Anda di halaman 1dari 14

Kontroversi Pernyataan Tuhan Bukan Orang Arab: Studi Analisis

Wacana Kritis Norman Fairclough


Elin Parina

elinparina08@gmail.com

Ratu Mutialela Caropeboka

mutialela@binadarma.ac.id

Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Palembang


Jl. Jendral A. Yani No. 3 Palembang30624

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis terkait penyataan “Tuhan bukan
orang Arab” yang menuai kontroversi dimasyarakat. Analisis dilakukan menggunakan
pendekatan analisis waacana kritis yang dikemukakan oleh Norman Fairclough.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berifat deskriptif. Data penelitian ini
diperoleh dari konten youtube Deddy Corbuzier yang berisi podcast bersama KSAD
TNI Dudung Abdrrahman yang memuat pernyataan tersebut, data juga bersumber dari
analisi peneliti berdasarkan beberapa sumber media online yang memuat berita
mengenai tanggapan dan pandangan beberapa pihak, namun lebih difokuskan kepada
tanggapan Ustad Adi Hidayat seorang ulama besar di Indonesia, melalui pesan dakwah
yang disampaikan oleh ustad Adi Hidayat dalam video pada channel youtube miliknya.
Dalam melakukan validasi terhadap hasil analisis, peneliti mewawancarai seorang tokoh
di bidang filsafat Islam, dengan tujuan menganalisis lebih dalam terkait pernyataan
tersebut. Hasil penelitian ini adalah pertama, perihal Tuhan bukan orang Arab, secara
tekstual, ustad Adi menyatakan ada kekeliruan dalam silogisme tersebut, karena antara
Tuhan dan makhluk adalah dua hal yang berbeda, dan apabila sama, maka akan
membuka peluang seorang manusia mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Maka dari itu,
secara logika, pernyataan tersebut mengandung kekeliruan. Kedua mengenai berdoa
menggunakan bahasa Arab, ustad Adi menyampaikan bahwa dalam berdoa boleh
menggunakan bahasa sendiri untuk hal-hal yang bersifat umum, namun dalam praktik
ibadah, harus sesuai tuntunan rasulullah, salah satunya dengan menggunakan bahasa
Arab.

Kata Kunci : Analisis Wacana Kritis, Konten Media Sosial


PENDAHULUAN
Isu keagamaan menjadi salah satu topik yang penting untuk diteliti, pada bulan
Desember 2021, terdapat pernyataan yang menimbulkan polemik di masyarakat, yakni
pernyataan “Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai
bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab" yang disampaikan oleh
Kepala Satuan Angkatan Darat TNI. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam podcast
pada channel youtube Deddy Corbuzier yang berjudul “Seram‼️Naik Darah Saya‼️Ini
NKRI Bung!! - KSAD Dudung - Deddy Corbuzier Podcast”. Video berdurasi 69 menit
tersebut membahas mengenai FPI dan kelompok radikal Indonesia, dan bertujuan
melihat pandangan serta strategi TNI yang berperan sebagai konstitusi pencegah dan
penangkal kelompok radikal tersebut, peran TNI diwakili oleh pesan yang disampaikan
KSAD Dudung Abdurrahman, namun dalam perbincangan tersebut, terselip satu
kalimat yang menyatakan bahwa Tuhan bukan orang Arab, oleh karena itu dalam
berdoa cukup menggunakan bahasa Indonesia saja yang disampaikan oleh KSAD
Dudung.
Pernyataan "Tuhan bukan orang Arab" menuai kontroversi dan kritik dari para
pemuka agama di Indonesia maupun di luar negeri. Perdebatan di dunia maya sering
terjadi karena semua pihak bebas menyampaikan pikiran dan pendapatnya, namun
ketika isu yang diperdebatkan terkait dengan isu keagamaan, maka hal tersebut menjadi
lebih hangat dan sensitif. Salah satu ulama besar Indonesia juga membahas persoalam
tersebut melalui channel youtubenya, ia menjelaskan secara ilmiah, serta memberikan
pandangan dan interpretasi atas pernyataan kontroversial tersebut.
Salah satu habib mengomentari bahwa Tuhan memang bukan manusia dan dalam
berdoa kepada Tuhan dapat menggunakan bahasa apa saja. "Tuhan kita bukan orang
pak, dan berdoa bisa pakai bahasa apa saja," tulis habib tersebut, dari akun Twitter
@abubakarsegaf pada Desember 2021. Menurutnya, akan lebih baik bila seorang
petinggi disuatu negara fokus terhadap tugas pokok dan fungsi nya agar tidak
menimbulkan polemik ditengah masyarakat dengan statemen-statemen kontroversi.
