Anda di halaman 1dari 10

DESAIN MODEL EKOPEDAGOGIK DALAM MELESTARIKAN

NILAI KEARIFAN LOKAL DI SDN LAMARANSARI

Rijal Fatahidin
SDN Lamaransari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang

Email: rijalfatahidin21@guru.sd.belajar.id

Abstrak. Penelitian ini didasarkan pada realitas wilayah Subang sebagai kawasan ketahanan
pangan nasional namun sangat bertolak belakang dengan banyak didirikannya pembangunan industri
pabrik berskala global dan zona pembangunan pelabuhan bertaraf internasional, tentu hal ini sangat
berdampak buruk terhadap lingkungan dan terbentuknya pola hidup masyarakat yang destruktif, tak
terkecuali pada siswa di sekolah dasar. Perilaku demikian tentu sangat berlawan dengan nilai kearifan
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai budaya yang telah diwariskan secara turun temurun di berbagai
wilayahnya yang berfungsi sebagai tatanan nilai masyarakat yang dimaksudkan untuk peradaban generasi
ke arah yang lebih baik tanpa merampas hak bumi sebagai tempat tinggal manusia. Hal demikian
diperparah dengan pemanfaatan model pembelajaran berbasis lingkungan yang kurang di SDN
Lamaransari sebagai upaya pelestarian nilai kearifan lokal. Upaya menanggulangi problematika tersebut
hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan yang menekankan pada pembelajaran berbasis lingkungan
yang berupaya melestrakikan nilai kearifan lokal yakni dengan model ekopedagogik. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kebutuhan sekolah dalam mengembangkan pelestarian nilai kearifan
lokal secara teoritis agar dapat diimplementasaikan dalam proses pembelajaran di sekolah.. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif yang mengembangkan produk berupa desain model
secara teoritis, kemudian peneliti memvalidasi serta menganalisis desain model tersebut dengan
penggunaan teknik Delphi selama dua putaran. Hasil penelitian ini yaitu: 1) Analisis kebutuhan model
ekopedagogik menggambarkan bahwa kondisi rusaknya lingkungan berimplikasi pada merosotnya nilai
kearifan lokal yang merupakan sistem nilai di Kabupaten Subang, sehingga memperlihatkan model
pembelajaran yang diterapakan di SDN Lamaransariu perlu diorientasikan pada pembelajaran berbasis
lingkungan dalam upaya melestarikan nilai kearifan lokal yang dirancang secara sistematis, berbasis dan
terencana, 2) Struktur model ekopedagogik yang diperlukan di SDN Lamaransari harus dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip dan pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik memiliki
kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, dengan memperhatikan komponen model
pembelajaran yang tepat, yakni sintaks, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung dan dampak
intruksional serta dampak pengiringan yang mendorong peserta didik memiliki kemampuan melestarikan
nilai kearifan lokal.

