Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL JURNAL REVIEW

AGAMA KRISTEN

Dosen Pengampu: Dra. Chandra Manik, M.Th

Disusun Oleh:

1. Rikjen Triadmojo Malau


2. Dani Manik
3. Fitri Oktaviana M
4. Anggi Talenta Samosir
5. Andre Sitepu
6. Pranli Gultom
7. Abednego Siagian
8. Jakson J Simbolon
9. Adi Candra Sihombing
10. Abdi Bertua Panogari Sibagariang
11. Nicolas Pernando Pasaribu
12. Deandra Jeremy Tarigan

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyusun makalah Critical Journal Review ini dengan
baik. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu yang
telah membimbing penulis dan kepada berbagai pihak lainnya dan sumber yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, harapan penulis semoga Critical Journal Review ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas makalah Critical
Journal Review ini agar pada pembuatan makalah selanjutnya dapat dipergunakan sebagai
pertimbangan untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.

Medan, Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Latar belakang pembuatan critical ini guna memenuhi kontrak kuliah yang diberikan dosen
yang berjumlah enam tugas,salah satunya tugas tersebut adalah Critical Jurnal Review. Kritik
jurnal adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan cara membaca suatu jurnal untuk melihat
suatu hasil penelitian maupun informasi yang terdapat dalam jurnal dan melihat apakah jurnal
tersebut telah memenuhi sistematika penulisan jurnal dengan tepat serta memperhatikan dari
aspek penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan benar.

Kritik jurnal juga dilakukan dengan membandingkan antara satu jurnal dengan jurnal yang
lainnya untuk dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal tersebut.Pentingnya
mahasiswa mengkritik sebuah jurnal adalah agar mahasiswa menjadi terbiasa sehingga menjadi
seseorang yang kritisi dalam segala hal.Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas,
menganalisa, serta memberi kritik pada jurnal.Mengkritik jurnal juga dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa karena informasi yang terdapat di dalamnya.

B.Tujuan
a. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari sumber bacaan
yang relevan.
b. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal.
c. Untuk menambah pengetahuan tentang suatu hal yang ada pada jurnal tersebut.

C.Manfaat
a. Menambah ilmu pengetahuan dalam pembuatan Critical Jurnal Review
b. Dapat mengetahui kelebihan maupun kekurangan dalam Jurnal tersebut
c. Secara tidak langsung kita dapat memahami materi-materi yang ada dalam jurnal tersebut.
BAB II

REVIEW JURNAL

A. Review Jurnal Utama


Judul Pluralisme dan Kerukunan Umat Beragama Perspektif Elite Agama di Kota
Malang
Jurnal Analisa Journal of Social Science and Religion
Volume Vol. 22
dan Nomor No. 11
Halaman 1-13
Download https://core.ac.uk/download/pdf/45415341.pdf

Tahun 2015
Penulis Umi Sumbulah
Reviewer 1. Jessica Margaretha Milala
2. Rosihandani Turnip
3. Yogi Yosafat Ginting
Tanggal 10 Desember 2020
ISSN -
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memahami pandangan elite agama tentang
Penelitian pluralisme dan kerukunan umat beragama di Kota Malang.