Salah seorang ustad yang aktif di media sosial juga ikut memberikan tanggapan,
ustad tersebut berpendapat bahwa pernyataan tersebut kurang tepat karena
menganalogikan Tuhan dangan manusia. Selanjutnya, menurutnya pernyataan terebut
juga membawa suku Arab yang dinilai tidak bijaksana. “Menganalogikan Tuhan dengan
orang saja sudah salah. Lalu mengaitkan dengan suku Arab sudah tidak elok untuk
persatuan bangsa,” kata ustad tersebut. “Kenapa Anda tidak bilang berdoa bisa pakai
bahasa apa saja, tidak harus bahasa Arab karena Tuhan kita maha mengerti”?.(Akun
twitter @Hilmi28). Selain itu, pernyataan tersebut juga menuai kritik dari salah seorang
Imam Masjid New York, ia mengkoreksi pernyataan tersebut bahwa Tuhan bukanlah
orang, sehingga tidak bisa dibatasi dengan etnis atau bangsa tertentu. (Akun twitter
@ShamsiAli2)
Pandangan berbeda datang dari seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas
Indonesia, ia menyebutkan bahwa para pengkritik pejabat tinggi negara tersebut kurang
tepat. Menurutnya, penutur tersebut tidak pernah menyatakan ‘Tuhan bukan orang
Arab’ Apa yang disampaikannya merupakan silogisme kategorik yang merupakan
pelajaran logika dasar.
Menurutnya, ada kekacauan berpikir yang datang dari para imam Islam yang
mengkritik persoalan tersebut sehingga tidak mampu membaca secara sederhana apa
yang dimaksud penutur pernyataan tersebut. Ia menganggap bahwa penutur hanya ingin
mengatakan bahwa berkomunikasi dengan Tuhan itu sederhana, menggunakan bahasa
yang biasa digunakan sehari-hari saja Tuhan akan mengerti. (Channel Youtube
CokroTV).
Perdebatan dalam dunia maya sering terjadi karena semua pihak bebas untuk
menyampaikan pemikiran dan pendapat masing-masing, namun ketika hal yang
diperdebatkan tersebut berkaitan dengan isu keagamaan, maka problematikanya akan
semakin hangat dan sensitif.
Salah seorang ulama besar Indonesia, ustad Adi Hidayat ikut mengkaji persoalan
ini melalui channel youtubenya, ia menjelaskan secara ilmiah terkait persoalan tersebut,
serta memberikan pandangan dan pemaknaan terhadap pernyataan kontroversi tersebut.
Ustad Adi Hidayat sendiri aktif berdakwah baik secara offline maupun online dengan
memanfaatkan platform youtube untuk berdakwah melalui channel youtube Adi
Hidayat Official. Dalam channel youtubenya, ustad Adi Hidayat telah mengunggah
sebanyak 917 video sejak bergabung pada Februari 2019. Adapun beberapa materi yang
dibahas terdiri dari tafsir Al-qur’an, fiqh sholat, fiqh ramadhan, sejarah, murotal, tanya
jawab, dan menjawab problematika seputar issue yang sedang menjadi topik
perbincangan dimasyarakat.
Pernyataan mengenai “Tuhan bukan orang Arab” tersebut di tafsirkan berbeda
antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Persoalan mengenai peryataan tersebut dibahas
secara serius oleh ustad Adi Hidayat dalam waktu 57 menit, sehingga penjelasannya
perlu dianalisis lebih mendalam sehingga memberi kebermanfaatan bagi masyarakat
dalam menanggapi suatu persoalan.
Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersebut peneliti akan melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Tuhan Bukan Orang Arab : Studi Analisis
Wacana Kritis”. Peneliti melakukan analisis pernyataan “Tuhan bukan orang Arab” dan
tanggapan pesan dakwah seorang ulama terhadap pernyataan kontroversi tersebut.
Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi membawa pengaruh begitu
besar. Sebagai langkah prefentif persoalan pada media sosial, penting untuk melakukan
analisis wacana secara kritis. Analisis wacana kritis sebagai salah satu bentuk kajian
terhadap bahasa penting dilakukan karena bahasa mampu mendefinisikan dan
menghasilkan objek pengetahuan tertentu. Hubungan sosial memerlukan makna, dan
makna tidak bisa lepas dari bahasa, sedangkan makna mempertajam serta
mempengaruhi apa yang seseorang lakukan, maka semua praktik sosial tidak bisa lepas
dari bahasa maupun wacana (Haryatmoko, 2016). Wacana terdapat dalam hubungan
komunikasi sosial, baik secara langsung maupun hubungan interaksi sosial di dunia
maya yang saat ini sedang aktif terjadi.
Penelitian mengenai analisis wacana kritis telah dilakukan, salah satunya oleh
Norma Atika Sari dan Eka Yusriansyah dari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Mulawarman tahun 2020 yang berjudul: “Analisis Wacana
Kritis Konten Media Sosial “Bekal Buat Suami” dalam Perspektif Gender”. Penelitian
ini berisi mengenai analisis wacana dalam konten bekal buat suami pada akun twitter
seorang perempuan teori yang digunakan adalah teori analisis wacana kritis menurut
Teun A. Van Dijk dengan pendekatan gender. Hasil penelitian menemukan bentuk
wacana patriarki yang dihasilkan oleh pilihan bahasa dalam konten. Unggahan “Bekal
Buat Suami” melegitimasi adanya pembagian kerja berbasis gender.
Penelitian kedua yang dijadikan referensi adalah penelitian dari Christo Rico Lado,
dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya pada tahun 2014.
Penelitiannya berjudul “Analisis Wacana Kritis Program Mata Najwa “Balada Perda”
Di Metro TV”. Penelitian ini menggunakan perpaduan analisis teks, kognisi sosial dan
konteks. Peneliti Mata Najwa mengangkat tema Balada Perda di tengah pemberitaan
mengenai perda yang kontroversial.
Program Mata Najwa membahas aturan daerah yang mengundang pro sekaligus
kontra ditengah masyarakat, yaitu aturan nama bayi dengan ciri kedaerahan di
Surabaya, aturan larangan mengangkang bagi kaum perempuan di Lhokseumawe,
inisiatif bupati mengajak pejabat daerah ke penjara di Bualemo, serta aturan wajib
mengaji dan mematikan tv di Kampar. Dalam paradigma kritis, pengunaan bahasa pada
media bersifat sengaja dan memiliki tujuan tertentu. Hasil Penelitiannya adalah program
Mata Najwa berupaya membangun wacana bahwa perda melayani kepentingan
pemerintah, perda mengintervensi privasi masyarakat, serta perda mendiskriminasi
suatu kelompok tertentu. Pembentukan wacana ini sekaligus mendefinisikan dan
menempatkan posisi yang dilakukan Mata Najwa terhadap partisipan produksi wacana.
Sosok Najwa Shihab sebagai pihak yang dominan membuat realitasnya bisa diterima
publik sebagai kebenaran.
Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Sherlya Melinda Ruslan dari
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman pada tahun 2021. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan
analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk untuk menganalisis teks dalam podcast
Deddy Corbuzier dalam channel youtubenya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah podcast Dedy Cobuzier
bersama Kak Seto dengan judul “Kita Yang Bodoh? Atau Sekolah Yang Bodoh?!”
dengan durasi 47 menit 55 detik yang diunggah ke channel youtube Deddy Corbuzier
pada tanggal 4 April 2020. Podcast tersebut membahas mengenai sistem pendidikan di
Indonesia. Hasil penelitian ini adalah diperolehnya unsur-unsur dalam wacana seperti
struktur makro (tematik), suprastruktur (pengantar, isi, kesimpulan, dan kesimpulan),
dan struktur mikro (pengaturan, pengandaian, maksud, koherensi kondisional,
metafora). Kesimpulan dari podcast ini membahas mengenai sekolah yang masih
menggunakan sistem pendidikan yang belum terupdate, Kak Seto selaku Ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendirikan home schooling untuk anak-anak
yang kurang mampu mengikuti pendidikan formal.
Penelitian mengenai analisis wacana kritis mengenai isu keagamaan menarik
dilakukan karena sering terjadi perang wacana di sosial media, sehingga perlu adanya
kontribusi akademisi untuk menganalisis dan meluruskan isu yang menjadi kontroversi
di masyarakat demi mengurangi konflik dan perpecahan. Ketiga penelitian sebelumnya
yang peneliti sebutkan diatas adalah beberapa penelitian mengenai analisis wacana,
namun penelitian tersebut menganalisis sebuah tulisan di sosial media, konten
jurnalisme, dan video youtube yang membahas mengenai pendidikan, sedangkan
peneliti secara spesifik menganalisis wacana mengenai isu keagamaan dalam bentuk
video dakwah di media sosial, sehingga hal ini merupakan pembeda penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya.
Media sosial adalah tempat di mana wacana pro dan kontra dari suatu topik dengan
cepat menyebar. Salah satu isu yang sering menjadi permasalahan di dunia maya adalah
isu agama, didukung dengan semakin mudahnya akses dakwah, sehingga banyak
pendakwah yang turut memanfaatkan media sosial untuk berdakwah. Hal inilah yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada, dimana penelitian
sebelumnya berfokus pada wacana tekstual yang dihasilkan oleh seseorang di media
sosial, sedangkan penelitian ini menganalisis percakapan video pada konten youtube
yang membahas mengenai video dakwah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Metode ini dipilih karena diharapkan mampu memberikan analisis dan deskripsi objek
penelitian yang lebih jelas dan akurat. Sudaryanto (1988) menyatakan istilah deskriptif
menunjukkan bahwa penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau fenomena
yang hidup secara empiris dalam diri penutur sehingga data yang dihasilkan berupa
bahasa yang seperti potret atau deskripsi. Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
pengumpulan data, analisis, dan metode penyajian hasil analisis.
KERANGKA TEORI
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori analisis wacana kritis yang
dikemukakan oleh Norman Fairclough. Norman Fairclough mengklasifikasikan analisis
wacana kritis ke dalam tiga dimensi, yaitu teks, praktik diskursif, dan praktik sosial.
(Haryatmoko, 2016).
Teks digunakan sebagai bentuk representasi dari sesuatu yang mengandung
ideologi tertentu sehingga teks dibedah secara linguistik untuk melihat bagaimana
sesuatu realitas ditampilkan atau dibentuk dalam teks yang dapat mengarah pada
ideologi tertentu, bagaimana penulis mengkonstruksi hubungannya dengan pembaca
(baik formal maupun informal, tertutup ataupun terbuka), dan bagaimana identitas
ditampilkan (identitas penulis dan pembaca), analisis teks meliputi representasi, relasi,
dan identitas.
Praktif diskursif merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan
konsumsi teks. Proses produksi teks mengarah pada pihak pembuat teks yang
tergantung pada pengalaman, pengetahuan, kebiasaan, lingkungan sosial, kondisi,
keadaan, konteks, dan sebagainya. Sementara itu, untuk konsumsi teks bergantung pada
pengalaman, pengetahuan, konteks sosial yang berbeda dari pembuat teks atau
bergantung pada diri pembaca. Bagaimana cara seseorang dapat menerima teks yang
telah dihadirkan oleh pembuat teks. Sementara kaitannya dalam distribusi teks, yaitu
sebagai modal dan usaha pembuat teks agar hasil karyanya dapat diterima oleh
masyarakat.
Praktik sosial, merupakan dimensi yang berhubungan dengan konteks diluar teks.
Seperti situasi pada masyarakan. Konteks yang berhubungan dengan masyarakat, atau
budaya, dan politik tertentu yang berpengaruh terhadap kehadiran teks.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Analisis Teks
Kalimat pernyataan “Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja,
ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab" yang
disampaikan oleh KSAD Dudung Abdurrahman dalam podcast bersama Deddy
Corbuzier pada channel youtube Dedy Corbuzier Official mengandung multitafsir
dikalangan masyarakat, oleh karena itu, peneliti akan menganalis makna dari pesan
tersebut secara tekstual, relasional dan identitas, hal ini sesuai dengan teori analisis
wacana menurut Norman Fairclough.
Secara umum, kalimat tersebut mengandung makna ajakan untuk berdoa
secara sederhana, menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari. Namum,
menjadi kontroversi ketika dikaitkan dengan etnis Arab, saat kalimat “Karena Tuhan
kita bukan orang Arab”, dimana bahsa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam
praktik ibadah umat Islam diseluruh dunia.
Ustad Adi Hidayat memberikan tanggapan secara spesifik yang dimuat
dalam sebuah video berdurasi satu jam pada channel youtubenya, salah satunya
adalah
“Siapapun dapat menghadirkan suatu penyataan”
Menurut analisi peneliti, anak kalimat ini secara proporsional menyatakan
bahwa ustad Adi Hidayat bermaksud menilai wajar semua pernyataan yang keluar
dari siapapun, karena setiap orang berhak berpendapat, terlepas siapa, dan apa yang
disampaikan karena Indonesia memberikan kebebasan berpendapat. Lebih lanjutnya
maksud yang ingin disampaikan adalah jika sebuah pernyataan mengandung nilai
kebenaran, maka Allah menghadirkan petunjuk di dalam nya untuk lebih bertakwa,
dan jika mengandung nilai-nilai yang kurang tepat, maka Allah ingin membuka
sesuatu yang lebih besar yang didalamnya ada sebuah hikmah, bisa jadi untuk
meluruskan kekeliruan di masyarakat terutama dalam cara pandang dan cara
beragama.
“Standar menilai kebenaran adalah berdasarkan persepsi syariat dan dibenarkan
oleh logika”
Menurut analisi peneliti, penjelasan ustad Adi juga berisi ajakan untuk
menilai wajar semua pernyataan yang keluar tanpa harus mempersoalkan siapa dan
apa latar belakang orang yang menyampaikan. Namun semua pernyataan harus
dianalisis dalam persepsi syariat Islam, serta dibenarkan oleh logika. Contohnya
adalah pernyataan “Tuhan bukan orang Arab” secara syariat adalah hal yang keliru,
begitupun secara nalar logika, karena Tuhan dan orang adalah hal yang berbeda.
“Tuhan itu bukan orang Arab!, itu pernyataan, kemudian disusul dengan
pertanyaan, lantas orang mana?”
Peneliti menganalisis bahwa secara tekstual, anak kalimat ini mencoba
menjawab pernyataan Tuhan bukan orang Arab berdasarkan rumusan dalam ilmu
mantiq/logika, dimana ketika ada suatu pernyataan, maka bisa diuji keabsahannya
melalui pertanyaan. Jika pertanyaan dalam sebuah pernyataan tersebut tidak bisa
terjawab, maka ada sebuah kekeliruan dalam pernyataan tersebut. Anak kalimat ini
menyatakan bahwa tuhan memang bukan orang, dan antara Tuhan dengan manusia
tidak boleh ada kesamaan. Jika ditelusuri lebih dalam, ditemukan kesimpulan bahwa
Tuhan memang bukan orang.
“Maka kemudian disimpulkan bahwa Tuhan itu memang bukan orang, Tuhan harus
lepas dari nilai-nilai keorangan”
Kalimat tersebut membedah perrbedaan antara Tuhan dan Makhluk. Tuhan
adalah pencipta, dan makhluk adalah yang diciptakan. Tuhan harus lepas dari nilai-
nilai keorangan, tidak ada kaitan dengan etnis, negara, dan hal-hal keorangan. Dapat
disimpulkan bahwa pernyataan Tuhan bukan orang Arab adalah keliru, karena
Tuhan memang bukan orang.
Hal-hal ini dijelaskan secara detail dalam al-quran surat al-ikhlas yang
menjelaskan mengenai sifat-sifat ketuhanan. Melanjutkan penjelasan ini, ustad Adi
menyatakan apabila ada kesamaan antara tuhan dan makhluk, maka hal ini
berpotensi menyebabkan makhluk mengklaim diri sebagai Tuhan.
“Lakumdi nukum waliyadin, silahkan yakini apa yang diyakini masing-masing, dan
setelah itu silahkan saling menghormati tanpa harus mengganggu, tanpa harus
ikut-ikutan”
Menurut analisis peneliti, rangkaian anak kalimat tersebut merepresentasikan
nilai-nilai toleransi yang kuat dalam agama Islam. Setiap orang berhak memilih
jalan kebenaran masing-masing, kemudian hidup berdampingan satu sama lain.
namun ada konsekuensi besar ketika diakhirat, dimana setiap orang akan dimintai
pertanggungjawaban dihadapan tuhan, terhadap apa yang telah diyakini dan
dikerjakan selama hidup.
“Bukan hanya nabi Muhammad dan pengikutnya orang Arab, namun juga karena
bahasa Arab itu istimewa.
Menurut analisi peneliti, penjelasan ustadz Adi Hidayat ini berisi alasan
secara ilmiah dan dalil alquran kenapa bahasa Arab yang dipilih oleh Allah sebagai
identitas ritual ibadah umat Islam. Q.S. Yusuf : 2, Al-quran diturunkan dalam
bahasa Arab supaya manusia pintar, supaya akal dapat bekerja, kemudian bahasa
Arab itu istimewa, semua huruf dalam bahasa Arab keluar dari dalam tempat yang
berbeda-beda (dari rongga mulut, melalui 17 tempat yang berbeda). Melaui rongga
mulut, keluarnya berbeda, bunyi nya juga berbeda, bahkan makna nya juga berbeda
satu sama lain. Sedangkan huruf dalam bahasa lain hanya mengenal vokal dan
konsonan.
Kemudian hikmahnya adalah bahasa Arab itu terjaga, dan ini adalah bukti
penjagaan Allah terhadap Al-quran agar tidak terjadi perubahaan atau revisi-revisi.
Kalimat ini menekankan keistimewaan bahasa Arab.
“Ada hikmah besar dibalik doa-doa bahasa Arab yang dicontohkan oleh
Rasulullah”
Kalimat tersebut menurut peneliti mengisyaratkan bahwa setiap yang
dituntun oleh nabi pasti terdapat hikmah besar dibaliknya. Jika berdoa bahasa Arab,
maka ada kekhusyu’an di dalam nya, juga ada jaminan kemudahan ibadah
menggunakan bahasa Arab, contohnya semua orang Islam dibelahan dunia manapun
sholat menggunakan bahasa Arab. Semua akan mudah, jika ada keinginan besar.
Ada banyak penghafal quran di dunia, namun tidak semua orang mau. Karena kalau
mau pasti bisa.
“Ustad Adi Hidayat berhusnudzon, bisa jadi penutur tidak bermaksud menyatakan
Tuhan itu orang”
Kalimat tersebut menurut peneliti merupakan closing statement ustad Adi
Hidayat dan menegaskan bahwa pandangannya adalah menyoal secara proporsional
berdasarkan tinjauan hal-hal yang bisa dijadikan hikmah, tanpa melibatkan sisi lain
yang tidak berkaitan. Dalam bahasa Arab ada istilah sabqul lisan dimana hal yang
menjadi keinginan tidak sama dengan apa yang diutarakan. Bisa jadi apa yang ingin
penutur sampaikan, berbeda dengan yang sebenarnya disampaikan. Namun, secara
tekstual, pernyataan Tuhan bukan Orang Arab adalah keliru.
Selanjutnya analisis relasi ustad Adi Hidayat terhadap persoalan pernyataan
Tuhan bukan orang Arab. Relasi berkaitan dengan hubungan antara KSAD Dudung
Abdurrahman sebagai salah satu pejabat tinggi negara dan sekaligus sebagai umat
Islam, kalimat yang ia sampaikan tidak merepresentasikan dirinya sebagai pajabat
negara karena tidak berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai KSAD
TNI, namun, jika dilihat dalam sudut pandang personal, hubungannya adalah
identitas dirinya sebagai umat Islam.
Selanjutnya hubungan relasional antara ustad Adi Hidayat dengan persoalan
ini adalah sebagai representasi ulama di Indonesia yang turut menanggapi berbagai
macam polemik yang mengandung kontroversi di tengah masyarakat berdasarkan
persepsi agama Islam. ubungan relasional yang dibangun menunjukkan bagaimana
ustad. Adi Hidayat berupaya mengajak partisipasi masyarakat dan semua elemen di
dalamnya untuk bersama-sama menganalisis suatu persoalan di masyarakat dengan
pikiran terbuka, secara proporsional tanpa melihat sisi yag tidak berkaitan. Video
dakwah yang dibuat oleh ustad Adi Hidayat adalah tanggapan terkait pernyataan
kontroversi “Tuhan bukan orang Arab” yang disampaikan oleh salah seorang tokoh
nasional. Menanggapi pernyataan tersebut, oleh beberapa pihak, tokoh tersebut
dinilai keluar dari tupoksinya, sehingga apa yang ia sampaikan tersebut cukup
banyak menuai kritik dari berbagai pihak.
Analisis identitas KSAD Dudung Abdurrahman ustad Adi Hidayat.
Penjelasan dan materi yang disampaikan oleh ustad Adi Hidayat mewakili
identitasnya sebagai salah satu ulama yang mempunya cukup banyak jamaah di
Indonesia. Metode dakwah yang digunakan oleh Ustadz Adi Hidayat menunjukkan
kepada publik bahwa hal-hal yang sedang menjadi persoalan mesti diselesaikan
secara proporsional. Apabila ada pernyataan yang menggunakan logika, maka
dijawab melalui logika berpikir yang benar juga, begitupula jika suatu persolan
menyangkut dalil nash alquran maupun hadits, maka ustadz Adi menjelaskan
melalui dalil-dalil yang relevan dengan ppersoalan.
b. Discourse Practice dalam Dakwah Ustadz Adi Hidayat
Discourse practice (praktik wacana) pada video dakwah ustadz Adi Hidayat
dalam channel youtubenya yang berjudul “Tuhan bukan orang Arab? Jadi tidak harus
doa pakai bahasa Arab?” memusatkan pada aspek produksi dan konsumsi teks.
Pemusatan penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis proses produksi,
konsumsi, dan distribusi teks yang ada dalam konten video tersebut. Video tersebut
diproduksi oleh channel youtube Adi Hidayat Official. Video dibuat berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan ditengah
masyarakat. Selain itu, akun youtube tersebut banyak membahas mengenai
pembelajaran dan ilmu-ilmu agama Islam yang diampaikan oleh ustad Adi Hidayat.
Diproduksi dengan diskusi dan sharing, serta tanya jawab bersama seorang host
dengan durasi yang cukup panjang.
Video tersebut dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan tanggapan dan
pandangan ustadz Adi Hidayat terkait sebuah pernyataan “Tuhan bukan orang Arab”
yang disampaikan oleh salah seorang tokoh nasional. Pernyataan tersebut banyak
diperbincangkan ditengah masyarakat, sehingga dirasa perlu untuk dibahas lebih
lanjut dengan tujuan menganalisis dan meluruskan hal-hal yang menjadi persoalan.
Video dakwah yang berjudul “Tuhan bukan orang Arab? Jadi tidak harus doa
pakai bahasa Arab?” memiliki muatan ideologi yang di latar belakangi oleh
pemahaman ustad Adi Hidayat. Ustad Adi Hidayat merupakan ulama yang
keilmuannya diakui bahkan diranah internasional, sejak usia dini ia belajar al-quran,
berbagai prestasi mengantarkan Ustadz Adi untuk belajar ilmu agama ke Libya.
Ustad Adi Hidayat mempelajari ilmu mendalam tengtang al-Qur'an, Hadits,
Figh, Ushul Fiqh, Tarikh, Lughah, dan lainnya. Kecintaannya pada al Qur'an dan
Hadits menjadikannya mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha
demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat Islam. Pemahaman ustad Adi
inilah yang kemudian berkontribusi bagi masyarakat dalam penjelasan-penjelasan
keilmuannya secara ilmiah dalam persepsi syariat terkait suatu persoalan.
Terdapat dua hal yang ingin ditampilkan secara jelas dalam video dakwah
ustad Adi Hidayat. Yang pertama adalah perihal Tuhan bukan orang Arab, secara
tekstual, ustadz Adi menyatakan ada kekeliruan dalam silogisme tersebut, karena
antara Tuhan dan makhluk mesti terdapat perbedaan dan tidak mungkin sama, kedua
mengenai berdoa pakai bahasa Arab, ustad Adi menyampaikan bahwa dalam berdoa
boleh menggunakan bahasa sendiri untuk hal-hal yang bersifat umum, namun dalam
praktik ibadah, harus sesuai tuntunan rasulullah, salah satunya dengan menggunakan
bahasa Arab.
Video ini dikemas dan ditampilkan dalam bentuk diskusi dan perbincangan
santai sambil membahas permasalah-permasalahan yang sedang hangat
diperbincangkan di masyarakat, khususnya di dunia maya. Dalam video tersebut,
penyaji berusaha mengontruksi video yang diproduksi agar masyarakat dalam
memahami agama tidak berdasarkan kemauannya sendiri tetapi harus merujuk
kepada sumber yang tidak menimbulkan persoalan terhadap lingkungan kehidupan
sehari-hari masyarakat. Video tersebut juga menganalisis suatu persoalan secara
proporsional tanpa dilatar belakangi kepentingan terkait, menggunakan logika dan
dalil alquran secara utuh.
c. Socio-cultural Practice dalam Dakwah Ustadz Adi Hidayat
Sociocultural Practice menggambarkan bagaimana kekuatan- kekuatan yang
ada pada masyarakat dalam memaknai sebuah ideologi yang dominan. Dalam
analisis wacana kritis, socio-cultural practice dimediasi oleh discourse practice yang
berhubungan dengan bagaimana proses produksi sebuah wacana itu dilakukan, serta
bagaimana masyarakat mengkonsumsinya sehingga menjadi sebuah cara pandang
atau ideologi yang diyakini benar. Pada tingkat situasional, pernyataan ustad Adi
Hidayat muncul karena adanya statement “Tuhan bukan orang Arab” yang sedang
ramai menjadi perbincangan di masyarakat. Pernyataan tersebut menjadi sorotan dan
menuai berbagai kritik dari para tokoh agama Islam.
Pada tingkat institusional, ustad Adi Hidayat aktif dalam bidang dakwah, baik
secara langsung, maupun online. Sebagai seorang ulama yang cukup terpandang di
Indonesia, ustadz Adi sering turut berpendapat terhadap hal-hal yang menjadi
persoalan ditengah masyarakat, termasuk mengenai kontroversi peryataan “Tuhan
bukan orang Arab”
Pada level sosial, salah satu indikator adalah karakteristik masyarakat
Indonesia yang heterogen, baik budaya, adat istiadat, bahkan dalam beragama. Selain
heterogen, Indonesia juga menganut sistem negara demokrasi dimana hak
berpendapat dibebaskan kepada masyarakat. Hal ini membuat semua kalangan
dengan latar belakang ideologi yang dibawanya bebas dalam menyuarakan apa yang
menjadi pandangannya, sehingga sangat wajar terjadi apabila suatu polemik hadir
ditengah masyarakat.
Ideologi yang berkembang di masyarakat sangat banyak, seperti kelompok
radikal, kelompok anti Islam, kelompok anti Arab dan lain sebagainya. Hal ini
menghadirkan persoalan serius karena dapat memecah belah persatuan. Ustad Adi
Hidayat mencoba hadir secara proporsional ditengah-tengah masyarakat, membahas
suatu persoalan secara objektif tanpa melihat hal-hal yang tidak berkaitan langsung
dengan persoalan yang dibahas, seperti kepentingan-kepentingan suatu kelompok.
Fokus pembahasan adalah pemaknaan pernyataan “tuhan bukan orang Arab”
secara bahasa, secara hukum, dan secara logika, sehingga penarikan kesimpulan
membawa pemaknaan kepada sebuah hikmah yang dapat dipelajari dari suatu
peristiwa yang terjadi.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis peneliti terhadap video dakwah Ustadz Adi Hidayat di channel
YouTube miliknya yang menanggapi pernyataan kontroversial “Tuhan bukan orang
Arab”, ada dua hal yang ingin ditampilkan secara jelas dalam video tersebut, yang
pertama tentang Tuhan. bukan orang Arab, secara tekstual Ustad Adi menyatakan
bahwa terdapat kesalahan dalam silogisme, karena antara Tuhan dan makhluk adalah
dua hal yang berbeda, dan jika sama, akan membuka peluang bagi manusia untuk
mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Oleh karena itu, secara logis, pernyataan tersebut
mengandung kesalahan.
Kedua, tentang shalat yang menggunakan bahasa Arab, Ustadz Adi mengatakan
bahwa dalam shalat boleh menggunakan bahasa untuk hal-hal yang bersifat umum,
tetapi dalam pelaksanaan ibadah harus dengan tuntunan Rasulullah salah satunya
dengan menggunakan bahasa Arab. Maka dalam memaknai suatu pernyataan harus
menganalisis secara mendalam makna dari pernyataan tersebut, baik dengan
menggunakan pendekatan analisis wacana maupun ilmu mantiq, agar kesimpulan yang
keluar dapat mengandung kebenaran dan tidak mudah terprovokasi oleh konflik atau
permasalahan di masyarakat sehingga persatuan dan kesatuan tetap terjaga.
RUJUKAN
Darma, Yoce Aliah. (2009). Critical Discourse Analysis, Bandung: Yrama Widya.
Nur, Muhammad. (2012). Articles of Islam and Logic According to the Thoughts of
Abu Hamid Al-Ghazali
Idrus, Muhammad. (2009). Research Methods in Social Sciences Qualitative and
Quantitative Approaches. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, Muhammad Roy. (2019) Mantiq Sience.Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia,
Nurudin, (2015). Introduction to Mass Communication. Jakarta: Rajawali Pers.
Haryatmoko. (2016). Critical Discourse Analysis: Theoretical Foundation,
Methodology and Application. Jakarta: PT. Rajagrafindo.
Sari, Norma Atika, Eka Yusriansya. (2020). Critical Discourse Analysis Of Social
Media Content "Bekal Buat Suami" In A Gender Perspective. Journal of Semantiks.
Lado, Christo Rico. (2014). Critical Discourse Analysis Of Mata Najwa Program
“Balada Perda” at Metrotv. E-Communication Journal. Vol 2. No.2
Melinda, Sherlya. (2021) Critical Discourse Analysis On Podcast “Kita Yang Bodoh
Atau Sekolah Yang Bodoh”. Vol 7, No 2

Anda mungkin juga menyukai