Kata Kunci : Model Ekopedagogik, Nilai Kearifan Lokal, SDN lamaransari

1. Pendahuluan
Dewasa ini, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdampak pada seluruh aspek kehidupan secara signifikan, tak terkecuali hal yang
kompleks pada bumi sebagai tempat tinggal manusia untuk hidup. Bumi sebagai tempat
tinggal dimana manusia hidup dijadikan objek yang berimplikasi dengan adanya
dominasi, eksplorasi serta eksploitasi oleh manusia secara berlebih. Hal ini juga
diperparah oleh tingkat paradigma manusia yang rendah terhadap hakikat dan fungsinya
sebagai makhluk multidimensi yang memiliki keterkaiteratan dengan alam, sehingga hal
tersbeut berimplikasi pada kesadaran manusia untuk senantiasa melestarikan nili
keseimbangan, keharmonisan dan keselarasan alam sebagai sesuatu yang wajib. Kondisi
demikian seakan telah menjadi sebuah gema lonceng kematian peradaban bangsa
Indonesia sehingga perlu adanya resolusi sebagai upaya yang segera dilakukan dalam
menanggulangi persoalan tersebut.
Bertolak dari hal tersebut, dampak industrialisasi di Wilayah Subang juga
menyebabkan isu tentang tingkat kerusakan alam (yang cukup penting dalam
memberikan manfaat kepada manusia di sekitarnya) masih memperihatinkan, baik oleh
adanya pembangunan perusahaan-perusahaan besar yang mengakibatkan banyaknya
limbah yang tercampur dengan air sungai yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum
serta sumber pertanian, adanya polusi udara yang mengganggu kesehatan manusia, atau
yang lainnya yang merugikan masyarakat serta ekosistem yang hidup di dalamnya.
Selain itu, ada kecenderungan para pelajar Sekolah Dasar di Kabupaten Subang
khususnya tentang memaknai pendidikan sebagai sebuah lintasan masa depan semata,
artinya berorientasi pada pemenuhan lapangan pekerjaan di pabrik-pabrik. Artinya,
masyarakat pribumi yang menghabiskan waktu di dalam pabrik seharian penuh dengan
orientasi menghasilkan upah kerja yang lebih tinggi. Hal tersebut diperparah oleh
adanya paradigma masyarakat yang menyatakan bahwa anak di sekolahkan dan
menempuh pendidikan hanya untuk memenuhi lapangan pekerjaan (mekanistis) yang
menggiurkan khususnya di daerah Kabupaten Subang. Apabila kondisi ini terus
diabaikan, maka sasaran menuju penyeimbangan dan pelestarian nilai kearifan lokal
tidak akan tercapai. Semua permasalahan tersebut timbul dari interaksi yang kompleks
antara manusia dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Antara masalah yang satu
dan yang lain dapat membentuk tingkatan sebab-akibat. Demikian pula dengan
pencemaran tanah, air dan udara yang ditimbulkan penduduk perkotaan serta maraknya
pembangunan perusahaan industri di daerah sangat tidak seimbang dengan kontribusi
mereka dalam konservasi nilai kearifan lokal. Perilaku demikian tentu sangat berlawan
dengan nilai kearifan masyarakat Subang yang menjunjung tinggi berbagai nilai budaya
yang telah diwariskan secara turun temurun di berbagai wilayah. Artinya masyarakat
yang senantiasa menjunjung tinggi nilai- nilai yang terkandung daalam suatu kearifan
local dalam berbagai bidang untuk kemajuan Subang ke arah yang lebih baik tanpa
merampas hak bumi sebagai tempat tinggal manusia.
Upaya menanggulangi problematika tersebut hanya dapat diwujudkan melalui
pendidikan yang menekankan pada upaya melestrakikan nilai kearifan lokal atau
berbasis pada budaya, serta upaya dalam membangun pemikiran kritis dan sikap peduli
dalam memahami berbagai persoalan kehidupan yang merugikan mnusia itu sendiri.
Dalam hal ini, model pendidikan perlu dirancang bukan sekedar menumbuhkan
kesadaran dan pemahaman bagi peserta didik, namun yang jauh lebih penting adalah
mendorong peserta didik agar mampu bertindak dalam mengatasi permasalahan
tersebut, tak terkecuali di lingkungan sekitarnya. hubungan manusia dengan alam atau
lingkungan hidup. Herlambang (2018: 63) berpendapat bahwa kearifan lokal merupakan
sebuah sistem dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat lokal, baik sosial, politik,
ekonomi, budaya yang bersifat dinamis berkelanjutan dalam bentuk seperangkat aturan,
pengetahuan, keterampilan, serta tata nilai dan etika yang mengatur tatanan sosial
komunitas yang terus hidup dan berkembang dari generasi ke generasi. Tujuan
pendidikan dalam hal ini dimaksudkan dalam upaya mentransformasi generasi muda
sebagai penerus mewarisi segala, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
kemampuan yang melatarbelakangi nilai serta norma-norma dalam kehidupan. Hal itu
berarti, pendidikan yang lebih tinggi tidak mendorong kesadaran seseorang, tetapi
malah menciptakan masyarakat yang tidak peka dan bertanggung jawab terhadap alam,
yang ditandai dengan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan ekploitasi sumber
daya alam secara berlebihan. Pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa dan
penyakit-penyakit sosial yang terjadi di masyarakat secara potensial akan dapat
diminimalisir dengan adanya upaya melestarikan nilai-nilai budaya yang berdampak
pada berkembangnya masyarakat tersebut. Terlebih pada zaman globalisasi, berbagai
aspek hidup dan kehidupan yang terbuka menyebabkan rendahnya sistem filtesisasi,
belum lagi pada faktor generasi yang belum siap dapat menyebabkan masyarakat
terseret gelombang kebebasan yang diorientasikan pada determinisme dan opertunisme
sehingga nilai-nilai keaarifan lokaal di Kabupaten Subang mulai dilupakan dan hilang.
Oleh karenanya, perlu adanya upaya yang dilakukan dalam maksud
mentransformasi nilai kearifan lokal yang ada di Kabupaten Subang dalam proses
pembelajaran di SDN Lamaransari sebagai upaya melestarikan legitimasi budaya.
Penulis ingin mengembangkan sebuah model pembelajaran yang berbasis pada
lingkungan yakni ekopedagogik yang merupakan sebuah model pembelajaran yang
mendukung teori kritis dan pedagogik kritis. (Febrianto, 2016: 45) mengemukakan
bahwa model ekopedagogik merupakan sebuah model pembelajaran alternatif dalam
mendidik agar peserta didik memiliki pemahaman, kesadaran dan vitalitas dalam
mengimplementasikan hidup adil dengan alam secara seimbang dan selaras dengan cara
melestarikan nilai kearifan budaya yang telah dianut oleh suatu masyarakat. Pendapat
lain mengemukakan bahwa model pendidikan berbasis lingkungan lokal (place-based
education), merupakan proses pendidikan yang menggunakan lingkungan dan
masyarakat lokal sebagai “titik awal” dalam membelajarkan konsep tentang bahasa dan
seni, matematika, ilmu pengetahuan sosial dan alam, serta berbagai subjek pelajaran lain
sesuai kurikulum (Sobel, 2005). Melalui pembelajaran yang terfokus pada praktek dan
pengalaman tentang dunia nyata, model tersebut dapat meningkatkan pencapaian
akademik peserta didik di SDN Lamaransari dan membantu mereka untuk
mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan masyarakatnya, meningkatkan
penghargaan peserta didik terhadap nilai kearifan lokal, serta menciptakan komitmen
yang lebih kuat bagi peserta didik (sebagai anggota masyarakat) dalam memberikan jasa
dan kontribusi. Pendidikan yang mendorong pemanfaatan ekoliterasi dan lingkungan
lokal dalam menghadapi permasalahan moral saat ini, dikenal sebagai “ekopedagogik”.
Menurut (Kahn, 2010) ekopedagogik memiliki berbagai tujuan, yaitu: 1)
Mengembangkan pertukaran ide dan gagasan secara kontekstual (ekoliterasi), 2)
Memahami keragaman budaya dan interaksi antarbudaya (ekologi lokal), 3) Belajar dari
cara komunitas melakukan tindakan budaya untuk keberlanjutan kehidupan dalam
lingkungan lokal mereka.
Bertemali dengan hal tersebut, model ekopedagogik sangat tepat
diimplementasikan dalam semua pendidikan seiring dengan reorientasi pendidikan
menuju arah yang lebih futuristik. Dengan demikian model ekopedagogik mengarah
kepada kegiatan belajar dan mengajar untuk menyiapkan peserta didik mengembangkan
keterampilan lunak dan keras (hard skill and soft skill), mengarah kepada pendidikan
sepanjang hidup (live long education), pendidikan karakter, dan tiga kompetensi dasar
pendidikan menurut taksonomi Bloom juga sejalan dengan prinsip Merdeka Belajar.
Berkaitan dengan pentingnya budaya lokal atau kearifan lokal, orientasi budaya lokal
kepada peserta didik di SDN Lamaransari sangatlah diperlukan sehingga lahir sikap
menghayati budaya dan dirinya sendiri. Di samping itu, perlu adanya rekonstrusi
paradigma scara strategis baru yang dimaksudkan agar menghasilkan pertumbuhan
kesadaran untuk senantiasa melestarikan nilai kearifan lokal melalui proses pendidikan
dalam pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa
ekopedagogik dimaksudkan sebagai suatu gerakan dalam bidang pendidikan dalam
menghasilkan manusia dan individu yang memiliki kesadaran, pemahaman, dan
kemampuan yang mementingkan kebutuhan alam secara seimbang dan selaras (Kahn,
2010). Berdasarkan hal tersebut, dapat difahami bahwa ekopedagogik merupakan
sebuah model refleksi kritis peserta didik di SDN Lamaransari untuk membangun
masyarakat dalam upaya melestarikan nilai kearifan lokal yang tidak ideal, untuk
membangun masa depan yang lebih futuristik.

2. Metode Implementasi
Berdasar pada permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan pendekatan penelitian yang dianggap tepat yaitu penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam
meneliti suatu kondisi objek yang alami, dan peran peneliti sebagai instrument kunci.
Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan) dan data yang
dihasilkan dideskripsikan dengan analisis induktif dan hasil penelitian lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012: 32). Adapun pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Dengan
menggunakan pendekatan fenomenologis, peneliti mampu memperhatikan, mengamati
fakta, gejala-gejala, peristiwa-peristiwa yang terjadi yang kemudian dituangkan dalam
bentuk tulisan. Harapannya dengan pendekatan ini dapat diketahui bagaimana desain
Model ekopedagogik dalam upaya melestarikan nilai kearifan lokal yang
memungkinkan penerapannya dalam proses pembelajaran di SDN Lamaransari,
kemudian setelah itu peneliti akan berusaha membandingkan antara apa yang akan
dicapai melalui model tersebut dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan struktur
tahapan penelitian kualitatif maka penelitian ini hanya sampai pada tahapan validasi
produk model pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengambil keputusan dengan
teknik delphi. Penggunaan teknik delphi dimaksudkan agar diperoleh taggapan secara
tertulis dari responden melalui penyebaran kuisioner dalam dua putaran atau lebih. Hal
tersebut dipertegas dengan pendapat yang mengemukakan bahwa penggunaan teknik
delphi merupakan proses interaksi yang dimaksudkan untuk proses pengumpulan dan
pemilihan judgement dari seorang ahli dengan memanfaatkan kuesioner dalam
menghasilkan perbaikan dari feedback. Teknik delphi dilaksanakan dengan tiga tahapan
umum yang memuat tahapan persiapan, survey dalam dua babak atau lebih, dan analisa
hasil survey. Alasan pemilihan kualitatif dengan teknik delphi ini dikarenakan prosedur
kerja pada teknik delphi yang sistematis dan bersifat siklus menjadi alasan tersendiri di
dalam penelitian kualitatif, sehingga diharapkan teknik delphi mampu merangkum
berbagai pendapat dan penilaian dari para ahli dan responden berkenaan dengan
pengembangan desain model ekopedagogik. Maka pengembangan teknik delphi pada
penelitian ini dilakukan dengan teknik survey yang memuat pemberian penilaian oleh
reponden terkait rancang bagun model ekopedagogik. Lokasi penelitian ini berlokasi di
SDN Lamaransari yang beralamat di Desa Jatireja Kecamatan compreng Kabupaten
Subang. Waktu penelitian ini dilaksanakan di bulan Juni sampai bulan Agustus tahun
2023.
Pada langkah ini peneliti mengembangkan desain model ekopedagogik
berdasarkan hasil studi awal. Pengembangan desain model ekopedagogik yang akan
dilakukan oleh peneliti diantaranya Sintaks, Prinsip reaksi, Sistem Sosial dan Sistem
Pendukung. Keempat produk model ekopedagogik tersebut akan disusun dalam
dokumen desain yang akan dimuat menjadi sebuah model alternatif dan sintaks yang
sistematis dan solutif dalam menghadapi berbagai permasalahan yang telah dibahas.
Dalam menmperoleh hasil validasi desain model ekoedagogik yang tepat dilaksanakan
sedikitnya dua putaran (two-round). Adapun proses penilaian dan perbaikan dari ketiga
responden tersebut akan dilakukan dengan memanfaatkan instrumen kuesioner yang
nama partispan atau respondennya tidak akan disebutkan (anonimitas). Instrumen
pengumpul data yang tepat digunakan berbentuk kuesioner. Pengembangan kuesioner
pada penelitian ini dimaksudkan agar penilaian dan perbaikan dari responden dapat
diakomodir terkait desain model ekopedagogik. Sebagai pengumpul data lain akan
digunakan beberapa instrumen seperti wawancara serta studi dokumentasi. Teknik
analisis data dilaksanakan pada respon dan penilaian yang diberikan oleh narasumber
delphi dan dilakukan analisis secara kualitatif, baik terkait model ekopedagogik
maupun pelestarian nilai kearifan lokal Kabupaten Subang. Semua data yang sudah
terkumpul selama proses validasi kemudian digunakan untuk perbaikan desain model.
Secara keseluruhan dalam menganalisis kegiatan desain model ekopedagogik ini,
peneliti melakukan proses konslutasi hasil temuan dalam penelitian kemudian meminta
masukan dari pakar. Pada tahapan tersebut peneliti mengkonsultasikan hasil penelitian
dengan ahli pendidikan. . Hal ini dilakukan agar mendapatkan gambaran serta masukan
pada persoalan penelitian, penilaian, perbaikan dan penyempurnaan guna meningkatkan
derajat kepercayaan, sehingga hasil dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik. Prosedur asesmen yang dilakukan memuat tahap persiapan, tahap
pelaksanaan pengumpulan data, tahap pengolahan data dan tahap pelaporan.

3. Hasil dan Pembahasan


Analisis kebutuhan Model Ekopedagogik dilakukan sebagai upaya untuk
memperoleh informasi tentang keadaan yang menggambarkan merosotnya nilai kearifan
lokal yang berimplikasi pada rusaknya lingkungan di Kabupaten Subang. Pada kegiatan
desain model ekopedagogik ini dilakukan analisis kebutuhan model pembelajaran
sebagai studi pendahuluan yang ditunjukkan kepada budayawan daerah di Kabupaten
Subang melalui beberapa pendekatan, yaitu wawancara langsung dan pengisian
instrumen kuisioner oleh budayawan. Hasil pengamatan peneliti selama melakukan
analisis kebutuhan model ekopedagogik memperlihatkan bahwa model pembelajaran di
SDN Lamaransari cendrung lebih mengarah pada penggunaan model pembelajaran
mandiri yang umum dan bersifat normatif. Hal tersebut ditunjang dengan pendidikan
kejuruan yang sebagaian besar peserta didik sekolah kejuruan merupakan calon sumber
daya manusia dalam pemenuhan lapangan pekerjaan di perusahaan atau pabrik-pabrik
(mekanistis).
Desain model ekopedagogik dalam upaya melestarikan nilai kearifan lokal di
SDN Lamaransari ini dirancang atas dasar hasil temuan pada studi pendahuluan yang
kemudian disusun berdasarkan prosedur perancangan model. Selanjutnya desain model
yang sudah dikembangkan oleh peneliti dinilai dan diberikan masukan oleh beberapa
responden selaku narasumber dengan teknik Delphi sesuai metode pada penelitian ini
sebagai bentuk validasi. Penilaian dan masukan saran perbaikan tertuang pada
instrumen yang sudah dibuat dengan memfokuskan pada komponen desain model
ekopedagogik mulai dari langkah-langkah (sintaks), prinsip reaksi, sistem sosial dan
sistem pendukung.
Pada penilaian putaran pertama dengan teknik Delphi peneliti menyusun draft
awal desain model ekopedagogik yang kemudian draft awal ini diberikan penilaian dan
perbaikan oleh responden. Responden menelaah dan mengkaji draft yang telah
dirancang peneliti untuk kemudian diberikan saran perbaikan. Hasil perbaikan putaran
pertama ini dijadikan bahan untuk kembali dilakukan penilaian oleh responden pada
putaran teknik delphi kedua. Pada Putaran kedua teknik Delphi ini dilakukan
berdasarkan hasil perbaikan pada putaran pertama. Hasil perbaikan putaran kedua ini
kemudian divalidasi sebagai hasil akhir karena sudah terdapat kesepkatan antara seluruh
responden dan dianggap sebagai desain model yang baik. Berikut ini perbaikan dan
sekaligus menjadi draft desain model ekopedagogik akhir untuk menjadi model
pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam upaya melestaraikan nilai kearifan
lokal.
Tabel 1. Matriks Revisi Putaran Delphi Kedua
Revisi Draft Kedua
Putaran Delphi I (Putaran Delphi II)
(Draft Kedua) (Draft Akhir)
Tujuan Umum: Tujuan Umum:
Setelah memahami desain model Setelah memahami desain model
ekopedagogik, pengguna model ekopedagogik, pengguna model mampu
mampu mentransformasikan mentransformasikan peletasarian nilai kearifan
peletasarian nilai kearifan lokal lokal Kabupaten Subang sesuai dengan
Kabupaten Subang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
kebutuhan masyarakat. Tujuan Khusus:
Tujuan Khusus: a. Memahami dasar-dasar, konsep sertaa
a. Memahami konsep isu daampak positif daaan negative terhadaap
lingkungan khususnya isu lingkungan khususnya pelestarian nilai
pelestarian nilai kearifan lokal. kearifan lokal Kabupaten Subang.
b. Membantu menjelaskan masalah b. Membantu menjelaskan masalah, wawasan,
kepedulian serta perhatian kesadaran dan kepedulian serta perhatian
tentang nilai kearifaan lokal. tentang nilai kearifaan lokal.
c. Mengembangkan aspek c. Mengembangkan aspekpengetahuan, nilai,
pengetahuan, nilai, sikap, sikap, komitmen, dan keterampilan yang
komitmen, dan keterampilan dibutuhkan untuk melindungi dan
yang dibutuhkan untuk meletarikan nilai kearifan lokal.
melindungi dan meletarikan nilai d. Menciptakan pola perilaku peserta didik
kearifan lokal. sebagai suatu keseluruhan terhadap
d. Menciptakan pola perilaku lingkungan dan nilai kearifan lokal yang
peserta didik sebagai suatu meliputi domain kognitif, afektif,
keseluruhan terhadap lingkungan psikomotorik, keterampilan dan partisipasi,
dan nilai kearifan lokal yang dan pertukaran ide (ekoliterasi) kritis
meliputi aspek pengetahuan, tentang politik ekologi, kemajuan
sikap, kepedulian, keterampilan teknologi dan komunikasi melalui dialog
dan partisipasi. yang kritis dan konstruktif.

Sintaks Sintaks
a. Pendidik mengamati kebutuhan a. Pendidik mengamati kebutuhan lingkungan
lingkungan sosial dan sosial dan lingkungan alam peserta didik.
lingkungan alam peserta didik. b. Pendidik menyusun tema dan
b. Pendidik menyusun tema dan mengembangkan materi ajar dengan
mengembangkan materi ajar menyiapkan teks-teks terkait lingkungan
dengan menyiapkan teks-teks hidup bagi peserta didik.
terkait lingkungan hidup bagi c. Kegiatan awal pembelajaran, peserta didik
peserta didik. diminta untuk mendeskripsikan dan
c. Kegiatan awal pembelajaran, mengkontruksi pengetahuan tentang
peserta didik diminta untuk lingkungan dan kearifan lokal daerahnya.
mendeskripsikan dan d. Pendidik mengembangkan pembelajaran
mengkontruksi pengetahuan secara esensial dengan menggunakan
tentang lingkungan dan kearifan sumber dan media yang berada dalam
lokal daerahnya. konteks kehidupan peserta didik.
d. Pendidik mengembangkan e. Peserta didik memecahkan permasalahan
pembelajaran secara esensial secara kooperatif maupun kolaboratif untuk
dengan menggunakan sumber menganalisis berbagai permasalahan
dan media yang berada dalam lingkungn dan kearifan lokal dan mampu
konteks kehidupan peserta didik. mengambil solusi atas permasalahan
e. Peserta didik memecahkan tersebut.
permasalahan secara kooperatif f. Pendidik mengungkapkan isu-isu
maupun kolaboratif untuk lingkungan terkini, akar dari isu, serta
menganalisis berbagai strategi untuk menanggapi isu tersebut,
permasalahan lingkungn dan baik secara individu maupun kolektif.
kearifan lokal dan mampu g. Pendidik dan peserta didik mengajak
mengambil solusi atas peserta didik untuk merefleksikan
permasalahan tersebut. pengajaran tentang kesalingterkaitan antar
f. Pendidik mengungkapkan isu-isu makhluk yang berkelanjutan.
lingkungan terkini, akar dari isu, h. Peserta didik melaksanakan tugas-tugas
serta strategi untuk menanggapi kelas, latihan menulis, kerja kelompok,
isu tersebut, baik secara individu pengalaman, untuk mengaplikasikan
maupun kolektif. pengetahuan ke dalam aksi sosial, keadilan
g. Pendidik dan peserta didik lingkungan, dan kesejahteraan.
mengajak peserta didik untuk i. Peserta didik dan pendidik mengevaluasi
merefleksikan pengajaran kegiatan pembelajaran.
tentang kesalingterkaitan antar
makhluk yang berkelanjutan.
h. Peserta didik melaksanakan
tugas-tugas kelas, latihan
menulis, kerja kelompok,
pengalaman, untuk
mengaplikasikan pengetahuan ke
dalam aksi sosial, keadilan
lingkungan, dan kesejahteraan.
i. Peserta didik dan pendidik
mengevaluasi kegiatan
pembelajaran.
Prinsip Reaksi Prinsip Reaksi
a. Pendidik mengembangkan a. Pendidik mengembangkan materi secara
materi secara tekstual dan tekstual dan kontekstual dengan
kontekstual dengan menggunakan sumber dan media yang
menggunakan sumber dan media berada dalam konteks kehidupan peserta
yang berada dalam konteks didik sehingga mendorong peserta didik
kehidupan peserta didik sehingga mengkonstruksi pengetahuan mengenai
mendorong peserta didik materi tersebut.
mengkonstruksi pengetahuan b. Pendidik berperan sebagai fasilitator dan
mengenai materi tersebut. motivator. Pendidik menyediakan sumber-
b. Pendidik berperan sebagai sumber belajar, mendorong peserta didik
fasilitator dan motivator. untuk belajar dan mengembangkan
Pendidik menyediakan sumber- hubungan yang lebih kuat dengan
sumber belajar, mendorong masyarakatnya, meningkatkan penghargaan
peserta didik untuk belajar dan peserta terhadap nilai kearifan lokal dan
mengembangkan hubungan yang lingkungan, membimbing dan memberikan
lebih kuat dengan bantuan bagi peserta didik serta memberi
masyarakatnya, meningkatkan kesempatan kepada peserta didik untuk
penghargaan peserta terhadap menemukan sendiri konsep-konsep yang
nilai kearifan lokal dan terkait dengan materi yang sedang dibahas
lingkungan, membimbing dan bersama anggota kelompoknya.
memberikan bantuan bagi
peserta didik serta memberi
kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan sendiri
konsep-konsep yang terkait
dengan materi yang sedang
dibahas bersama anggota
kelompoknya.
Sistem Sosial Sistem Sosial
Pembelajaran yang berpusat pada Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
peserta didik (student-centered), (student-centered), dimana pendidik berperan
dimana pendidik berperan sebagai sebagai fasilitator dan motivator, moderator
fasilitator dan motivator, serta dan transformator.
moderator. a. Sebagai fasilitator dan motivator,
a. Sebagai fasilitator dan pendidik memberikan bantuan kepada
motivator, pendidik peserta didik agar dapat belajar dan
memberikan bantuan kepada mengkonstruksi pengetahuan secara
peserta didik agar dapat belajar optimal, serta memberikan umpan balik
dan mengkonstruksi atas apa yang telah dipelajari.
pengetahuan secara optimal, b. Sebagai moderator, pendidik menciptakan
serta memberikan umpan balik suatu kondisi dimana peserta didik dapat
atas apa yang telah dipelajari. berargumentasi secara kritis dan
b. Sebagai moderator, pendidik bekerjasama dalam pembelajaran misalnya
menciptakan suatu kondisi melalui diskusi kelompok, dan menuntun
dimana peserta didik dapat untuk memahami, menyadari dan
berargumentasi secara kritis dan mempraktikan pentingnya hidup lebih adil
bekerjasama dalam pembelajaran yang selaras dengan alam dan
misalnya melalui diskusi mempertahankan nilai-nilai kearifan yang
kelompok, dan menuntun untuk dianut masyarakat Kabupaten Subang
memahami, menyadari dan yakni nilai Gotong Royong.
mempraktikan pentingnya hidup c. Sebagai transformator, pendidik berupaya
lebih adil yang selaras dengan membangun karakter dan kemampuan
alam dan mempertahankan nilai- peserta didik agar mampu menjadi manusia
nilai kearifan yang dianut yang bertanggung jawab dan memiliki
masyarakat. kepekaan terhadap lingkungan dan nilai
kearifan lokal Kabupaten Subang.
Sistem Pendukung Sistem Pendukung
a. Segala sesuatu yang diperlukan a. Segala sesuatu yang diperlukan oleh
oleh peserta didik untuk dapat peserta didik untuk dapat menggali
menggali informasi yang sesuai informasi yang sesuai guna mencapai
guna mencapai tujuan tujuan pembelajaran, seperti lembar kerja
pembelajaran, seperti lembar peserta didik, media pembelajaran, dan
kerja peserta didik, media buku penunjang.
pembelajaran, dan buku b. Kemampuan dan keterampilan pendidik
penunjang. dan saatakholder dalam memahami
b. Kemampuan dan keterampilan keragaman budaya, kemampuan
pendidik dan saatakholder dalam membangun literasi dan kesadaran kritis
memahami keragaman budaya, tentang lingkungan (melek lingkungan) dan
kemampuan membangun literasi isu kearifan lokal Kabupaten Subang.
dan kesadaran kritis tentang
lingkungan (melek lingkungan).

Tabel diatas menunjukan bahwa struktur desain model ekopedagogik ini


diharapkan mampu membantu pendidik di sekolah atau komunitas belajar dalam
upaya melestarikan nilai kearifan lokal di SDN Lamaransari sebab perancangannya
dilakukan berdasarkan kebutuhan di lapangan. Keseluruhan kerangka konseptual dan
komponen pengembangan model mengarah pada prosedur dan peran pendidikan
dalam upaya pelestarian nilai kearifan lokal di SDN Lamaransari. Sehingga dapat
terbentuk sikap generasi yang senantiasa sadar dan peduli terhadap lingkungan serta
bergotong royong melestarikan nilai kearifan lokal daerahnya sebagai perwujudan
moralitas. Sebagaimana sebuah pernyataan yang mengemukakan bahwa sikap yang
berkenaan dengan moralitas lingkungan perlu dibangun dan dibentuk secara terus-
menerus sehingga lahir kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan (Muhaimin,
2015: 4). Selain itu, desain model ekopedagogik ini diharapakan dapat menjadi
model pendidikan yang solutif, adaptif dan bermutu demi mewujudkan generasi
masa depan dan peradaban bangsa yang lebih bermutu, sehingga lahirnya sumber
daya manusia selaras dengan dimensi profil pelajar pancasila yang juga sejalan
dengan prinsip merdeka belajar yakni pembelajaran yang berpihak pada peserta
didik.

3 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan pada pembahasan diatas, Penulis menyimpulkan beberapa hal
diantaranya bahwa kebutuhan model ekopedagogik dalam melestaarikan nilai
kearifan lokal di SDN Lamaransari menggambarkan bahwa model pembelajaran
perlu diorientasikan pada pembelajaran berbasis lingkungan dalam upaya pelestarian
nilai kearifan lokal yang dirancang secara sistematis, berbasis dan terencana sesuai
dengan kebutuhan. Kemudian struktur model ekopedagogik yang selaras dan
diperlukan di SDN Lamaransari harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
dan pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik memiliki kemampuan
pada kognitif, afektif dan psikomotorik, pembelajaran menggunakan media dan
sumber belajar yang berada dalam konteks kehidupan peserta didik, pembelajaran
yang berorientasi pada keterlibatan dan keaktifan peserta didik dalam memecahkan
permasalahan kearifan lokal, pembelajaran berbasis pada pendekatan interdisipliner,
dan dikembangkan dengan memperhatikan komponen model pembelajaran yang
tepat, yakni sintaks, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung dan dampak
intruksional serta dampak pengiringan yang mendorong peserta didik memiliki
kemampuan melestarikan nilai kearifan lokal Kabupaten Subang.

6 Daftar Pustaka

[1] Febrianto, A. (2016). Antropologi Ekologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana.

[2] Herlambang, Y. T. (2018). Pedagogik : Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam


Multiprespektif. Bandung: Bumi Aksara.

[3] Kahn, R. (2010). Critical pedagogy, ecoliteracy & planetary crisis. The
ecopedagogy movement. New York: Peter Lang.

[4] Muhaimin. (2014). Membangun Kecerdasan Ekologis. Bandung: Alfabeta.


[5] Sobel, D. (2005). Place-based education. Connecting classroom and communities.
Great Barrington: The Orion Society.

[6] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai