayaan masyarakat, namun kapasitasnya perlu

5
ditingkatkan dan lebih fokur terhadap kualitasnya. Majelis Pembina Ekonimi
Muhammadiyah pada era kepemimpinan M. Amin Rais telah merumuskan tiga hal,
yaitu: Mengembangkan amal usaha milik Muhammadiyah yang mempresentasikan
kekuatanekonomi organisasi Muhammadiyah. Mengembangkan wadah koperasi
bagi anggota Muhammadiyah. Memberdayakan anggota Muhammadiyah di bidang
ekonomi dengan mengembangkanusaha-usaha milik anggota Muhammadiyah.
Mengembangkan gerakan ekonomi Muhammadiyah dengan meberdayakan atau
memberikan peluang untuk lebih kreatif bagi para pelaku ekonomi Muhammadiyah
akan memberikandampak yang lebih positif bagi Muhammadiyah dan
warganya.Amal usaha Muhammadiyah yang digerakkan diawali dengan proses
bottom-up (warga Muhammadiyah secara pribadi dan simpatisan). Kemudian,
mereka secara ikhlasmenyerahkannya kepada Muhammadiyah untuk dikelola
secara terorganisasi. Amal usaha inimenunjukkan kemajuan yang signifikan.
Muhammadiyah memiliki peluang untuk mendesain model gerkan ekonomi secara
internal dan eksternal.

Secara internal: melibatkan anggota Muhammadiyah dan keluarganya,


anggota ortomMuhammadiyah dan keluarganya dan amal usaha Muhammadiyah
dengan segala perangkatnya.

Secara eksternal: anggota Muhammadiyah pasti memiliki relasi dengan


dunia luar, begitu pula dengan amal usaha Muhammadiyah otomatis memiliki
hubungan dengan lembaga-lembaga lain.Kedua potensi di atas sebagai lahan
garapan ekonomi perlu dikelola oleh Muhammadiyah secara professional dengan
memposisikan pada tiga bagian, yaitu: produsen, penyalur dan konsumen.Untuk
berdakwah amar ma’ruf nahi munkar, apabila dilihat pada kecenderungan
manusiamodern, peluang yang sangat efektif adalah melalui bidang ekonomi.
Kebutuhan manusiamodern semakin konsumtif dan materialistic, sehingga model
gerakan dakwah MUhammadiyahdilakukan secara simultan dengan majelis terkait
untuk mendesain model gerakan dakwah yangspesifik, unik dan impelementatif,
serta terjangkau ke seluruh sasaran.Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu
seharusnya tampil terdepan mengantarkanmasyarakat untuk berprilakuIslami

6
dalam dunia bisnis. Oleh sebab itu, Majelis Tarjih Muhammadiyah berkewajiban
membuat suatu peraturan hokum tentang batas-batas kategori subhat,
mutasyabihat,haram dan halalnya suatu produk dan hasil usaha. Selama masih
adamasalah hokum mengenai sebuah proses dan produk ekonomi, selama itu pula
peluang gerakanekonomi Muhammadiyah tetap ketinggalan meraih peluang-
peluang ekonomi bisnis bergengsi.Pola dperkaderan dalam Muhammadiyah perlu
dimasukkan ke dalam sistim ekonomi alaMuhammadiyah yang berkemajuan
(berdaya saing tinggi) pada semua lini. Kita mengetahui bahwa Rasulillah Saw,
pernah berdagang dan sukses karena memiliki intergritas diri yang bernuansa
ilahiah, yaitu kejujuran dan keikhlasan. Begitu pula, K.H.Ahmad Dahlan berhasil
menjalankan misi dakwahnya dan bisnisnya. Keberhasilan K.H. Ahmad Dahlan
tentu sangatdiwarnai dengan nilai-nilai sepeti yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.

C. Pasang-surut Gerakan Ekonomi Muhammadiyah

Muhammadiyah dalam gerakannya tetap menyeimbangkan ekonomi,


memberi teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Sumber
kekuatan ekonomi muhammadiyah yaitu anggota muhammadiyah itu sediri
simpatisme dari setiap individunya. Muhammadiyah selalu membawa prinsip amar
ma’ruf nahi munkar. Namun di satu sisi ia tidak lepas dari sektor pembangunan
ekonomi sebagai penompang kokohnya dakwah.

Betapa pentingnya ekonomi dalam suatu gerakan mencapai cita cita, sumber
kekuatan dakwahnya didukung oleh para pelaku ekonomi yang memiliki
pengetahuan, strategi keyakinan dan keimanan, sehingga dapat menyebarkan nilai
-nilai kehidupan di masyarakat. Berbagai relasi yang dimiliki muhammadiyah
menjadi satu alasan penting dalam menguatkan gerakan ekonomi muhammadiyah.

Dengan begini kesejahteraan masyarakat tetap terjaga sebagai nilai, tujuan


dan program perjuangan muhammadiyah. Disini muhammadiyah memberikan
kesempatan kepada lingkungan masyarakat dalam berbagai bentuk bantuan, amal,
infaq yang kemudian akan ditransformasikan kembali kepada warga yang
membutuhkan.

7
Muhammadiyah dengan prinsipnya ““Hidup hidupilah Muhammadiyah dan
jangan mencari hidup di Muhammadiyah” dengan begitu muhammadiyah tetap
berusaha menyeimbangkan berbagai permasalahan dan problematika dalam
percaturan ekonomi. Muhammadiyah juga bekerjasama dengan kelas menengah
dalam pencapaian ekonomi muhammadiyah.

Pasang surut ekonomi pun pasti terjadi didalamnya dimana kita selalu
membuat strategi dan usaha yang sesuai mulai dari orang yang berdakwah memiliki
pengetahuan dan iman yang kuat, umur, jenis kelamin, yang dimana tataran
pendakwah masih sangat dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu
muhammadiyah juga melihat potensi ekonomi pada setiap wilayah, daerah, cabang
dan ranting muhammadiyah yang cukup besar tapi belum diperhatikan

Dimana ruang tersebut dapat memberikan peluang kekayaan alam yang


potensial dan terjangkau yang dapat meningkatkan perekonomian muhammadiyah.
Tak lupa dalam mengembangkan gerakan ekonomi muhammadiyah kita
menggunakan sistem pengkaderan dan didampingi dengan berbagai dakwah
dengan membawa prinsip “amar ma’ruf nahi munkar” berdagang dan berbisnis
dengan membawa nilai kejujuran dan keikhlasan didalamnya.

Muhammadiyah memiliki peluang ekonomi yang sangat potensial


sekiranya mampumengelolanya dengan baik, sebagaimana yang pernah
dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan,yaitu berdakwah sambil berbisinis.
Keberhasilan beliau dalam menjalankan binisnya karena beliau memiliki sifat
kenabian, yaitu mengikuti prilaku Rasulullah Saw, yang mendapatkepercayaan
untuk menjual barang dari pemilik modal yang besar dengan sifat kejujuran
yangdibarengi dengan skill dalam transaksi jual beli.Upaya Muhammadiyah untuk
menjalankan dakwah melalui gerakan ekonomi telah dilakuakandalam berbagai
macam bentuk perekonomian. Tetapi tidak semua berhasil sesuai dengan harapan.
Hal ini disebkan beberapa faktor diantarnya orang-orang yang terlibat di dalamnya
kebanyakan sebagai penganjur atau pengamat ekonomi atau sebagai ahli retorika.
Muhammadiyah masih memiliki standar ganda tentang kepastian hokum batas-
batas kebolehan dalam meraih keuntungan. Hubungan kerjasama antarwarga dan

8
amal usaha persyarikatan Muhammadiyah belum menunjukkan kebersamaan yang
maksimal dalam bentuk ta’awun.

Pengambil kebijakan dalam tubuh Muhammadiyah belum focus secara


maksimal dalamtataran implementasi terhadap apa yang telah diputuskan
Muhammadiyah. Etos kerja sebagian warga Muhammadiyah belum menunjukkan
nilai-nilai seperti yang dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah.

Para pelaku bisnis Muhammadiyah di seluruh Indonesia belum bekerja


sama dengan baik, termasuk dengan sesama amal usaha.Anggota Muhammadiyah
secara individual menjalankan usahanya dan berhasil karena merekamemiliki etos
kerja yang baik dan terhindar dari birokrasi yang berbelit-belit. Mereka
mampumengelola usahanya dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Di sis lain,
apabila dijalankan olehorganisasi, usaha itu mengalami stagnasi, bahkan
kemunduran. Ini ironi sekali, karenaMuhammadiyah sangat didukung oleh orang-
orang kelas menengah dan rasional. Pekerjaan yang berat apabila dikerjakan secara
gotong royong akan mudah diselesaikan. Ini berarti persoalanekonomi dalam tubuh
Muhammadiyah disebabkan oleh elemen tertentu yang perlu diobati agargerakan
ekonomi Muhammadiyah bisa eksis.

Pernyataan Ali bin Abi Thalib bahwa “kebenaran yang tidak terorganisir
dengan baik akan terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik” ini
berlaku di Muhammadiyah. Kader-kader potensial Muhammadiyah lompat pagar,
karena mereka melihat potensi yang dimilikinyaakan mempunyai hasil yang baik
buat dirinya dan orang lain. Namun, potensi itu lambat untuktersalurkan, dan
mereka akhirnya mengambil langkah lain dan setelah di luar pagar, ternyata sukses.

Muhammadiyah dengan konsep ta’awun dalam berbisnis masih berada pada


taraf konsep. Misalnya, ada warga Muhammadiyah yang menyampaikan
ceramahnya kepada jamaah bahwaMuhammadiyah perlu tolong menolong sesame
warga sebelum menolong yang lainnya.Sebagian isi ceramahnya dikutip dari
Majalah Suara Muhammadiyah, sementara dia sendiri belum berlangganan Majalah
Suara Muhammadiyah. Ironisnya lagi, orang yang bersangkutan berlangganan

9
majalah lainnya.. Sifat dan sikap yang ada pada warga Muhammadiyah perlu
pencerahan atau memuhammadiyahkan presepsi dan prilaku warga
Muhammadiyah seperti yangdilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan berdakwa sambil
berdagang. Dengan perkataan lain, kitaharus mampu berteori sekaligus
mengamalkan secara nyata dan menyentuh langsung hasilnyakepada orang lain,
serta bias diteladani oleh yang lainnya.Muhammadiyah dalam kiprah pembinaan
dakwahnya pada berbagai kalangan telah banyak berhasil mengklasifikasikan dari
aspek umur, aspek jenis kelamin. Sementara itu, tataran berdakwah melalui
peluang-peluang ekonomi masih terbatas. Potensi ekonomi pada setiapwilayah,
daerah, cabang dan ranting Muhammadiyah sangat besar, tetapi belum
diperhatikan.Muhammadiyah belum mendata, mengklasifikasikan peluang-
peluang itu. Misanya, di daerahtertentu terdapat kekayaan alam yang potensial dan
terjangkau, sementara daerah lain tidak memiliki kekayaan.

Sejajar dengan perkembangan Muhammadiyah yang berkembang pesat,


dibalik itu semua juga menghadapi tantangan dalam diri Muhammadiyah itu sendiri
sehingga diperlukan introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Kelemahan
tersebut antara lain :

a. Terlambat atau tidak meningkatkan kualitas dan intensitas pengelolaan


masjid dan amal usaha secara optimal dan secara lebih baik
b. Abai atau lalai dalam menjaga milik sendiri
c. Tidak selektif dalam menerima anggota atau mereka yang bekerja di amal
usaha dan kurang pembinaan.
d. Kurang atau tidak memiliki miltansi yang tinggi, berkiprah apa adanya dan
berbuat sendiri sendiri atau sibuk sendiri.
e. Lebih tertarik pada urusan politik dan hal-hal yang bersifat mobilitas diri
serta tidak peduli pada kepentingan dakwah dan menggerakkan
Muhammadiyah.
f. Kurang solid dan konsolidasi gerakan
g. Kurang/lemah komitmen, pemahaman, dan pngkhidmatan terhadap misi
serta kepentingan persyarikatan.

10
D. Model Gerakan Ekonomi Muhammadiyah

Pengembangan gerakan ekonomi Muhammadiyah dengan memberdayakan atau


memberikan peluang untuk lebih kreatif bagi para pelaku ekonomi Muhammadiyah
akan memberikan dampak yang lebih positif bagi Muhammadiyah dan warganya.

Model Pemberdayaan Ekonomi Muhammadiyah :

1. Membangun sentra kemandirian ekonomi umat di tingkat ranting dan


cabang.

Yaitu dengan cara memberdayakan jamaah yang ada pada tingkat ranting
muhammadiyah menjadi kelompok swadaya masyarakat yang disebut sebagai
Jamaah Swadaya Muhammadiyah (JSM) yang terdiri dari 10-25 anggota yang
merupakan kerjasama warga muhammadiyah dalam menetapkan konsep tolong-
menolong (ta’awun) di bidang ekonomi dengan membentuk kelompok usaha
bersama, kelompok koperasi atau kelompok konsumen.

Pada tingkat cabang,jamaah swadaya muhammadiyah yang telah ditumbuhkan,


diorganisasikan untuk membentuk lembaga keuangan mikro (LKM) sebagai wadah
kerjasama Muhammadiyah dalam memecahkan masalah permodalan dan
pembiayaan pada potensi swadaya yang mereka miliki. LKM yang dimaksud dapat
membentuk Baitul Maal wat Tanwil (BMT), dan koperasi simoan pinjam.

Selain membentuk LKM ditingkat cabang, JSM juga didorong untuk mendirikan
suatu Usaha Unggulan Jamaah (UUJ). Wujud dari UUJ dapat berupa perseroan
terbatas, CV dan lainnya.

2. Mengembangkan organisasi sekunder dan badan-badan usaha pendukung


tingkat daerah dan wilayah.

Untuk memperkuat amal usaha dibidang ekonomi pada tingkat ranting dan cabang,
maka pada tingkat daerah dan wilayah ditumbuhkan dan dikembangkan badan-
badan usaha sekunder yang dapat berwujud organisasi sekunder koperasi. Badan

11
Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan Lembaga Pengembangan Swadaya
Masyarakat (LPSM).

3. Mengembangkan infrstuktur ekonomi, lembaga, dan instrumen pendukung


ditingkat pusat.

Infrastuktur ekonomi Muhammadiyah pertama yang sudah dibangun adalah


mendirikan sebuah Badan Usaha Milik Muhammadiyah sebagai Holding
Company, yang dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mendukung Usaha
Unggulan Jamaah. Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang dimaksud adalah PT.
Solar Global Internasional, salah satu kegiatan usaha yang tengah dirintis oleh PT.
SGI adalah mendirikan pusat distribusi untuk kemudian mengajak warga
Muhammadiyah mendirikan usaha unggulan jamaah berupa outlet dan grosir yang
diberi nama MARKAZ.

1. Muhammadiyah memiliki peluang untuk mndesain model gerakan ekonomi


secara internal dan eksternal :
2. Secara Internal : melibatkan anggota Muhammadiyah dan keluarganya,
anggota ortom Muhammadiyah dan keluarganya dan amal usaha
Muhammadiyah dengan segala perangkatnya.
3. Secara Eksternal : Anggota Muhammadiyah pasti memiliki relasi dengan
dunia luar, begitu pula dengan amal usaha Muhammadiyah otomatis
memiliki hubungan dengan lembaga-lembaga lain.

Kedua potensi diatas sebagai lahan garapan ekonomi perlu dikelola oleh
Muhammadiyah secara profesional dengan memposisikan pada tiga bagian :
produsen, penyalur dan konsumen.

12
BAB III PENUTUP
Muhamadiyah adalah suatu organisasi yang tidak hanya bergerak dalam
satu bidang saja , hal ini dapat terlihat dengan adanya lembaga-lembaga yang
berada dibawah bidang ekonomi yang berguna untuk membantu kesejahteraan
kehidupan anggota muhamadiyah anggota muhamadiyah dan umat . Dalam
melaksanakan gerakan ekonominya, muhamadiyah berpegang pada prinsip
ekonomi islam . Dengan mengembangkan ekonomi itu , muhamadiyah telah
memiliki aset atau sumber daya yang bisa diijinkan modal dan pendanaan dalam
menjalankan amal usaha dan lainya.
Berdasarkan hasil analisis muhammadiyah merupakan pergerakan dakwah
amal ma’ruf nahi mungkar. Beregerak demi terciptanya masyarakat utama adil ,
makamur , dan sejahtera sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-
benarnya. Muhamadiyah seperti halnya semua gerakan pembaharuan islam
diseluruh dunia . Muhamadiyah sebenarnya tidak lepas dari persoalaan
perekonomian . Pengentasan kaum mustadha’fin yang dilakukan oleh KH. Ahmad
Dahlan dan generasi awal muhamadiyah tidaklah berhenti pada aspek memberikan
kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan bagi mereka
yang miskin.
Pandangan dan kritik muhamadiyah terhadap perekonomian nasional dan
dunia melihat bahwa berbagai kemajuaan ekonomi telah tercapai diindonesia
ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pendapatan perkapita yang
terus meningkat , serta stabilitas ekonomi yang terus terpelihara . Dalam upaya
pengembangan ekonomi sejak kelahiran majelis ekonomi muhamadiyah secara
umum mungkin hanya menekenkan pada 3 program saja yaitu ;
1. Mengelola dan mengembangkan amal usaha muhamadiyah sebagai badan
usaha milik muhammadiyah ( BUMM ) yang mempresentasikan kekuataan
ekonomi perserikatan .
2. Mengembangkan wadah koperasi simpan pinjam , baitul mal wa tamwil (
BMT ) atau baitul tamwil muhamadiyah ( BTM ) , bank perkreditan rakyat
( BPR ) , atau lembaga keuangan mikro lainya bagi kebutuhan anggota
muhamadiyah dan umat .

13
3. Merberdayakan anggota muhamadiyah dalam mengembangkan usaha
ekonomi kecil menengah milik anggota muhamadiyah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agus. Peran Muhammadiyah dalam Kehidupan Ekonomi, Jakarta: Rajawali Pers,

2011.

Ahmad Adabi Darban, Mustafa Kamal Pasha. Muhammadiyah Sebagai Gerakan

Islam, Yogyakarta: LPPI UMY, 2000.

Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Surakarta: Pustaka Jaya,

1985.

Hakim, I., & Muslikhati, M. (2022). Model Gerakan Ekonomi Muhammadiyah

Pasca Muktamar ke 47. Jurnal Sinar Manajemen, 9(2), 325-334.

15

Anda mungkin juga menyukai