Subjek Umat beragama di Kota Malang


Penelitian
Assesmen Data penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif-fenomenologis ini
Data dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi.
Metode Penelitian yang tergolong pada jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
Penelitian fenomenologis.
Hasil Elite agama-agama di Malang memiliki pandangan beragam tentang makna
Penelitian Pluralisme agama. Di antaranya ada yang menyamakan dengan toleransi,
saling menghargai, tujuan semua agama sama, dan menyadari kenyataan
bahwa terdapat banyak agama di dunia ini. Pluralisme agama dan Islam
pluralis, dipandang oleh banyak kalangan sebagai pengembangan secara
liberal dari Islam inklusif. Bagi para penganut paham ini semisal Seyyed
Hossein Nasr dan Fritjhof Schuon, setiap agama pada dasarnya terbentuk oleh
perumusan iman dan pengalaman iman. Ketika Islam mengharuskan seseorang
memiliki iman (tawhid) baru disusul pengalaman iman (amal shalih), maka
dalam perspektif Kristiani seseorang harus lebih dahulu memiliki pengalaman
iman baru disusul perumusan imannya. Tujuan para pendukung teologi
pluralis bukanlah keseragaman bentuk agama, namun mengekspresikan
fenomena satu Tuhan banyak agama. Elite Kristiani, Pdt Kusumo Rahardjo
(wawancara,24-6-2014), berpandangan bahwa pluralisme adalah menerima
kebenaran agama lain. Dalam konteks ini maksudnya adalah bahwa semua
agama memiliki ajaran yang benar, semua harus mengasihi dan tidak merasa
benar sendiri. Romo Felix Suyatno (wawancara,24-6- 2014) memandang
pluralisme agama sebagai kenyataan adanya banyak agama. Seseorang yang
beragama Katolik akan menyembah Tuhan sebagaimana keyakinan iman
Katolik, meskipun sebenarnya Tuhan bukanlah Katolik. Romo Felix juga
menegaskan bahwa pluralisme agama, khususnya Islam, Kristen dan Yahudi
berasal dari rumpun yang sama, dari Nabi Ibrahim. Agama-agama Ibrahim
memiliki dua keterpautan, yakni: pertama, secara genealogies berasal dari
keturunan yang sama, yakni Ibrahim dari jalur Ishaq untuk Kristen dan
Yahudi, dan keturunan Ibrahim dari jalur Ismail bagi Islam; kedua, ketiganya
juga memiliki keterpautan teologis karena memiliki kesamaan ajaran,
monoteisme. Pandangan elite Hindu tentang pluralisme diperoleh dalam
wawancara dengan Suwardika (17-6-2014), bahwa perbedaan adalah absah
sebagaimana keragaman dalam agama Hindu. Agung (wawancara,17-6-2014)
memandang pluralitas sebagai manifestasi dari vibhuti (kemahakuasaan)
Hyang Widhi. Pluralisme dan pluralitas merupakan dua term yang sering
digunakan secara bergantian tanpa ada penjelasan apakah dua kata tersebut
memiliki arti sama atau berbeda. Adakalanya pluralisme dan pluralitas
diartikan sama, yakni sebuah keadaan yang bersifat plural, jamak atau banyak.
Pluralisme sebenarnya bukan hanya sekedar keadaan yang bersifat plural atau
sekedar pengakuan bahwa heterogenitas itu ada dalam realitas. Sejatinya
pluralisme merupakan sikap mengakui, menghargai, menghormati,
memelihara, mengembangkan dan memperkaya keadaan yang bersifat plural
tersebut. Dalam konteks agamaagama, pluralisme mengacu kepada teori
bahwa semua agama, meskipun dengan jalan yang berbeda-beda, menuju
kepada satu tujuan yang sama, Yang Absolut, Yang Terakhir, yakni Tuhan
(Kuntowibisono, 2003).
Kekuatan Kekuatan pada jurnal ini terdapat pada hasil pembahasannya dimana peneliti
Penelitian menjelas apa saja yang menjadi faktor pendorong dan penghambat kerukunan
dikota Malang, dan lagi jurnal ini menjelaskan upaya-upaya menciptakan
kerukunan umat beragama dikota Malang.
Kelemahan Kelemahan pada jurnal ini terdapat pada bagian identitas dimana tidak
Penelitian terdapatnya ISSN sehingga membuat identitasnya menjadi tidak lengkap, di
jurnal ini juga tidak menjelaskan secara jelas mengenai kesimpulan dari hasil
penelitian.
Kesimpulan Konstruk elite agama tentang pluralisme sangat variatif, yakni keragaman
sebagai kenyataan sosial, sikap menghargai dan terbuka terhadap agama lain,
dan kesetaraan semua agama di hadapan Tuhan. Keragaman pandangan
tersebut dapat dikategorikan pada moderat dan konservatif. Demikian juga
dengan makna kerukunan umat beragama, ada yang memaknainya sekedar
menghargai dan menghormati keyakinan agama lain yang bersifat ko-
eksistensi, namun adapula yang berpandangan lebih progressif dan
proeksistensi. Upaya mewujudkan kerukunan umat beragama dilakukan secara
internal terhadap komunitas agama masing-masing, melalui sosialisasi dan
penguatan berbasis komunitas dan eksternal dengan bekerjasama dengan
agama-agama lain untuk mengatasi persoalan kemanusiaan. Kendati demikian,
masih ada sikap negatif yang menghambat kerukunan umat beragama, yakni
fanatisme sempit, egoisme, truth claim dan keengganan memahami dan
bersikap terbuka terhadap agama lain. Sebaliknya, para elite agama juga
mengembangkan sikap-sikap positif berupa membangun kesadaran akan
pentingnya membangun mutual trust, penghargaan atas keragaman,
intensifikasi dialog dan kerjasama antarumat beragama, sebagai pendukung
bagi terciptanya kerukunan dalam keragaman agama dan harmoni dalam
perbedaan.

B. Review Jurnal Pembanding


Judul Potret Pluralisme dan Kerukunan Umat Beragama di Kota Kupang

Jurnal Jurnal Dialog


Volume Vol. 43
dan Nomor No. 1
Halaman 99-108
Download https://jurnaldialog.kemenag.go.id/index.php/dialog/article/view/363/202

Tahun 2020
Penulis 1. Rinto Hasiholan Hutapea
2. Iswanto
Reviewer 1. Jessica Margaretha Milala
2. Rosihandani Turnip
3. Yogi Yosafat Ginting
Tanggal 10 Desember 2020
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potret pluralisme dan kerukunan
Penelitian umat beragama dalam masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Subjek Masyarakat beragama di kota Kupang


Penelitian
Assesmen Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi peneliti serta
Data telaah dokumentasi berbagai data dan informasi yang terkait topik ini. Adapun
observasi dilakukan selama enam bulan, dari bulan Juli sampai Desember
2019.
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
Penelitian pendekatan studi pustaka.
Hasil Pengertian pluralisme agama di masyarakat memiliki ragam atau konsep yang
Penelitian berbeda-beda. Untuk menyamakan konsep tersebut, maka perlu dipaparkan
konsep yang tepat terkait pluralisme agama. Pertama, kata “pluralisme.” Kata
“pluralisme” berasal dari bahasa Inggris yang berakar dari kata “plural” yang
berarti banyak atau majemuk. Sementara itu, menurut Sutarno dalam Hendri
Masduki, pluralisme merupakan suatu sistem nilai atau pandangan yang
mengakui keragaman di dalam suatu bangsa. Pengertian pluralisme dari para
ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan. Pluralisme adalah pandangan yang
saling mengakui dan menghormati keragaman serta kemajemukan dalam suatu
masyarakat dan bangsa. Kedua, kata “agama.” Terkait pengertian agama,
Amri Marzali mengulas pengertian agama berdasarkan sosioantropologi dan
politik administratif. Berikutnya ialah pengertian pluralisme agama. Pluralitas
agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti
yang luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap
mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama. Terkait
penelitian ini, penulis akan memaparkan beberapa konsep atau perspektif
pluralisme agama berdasarkan beberapa agama. Konsep tersebut terdiri atas:
pluralisme agama dalam perspektif Islam, pluralisme agama dalam perspektif
Kristen, pluralisme agama dalam perspektif Hindu, dan pluralisme agama
dalam perspektif Budha. Pertama, pluralisme agama dalam perspektif Islam.
Menurut perspektif Islam, pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk
agama dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak orang lain, tetapi
juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan, guna
tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan (Sumbulah, 2013). Dengan kata
lain, Islam memandang pluralisme sebagai sikap saling menghargai dan
toleransi terhadap agama lain (Rahman, 2014). Kedua, pluralisme agama
dalam perspektif Kristen. Menurut perspektif Kristen pluralisme agama
merupakan pengakuan akan perbedaan dan kemajemukan. Adanya perbedaan
itu dikehendaki supaya mereka saling mengenal diri sendiri, orang lain dan
berkembang sesuai dengan kepribadian dan talentanya masing-masing, serta
saling mengupayakan untuk kesejahteraan bersama. Perbedaan itu tidak
disikapi dengan kebencian, kesombongan, permusuhan, saling menghancurkan
dan menyingkirkan. Melainkan juga memandang sebagai sesama manusia,
saudara yang sama-sama membutuhkan cinta kasih dan perhatian, serta
penghargaan akan hakhak asasinya (Sumbulah, 2013). Ketiga, pluralisme
agama dalam perspektif Hindu. Pluralisme agama menurut perspektif Hindu
diuraikan oleh Ida Bagus Putu Mambal sebagai berikut: Hindu menanggapi
pluralitas manusia dengan segala potensi dirinya dengan memberikan
kebebasan dalam rangka internalisasi dan mengekspresikan Sang Adi Kodrati
(Mambal, 2016). Sehingga, dalam praktek yoga (pendekatan diri kepada
Tuhan) akan dijumpai setidaknya empat jalan, yaitu Karma Yoga bagi yang
aktif, Bhakti Yoga bagi sang pencinta, Raja Yoga bagi sang mistikus dan
Jnana Yoga bagi sang filsuf. Mambal lebih lanjut menguraikan, agama Hindu
tidak hanya menyediakan satu jalan, satu Tuhan yang benar, satu kitab suci,
satu dogma bagi semua orang. Keanekaragaman jalan yang disediakan
menyebabkan tumbuhnya keberagaman bentuk ritual atau ibadah, sesuai
dengan tempat, waktu dan suasana dimana Hindu berkembang. Ibadah atau
ritual itu harus mengakomodasi budaya setempat (local genius). Keempat,
pluralisme agama dalam perspektif Budha. Maufur menuturkan, Harold
Coward dalam bukunya Pluralism in the World Religions, mengatakan, sikap
Buddhisme terhadap agama lain didasarkan pada prinsip toleransi-kritis
(critical-tolerance). Dalam sikap toleransi-kritis ini, Buddhisme
mengedepankan sikap keyakinan sementara (provisional faith) terhadap setiap
ajaran agama atau filsafat tertentu yang kebenarannya harus diuji melalui
pengalaman personal seseorang (Maufur, 2015). Oleh karena itu, Buddhisme
menolak penerimaan buta terhadap suatu keyakinan atau otoritas tertentu.
Buddhisme mengajarkan para pengikutnya untuk selalu bersikap terbuka
namun tetap kritis dalam menerima setiap ajaran apapun. Buddhisme
mengambil sikap terbuka terhadap setiap ajaran agama manapun, namun
demikian tetap memerintahkan sikap kritis dari pengikutnya. Buddhisme
melarang para pengikutnya untuk mencemooh atau mencela agama lain.
Konsep atau perspektif pluralisme dari beberapa agama di atas menunjukkan
bahwa perbedaan atau kemajemukan adalah keniscayaan yang mesti diterima
oleh umat. Apapun agama yang dipeluk oleh umat, menciptakan kerukunan
dengan agama lain merupakan tanggung jawab yang mesti dilaksanakan.
Kekuatan Kekuatan pada jurnal ini yaitu terdapat pada bagian isi dimana peneliti atau
Penelitian penulis mencantukan bagan/tabel mengenai penjelasan pembahasan jumlah
penduduk di setiap agama yang ada di kota Kupang, selain itu jurnal ini juga
menjelaskan peran-peran yang dilakukan pemerintah dan FKUB di kota
kupan, dan terlebih pada jurnal ini membahas secara jelas mengenai
pluralisme agama dalam perspektif setiap agama yang ada di kota Kupang.
Kelemahan Kelemahan pada jurnal ini tidak terdapatnya ISSN yang menunjang identitas
Penelitian jurnal, terdapat penulisan kalimat yang tidak jelas seperti dibagian peran
kementrian agama kota Kupang.
Kesimpulan Pluralisme agama dan upaya dalam menciptakan kerukunan antar umat
beragama di tengah-tengah masyarakat Kota Kupang menjadi tanggung jawab
semua pihak. Peran pemerintah Kota Kupang, FKUB Kota Kupang, Kantor
Kementerian Agama Kota Kupang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan
masyarakat yang rukun dan harmonis di tengah-tengah kemajemukan yang
ada. Hasil survei indeks KUB oleh Kementerian Agama RI tahun 2019 lalu
yang menjadikan Kota Kupang Provinsi NTT memperoleh peringkat kedua,
menunjukkan bahwa Kota Kupang adalah kota kasih yang menjunjung tinggi
pluralisme dan menciptakan kerukunan antar umat beragama. Berkaca pada
kondisi ini, Kota Kupang diasumsikan menjadi kota yang kuat di dalam
menjaga keharmonisan di tengah-tengah kemajemukan masyarakatnya. Selain
itu, kondisi masyarakat yang sadar akan pentingnya kerukunan, menjadikan
Kota Kupang menjadi kota yang damai dan harmonis, serta dapat menghindari
terjadinya konflik antar umat beragama. Upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah Kota Kupang, FKUB Kota Kupang, dan Kantor Kementerian
Agama Kota Kupang menjadi pilar penting yang dapat mengawal pluralisme
dan terciptanya kerukunan antar umat beragama. Dialog dan kerjasama antar
pimpinan instansi terkait, seperti pemerintah Kota Kupang, FKUB Kota
Kupang, Kantor Kementerian Agama, tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh
masyarakat menjadi penting untuk terus dilakukan dan ditingkatkan. Kondisi
ini menjadi harapan dan cita-cita besar akan terpeliharanya dan terwujudnya
Kota Kupang yang harmonis dan rukun di tengah-tengah kemajemukan yang
dimiliki oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai